Anda di halaman 1dari 3

Penyelesaian/Jawaban Ujian Akhir Semester (UAS)

MK : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan


Dosen : Dr. ALPIAN , S.P.,M.P.
Nama : SIMERMAN, ST
NIM : CFA 216 040

1. Uraian Keterkaitan Kebijakan Pemerintah seperti PHPL, RIL, SVLK, FLEGT, dan PLTB
terhadap pengelolaan dan Kelestarian Hutan ?
1. PHPL (Pegelolaan Hutan Produksi Lestari) : Merupakan kebijakan yang sangat baik dan
sangat berperan/mempengaruhi dalam menjaga kelestarian SDA dan Lingkungan untuk
generasi mendatang, dimana menganut Prinsip-Prinsip Kelestarian hasil hutan hasil
kayu terkait berbagai konsep sistem silvikultur, penentuan rotasi, teknik penebangan
yang tepat dan sebagainya, Kelestarian potensi hasil hutan yang berorientasi pada
hutan sebagai pabrik kayu. Pengelola hutan memperoleh kesempatan untuk
memaksimumkan produktivitas kawasan hutan dengan cara tidak hanya menghasilkan
produk konvensional sehingga diperoleh keuntungan uang yang sebesar-besarnya,
Kelestarian sumber daya hutan yang menitikberatkan kepada hutan sebagai ekosistem
yang menghasilkan kayu maupun non-kayu, pelindung tata air dan kesuburan tanah,
penjaga kelestarian lingkungan, serta berfungsi sebagai gudang untuk kelangsungan
hidup berbagai macam sumber genetik, baik flora maupun fauna

2. RIL (Reduced Impact Logging) : Atau bisa di artikan dengan pembalakan berdampak
rendah yang diterapkan dalam sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) yang
melakukan pendekatan sistematis dalam perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan, dan
Evaluasi pemanenan Kayu. Dimana menuntut peningkatan kualitas pelaksana kegiatan
pengelolaan dan pelaksanaan pengelolaan hutan dengan standar baik. Dengan
perencanaan teknik pembangunan jalan, penebangan, dan penyaradan yang lebih
propesional. Penerapan teknik RIL ini tentunya sangat memberi dampak kelestarian
lingkungan yang baik untuk SDA Hutan, atau setidaknya memperlambat laju kerusakan
SDA hutan terutama hutan hasil Kayu, serta mengarahkan kebijakan dan penerapan
yang tepat.

3. SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) : merupakan salah satu inisiatif pemerintah
dalam mengatasi pembalakan liar dan mempromosikan kayu legal diindonesia,
sehingga dapat dipasarkan kenegara luar. sistem ini tentunya diharapkan sebagai salah
satu upaya dalam rangka mengurangi pembalakan liar dan memperketat keluarnya
produk kayu ke luar negeri, sehingga memiliki pengaruh pula dengan mempersulit
upaya pembalakan liar/illegal logging dan illegal trading yang dilakukan dengan
sembarangan dan tanpa ijin

4. FLEGT (Forest Law Enforcement Governance and Trade) : selaras dengan SVLK (Sistem
Verifikasi Legalitas Kayu) FLEGT merupakan Respon Uni Eropa untuk menangani
pembalakan liar dinyatakan dalam kebijakan Rencana Tindak Penegakan Hukum, Tata
Kelola dan Perdagangan Sektor Kehutanan (FLEGT), Indonesia merupakan salah satu
negara pengekspor kayu yang menandatangani Perjanjian bilateral Kesepakatan
Kemitraan Sukarela atau Voluntary Partnership Agreements (VPA) yang mengikat kedua
belah pihak untuk memperdagangan hanya produk kayu legal yang telah diverifikasi.
Hal ini diharapkan mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pembalakan liar,
meningkatkan tata kelola hutannya, serta memperkuat kesempatan pasar bagi produk-
produk kayunya di pasar Eropa maupun di pasar-pasar lainnya.

5. PLTB (Pembukaan Lahan Tanpa Bakar) : Melewati Peraturan Pemerintah Nomor 57


tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (PP Gambut)
Pemerintah secara tegas melarang pembukaan lahan gambut baru yang selama ini
hanya berdasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen
LHK). Akan tetapi, pelarangan total untuk pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) yang
juga disebutkan di dalam PP tersebut masih belum menemukan jalan keluar bagi
masyarakat yang biasa melakukan pembukaan lahan untuk pertanian dengan
membakar, terutama dengan mengaplikasikan kearifan lokal yang dimiliki beberapa
daerah. Terhadap kelestarian SDA dan Lingkungan Kebijakan ini boleh saja berpengaruh
dengan laju kerusakan lingkungan terutama dilahan gambut, namun untuk masyarakat
lading berpindah yang sebenarnya tidak pada lokasi gambut peraturan ini tidak
berpihak dan seharusnya terdapat pengecualian lahan dan solusi.

6. Penjelasan tentang Tanggapan/Menurut saya tentang metode Pengaturan hasil hutan


yang cocok Di indonesia ?

Dalam Hal Pengaturan Hasil Hutan terdiri atas 4 Metode Yaitu :


1. Metode Berdasarkan luas
Metode ini setiap tahun ditebang areal hutan dengan luas yang sama, yaitu
seluas seperdaur dari total luas areal yang diusahakan. Metode ini merupakan
metode paling kiasik dan paling sederhana produktivitas lahan di seluruh areal kerja
relatif homogen. efektif dipakai apabila sistem penebangan dipakai tebang habis.
2. Metode Berdasarkan Volume
Metode ini untuk memperoleh besarnya volume kayu yang sama setiap tahun,
walaupun luas areal yang ditebang tidak perlu sama. paling cocok untuk sistem
tebang habis.
3. Metode Berdasarkan Volume dan Riap
Metode ini perhitungan perkiraan total volume pada seluruh areal berdasarkan
pada pertumbuhan nyata dari setiap kesatuan pengelolaan (petak) sesuai dengan
tingkat pertumbuhannya sehingga diperoleh perkiraan volume total yang lebih
mendekati keadaan yang sebenarnya. Metode ini tidak cocok diterapkan pada sistem
penebangan dengan tebang habis.
4. Metode Berdasarkan Jumlah Pohon
Metode ini biasanya dipakai dalam pengusahaan hutan yang bersifat ekstensif (
hutan belum tertata, terdiri atas tegakan tidak seumur dengan komposisi jenis yang
tinggi), dikehendaki adanya pembatasan besarnya diameter pohon yang boleh
ditebang dan persyaratan banyaknya pohon yang harus tersedia pada tegakan
tinggal.

Dari 4 Metode diatas maka menurut saya metode yang cocok dilaksanakan
adalah Metode Berdasarkan luas dengan sistem ditebang areal hutan dengan luas yang
sama selanjutnya diremajakan sementara peremajaan beralih kelokasi lain hal ini akan
memberikan kesempatan peremajaan Pohon dan metode berdasarkan jumlah pohon
yang mensyaratkan pembatasan diameter pohon yang boleh ditebang mengingat
hutan diindonesia merupakan hutan yang tidak homogen, dan tidak seumur, serta
sesuai dengan sistem TPTI (Tebang Pilih Tanam diindonesia).

Anda mungkin juga menyukai