Penyelesaian UTS Pa. Alpian
Penyelesaian UTS Pa. Alpian
1. Uraian Keterkaitan Kebijakan Pemerintah seperti PHPL, RIL, SVLK, FLEGT, dan PLTB
terhadap pengelolaan dan Kelestarian Hutan ?
1. PHPL (Pegelolaan Hutan Produksi Lestari) : Merupakan kebijakan yang sangat baik dan
sangat berperan/mempengaruhi dalam menjaga kelestarian SDA dan Lingkungan untuk
generasi mendatang, dimana menganut Prinsip-Prinsip Kelestarian hasil hutan hasil
kayu terkait berbagai konsep sistem silvikultur, penentuan rotasi, teknik penebangan
yang tepat dan sebagainya, Kelestarian potensi hasil hutan yang berorientasi pada
hutan sebagai pabrik kayu. Pengelola hutan memperoleh kesempatan untuk
memaksimumkan produktivitas kawasan hutan dengan cara tidak hanya menghasilkan
produk konvensional sehingga diperoleh keuntungan uang yang sebesar-besarnya,
Kelestarian sumber daya hutan yang menitikberatkan kepada hutan sebagai ekosistem
yang menghasilkan kayu maupun non-kayu, pelindung tata air dan kesuburan tanah,
penjaga kelestarian lingkungan, serta berfungsi sebagai gudang untuk kelangsungan
hidup berbagai macam sumber genetik, baik flora maupun fauna
2. RIL (Reduced Impact Logging) : Atau bisa di artikan dengan pembalakan berdampak
rendah yang diterapkan dalam sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) yang
melakukan pendekatan sistematis dalam perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan, dan
Evaluasi pemanenan Kayu. Dimana menuntut peningkatan kualitas pelaksana kegiatan
pengelolaan dan pelaksanaan pengelolaan hutan dengan standar baik. Dengan
perencanaan teknik pembangunan jalan, penebangan, dan penyaradan yang lebih
propesional. Penerapan teknik RIL ini tentunya sangat memberi dampak kelestarian
lingkungan yang baik untuk SDA Hutan, atau setidaknya memperlambat laju kerusakan
SDA hutan terutama hutan hasil Kayu, serta mengarahkan kebijakan dan penerapan
yang tepat.
3. SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) : merupakan salah satu inisiatif pemerintah
dalam mengatasi pembalakan liar dan mempromosikan kayu legal diindonesia,
sehingga dapat dipasarkan kenegara luar. sistem ini tentunya diharapkan sebagai salah
satu upaya dalam rangka mengurangi pembalakan liar dan memperketat keluarnya
produk kayu ke luar negeri, sehingga memiliki pengaruh pula dengan mempersulit
upaya pembalakan liar/illegal logging dan illegal trading yang dilakukan dengan
sembarangan dan tanpa ijin
4. FLEGT (Forest Law Enforcement Governance and Trade) : selaras dengan SVLK (Sistem
Verifikasi Legalitas Kayu) FLEGT merupakan Respon Uni Eropa untuk menangani
pembalakan liar dinyatakan dalam kebijakan Rencana Tindak Penegakan Hukum, Tata
Kelola dan Perdagangan Sektor Kehutanan (FLEGT), Indonesia merupakan salah satu
negara pengekspor kayu yang menandatangani Perjanjian bilateral Kesepakatan
Kemitraan Sukarela atau Voluntary Partnership Agreements (VPA) yang mengikat kedua
belah pihak untuk memperdagangan hanya produk kayu legal yang telah diverifikasi.
Hal ini diharapkan mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pembalakan liar,
meningkatkan tata kelola hutannya, serta memperkuat kesempatan pasar bagi produk-
produk kayunya di pasar Eropa maupun di pasar-pasar lainnya.
Dari 4 Metode diatas maka menurut saya metode yang cocok dilaksanakan
adalah Metode Berdasarkan luas dengan sistem ditebang areal hutan dengan luas yang
sama selanjutnya diremajakan sementara peremajaan beralih kelokasi lain hal ini akan
memberikan kesempatan peremajaan Pohon dan metode berdasarkan jumlah pohon
yang mensyaratkan pembatasan diameter pohon yang boleh ditebang mengingat
hutan diindonesia merupakan hutan yang tidak homogen, dan tidak seumur, serta
sesuai dengan sistem TPTI (Tebang Pilih Tanam diindonesia).