Anda di halaman 1dari 8

PENILAIAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN PADA LABORATORIUM

RADIOLOGI RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

ASSESSMENT HAZARD MATERIALS IN RADIOLOGICAL LABORATORY


RSUD BANGIL DISTRICT OF PASURUAN

Frans Salesman, Umi Farida


STIKES Citra Husada Mandiri Kupang
E-mail: franssalesman@gmail.com

ABSTRACT
The consequence of activity in hospital is to produce toxic material waste (B3). So, description of B3 in the hospital was
needed. The objective of this research was to identify the hazards in each stage in waste management of Liquid Hazardous

it used primary data by interviewing directly to the workforce and conducting risk assessment to the hazard source in

disposal stage. The hazards proable experienced by laboratory personnel who also serve in the management of liquid
waste and also those who operate the IPAL. While the management of B3 liquid waste radiology laboratory conducted by

hazards. While at the stage of waste management B3 Liquid Environmental Laboratory in RSUD Bangil Pasuruan, found

Keywords: hazardous materials, hospital, radiological laboratory

ABSTRAK
Konsekuensi dari proses kegiatan di rumah sakit antara lain menghasilkan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3).

tahapan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) cair laboratorium di RSUD Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Berdasarkan tempat penelitiannya maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan, karena menggunakan
data primer dengan wawancara secara langsung terhadap tenaga kerja dan melakukan penilaian risiko terhadap sumber
bahaya di lokasi penelitian. Penelitian ini termasuk pada penelitian cross-sectional jika ditinjau dari pendekatan waktu.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 8 potensi bahaya, yang terdiri dari 3 bahaya pada tahap penyimpanan, 3 bahaya
pada tahap pengumpulan, dan masing-masing 1 bahaya pada tahap pengolahan dan pembuangan. Bahaya tersebut mungkin
dialami oleh petugas laboratorium yang juga bertugas dalam pengelolaan limbah cair dan juga pihak yang mengoperasikan
IPAL. Pada pengelolaan limbah B3 cair laboratorium radiologi yang dilakukan oleh petugas laboratorium serta pihak
IPS memiliki 15 potensi bahaya, diantaranya 3 bahaya pada tahap penyimpanan, 6 bahaya pada tahap pengumpulan, 3

pengelolaan limbah B3 cair Laboratorium Radiologi di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, ditemukan 15 potensi bahaya.
Pada tahap pengelolaan limbah B3 cair, Laboratorium Lingkungan di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, ditemukan 8
potensi bahaya.

Kata kunci: bahan berbahaya beracun, laboratorium radiologi, rumah sakit

PENDAHULUAN mewujudkan derajat kesehatan yang optimal


bagi masyarakat. Upaya kesehatan ini meliputi
Rumah sakit merupakan salah satu dari
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
sarana kesehatan yang menyelenggarakan upaya
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
kesehatan yaitu kegiatan untuk memelihara dan
penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)
meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk

IJOSH CC BY NC-SA
Frans Salesman dan Umi Farida, Penilaian Bahan Berbahaya Beracun pada… 123

yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta yaitu laboratorium patologi klinik, patologi anatomi,
berkesinambungan. Selain itu, peran rumah sakit radiologi, dan lingkungan. Lab yang menghasilkan
sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan serta limbah cair dengan karakteristik B3 yaitu lab
sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan lingkungan dan radiologi. Limbah yang dihasilkan
penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan dari lab lingkungan berupa hasil sisa uji sampel
negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Kegiatan darah, urine, dahak dan lainnya. Sementara itu, lab
rumah sakit tersebut menghasilkan berbagai macam
limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Hal rontgen yang mengandung logam berat berupa perak.
ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan sisa darah dan urine termasuk limbah cair yang
limbah rumah sakit sebagai bagian dari penyehatan bersifat infeksius karena mengandung bakteri virus
lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjadinya
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran penularan penyakit.
lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit Limbah lab radiologi yang dihasilkan dari
(Adisasmito, 2009). rontgen berupa cairan dan
Limbah tersebut dihasilkan dari kegiatan developer. Limbah tersebut sangat berbahaya bagi
seluruh unit kerja di rumah sakit, tidak terkecuali kesehatan manusia bahkan dapat mengakibatkan
unit laboratorium kesehatan. Menurut Keputusan pencemaran lingkungan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 298/
Menkes/SK/III/2008 yang dimaksud dengan
METODE
laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan
yang melaksanakan pengukuran, penetapan Berdasarkan tempat penelitiannya maka
dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian
manusia atau bahan bukan berasal dari manusia lapangan, karena menggunakan data primer dengan
untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan wawancara secara langsung terhadap tenaga kerja
atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan melakukan penilaian risiko terhadap sumber
perorangan dan masyarakat. Pada pelaksanaan bahaya di lokasi penelitian. Penelitian ini termasuk
kegiatan operasionalnya, laboratorium akan pada penelitian cross-sectional jika ditinjau dari
menghasilkan limbah yang sebagian besar adalah pendekatan waktu. Apabila ditinjau dari teknik
limbah cair yang berasal dari pencucian peralatan pengambilan datanya, penelitian ini merupakan
laboratorium dan bahan buangan hasil pemeriksaan penelitian observasional dengan sifat penelitian
seperti darah, urine, dan lain-lain. Limbah cair yaitu deskriptif karena penelitian ini hanya sebatas
ini umumnya banyak mengandung berbagai mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
senyawa kimia sebagai bahan pereaksi sewaktu dengan masalah yang sedang diteliti dan dilakukan
pemeriksaan contoh darah dan bahan lain. Limbah pada periode tertentu saja. Sasaran penelitian ini
cair laboratorium mengandung bahan antiseptik adalah risiko bahaya dalam kegiatan pengelolaan
dan antibiotik sehingga bersifat toksik terhadap Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) cair
mikroorganisme, serta mengandung logam berat laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah Bangil
(Djohan dan Halim, 2014). Kabupaten Pasuruan, dengan populasi penelitian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 yaitu petugas pengelolaan limbah B3 laboratorium.
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Bangil
Berbahaya dan Beracun (B3) Pasal 3 ayat (1), S Kabupaten Pasuruan dengan waktu penelitian dan
bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah pengambilan data dilakukan pada tanggal 4–18 April
B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang 2016. Variabel pada penelitian ini meliputi tahapan
dihasilkannya. Pengelolaan limbah tersebut berupa pengelolaan limbah B3, bahaya (hazard
kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, bahaya, risiko, penilaian risiko dan tingkat risiko.
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah
pengolahan dan/atau penimbunan. data primer dan data sekunder. Data primer
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan merupakan meliputi observasi, wawancara, dan studi pustaka.
salah satu rumah sakit telah melaksanakan Observasi dilakukan dengan mengamati secara
pengelolaan limbah rumah sakit, khususnya langsung dilengkapi dengan lembar observasi
terhadap limbah laboratorium. Lab yang terdapat di risk assessment table atau berupa checklist, serta
RSUD Bangil Pasuruan meliputi 5 lab, diantaranya kamera untuk pengambilan gambar pelaksanaan
124 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,

kegiatan pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan 3 bahaya pada tahap penyimpanan, 3 bahaya
Beracun (B3) cair laboratorium yang diterapkan di pada tahap pengumpulan, dan masing-masing 1
RSUD Bangil Kota Pasuruan. Wawancara dilakukan bahaya pada tahap pengolahan dan pembuangan.
secara langsung kepada responden, yaitu tenaga kerja Bahaya tersebut mungkin dialami oleh petugas
yang bertugas dalam melaksanakan pengelolaan laboratorium yang juga bertugas dalam pengelolaan
limbah B3 laboratorium yang kemungkinan berisiko limbah cair dan juga pihak yang mengoperasikan
terpapar bahaya. Wawancara dilakukan dengan IPAL. Pada pengelolaan limbah B3 cair
menggunakan instrumen berupa panduan wawancara laboratorium radiologi yang dilakukan oleh petugas
dengan metode . laboratorium serta pihak Instalasi Pemeliharaan
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari buku Sarana (IPS) memiliki 15 potensi bahaya,
atau literatur kepustakaan, dan laporan penelitian diantaranya 3 bahaya pada tahap penyimpanan,
yang sudah ada. 6 bahaya pada tahap pengumpulan, 3 bahaya pada
Data sekunder diperoleh dari data rumah sakit tahap pengangkutan dan 3 bahaya pada penyimpanan
yang bersifat dokumenter dan tercatat di rumah sementara.
sakit, seperti data mengenai gambaran umum
rumah sakit, struktur organisasi rumah sakit dan
sistem operasionalnya serta data mengenai sistem PEMBAHASAN
manajemen lingkungan dan dokumen hasil analisis
risiko Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Potensi Bahaya pada Tahap Pengelolaan Limbah
(B3), serta data rumah sakit yang berkaitan dengan B3 Cair Laboratorium Radiologi
penelitian, seperti Standard Operating Procedure
(SOP) dan Work Instruction (WI) pengelolaan Tahap Penyimpanan di Lokasi
limbah B3 cair laboratorium. Pada tahap penyimpanan, kegiatan yang
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan dilakukan yaitu memasukkan limbah cair hasil
cara observasi dan wawancara. Kegiatan observasi rontgen ke dalam jerrycan dengan
dilakukan menggunakan pedoman kuesioner yang kapasitas 5-10 liter. Limbah tersebut akan mengalir
diisi oleh tenaga kerja yang bertugas melakukan jerrycan,
pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan dan petugas pengelolaan limbah yang bertanggung
Beracun (B3) cair laboratorium. Selain itu, kamera jawab akan menuang cairan yang terkumpul ke
juga diperlukan untuk dokumentasi. Sedangkan dalam bak ukuran besar untuk selanjutnya dilakukan
wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab pengenceran.
secara langsung pada tenaga kerja dengan panduan Dalam tahap tersebut terdapat beberapa potensi
daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah bahaya diantaranya, bahaya pertama yaitu terkena
penelitian. cairan dan developer
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis rontgen yang dilakukan di laboratorium radiologi
dengan metode deskriptif. Pengolahan data menghasilkan limbah B3 cair yang mengandung
dilakukan dengan menghitung perkalian antara perak. Limbah cair pencucian film rontgen
tingkat peluang (likelihood) dan tingkat keparahan mengandung senyawa perak nitrat dan perak
(severity), kemudian hasilnya dikategorikan bromida yang dapat menimbulkan keracunan
berdasarkan tingkat risiko rendah, risiko sedang dan seperti timbulnya warna biru keabu-abuan pada
risiko tinggi sesuai dengan tabel Risk Assessment mata, sekat rongga hidung, tenggorokan dan kulit,
Matrix. Penyajian hasil tingkat risiko dalam bentuk iritasi pada kulit, borok dan gangguan pencernaan
tabulasi frekuensi untuk melihat persentase tingkat yang disebabkan oleh pemaparan yang berlebihan
risiko serta dinarasikan secara deskriptif. (over exposure) terhadap senyawa logam perak
(Kuswati dkk, 2003). Pada tahap pengumpulan
HASIL limbah cair tersebut, petugas laboratorium tidak
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai seperti
Berdasarkan tabel 1, terdapat 23 bahaya pada sarung tangan, masker ataupun pakaian pelindung.
proses pengelolaan limbah B3 cair laboratorium Bahaya kedua yaitu cairan tumpah. Cairan limbah
lingkungan dan radiologi. Pada pengelolaan radiologi yaitu dan developer termasuk limbah
limbah B3 cair di laboratorium lingkungan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Ini berdasarkan
didapatkan 8 potensi bahaya, yang terdiri dari penelitian Kuswati, dkk (2003), yang menyatakan
Frans Salesman dan Umi Farida, Penilaian Bahan Berbahaya Beracun pada… 125

Tabel 1.
No Tahapan pengelolaan Langkah kerja Bahaya Pengendalian
1 Penyimpanan di lokasi Memasukkan limbah Terkena cairan dan – Penyediaan westafel untuk cuci
cair radiologi ( developer pekat yang tangan (available)
dan developer) dalam mengandung logam – Disediakan sabun antiseptik
bak berat perak nitrat dan (no available)
perak bromida – Penggunaan sarung tangan karet
(no available)
– Penggunaan sepatu yang kedap
cairan (no available)
Cairan tumpah – Pembersihan dengan majun
kering (available)
– Pembersihan dengan air atau
pengenceran kandungan perak
(no available)
Terpeleset akibat lantai Penggunaan alas kaki dengan sol
licin karet (no available)
2. Pengumpulan Pengadukan larutan Terkena cairan – Menggunakan sarung tangan
yang telah diencerkan dan developer pekat lateks saat menangani limbah
dengan menggunakan mengandung logam (no available)
tangan pada proses berat perak nitrat dan Pengadukan dengan tuas dari kayu
pengenceran limbah perak bromida akibat karena sifat bahan kimianya yang
cair dan penambahan air yang korosif (no available)
developer dengan air kurang hati-hati
Memasukkan cairan Terkena cairan pada – Disediakan westafel untuk cuci
yang telah diencerkan bagian tubuh (mata dan tangan (avalaible)
ke dalam jerrycan membran mukosa) – Sebaiknya disediakan juga
sabun antiseptik (no available)
Terpeleset akibat lantai Menggunakan sepatu dengan sol
licin anti selip (no available)
Terkena sengatan – Kabel masih terisolasi dengan
listrik akibat kabel baik (available)
yang berserakan dekat – Sebaiknya kabel tidak dibiarkan
pengisian cairan menjalar di lantai atau dipasang
di dinding (no available)
Cairan yang diencerkan Dibersihkan dengan majun
tumpah (available)
Memindahkan Terbentur mesin dan Menata ulang peletakan mesin
jerrycan yang barang-barang saat
telah diisi ke lokasi memindahkan
pengumpulan
sementara
3. Pengangkutan Memindahkan limbah Bahaya ergonomi Dengan menggunakan troli barang
cair dalam kemasan (mengangkat beban (no avalaible)
ke luar ruangan secara berlebih)
manual
Mengangkat limbah Bahaya ergonomi
cair dalam jerrycan ke (mengangkat beban
gerobak motor berlebih)
Pengangkutan ke TPS Cairan tumpah saat Menutup rapat tutup jerrycan
dengan gerobak motor perjalanan (avalaible)
126 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,

No Tahapan pengelolaan Langkah kerja Bahaya Pengendalian


4. Penyimpanan sementara Mengangkat limbah Terkena virus dan
cair dalam jerrycan bakteri dari limbah
dan meletakkannya medis
dalam ruang TPS Tertusuk limbah jarum Penggunaan safety shoes
yang tercecer di sekitar (available)
tempat penyimpanan
sementara
Bahaya ergonomi
(mengangkat beban
berlebih)
5. Pengolahan Dilakukan oleh pihak
ke-2

Tabel 2. Risk Assessment Matrix


Severity
Likelihood
(2) Minor (3) Moderate (4) Major (5) Catastrophic
(1) Rare 1 2 3 4 5
(2) Unlikely 2 4 6 8 10
(3) Moderate 3 6 9 12 15
(4) Likely 4 8 12 16 20
(5) Almost
5 10 15 20 25
certain

rontgen terdapat potensi bahaya berupa terjadinya kontak


mengandung unsur perak yang termasuk dalam langsung dengan cairan dan developer. Kontak
logam berat yang dapat menyebabkan keracunan, dengan cairan tersebut dapat menyebabkan iritasi
iritasi kulit dan membran mukosa. Bahaya ketiga kulit, dan (Kuswati dkk, 2003),
yaitu permukaan lantai di laboratorium radiologi Pada langkah pekerjaan pengadukan cairan
yang licin. Lantai licin merupakan unsafe condition yang dilakukan oleh petugas laboratorium dengan
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan menggunakan tangan, terdapat bahaya kontak
kerja yaitu petugas terpeleset saat melakukan antara kulit dengan cairan yang telah diencerkan.
penyimpanan limbah radiologi dalam bak atau Proses pengadukan limbah cair dan developer
jerrycan (Ramli, 2011). yang dicampur dengan air dilakukan dengan
tangan tanpa menggunakan alat bantu pengaduk
Tahap Pengumpulan atau penggunaan sarung tangan maupun gloves.
Tahap pengumpulan terdiri dari tiga langkah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
pekerjaan, diantaranya pengenceran limbah cair Kuswati, dkk (2003) menyatakan bahwa dalam
dan developer dengan menggunakan air, pengadukan
cairan yang dilakukan oleh petugas laboratorium film foto rontgen terdapat logam berat berupa
dengan menggunakan tangan, memasukkan perak nitrat dan perak bromida. Kontak langsung
limbah yang telah tercampur ke dalam jerrycan antara cairan dan developer terhadap tangan
dan pemindahan jerrycan ke tempat penyimpanan memungkinkan tangan terkontaminasi logam
sementara yang ada dalam ruangan. berat yang terkandung dalam cairan. Paparan
Dari langkah pekerjaan pengenceran limbah yang berkepanjangan (chronic exposure) terhadap
cair dan developer dengan menggunakan air senyawa perak dapat menyebabkan timbulnya warna
Frans Salesman dan Umi Farida, Penilaian Bahan Berbahaya Beracun pada… 127

biru keabu-abuan pada kulit yang dikenal dengan memiliki potensi bahaya ergonomi. Hal ini
argyria atau argyrosis. Kontak kulit dengan perak disebabkan pemindahan limbah tersebut dilakukan
nitrat sendiri dapat menyebabkan iritasi dan rasa secara manual tanpa menggunakan troli. Dalam
seperti terbakar pada kulit dan membran mukosa. sekali pengangkutan, didapatkan 3–4 jerrycan yang
Langkah selanjutnya adalah memasukkan harus dipindahkan, dan setiap jerrycan berkapasitas
cairan yang telah diencerkan ke dalam jerrycan. 20 liter. Bahaya ergonomi tersebut berisiko
Pada kegiatan ini terdapat beberapa potensi bahaya menyebabkan nyeri bahu, punggung dan terjadinya
diantaranya, bahaya pertama yaitu terkena cairan cidera otot saat pemindahan jerrycan ke transportasi
yang diencerkan pada daerah kulit dan mukosa gerobak motor untuk selanjutnya dikirim ke TPS
akibat penanganan yang kurang tepat. Seperti yang (Nilamsari, 2016). Pengumpulan limbah B3 cair
telah dijelaskan di atas, bahaya cairan dan radiologi biasanya dilakukan 1 (satu) bulan sekali
developer yaitu. Bahaya kedua adalah permukaan atau 2–3 kali dalam satu bulan setiap limbah cair
lantai yang licin. Lantai yang licin dapat berpotensi telah terkumpul dalam jumlah banyak.
menyebabkan kecelakaan kerja berupa petugas Dalam langkah pekerjaan pengangkatan
terpeleset apabila lantai terkena tumpahan atau limbah cair radiologi ke atas kendaraan berupa
ceceran limbah B3 cair (Ramli, 2011). Selain itu, gerobak motor, terdapat potensi bahaya ergonomi.
kemungkinan terpeleset semakin besar karena Pengangkatan beban yang berlebih dapat
petugas menggunakan sandal jepit saat pengisian menyebabkan cidera otot, nyeri bahu dan tangan
dan pemindahan limbah B3 cair. Bahaya ketiga (Nilamsari, 2016).
yaitu kemungkinan cairan tumpah. Bahaya tersebut Potensi bahaya selanjutnya adalah kemungkinan
berpotensi menyebabkan kontaminasi permukaan cairan tumpah saat perjalanan. Bahaya tersebut
lantai oleh logam berat berupa perak. Bahaya mungkin terjadi pada langkah kerja pengangkutan
keempat adalah terkena sengatan listrik akibat limbah radiologi ke TPS. Cairan tumpah saat
adanya kabel yang berserakan di lantai dekat tempat perjalanan dapat terjadi karena pemasangan tutup
pengenceran dan pengisian limbah cair ke jerrycan jerrycan yang kurang rapat atau karena pengaruh
(Ramli, 2011). Apabila terdapat tumpahan cairan goncangan dari kontur jalan yang tidak rata. Cairan
mengenai kabel dan isolasi kabel terkelupas atau yang tumpah pada gerobak motor tidak bermasalah,
terbuka, maka kemungkinan petugas tersengat listrik namun saat tumpah ke tanah maka dapat mencemari
semakin besar. lingkungan tanah karena kandungan logam beratnya
Langkah pekerjaan terakhir yaitu pemindahan (Kuswati dkk, 2003).
jerrycan ke tempat penyimpanan sementara yang
ada di dalam ruangan. Potensi bahaya yang mungkin Tahap Penyimpanan Sementara
terjadi yaitu petugas terbentur mesin yang terletak Tahap penyimpanan sementara bertujuan untuk
di kanan dan kiri tempat pengisian limbah cair ke menyimpan limbah B3 cair yang telah dikemas
dalam jerrycan. Saat memindahkan limbah tersebut beberapa waktu hingga pengambilan limbah oleh
ke area penyimpanan sementara, bahaya terbentur pihak ke-2 (kedua). Langkah pekerjaan pada tahap
sangat mungkin terjadi karena ruangan yang sempit penyimpanan sementara yaitu petugas mengangkat
dan banyaknya barang yang disimpan di dalam limbah cair dalam jerrycan dari alat transportasi dan
ruangan. Potensi bahaya terbentur termasuk dalam meletakkannya dalam ruang TPS.
kategori safety hazard (Ramli, 2011). Potensi bahaya yang terdapat pada tahap
penyimpanan sementara yaitu bahaya ergonomi.
Tahap Pengangkutan
Potensi bahaya ergonomi dapat terjadi karena
Tahap pengangkutan dilakukan oleh pihak pengangkatan beban berlebih. Jerrycan dengan
IPS yang akan mengambil limbah cair radiologi, kapasitas 20 liter diangkat secara manual oleh
umumnya dilakukan setiap satu bulan sekali. petugas IPS saat pemindahan dari gerobak motor ke
Langkah pekerjaan dalam tahap pengangkutan yaitu ruangan TPS. Risiko yang dapat terjadi yaitu timbul
memindahkan limbah cair radiologi dalam kemasan rasa nyeri pada bahu dan punggung (Nilamsari,
ke luar ruangan, pengangkatan limbah cair radiologi 2016). Bahaya kedua adalah petugas tertusuk jarum
dalam kemasan ke atas kendaraan berupa gerobak suntik. Jarum suntik yang telah dikumpulkan oleh
motor, dan pengangkutan limbah ke TPS. petugas limbah medis dan dikemas dalam plastik,
Pada langkah pekerjaan pemindahan limbah sebagian masih diletakkan di depan ruang TPS
cair radiologi dalam kemasan ke luar ruangan, dan sebagian berserakan. Hal ini memungkinkan
128 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,

terjadinya kecelakaan kerja berupa tertusuk jarum Tahap Pengumpulan


suntik saat penyimpanan sementara limbah cair
Tahap pengumpulan dilakukan dengan cara
radiologi ke TPS. Risiko yang dapat terjadi berupa
mengumpulkan cairan sampel darah dan urine
infeksi dan penularan penyakit dari media jarum
yang telah diuji ke westafel pembuangan. Bahaya
suntik (Djohan, 2013). Dalam tahap penyimpanan
pertama yang ada pada tahap pengumpulan adalah
sementara, petugas menggunakan safety shoes untuk
terkena darah atau urine yang mengandung virus
perlindungan. Bahaya ketiga yaitu terkena virus
dan bakteri. Bahaya tersebut termasuk bahaya
dan bakteri. TPS merupakan tempat penyimpanan
biologi yang berisiko menyebabkan penularan
sementara limbah medis yang dihasilkan oleh
penyakit (Husodo, 2011). Hal ini disebabkan
kegiatan operasional rumah sakit. Menurut
oleh kemungkinan kontak antara kulit petugas
Husodo (2011) limbah medis tergolong infeksius
laboratorium dengan cairan darah yang dibuang ke
karena mengandung virus dan bakteri. Saat proses
westafel. Hal tersebut mungkin terjadi, mengingat
penyimpanan sementara, kemungkinan kontak
petugas tidak menggunakan sarung tangan saat
dengan limbah medis yang ditimbun di TPS juga
melakukan pengumpulan cairan darah ke westafel.
besar. Sehingga potensi bahaya kontaminasi virus
Bahaya kedua yaitu sampel darah dan urine tumpah
dan bakteri juga sangat mungkin terjadi.
saat pengumpulan. Cairan darah dan urine pada
tabung reaksi yang diletakkan dalam wadah mungkin
Potensi Bahaya pada Tahap Pengelolaan Limbah
saja tumpah dan mengotori lantai. Hal ini berpotensi
B3 Cair Laoratorium Lingkungan
kontaminasi virus atau bakteri yang terdapat dalam
Tahap Penyimpanan cairan sampel darah dan urine pada permukaan
lantai. Selain itu, potensi bahaya tertular penyakit
Tahap penyimpanan, terdiri dari 2 (dua) langkah dapat terjadi terhadap Cleaning Service (CS) yang
pekerjaan diantaranya pengambilan cairan darah membersihkan cairan yang tumpah (Husodo, 2011).
dari mesin analisis dan pembersihan sisa reagen Bahaya ketiga adalah permukaan lantai yang licin.
untuk kegiatan analisis. Langkah pekerjaan berupa Lantai ruangan laboratorium lingkungan yang
pengambilan cairan darah atau urine dari mesin terbuat dari keramik menyebabkan permukaan lantai
analisis dilakukan oleh petugas laboratorium licin untuk dipijak sehingga berisiko menyebabkan
lingkungan tanpa menggunakan sarung tangan petugas dapat terpeleset yang termasuk dalam
lateks. Hal ini berisiko menyebabkan penularan kategori safety hazard (Ramli, 2011). Tingkat risiko
penyakit melalui kontak antara tangan petugas juga meningkat karena petugas menggunakan sepatu
dengan darah atau urine yang mungkin mengandung dengan sol yang tidak terbuat dari karet atau sol anti
virus dan bakteri yang berperan sebagai agen selip.
infeksius (Husodo, 2011). Bahaya selanjutnya yaitu
cairan darah atau urine tumpah saat penanganan. Tahap Pengolahan
Cairan darah dan urine pada tabung reaksi yang
Proses pengolahan limbah B3 cair laboratorium
diletakkan dalam wadah mungkin saja tumpah dan
dijadikan satu dengan limbah cair rumah sakit
mengotori lantai. Hal ini berpotensi kontaminasi
lainnya dalam IPAL. Sebelum masuk ke saluran
virus atau bakteri yang terdapat dalam cairan darah
IPAL, limbah B3 cair laboratorium akan diolah
dan urine pada permukaan lantai. Potensi bahaya
terlebih dulu di Unit Rotating Biological Contactor
tersebut harus diperhatikan, mengingat ruangan uji
(RBC). Proses tersebut berlangsung secara otomatis
harus tetap steril. Selain itu, potensi bahaya tertular
sehingga hampir tidak ada potensi bahaya terhadap
penyakit dapat terjadi terhadap petugas laboratorium
pekerja. Namun terdapat penambahan bahan kimia
yang membersihkan cairan yang tumpah (Husodo,
pada kegiatan operasional IPAL yang kemungkinan
2011). Langkah kerja berikutnya yaitu pembersihan
dapat menyebabkan iritasi ringan (Suharto, 2011).
reagen sisa uji analisis. Potensi bahaya yang terdapat
pada tahap pengumpulan yaitu terkena bahan reagen
Tahap Pembuangan
sisa pengujian darah atau urine pasien di dalam
laboratorium. Risiko yang dapat terjadi akibat kontak Pembuangan air limbah yang telah dilakukan
dengan zat kimia sisa yang dapat menyebabkan pengujian kualitas mutu telah memenuhi beberapa
iritasi ringan atau alergi (Suharto, 2011). standar yang ditentukan. Aktivitas pembuangan
Frans Salesman dan Umi Farida, Penilaian Bahan Berbahaya Beracun pada… 129

air limbah dilakukan secara otomatis yang tidak Kuswati, H., Darmo H., & Indrajati K., 2003.
melibatkan tenaga kerja dalam pelaksanaannya, Perolehan Kembali Logam Perak Dari Limbah
sehingga hampir tidak ada potensi bahaya terhadap Cair Pencucian Film Studio Dibanding Film
tenaga kerja. Namun dalam pelaksanaannya, setelah X-Ray dengan Menggunakan Metode SN Flake.
melalui uji kualitas mutu, kadar phosphat masih Nilamsari, N., 2016. Ergonomi dan Faal Kerja.
tinggi dan melampaui batas NAB. Sehingga mungkin Surabaya: Universitas Airlangga.
menyebabkan pencemaran lingkungan air. Occupational Health and Safety Assessment Series
18001. 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
SIMPULAN
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Berdasarkan identifikasi bahaya pada tahap Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
pengelolaan limbah B3 cair Laboratorium Radiologi Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, ditemukan 15 Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
potensi bahaya. Sedangkan pada tahap pengelolaan Pencemaran Air. Jakarta: Kementerian Lingkungan
limbah B3 cair Laboratorium Lingkungan di Hidup.
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, ditemukan 8 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
potensi bahaya. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3). Jakarta: Kementerian Lingkungan
Hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, S., 2010. Pedoman Manajemen Risiko dalam
Anonim. 2011. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta:
dalam Perspektif K3. Jakarta: Dian Rakyat. Dian Rakyat.
Adisasmito, W., 2009. Sistem Manajemen Lingkungan Said, AA., 2012. Analisis Pelaksanaan Teknik Job
Rumah Sakit. Jakarta: Rajawali Pers.
Astra, W., 2008. Presentation Proposal for Asia di Tempat Kerja pada Terminal Y PT X di
Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur.
Australian Standard and New Zealand Standard. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
4360.2004. Hidayatullah Jakarta.
Djohan & Halim., 2013. Pengelolaan Limbah Rumah Siswanto., 2009. Toksikologi Amonia. Surabaya:
Sakit. Jakarta: Salemba Medika. Balai Hiperkes.
Fuji., 1973. Pengaruh Logam Berat Terhadap Soemirat, J., 1994. Kesehatan Lingkungan.
Lingkungan. Jakarta: Perwata Oceana. Yogyakarta:
Husodo, Adi Heru., 2008. Dampak Kesehatan Suharto, I., 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran
Masyarakat Akibat Limbah Layanan Kesehatan Udara dan Air. Yogyakarta: CV Andi Offset.
(Termasuk Rumah Sakit dan Puskesmas). Tarwaka., 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Surakarta: Harapan Press.
Kementerian Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 Tualeka, AR., 2013. Pengelolaan Aman Limbah
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Industri.
Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan. Risk Assessment, Risk Management & Risk
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Communication di Lingkungan Kerja. Surabaya:
Lingkungan Nomor KEP-01/BAPEDAL/09/1995 Bumi Lestari.
tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Penyimpanan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Beracun. Jakarta: Bapedal. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 298/Menkes/ Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
SK/III/2008 tentang Pedoman Akreditasi Hidup (PPLH). Jakarta: Kementerian
Laboratorium Kesehatan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Kesehatan. Pengelolaan Limbah Berkelanjutan.
Kolluru, Rao & Bartell, Steven., 2000. Risk
Assessment and Management Toronto: Hanbook.

Anda mungkin juga menyukai