Anda di halaman 1dari 14

REFLEKSI KASUS

TUMPATAN AMALGAM KLAS I DICIDUI TIDAK


MENGKILAP

Disusun Oleh:
Novian Eko Purnomo
31101200273

Pembimbing: drg. Eko Hardianto MDSc.

BAGIAN PEDODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
I. DESKRIPSI KASUS
a. Identitas Pasien
Nama : Mualifah
No.RM : 13468
Usia : 7 th
JK : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar SD klas 1
Alamat : Demak

b. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama :
Pasien datang ingin memeriksakan giginya karena merasa ada gigi
yang berlubang.
Hasil Anamnesa :
Pasien merasa giginya ada yang berlubang sudah sejak lama. Gigi
tersebut tidak pernah terasa sakit. Pasien ingin giginya ditambal agar
lubangnya tidak bertambah besar. Pasien belum pernah merawat gigi
tersebut kedokter gigi.

Pemeriksaan Riwayat penyakit Sistemik :


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik

c. Pemeriksaan Obyektif
General
Tekanan darah : tdl
Nadi : 80 x/menit
Berat badan : 27 Kg
Respiration rate : 19 x/menit
Temperatur : t.d.l
Tinggi badan : 125 cm
Ekstraoral
Inspeksi : d.ta.k
Palpasi : d.t.a.k

Intraoral
Gigi 65 :
Terdapat kavitas dengan kedalaman media dioklusal
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
CE (+)
M (0)
Dx : Karies media kelas I
II. ALUR PERAWATAN

Kunjungan I (18 Juni 2018)


S : Pasien datang untuk memeriksakan giginya dan mengeluhkan ada lubang pada
gigi atas kanannya. Pasien ingin giginya di rawat.
O : Terdapat kavitas dengan kedalaman media pada oklusal gigi 65
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
CE (+)
M (0)
A : Karies Media Klas I
Treatment : Konsultasi dan Dental Healt Education

Kunjungan II (7 Juli 2018)


S : Pasien datang untuk merawat giginya yang berlubang
O : Terdapat kavitas dengan kedalaman media pada oklusal gigi 65
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
CE (+)
M (0)
A : Karies Media Klas I
Treatment : Preparasi amalgam klas I dan penumpatan amalgam klas I
 Preparasi kavitas amalgam klas I
 Aplikasi basis zink phospat cement

 Tumpatan amalgam

Kunjungan III (8 Juli 2018)


S : Pasien datang untuk melanjutkan perawatan pada giginya
O : Terdapat tumpatan amalgam di oklusan masih baik
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
CE (+)
M (0)
A : Karies Media Klas I
Treatment : Polishing dan Finishing Amalgam

Kunjungan IV (15 Juli 2018)


S : Pasien datang untuk kontrol
O : Terdapat tumpatan amalgam di oklusal masih baik, tumpatan amalgam terlihat
kusam, tepi halus dan tidak terdapat step
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
CE (+)
M (0)
A : Karies Media Klas I
Treatment : Kontrol post tumpatan amalgam
III. PERTANYAAN KRITIS
1. Restorasi amalgam klas I desidui
2. Tahap preparasi amalgam klas I desidui
3. Bahan amalgam
4. Kegagalan pada tumpatan amalgam

IV. LANDASAN TEORI

RESTORASI AMALGAM KLAS I DESIDUI

Aspek Oklusal (Outline form eksternal)


1. Outline form merupakan dovetail, termasuk semua fisur, daerah karies,
pit dan developmental groove, ujungnya dibulatkan, tidak boleh bersudut
tajam. Semua groove yang dalam dan telah rusak diikutkan dalam
preparasi. Lebarnya kira – kira 1/3 lebar bidang oklusal.
2. Outline form ke bagian distal dan mesial sejajar dengan marginal ridge.
Ketebalan jaringan gigi di marginal ridge dipertahankan.

Penampang melintang (internal)


1. Dinding kavitas konvergen ke arah oklusal, dengan ketebalan kavitas
0,5
sampai 1 mm ke dalam dentin untuk menambah retensi.
2. Semua line angle dibulatkan, untuk mengurangi tekanan internal dan
memudahkan kondensasi.
3. Dasar kavitas agak datar.
4. Sudut cavo surface tajam jelas (90°) untuk membantu pada waktu
carving,
polis dan mengurangi kemungkinan kerusakan tepi tambalan.

Teknik preparasi kavitas klas I amalgam


 Dengan menggunakan bur fisur berkecepatan tinggi lebih mudah
menembus fosa dan groove yang terlihat karies atau menembus permukaan
oklusal yang terkena karies dengan kedalaman lebih kurang 1,5 mm (yaitu
kira – kira ½mm ke dalam dentin). Jika karies pada groove meluas
sehingga menyebabkan kerusakan enamel preparasi diperluas ke semua
marginal ridge, sehingga bentuk dinding melebar ke bawah memiringkan
preparasi pada groove.
 Dinding preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah permukaan oklusal
untuk menambah retensi tumpatan.
 Untuk menyingkirkan seluruh karies dentin dapat digunakan bur bulat
dengan kecepatan rendah atau ekskavator tajam. Bila kariesnya dalam
dapat juga digunakan bur bulat yang besar dengan kecepatan rendah.
 Sudut dan dasar preparasi diperiksa kembali dengan sonde untuk
memeriksa apakah pulpa terbuka.
 Kavitas dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan dengan semprotan
udara.
 Pada dasar kavitas diaplikasikan semen sebagai batas, dengan demikian
gigi siap untuk diisi bahan tumpatan.
 Amalgam dicampur sesuai dengan kebutuhan dan diletakkan ke dalam
kavitas dengan menggunakan amalgam karier. Terlebih dahulu diisi pada
kedalaman ½ kavitas dan dipadatkan dengan plugger. Pertama sekali
gunakanlah plugger yang kecil untuk menekan amalgam ke segala sudut
preparasi, ini akan memberikan retensi yang baik bagi tumpatan.
 Tepi tumpatan dilicinkan dengan burnisher untuk menghindari step pada
cavosurface.
 Prematur kontak diperiksa dengan menggunakan kapas yang sudah
dilembabkan dan diperiksa kembali tepi tumpatan dengan eksplorer untuk
memastikannya.
 Tindakan terakhir bagi tumpatan amalgam, baru selesai setelah mengeras
lebih kurang 24 jam. Sebelum dilakukan pemolisan, terlebih dahulu gigi
tersebut harus dikeringkan. Kemudian dilakukan pemolesan dengan brush
(sikat) menggunakan rubber cup atau bur bulat licin. Polis terakhir dengan
menggunakan pumice atau zink oksid powder dengan air.

Bahan Amalgam
Amalgam adalah suatu alloy dari merkuri dengan satu atau lebih logam
lain. Dental amalgam adalah suatu alloy dan merkuri dengan perak, timah,
tembaga dan kadang-kadang seng. Meskipun amalgam adalah toksis, karena
adanya merkun. Akan tetapi sampai saat ini amalgam masih merupakan
bahan tumpatan yang banyak digunakan untuk menumpat gigi posterior,
termasuk gigi sulung. Amalgam mempunyai adaptasi yang baik, dapat
menerima tekanan yang besar, ekonomis dan luas penggunaannya.
Amalgam dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah komponen
penyusunnya:
1. Binary amalgam : Amalgam ini mengandung merkuri dan satu logam
penyusun lain seperti tembaga.
2. Tertiary amalgam : Amalgam ini mengandung merkuri dan dua logam
penyusun lain seperti perak dan timah
3. Quartenary amalgam : Amalgam ini mengandung merkuri dan tiga logam
penyusun lain seperti timah, tembaga dan perak.
4. Quinary amalgam : Amalgam ini mengandung merkuri dan empat logam
penyusun lain seperti timah, tembaga, perak dan seng.

Trirturasi (pencampuran) amalgan ada dua cara yaitu:


1. Secara manual (dengan tangan) yaitu: menggunakan morter dan pastle.
2. Secara mekanikal yaitu dengan amalgamator. Pencampuran dengan
metode ini akan menghasilkan masa amalgam yang lebih baik.

Kegagalan Restorasi Amalgam Klas I


1. Tidak menyertakan seluruh daerah fisura yang peka karies.
2. Preparasi terlalu dalam.
3. Undercut pada tepi ridge.
4. Pengukiran pembentukan anatomi oklusal terlalu dalam.
5. Amalgam terlalu tipis (<2 mm) sehingga mudah pecah akibat tekanan kunyah
yang besar.

Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Tumpatan Amalgam desidui :


Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kegagalan restorasi atau
perawatan opdent pada gigi desidui dengan bahan amalgam yaitu:
a. Fraktur pada struktur gigi
Ketebalan struktur jaringan email gigi desidui lebih tipis dibanding gigi
permanen, sehingga bila terdapat lapisan email yang tidak didukung oleh
dentin yang sehat menjadi rnudah patah/ fraktur setelah dilakukan restorasi,
walau proses penumpatan dilakukan dengan baik. Dengan patahnya jaringan
email pada tepi restorasi maka akan memudahkan berkembangnya karies
sekunder, yang akhirnya nanti tumpatan menjadi lepas.
b. Fraktur restorasi amalgam
Fraktur pada tumpatan amalgam dapat terjadi karena beberapa hal antara lain:
1) Sudut axiopulpa line angle runcing,
2) Ketebalan amalgam yang kurang, sehingga tidak mampu menahan tekanan
penguntahan. Hal ini dapat terjadi karena kedalaman prepararasi yang kurang,
kedalaman preparasi cukup tetapi liner yang terlalu tebal, over conturing.
3) Preparasi yang terlalu sempit dapat mempengaruhi kondensasi amalgam.
Jika lebar preparasi terlalu sempit maka amalgam kodenser tidak mampu
menjangkau daerah yang sempit tersebut, sehingga menghasilkan kekuatan
tekan dan tarik yang lebih rendah. Kondisi seperti ini sering terjadi di daerah
isthmus pada restorasi kelas II amalgam terutama pada gigi molar satu
desidui baik rahang atas maupun rahang bawah.
4) Traumatik oklusi. Hal ini dapat terjadi karena adanya penumpatan yang
terlalu tinggi. Pada saat karving yang kurang memperhatikan bentuk anatomis
mahkota gigi yang ditumpat maupun oklusi dengan gigi antagonis
menyebabkan bagian tertentu mendapat tekanan yang berlebuhan pada saat
proses pengunyahan. Tekanan yang lebih dan yang seharusnya sering kali
menyebabkan tumpatan fraktur pada bagian tersebut.
c. Karies yang timbul kembali.
Karies disekitar tumpatan amalgam biasanya terjadi karena adanya preparasi
yang kurang baik, daerah yang rentan terhadap karies yaitu pit dan fisura
tidak dilibatkan dalam out line form. Kadang kadang juga dapat timbul akibat
adanya kondensasi yang kurang sempurna terutama restorasi daerah
interproksimal.
d. Retensi yang kurang.
Struktur jaringan keras gigi desidui (email dan dentin) yang tipis dan
anatomis mahkota gigi yang relatif kecil menyulitkan pembuatan retensi,
terutama pada gigi yang sudah mengalami karies yang luas. Sehingga pada
preparasi yang retensinya kurang sempurna memudahkan tumpatan amalgam
lepas.
V. REFLEKSI KASUS

Kegagalan Restorasi Amalgam Klas I


Pada Gigi 65

Pada kasus ini tumpatan amalgam kelas I pada gigi 65 dilihat tidak
mengkilap atau kusam dan tidak membentuk anatomis. Tumpatan dengan
bahan amalgam membutuhkan ketepatan pada proses preparasi, manipulasi
amalgam, penempatan bahan tumpatan dan polising finishing tumpatan
amalgam.
Pemanipulasian amalgam yang benar dilakukan dengan cara
mencampurkan alloy amalgam dengan merkuri. Rasio powder alloy
amalgam dengan merkuri yang biasa digunakan adalah 1:1.1-3 Pada alloy
spherical, rasio powder : liquid biasanya lebih kecil, dengan kandungan
merkuri sekitar 45%.
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan powder
dengan liquid yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar
dan pastel maupun secara mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul.
Hasil dari proses triturasi adalah didapatnya suatu massa plastis yang
disebut amalgam.
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas
menggunakan amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu
memberikan tekanan yang besar menggunakan amalgam stopper agar
dapat berkontak rapat dengan dinding kavitas. Kondensasi yang baik perlu
dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena merkuri yang
berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan menyebabkan
porositas pada amalgam.
Prosedur selanjutnya adalah carving yang dilakukan untuk
mendapatkan kontur, kontak dan anatomi yang sesuai sehingga
mendukung kesehatan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya. Setelah itu
dilakukan pemolesan (polishing) dengan burnisher untuk meminimalisir
korosi dan mencegah perlekatan plak. Pemolesan dilakukan 24 jam setelah
penambalan, setelah tambalan cukup kuat.
Saat dilakukan penumpatan amalgam dirasa operator kurang dalam
melakukan carving dan pemolesan dengan burnisher karena hasil bentuk
tumpatan amalgam pada pasien kurang membentuk anatomis gigi dan
terlihat warna tumpatan amalgam kusam. Permukaan tumpatan yang
kusam juga bisa disebabkan oleh kesalahan saat melakukan finishing dan
polishing. Finishing dan polishing dilakukan setelah amalgam mengeras
dengan sempurna memunyai ketahanan yang lebih besar terhadap korosi.
Permukaan yang halus pada amalgam sangat dibutuhkan karena tidak
mudah menahan plak mibrobial sehingga mencegah terjadinya karies
sekunder. Apabila tidak dilakukan finishing maka permukaan amalgam
menjadi kasar sehingga adanya penumpukan makanan dan menyebabkan
suasana asam yang dapat menyebabkan karies sekunder pada gigi sekitar
tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada permukaan dan tidak
merusak restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang dapat
berpenetrasi ke dalam tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak).
DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice, Kenneth J.1996.Phillips’science Of Dental Materials. florida : W.B


Saunders company
2. Craig, R.G. et al. 2000. Dental Materials Properties and Manipulation 7th
edition. Toronto: Mosby
3. Marek, M. 1992. Interactions Between Dental Amalgams and the Oral
Environment dalam Adv Dent Res 6:100-109 Kennedy, D.B, 1992,
Konservasi Gigi Anak, Edisi 3, Jakarta : EGC
4. Restoration (Ex-viva)Chestnutt, I.V and Gibson, J, 2007, Clinical Dentistry,
Thrid Edition, British, Elsevier
5. Septian Wahyu,dkk. Jurnal Sifat-Sifat Amalgam (Sifat Fisik,Kimia,Mekanik serta
Biologi).Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Unuversitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19190/4/Chapter%20II.pdf
6. Sukartini,Endang.Jurnal Penglepasan Kadar Hg dalam urin setelah restorasi
amalgamyang di triturasi secara manual.Bandung:Fakultas Kedkteran Gigi
Universitas Padjajaran

Anda mungkin juga menyukai