Perilaku Organisasi Konflik Dan Negosias
Perilaku Organisasi Konflik Dan Negosias
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi penilaian mata kuliah
Perilaku Organisasi
I. Pendahuluan
Manusia merupakan mahluk hidup yang tidak terlepas dari ketergantungan
dengan manusia lain didalam suatu masyarakat atau sering disebut sebagai
mahluk sosial. Setiap individu memiliki ciri khas yang dibawa dalam suatu
interaksi sosial dengan anggota masyarakat. Kekhasan suatu individu dapat
menjadi suatu yang positif, yaitu menciptakan peluang maupun suatu yang
negatif, yaitu hambatan dalam suatu masyarakat. Peluang dan hambatan tersebut
muncul ketika anggota masyarakat menetapkan tujuan-tujuan yang dianggap baik
di masyarakat tersebut. Individu yang memiliki ciri khas yang sesuai dengan
tujuan maka dianggap memberikan pengaruh yang positif sedangkan individu
yang memiliki ciri khas yang tidak sesuai dengan tujuan akan dianggap
memberikan pengaruh yang negatif pada anggota masyarakat lainnya.
Perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang menyelidiki
pengaruh yang dimiliki individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam
organisasi yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan
keefektifan suatu organisasi (Robbins, 2008). Salah satu bentuk hambatan yang
ada didalam organisasi adalah konflik yang disebabkan ketidakselarasan perilaku
dari individu, kelompok dan struktur dalam suatu organisasi. Namun konflik juga
dapat menjadi suatu peluang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan lebih
efektif dan efisien sehingga organisasi tidak bersifat statis.
Konflik yang dapat menjadi peluang dalam organisasi mampu menimbulkan
perpecahan apabila konflik tersebut tidak terkontrol. Maka, diperlukan proses
negosiasi dalam suatu konflik sebagai bentuk kelanjutan kerjasama dalam
mencapai tujuan organisasi. Selain itu, konflik dan negosiasi dalam suatu
organisasi akan diatur oleh manajer dalam menjalankan fungsinya, yaitu
leadership atau pemimpinan sehingga impilkasi dari konflik dan negosiasi perlu
untuk diketahui untuk tetap menjaga integrasi suatu organisasi tetap terkontrol.
II. Isi
II.1 Komunikasi
Universitas Indonesia
3
elemen inilah yang membuat komunikasi berjalan secara efektif dan efisien. Jika
elemen-elemen ini tidak digunakan maka komunikasi tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya. Menurut Djatmiko (2002:57). Klemen- elcmen yang
dibutuhkan dalam suatu proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Message Message
FEED BACK
Message Message
Keterangan:
Pengirim (Sender) yang memulai komunikasi. Dalam suatu organisasi,
pengirim adalah
mengkomunikasi- kannya kepada satu atau lebih orang lain.
Pengkodean (Encoding) adalah pengirim pengkodean informasi yang
akan disampaikan dengan cara menerjemahkan ke dalam serangkaian
simbol atau isyarat.
Pesan (Message) adalah bentuk fisik yang digunakan oleh pengirim
untuk mengkodekan informasi. Pesan dapat berupa segala bentuk yang
dapat dirasakan atau diterima oleh satu atau lebih indra penerima.
Saluran (Chcmnel) atau kanal ialah media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan, misalnya udara untuk pesan yang disampaikan
dengan kata-kata, atau kertas untuk pesan yang disampaikan dalam
bentuk tulisan.
Penafsiran kode (Decoding) adalah proses di mana penerima menafsirkan
pesan dan menerjemahkanya menjadi informasi yang berarti baginya.
Penerima (Receiver) adalah orang yang menafsirkan pesan dari pengirim.
Gangguan (Noise) adalah semua faktor yang mengganggu,
membingungkan atau mengacaukan proses komunikasi.
Umpan balik (Feed- back) adalah kebalikan dari proses komunikasi yang
Keterangan:
berkomunikasi (receiver) dan respon apa yang diharapkan. Pengirim juga harus
mampu dalam menyandikan pesan (encoding), dan dapat memperhitungkan
bagaimana kecenderungan penerima dalam menafsirkan pesan yang
disampaikan (decoding), agar komunikasi berjalan efektif dalam proses
encoding dari pengirim harus berkaitan dengan proses decoding penerima
sehingga terjadi kesamaan dalam mempersepsi pesan dan komunikasi berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Kohler dan Applbaum (1976:171)
menggambarkan proses komunikasi dalam organisasi seperti pada gambar 5 di
bawah ini.
Gambar di tersebut merupakan gambaran proses komunikasi yang terjadi
menurut jalur komunikasi birokratis, sehingga proses komunikasi akan dapat
memberikan informasi kepada bawahan tentang apa yang harus dilakukan.
Model formal ini tidak dapat menggambarkan secara keseluruhan proses
komunikasi antar individu baik secara formal maupun informal yang terjadi
dalam organisasi. Modal ini adalah bentuk yang sangat sederhana untuk kepen-
tingan praktis dalam pemahaman komunikasi organisasi.
II.2 Konflik
Konflik dalam bahasa Latin adalah configere, artinya saling memukul.
Konflik dalam buku Regional Guide to International Conflict and Management
from 1945 to 2003 menyatakan bahwa,
Hal ini sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Robbins dalam buku
Organizational Behaviour, konflik merupakan sebuah proses yang dimulai ketika
satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif
atau akan memengaruhi secara negatif pada sesuatu yang menjadi kepedulian atau
kepentingan pihak pertama.
Dalam dua definisi ini menyatakan bahwa konflik terkait erat dengan
persepsi. Konflik timbul ketika ketidakselarasan persepsi individu yang satu
dengan yang lain, artinya satu individu merasa bahwa hal-hal yang yang dimiliki
individu lain mempengaruhi persepsi individu tersebut, contohnya,
“Barney menyukai strawberry namun tidak menyukai apel dan Taffyta
menyukai apel namun tidak menyukai strawberry. Kedua orang ini hanya
mampu untuk membeli satu buah apel atau satu buah strawberry dengan
uang yang mereka punya. Maka, adanya konflik antara Barney dan Taffyta
dalam menentukan apakah akan menggunakan uang mereka untuk satu
buah apel atau satu buah strawberry.”
Jika dikaitkan dengan organisasi, konflik pada individu yang terjadi ketika
adanya ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman
yang disebabkan oleh ekspetasi perilaku, dan lain-lain. Konflik dilatarbelakangi
oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan
karena individu membawa ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, seperti fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain-lain.
Konflik terjadi ketika dua entitas sosial mengalami beberapa hal berikut,
yaitu (Rahim, 2011):
1. Mereka terlibat dalam suatu kegiatan yang sama namun tidak memiliki
keselarasan dalam kebutuhan dan kepentingan masing-masing;
2. Perbedaan preferensi terhadap arti kepuasan;
3. Membutuhkan suatu sumber daya (resources) yang sama namun memiliki
perbedaan waktu untuk mendapatkannya.
II.2.1 Pandangan-pandangan Konflik
Pandangan-pandangan konflik terangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Pandangan-pandangan Konflik
Tradisional (The Traditional Definisi: konflik sebagai sesuatu hal yang negatif,
View) menimbulkan kerugian dan kerusakan, seringkali
konflik disinonimkan dengan kekerasan.
Penyebab: Konflik ini disebabkan oleh suatu hasil
disfungsional karena kurangnya komunikasi,
kepercayaan dan keterbukaan antar anggota dan
kegagalan manajer dalam memberikan aspirasi kepada
anggotanya.
Kesimpulan: konflik harus di hindari dalam
organisasi karena dapat menimbulkan kerugian.
Hubungan Manusia (The Definisi: konflik merupakan hal yang wajar terjadi
Behavioural View) secara alamiah dan tidak dapat dihindari dalam
organisasi.
Penyebab: sifat, pandangan, dan pemikiran manusia
3. Maksud
Maksud mengintervensi antara persepsi serta emosi seseorang dengan
perilaku luaran mereka. Maksud merupakan keputusan untuk bertindak
dengan cara tertentu. Banyak konflik menjadi bertambah besar karena salah
satu pihak salah dalam memahami maksud pihak lain. Selain itu, biasanya
ada perbedaan yang besar antara maksud dan perilaku, sehingga perilaku
tidak selalu mencerminkan secara akurat maksud seseorang.
4. Perilaku
Perilaku adalah serangkaian pernyataan, aksi, dan reaksi yang dibuat
oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku dapat dikategorikan menjadi
perilaku para pihak dan reaksi orang lain. Perilaku para pihak berusaha
menyalurkan maksud-maksud dalam konflik. Reaksi orang lain di luar
konflik juga dapat memengaruhi perilaku para pihak yang berkonflik,
contoh pelaku demonstrasi dapat diprovokasi oleh pihak luar yang tidak
terlibat dalam konflik namun memanfaatkan aksi demonstrasi untuk
kepentingan golongan tertentu. Maka perilaku dalam konflik dapat
menyimpang dari maksud-maksud orisinil konflik.
5. Akibat
Dalam konflik, terdapat dua kemungkinan akibat yang dihasilkan, yaitu
akibat fungsional dan disfungsional. Konflik dikatakan fungsional apabila
Tujuan superordinat Menetapkan tujuan bersama yang tidak dapat dicapai tanpa
kerja sama dari setiap pihak yang berkonflik
Ekspansi sumber daya Ketika sebuah konflik timbul karena kelangkaan sumber
daya (uang,promosi,kesempatan,ruang kantor) ekspansi
sumber daya dapat menciptakan solusi yang saling
menguntungkan
II.3 Negosiasi
Negosiasi merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menyelesaikan
sebuah konflik dalam organisasi. Sedangkan menurut menurut Ivancevich (2009)
negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih yang berbeda
pendapat berusaha mencapai kesepakatan. Selain Ivancevich, Robbins ( 2007)
menyatakan bahwa negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih
melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai
tukarnya. Maka, dapat disimpulkan bahwa negosiasi merupakan sebuah proses
dimana ada dua pihak atau lebih mencari kesepakatan yang terjadi karena adanya
perbedaan pendapat oleh keduanya. Oleh sebab itu, pendapat yang berbeda-beda
dapat menimbulkan sebuah konflik yang dapat diredam dengan menggunakan
metode negosiasi.
Negosiasi dilakukan atas dasar proses tawar-menawar. Proses tawar-
menawar itu memiliki dua jenis, yaitu tawar-menawar distributif dan tawar-
menawar integratif. Perbedaan keduanya dapat dilihat dari Tabel 4.
Tabel 4. Perbedaan Proses Tawar-Menawar Distributif dan Tawar-Menawar Integratif
Karakteristik Tawar-menawar distributif Tawar-menawar
Tawar-menawar integratif
Tujuan negosiasi yang berusaha negosiasi yang didasarkan
membagi sumber daya yang pada asumsi bahwa ada
jumlahnya tetap satu penyelsaian atau lebih
yang dapat menciptakan
solusi menang-kalah atau
saling menguntungkan
Contoh : Contoh:
II.3.1Proses Negosiasi
Proses negosiasi merupakan suatu hal yang penting agar negosiasi
mencapai tujuan dan memenuhi kepentingan ke dua belah pihak atau lebih.
Dalam proses negosiasi ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan menurut
Robbins (2007), yaitu:
1. Persiapan dan perencanaan: Tahap awal sebelum melakukan negosiasi ke
dua belah pihak atau lebih perlu mengetahui apa tujuan dari mereka
melakukan negosiasi dan memprediksi apakah hasil yang mungkin
diperoleh dari yang terbaik hingga yang terburuk.
2. Definisi aturan-aturan dasar: Seteleh melakukan tahap persiapan dan
perencanaan, selanjutnya kedua belah pihak atau lebih menentukan aturan-
aturan dan prosedur dasar untuk ngosiasi. Seperti siapa yang melakukan
bargaining memang dapat menyelesaikan masalah tetapi tak semua pihak merasa
puas karena konfrontasi dan fokus pada jangka waktu yang pendek.
III. Kesimpulan
Konflik tidak dapat dihindari dalam kehidupan sosial karena konflik itu
sendiri timbul dari interaksi sosial yang dilakukan masyarakat, yaitu individu
yang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Namun, konflik tersebut dapat
dicegah apabila antarindividu meyakini bahwa orang lain tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap dirinya melainkan menganggap orang lain sebagai teman
untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan. Konflik itu sendiri dapat diatasi
dengan cara melakukan negosiasi. Bentuk negosiasi yang dapat dilakukan dengan
cara kompetisi, kolaborasi, penghindaran, akomodasi, dan kompromi
Hal ini perlu diketahui oleh manajer dalam suatu organisasi karena implikasi
konflik dapat membuat organisasi menjadi konstruktif apabila manajer dapat