Status Ilmu Penyakit Dalam
Status Ilmu Penyakit Dalam
Dikirim oleh : dr. Yuli Nugrawati Tgl. Dirawat : 22-03-2006 Jam : 12.25
Tgl. Diperiksa (Co-ass) : 22-03-2006
Tgl. Keluar : Jam : sembuh/perbaikan/pulang paksa/lain-lain
Penderita Meninggal : Jam :
Diagnosa/diagnosa kerja
Dokter : Anemia ec susp defisiensi besi
Co-Ass : Anemia ec defisiensi besi
2
saat melahirkan dengan jumlah lebih dari normal. Setelah melahirkan, penderita
menggunakan KB suntik 3 bulanan, dan penderita tidak pernah menstruasi lagi sampai
sekarang.
Riwayat menstrusi dengan pengeluaran darah yang banyak sebelum kehamilan anak
kedua diakui dimana penderita mengganti pembalut sehari 5-6 kali
Penderita makan 3 kali sehari dengan porsi ½ piring nasi, dengan lauk pauk tempe,tahu,
dan sayuran. Penderita jarang memakan telur dan ikan. Penderita tidak pernah memakan
daging dan ayam. Penderita jarang mengkonsumsi buah-buahan segar.
Riwayat buang air besar disertai dengan ditemukannya cacing pada kotoran tidak ada.
Riwayat buang air besar disertai darah dan riwayat penyakit wasir tidak ada.
Riwayat panas badan yang didahului dengan menggigil diakhiri dengan berkeringat dan
riwayat bepergian ke luar pulau jawa dalam waktu 6 bulan terakhir tidak ada.
Riwayat air kencing berwarna merah atau gelap di pagi hari tidak ada.
Riwayat digigit ular berbisa atau binatang berbisa lainnya tidak ada.
3
Suara : Tidak ada
c. Keluhan organ dileher
Rasa sesak dileher : Tidak Ada
Pembesaran kelenjar : Tidak Ada
Kaku kuduk : Tidak Ada
d. Keluhan organ di thorax
Sesak Napas : Ada
Sakit Dada : Tidak Ada
Napas berbunyi : Tidak Ada
Batuk : Tidak Ada
Jantung berdebar : Ada
e. Keluhan organ di perut
Nyeri lokal : Tidak Ada
Nyeri tekan : Tidak Ada
Nyeri seluruh perut : Tidak Ada
Nyeri berhubungan
- Makanan : Tidak ada
- b.a.b : Tidak Ada
- haid : Tidak Ada
Perasaan tumor diperut : Tidak Ada
Muntah-muntah : Tidak ada
Diare : Tidak Ada
Obstipasi : Tidak Ada
Tenesmi ad anum : Tidak Ada
Perubahan dalam b.a.b : Tidak Ada
Perubahan dalam miksi : Tidak Ada
Perubahan dalam haid : Ada ( Amenore )
f. Keluhan tangan dan kaki
Rasa kaku : Tidak Ada
Rasa lelah : Ada
Mialgin/Artralgia : Tdak Ada
4
Parestesi : Tidak Ada
Fraktur : Tidak Ada
Claudicatio : Tidak Ada
Nyeri tekan : Tidak Ada
Luka/bekas luka : Tidak Ada
Edema : Tidak Ada
g. Keluhan-keluhan lain
Kulit : Tidak Ada
Ketiak : Tidak Ada
Keluhan kelenjar limfe : Tidak Ada
Keluhan kelenjar endokrin :
1. Haid : Ada
2. DM : Tidak Ada
3. Tiroid : Tidak Ada
4. Lain-lain : Tidak Ada
ANAMNESA TAMBAHAN
a. Gizi : Kualitas : Kurang
Kwantitas : Kurang
b. Penyakit menular : Tidak Ada
c. Penyakit turunan : Tidak Ada
d. Ketagihan : Tidak Ada
e. Penyakit venerik : Tidak Ada
A. STATUS PRESENT
I. KESAN UMUM
a. Keadaan Umum
Kesan Sakitnya : Sakit Sedang
Kesadarannya : Komposmentis
Pergerakan : Terbatas
5
Keadaan gizi : Kurang
Tinggi badan : 155 Cm
Gizi kulit : Cukup
Tidur : Terlentang dengan menggunakan 1 bantal
Watak : Kooperatif
Umur yang ditaksir : Sesuai
Bentuk badan : Astenikus
Berat badan : 40 kg
Gizi otot : Cukup
Kulit : Turgor kembali cepat
b. Keadaan Sirkulasi
Suhu : 37 °C
Tekanan darah kanan : 110/70 mmHg kiri : 110/70 mmHg
Nadi : kanan : 106x/mnt reguler, equal, isi kurang
Kiri : 106x/mnt reguler, equal, isi kurang
Keringat dingin : Ada Sianose : Tidak Ada
c. Keadaan Pernafasan
Tipe : Thorakoabdominal
Frekwensi : 22x/mnt
Corak : Normal
Hawa / bau nafas : Tidak ada
Bunyi nafas : Tidak ada
6
3. Mata
Letak : Simetris
Kelopak mata : Oedem Tidak ada
Kornea : Tidak ada kelainan
Pupil : Bulat isokor
Reaksi konvergensi : +/+
Refleks kornea : +/+
Sklera : Ikterik : - / -
Pergerakan : Normal kesegala arah
Konjungtiva : Anemis : + / +
Iris : Tidak ada kelainan
Reaksi cahaya : D : +/+ ID : +/+
Visus : Normal
Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga
Inspeksi : Tidak Ada kelainan
Palpasi : Tidak Ada kelainan
Pendengaran : Tidak Ada kelainan
5. Hidung
Inspeksi : Tidak ada kelainan, perdarahan tidak ada
Sumbatan : Tidak Ada, krusta sanguinolenta tidak ada
Ingus : Tidak Ada
Bentuk : Tidak ada kelainan
6. Bibir
Sianosis : Tidak Ada
Kheilitis : Tidak Ada
Stomatitis anggularis : Tidak Ada
Rhagaden : Tidak Ada
Perleche : Ada
7. gigi dan gusi : 87654321 12345678 X= Tanggal
87654321 12345678 O= Bolong
Hypertropi gusi : Tidak Ada
7
Perdarahan gusi : Tidak Ada
8
C. Ketiak
Inspeksi
Rambut ketiak : Tidak Ada kelainan
Tumor : Tidak Ada
Palpasi
Kel.getah bening : Tidak teraba membesar
Tumor : Tidak Ada
D. Pemeriksaan Thorax
Thorax depan
Inpeksi :
Bentuk umum : Simetris
Sela iga : Tidak ada kelainan
Sudut epigastrium : < 90oC
Diameter Frontal dan sagital : Diameter frontal < Diameter sagital
Pergerakan : Simetris
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Kulit : Petechie, purpura, dan ekimosis tidak ada
Tumor : Tidak Ada
Ictus cordis : Tidak Terlihat
Pulsasi lain : Tidak Ada
Pelebaran vena : Tidak Ada
Palpasi :
Kulit : Dingin
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Mammae : Tidak ada kelainan
Sel iga : Tidak melebar, tidak menyempit
Thorax dan paru
- Pergerakan : Simetris paru kanan sama dengan
paru kiri
- Vokal fremitus : Normal Paru kanan sama
dengan Paru kiri
9
Iktus cordis
- Lokalisasi : ICS V Linea Midclavicula
Sinistra
- Intensitas : Tidak Kuat diangkat
- Pelebaran : Tidak Ada
- Thrill : Tidak Ada
Perkusi
Paru-paru
Batas paru hepar : ICS V Linea midclavicularis dextra
Peranjakan : 2 centimeter
Suara perkusi : Sonor Paru Kanan sama dengan Paru Kiri
Jantung
Batas atas : ICS III Linea parasternalis sinistra
Batas kanan : Linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V Linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bj I – II Murni Reguler
Paru-paru :
Suara pernafasan pokok : Vesikuler paru kanan sama dengan paru kiri
10
Bising gesek jantung : Friction rub Tidak Ada
Thorax belakang
Inspeksi :
Bentuk : Simetris
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Simetrisasi : kanan sama dengan kiri
Kulit : Petecie, purpura, ekimosis tidak ada
Palpasi :
Muskultar : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak melebar, tidak mnyempit
Vocal fremitus : Normal paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi Paru kanan Paru kiri
Batas bawah : Vertb Thoraxal X ; Vertb Thoraxal IX
Peranjakan : 2 centimeter
Auskultasi Paru kanan Paru kiri
Suara pernafasan : Vesikuler paru kanan sama dengan paru kiri
11
Nyeri tekan lokal : Tidak ada
Nyeri tekan difus : Tidak ada
Nyeri lepas : Tidak ada
Defance muskuler : Tidak ada
Hepar
Teraba/tidak teraba : Tidak Teraba
Besar : -
Kosistensi : -
Permukaan : -
Tepi : -
Nyeri Tekan : Tidak ada
Lien
Pembesaran : Tidak ada, ruang traube kosong
Konsistensi : -
Permukaan : -
Insisura : -
Nyeri tekan : Tidak ada
Tumor/massa
Ginjal : Balotemen -/-
Pembesaran : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Perkusi
Suara perkusi : Tympani
Dullness : Tidak Ada
Ascites
- Shiftting dullness : Tidak Ada
- fluid wave : Tidak Ada
Auskultasi
Bising usus : (+) Normal
Bruit : Tidak ada
Lain-lain : Tidak Ada
12
f. CVA (Costo-vetebra angel) : Nyeri ketok -/-
g. Lipat paha
Inspeksi : Tumor : Tidak Ada
Pembesaran kelenjar : Tidak Ada
Hernia : Tidak Ada
Palpasi : Tumor : Tidak Ada
Perbesaran kelenjar : Tidak Ada
Pulpasi A.femoralis : Tidak Ada kelainan
Hernia : Tidak Ada
Auskulasi : A. Femoralis : Tidak Ada Kelainan
h. Genitalia : Tidak Ada Kelainan
i. Sakrum : Tidak ada kelainan
j. Rektrum & Anus : Tidak ada kelainan
k. Kaki & Tangan :
Inspeksi : Kulit : Pucat ada. Petechie, purpura,ekimosis tidak ada
Pergerakan : Terbatas
Bentuk : Tidak ada kelainan
Clubbing finger : Ada, Koilynochia : Ada
Otot-otot : Tidak Ada Kelainan
Palmar eritema : -/-
Udema : Tidak ada
Rasa sakit : Tidak Ada
Palpasi : Nyeri tekan : Tidak Ada
Tumor : Tidak Ada
Pitting edema : Tidak Ada
Lain-lain : Tidak ada
Sendi-sendi
Inspeksi : Kelainan bentuk : Tidak Ada
Tanda radang : Tidak Ada
Kulit : Tidak ada kelainan
Otot sendi : Tidak Ada Kelainan
13
Palpasi : Bentuk : Tidak Ada Kelainan
Cairan dalam sendi : Tidak Ada
Nyeri tekan : Tidak Ada
l. Neurologik
Reflek fisiologik-KPR : +/+
APR : +/+
Reflek patologik :-/-
Rangsangan meningen :-
Proprioseptif : +/+
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH URINE FESES
Hb : 5,2 gr % Warna : kuning Warna : kehitaman
Leukosit : 11600 mg % Kekeruhan : jernih Bau : busuk
Hitung jenis Bau : amoniak Konsistensi : lembek
Baso : 0% BJ :- Lendir : -
Eos : 3% Reaksi : asam Darah : -
Staff : 0% Albumin : - Parasit : -
Segmen : 74 % Reduksi : - Eritrosit : -
Limfo : 20 % Uro : + Leukosit : -
Mono : 3% Bil : - Telur cacing : -
Trombosit : 370000/mm3 Sediment : Sisa makanan : +
Hematokrit : 19,4 Epitel 1-2
L.E.D : Eritrisit 0
Leukosit 1-2
1 jam pertama : 25
1 jam kedua : 45
14
Ovalosit +
Reticulosit +
Leukosit : Tidak ditemukan
Trombosit : kelompokan trombosit tidak ada
RESUME
Penderita wanita, umur 28 tahun, pegawai pabrik pensil, sudah berkeluarga, datang /
masuk rumah sakit RS Dustira satu hari yang lalu dengan keluhan utama lemah badan.
Pada anamnesa lebih lanjut :
Sejak satu minggu yang lalu penderita mengeluh fatique yang disertai dengan kepala
terasa pusing, dispnoe d’effort, konsentrasi menurun, penglihatan yang berkunang-
kunang, palpitasi, penurunan berat badan dari 42 kg menjadi 40 kg dalam waktu satu
bulan, sincope dua kali kira-kira 5 menit setiap kali sincope.
Fatique tidak oleh karena penyakit TBC paru, Diabetes melitus, hypotiroidisme,
leukemia, anemia aplastik, immun trombositopenia purpura, cronik kidney disease,
hepatitis akut, hepatitis knonis, sirosis hepatis, penyakit kardiovaskuler.
Pada bulan juni tahun 2003 penderita melahirkan anak keduanya oleh bidan dan paraji,
menurut penderita bidan mengatakan bahwa penderita mengalami perdarahan saat
melahirkan dengan jumlah lebih dari normal. Kemudian penderita menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulanan, dan penderita amenore sampai sekarang.
Pada akhir tahun 2004 penderita dirawat di Rumah Sakit Cibabat selama 5 hari dengan
keluhan anemia tetapi penderita tidak mendapatkan transfusi darah
Sejak 4 bulan yang lalu penderita mengeluhkan rambutnya mudah rontok, perlece, dan
koilonikia
Riwayat oligomenorea sebelum gravida anak kedua diakui dimana penderita mengganti
pembalut sehari 5-6 kali
Penderita makan 3 kali sehari dengan porsi ½ piring nasi, dengan lauk pauk tempe,tahu,
dan sayuran. Penderita jarang memakan telur dan ikan. Penderita tidak pernah memakan
daging dan ayam. Penderita jarang mengkonsumsi buah-buahan segar.
Riwayat buang air besar disertai dengan ditemukannya cacing pada kotoran tidak ada.
Riwayat hematosezia dan riwayat haemoroid tidak ada.
15
Riwayat febris yang didahului dengan frigoris diakhiri dengan sudoris dan riwayat
bepergian ke luar pulau jawa dalam waktu 6 bulan terakhir tidak ada.
Riwayat hematuria atau gelap di pagi hari tidak ada.
Riwayat digigit ular berbisa atau binatang berbisa lainnya tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
KEADAAN UMUM :
Kesadaran : Komposmentis
Kesan Sakit : Sakit sedang
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 106x/mnt, reguler, equal, isi kurang
Temperatur : 37,1 O C Pernapasan : 22x/mnt
Sianose : Tidak Ada
Keringat dingin : Ada
16
Bunyi jantung I, II murni reguler, Murmur tidak ada
Pulmo : VBS kanan = VBS kiri, ronchi -/-, Wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Anemis, datar
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : lembut, nyeri tekan tidak ada
Hepar : Tidak teraba, nyeri tekan tidak ada
Lien : Tidak teraba, nyeri tekan tidak ada
Ren : balotemen -/-
Ekremitas : clubing finger ada, koilonychia ada
Kulit : anemis.
Petechie, purpura dan ekimosis tidak ada
Proprioseptif : +/+
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH : Anemia
Leukositosis
LED meningkat
Apus darah tepi : Eritrosit : Hipokrom Mikrositer poikilositosis
Normoblas tidak ada
Leukosit : Tidak ditemukan
17
2. Fe serum
3. TIBC
4. Tranferin
5. Benzidin test untuk urin dan feses
6. Endoskopi
VI. PENGOBATAN
Terapi umum :
- Tirah baring
- Anjurkan banyak makan daging dan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C
Terapi khusus :
- Sulfas ferosus 3 X I
- Vitamin C 3 X I
- PRC 2 labu
VI. PROGNOSA
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad Fungsional : ad bonam
18
DISKUSI STATUS
19
a. Anemia : keluahan lemah badan disertai dengan wajah terlihat pucat,
mata berkunang-kunag, jantung terasa berdebar-debar, mcepat merasa
lelah,dan konsentrasi berkurang,. Ini menandakan bahwa fatique pada
penderita ini disebabkan oleh anemia.
b. Leukemia : keluhan tidak disertai dengan adanya bintik-bintik kemerahan
seperti digigit nyamuk, memar tanpa didahului benturan sebelumnya,
mimisan dan perdarahan gusi yang sulit berhentiyang timbul baik
spontan ataupun oleh karena sikat gigi, keluhan juga tidak disertai
dengan nyeri pada tulang-tulang. Ini menendakan bahwa fatique pada
penderita ini bukan disebabkan oleh leukemia.
4. Penyakit ginjal
a. Gagal ginjal kronik : Keluhan tidak disertai bengkak pada kelopak mata
yang timbul pada pagi hari yang berangsur-angsur mengilang menjelang
siang hari, gatal-gatal pada kulit, dan perubahan pada buang aoir kecil
baik dalam hal frekuensi dan jumlah urinnya. Ini menandakan bahwa
Fatique pada penderita ini bukan disebabkan karena penyakit gagal ginjal
kronik
5. Penyakit Hati
a. Hepatitis dan sirosis hepatis : keluhan tidak disertai dengan mata kuning,
buang air kecil seperti teh pekat, buang air besar seperti dempul, perut
membesar yang berpindah sesuai posisi penderita, apabila penderita
berbaring kesebalah kanan maka bengkat pada perut berpindah pada
sebelah kanan juga begitu pula sebaliknya. Hal ini menandakan bahwa
fatique tidak disebabkan oleh hepatitis dan sirosis hepatis
6. Penyakit jantung
a. keluhan lemah badan tidak disertai dengan nyeri dada kiri yang menjalar
ke punggung dan lengan kiri, bengkak pada kaki, sesak nafas yang
membuat penderita terbangun pada malam hari. Berdasarkan hal tersebut
diatas dapat disimpulakan bahwa lemah badan tidak disebabkan oleh
penyakit jantung.
DISKUSI ANAMNESA KHUSUS
20
“ Sejak 4 bulan yang lalu penderita mengeluhkan rambutnya mudah rontok, pecah-pecah
pada sudut bibir yang tidak sembuh-sembuh, kuku kusam dan mudah pecah.”
Rambut mudah rontok pecah-pecah pada sudut bibir merupakan manifestasi dari
kekurangan zat besi.
Kuku kusam dan mudah pecah ( koilonikia ) merupakan hasil dari pertumbuhan lambat
dari lapisan kuku karena kurangnya zat besi.
Buang air besar tidak perna ditemukannya cacing. Pada daerah tropis, infestasi parasit,
terutama cacing tambang, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus merupakan
penyebab utama kehilangan darah yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Buang air besar tidak disertai darah. Untuk mencari penyebab dari anemia defisiensi
besi dimana perdarahan dari gastrointestinal secara kronik dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi yaitu termasuk ulkus lambung, gastritis, haemoroid, kolon angiodisplasia
dan adenocarsinoma kolon.
Pada bulan juni tahun 2003, penderita melahirkan anak kedua yang ditolong oleh bidan
dan paraji. Menurut penderita bidan mengatakan bahwa penderita mengalami
perdarahan saat melahirkan dengan jumlah lebih dari normal. Pada kehamilan aterm
normal, 900 mg zat besi hilang dari ibu kepada fetus, plasenta dan perdarahan pada waktu
partus. Pada penderita ini didapatkan perdarahan yang melebihi jumlah normal, sehingga
lebih memungkinkan untuk menderita anemia defisiensi besi.
Riwayat menstrusi dengan pengeluaran darah yang banyak sebelum kehamilan anak
kedua diakui dimana penderita mengganti pembalut sehari 5-6 kali. Perdarahan
menstuasi yang banyak dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Pengukuran telah
membuktikan bahwa wanita yang mengalami perdarahan yang hebat sewaktu menstruasi
dapat kehilangan 0,568 liter darah dalam satu periode atau kehilangan kira-kira 200 mg
zat besi1.
Penderita makan 3 kali sehari dengan porsi ½ piring nasi, dengan lauk pauk tempe,tahu,
dan sayuran. Penderita jarang memakan telur dan ikan. Penderita tidak pernah
memakan daging dan ayam. Jarangnya penderita makan-makanan yang bergizi
khususnya daging, yang banyak mengandung zat besi memperbesar kemungkinan
cadangan zat besi penderita yang dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi
21
Penderita jarang mengkonsumsi buah-buahan segar. Absorpsi zat besi dipengaruhi oleh
zat yang dapat membentuk kompleks yang dapat larut dan siap masuk kedalam sel epitel
di sepanjang saluran cerna bagian atas yang merupakan tempat absopsi terbanyak Fe. Zat
tersebut antara lain vitamin C yang terdapat dalam buah-buahan.
Riwayat buang air besar disertai darah dan riwayat penyakit wasir tidak ada. Untuk
mencari penyebab dari anemia defisiensi besi dimana perdarahan dari gastrointestinal
secara kronik dapat menyebabkan anemia defisiensi besi yaitu termasuk ulkus lambung,
gastritis, haemoroid, kolon angiodisplasia dan adenocarsinoma kolon.
Buang air kecil tidak disertai darah. Untuk mencari penyebab dari anemia defisiensi besi
bisa disebabkan oleh karena perdarahan gastrourinarius.
Riwayat panas badan yang didahului dengan menggigil diakhiri dengan berkeringat
dan riwayat bepergian ke luar pulau jawa dalam waktu 6 bulan terakhir tidak ada.
Keluhan tersebut adalah gejala kllinis dari penyakit malaria dimana penyakit malaria
adalah salah satu etiologi dari anemia hemoltik. Malaria adalah penyakit parasit yang
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeki
plasmodium. Penyakit ini akan menyebabkan anemia hemolitik berat ketika sel darah
merah di infestasi oleh parasit plasmodium, pada keadaan ini terjadi kerusakan pada
permukaan sel darah merah yang menjadi tidak teratur. Sel darah merah yang terkena
akan segera dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa.jadi anemia pada penderita ini
bukan anemia hemolitik
Riwayat air kencing berwarna merah atau gelap di pagi hari tidak ada. Gejala ini
merupakan gejala klinis paroksismal nokturnal hemoglobinuria ( PNH ), dimana PNH
merupakan anemia hemolitik intravaskuler kronis yang didapat adanya defek pada
membran eritrosit sehingga rentan terhadap komplemen. Jadi anemia pada penderita ini
bukan disebabkan oleh PNH
Riwayat digigit ular berbisa atau binatang berbisa lainnya tidak ada. Zat-zat toksis
dalam bisa ular dapat menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah yang dapat
menyebabkan anemia hemolitik. Pada penderita ini dapat disimpulkan bahwa anemia
bukan anemia hemolitik.
DISKUSI PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum dan tanda vital
22
Keadaan umum : kesadaran : compos mentis
Kesan sakit : sakit sedang
Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 106 X/Menit reguler equal isi cukup
Pernafasan : 22 X/Menit
Suhu : 37,1 0C
Keringat dingin : ada
Sianose : Tidak ada
Pada penderita ini terjadi peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan. Dimana setiap
penurunan kadar hemoglobin akan disertai dengan penurunan kemampuan darah dalam
mengangkut oksigen. Pa02 tetapi jumlah absolut oksigen yang diangkut per unit volume
darah akan berkurang sehingga tubuh mengadakan kompensasi dengan mempercepat
frekuensi nadi dan pernafasan.
Tengkorak : rambut kusam dan mudah rontok.
Merupakan tanda anemia defisiensi besi
Muka pucat. Puffy face tidak ada
Pada penderita anemia didapatkan kulit pucat karena kurangnya jumlah sel darah merah.
Puffy face tidak ada untuk menyingkirkan anemia karena penyakit ginjal kronik
Kelopak mata : Oedem Tidak ada
Kelopak mata yang oedem merupakan salah satu tanda yang khas pada gagal ginjal
kronik , dimana pada penyakit gagal ginjal kronik ini selalu ditemukan anemia. Jadi pada
penderita ini bukan disebabkan oleh karena gagal ginjal kronik.
Sklera tak Ikterik :
Karena pada sklera yang ikterik ditemukan pada anemia hemolisis yang hebat
Konjungtiva Anemis :
Karena pada konjungtiva kaya akan vaskularisasi, sehingga ketika kadar sel darah merah
berkurang konjungtiva terlihat jelas anemis.
Hidung tidak terdapat perdarahan dan krusta sanguinolenta.
Keluhan ini untuk menyingkirkan diagnosa banding dengan anemia aplastik dan ITP dan
leukemia, dimana pada kedua penyakit ini memberikan gejala perdarahan baik spontan
maupun dengan trauma ringan.
23
Bibir terdapatnya perleche.
Merupakan salah satu tanda dari anemia defisiensi zat
Gusi tidak terdapat hypertropi dan perdarahan.
Tanda-tanda tersebut diatas untuk menyingkirkan anemia aplastik dan ITP dan leukemia
Lidah frenulum linguae anemis :
Karena pada frenulum linguae kaya akan vaskularisasi, sehingga ketika kadar sel darah
merah berkurang frenulum linguae terlihat jelas anemis.
Permukaan lidah basah licin kemerahan dan adanya papil atrofi
Tanda tersebut terdapat pada anemia defisiensi besi dimana anemia defisiensi besi adanya
atrofi papila lidah yang mengakibatkan lidah tampak licin, mengkilat merah daging,
meradang dan sakit.
Rongga mulut, rongga leher, leher dan ketiak, serta thorax dalam batas normal.
Jantung : murmur tidak ada
Murmur terjadi pada anemia yang berat. Jadi pada penderita ini anemianya masih tidak
terlalu berat
Splenomegali tidak ada.
Splenomegali dapat terjadi karena bendungan ( misalnya pada sirosis hepatis ), kelainan
hemolitik infeksi dan penyakit jaringan ikat. Jadi pada pasien ini anemia tidak disebabkan
oleh anemia hemoltik.
Clubing finger dan Koilynochia
Pada anemia terjadi penurunan suplai nutrisi dan oksigen karena kurangnya sel darah
merah sebagai media transport zat-zat tersebut sehingga pertumbuhan kuku terhambat
Kulit Pucat
Karena pada anemia vaskularisasi perifernya berkurang sehingga kulit terlihat pucat
Petechie, purpura dan ekimosis tidak ada
Tanda-tanda perdarahan tersebut biasanya terdapat pada pasien leukemia, ITP dan anemia
aplastik, hal tersebut menyatakan bahwa penyakit pada pasien ini tidak disebabkan oleh
leukemia, ITP dan anemia aplastik
Proprioseptif +/+
Karena penilaian kemampuan proprioseptif ( menguji rasa posisi pada jari kaki ) dapat
merupakan petunjuk terkena atau tidaknya medula spinalis pada defisiensi vitamin B 12
24
dimana pada anemia megaloblastik rangsang proprioseptif pada medula spinalis menurun
atau mengilang. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa pada penderita ini anemia bukan
disebabkan oleh anemia megaloblastik.
DISKUSI PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah :
Hemoglobin : 5,2 gr%
Hemoglobin mengalami penurunan merupakan diagnosa pasti anemia dimana nilai
normal hemoglobin untuk seorang wanita adalah 12-16 gr%.
ADT
Dengan adanya gambaran hipokrom mikrositer poikilositosis dapat disimpulkan bahwa
penderita disimpulkan menderita anemia defisiensi besi
URIN
Dalam batas normal
FESES
Warna feses kehitaman kemungkinannya penderita sudah minum obat sufasferosus atau
adanya perdarahan saluran cerna bagian atas.
Telur cacing tidak ditemukan. Ini untuk menyingkirkan etiologi anemia defesiensi besi
karena infestasi cacing baik Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus.
DISKUSI DIAGNOSA KERJA
1. Dari keluhan utama didapatkan : lemah badan
2. Dari anamnesa didapatkan :
- Tanda-tanda anemia : lemah badan, pucat, pandangan berkunang-kunang,
jantung berdebar, konsentrasi menurun, dan mudah lelah
- Gejala defisiensi besi : mudah rontok, pecah-pecah pada sudut bibir, dan
kuku tipis dan mudah pecah
3. Dari pemeriksaan fisik :
- Rambut kusam
- mata konjungtiva anemis
- mulut : lidah licin kemerahan ( papila atrofi + ), bibir : perlece
- kulit : anemis
4. pemeriksaan laboratrium
25
dari pemeriksaan laboraturium didapatkan gambaran hipokrom mikrositer
poikilositosis
DISKUSI PENGOBATAN
Pengobatan pada anemia defisiensi besi adalah identifkasi dan eliminasi penyebab
dan koreksi anemia dengan tranfusi PRC
Rumus kebutuhan total PRC : Hb X BB X 5 cc
: ( 12 – 5.2 mg% X 40 kg X 5 cc )
: 1360 cc : 2 labu PRC @ 500 ml
Fe dalam 1 mililiter PRC mengandung Kurang dari 1 miligram Fe
DISKUSI PROGNOSA
Anemia defisiensi besi pada penderita ini kemungkinan disebabkan karena pola
makan penderita yang jelek dan perdarahan menstruasi yang berlebih jadi dengan
diperbaiki pola makan penderita dan pemberian asupan zat besi oral dan tranfusi
maka kemungkinan prognosa vital dan fungsionam ad bonam
26
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel – sel yang terfiksasi dalam
tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai
suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darah sendiri.
Komponen cair darah yang disebut plasma terdiri dari 91% sampai 92% air yang
berperan sebagai medium transport, dan 7% sampai 9% terdiri dari zat padat itu adalah
protein-protein seperti albumin, globulin, fibrinogen; unsure anorganik berupa natrium,
kalsium, kalium, fosfor, besi dan iodium; unsure organic berupa zat-zat nitrogen
nonprotein, urea, asam urat, xantin, kreatinin, asam amino, lemak netral, fosfolipid,
kolesterol, glukosa, dan berbagai enzim seperti amylase, protease, dan lipase. Setelah
fibrinogen dan factor-faktor pembekuan dihilangkan dari plasma, tinggal serum dibagian
atasnya. Walaupun semua unsure memainkan peranan penting dalam homeostatis, tetapi
protein plasma sering terlibat dalam discrasia darah. Dari tiga jenis utama protein serum,
albumin yang dibentuk dalam hati merupakan 53% dari seluruh protein serum. Peran
utama albumin adalah mempertahankan volume darah dengan menjadi tekanan osmotic
koloid, pH dan keseimbangan elektrolit, serta transport ion-ion logam, asam lemak,
steroid, hormone dan obat-obatan. Globulin merupakan 43 % dari protein serum yang
dibentuk didalam hati dan jaringan limfoid. Globulin bertanggung jawab atas
pembentukan antibody dan protrombin. Fibrinogen, yang jumlahnya hanya 4% penting
untuk pembekuan darah.
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah ( eritrosit ), beberapa jenis sel
darah putih ( leukosit ), dan pecahan sel yang disebut trombosit. Fungsi sel darah merah
adalah mengangkut dan melakukan pertukaran O2 dan CO2, sedangkan sel darah putih
adalah untuk mengatasi infeksi dan trobosit untuk homeostatis. Karena sel-sel ini
mempunyai umur terbatas, pembentukan optimal yang konstan perlu untuk
mempertahankan jumlah yang dipelukan untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Pembentukan ini yang dinamakan hematopoiesis, terjadi dalam sumsum tulang
tengkorak, vertebrae, pelvis, sternum, iga-iga, dan epifisis proksimal tulang-tulang
panjang. Bila kebutuhan meningkat seperti pada perdarahan atau penghancuran sel,
27
pembentukan dapat timbul lagi dalam seluruh tulang panjang seperti halnya pada anak-
anak
ERITROPOIESIS
Bagian dari hemopoesis dimana eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel
darah merah .
Dalam keadaan normal eritropoiesis pada orang dewasa terutama terjadi didalam
sumsum tulang pipih, tulang vertebrae, dan pada bagian proximal tulang panjang. System
eritrosit menempati 20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel
darah. Apabila tidak ada gangguan 20% sel sumsum tulang yang aktif membentuk sel
darah seri eritrosit dan jumlah retikulosit sumsum tulang sama besarnya dengan sel
eristrosit yang berinti. Sel darah merah berinti dalam sumsum tulang terdapat dalam
stroma dalam sumsum tulang lainnya diluar jaringan sinusoid. Pada tingkat retikulosit
muda, eritrosit ini telah kehilangan sifat melekatnya pada massa sumsum tulang lainnya
sehingga mudah masuk dalam aliran darah dan masuk kedalam pembuluh darah.
ERITROPOIESIS EXTRAMEDULER
Apabila terjadi gangguan pada sumsum tulang, misalnya akibat adanya metastase
penyakit ganas atau penyakit fibrosis sumsum tulang, eritropoiesis akan terjadi pada
jaringa extrameduler seperti hati, limpa, dan jaringan lemek para spinal. Proses
eritropoiesis extrameduler hasilnya tidak seefektif eritropoiesis intra meduler terlihat dari
adanya anisositosis, poikilositosis, dan sel-sel eritrosit muda dalam darah tepi.
PERAN HORMON ERITROPOIETIN
Laju eritropoiesis diatur oleh hormone eritropoietin yang diproduksi di ginjal dan
ada yang berpendapat juga diproduksi di hati. Produksi eritropoietin sendiri dirangsang
oleh keadaan hipoksia. Kekurangan oksigen akan menyebabkan sensor oksigen pada sel
tertentu di ginjal meningkatkan produksi hormone eritropoietin yang akan bekerja pada
sel induk.
Hormone androgen akan meningkatkan aktivitas dan meningkatkan potensi
eritropoietin terhadap sel induk, sehingga hal ini dipakai sebagai salah satu alasan
mengapa pada pria kadar sel darah merah lebih banyakdari pada wanita.
28
METABOLISME BESI DAN PEMBENTUKAN HEMOGLOBIN
Gangguan pemasukan besi kedalam sel eritrosit berinti akan mengakibatkan
pembentukan eritrosit dengan sitoplasma yang sempit ( mikrositik ) dan kadar
hemoglobin yang rendah ( hipokrom ). Gangguan produksi globin ini akan berakibat
selain memiliki morfologi khusus juga terbentuknya eritrosit yang dikenal sebagai target
sel.
Perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses differensiasi sel pronormoblas
sampai eritrosit matang dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok :
1. Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel.
2. inti sel menjadi semakin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan
eritrroblass asidofilik
3. dalm sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari
dalam sitoplasma sel
Hemoglobin dibentuk dalam sitoplasma sel sampai dengan stadium retikulosit.
Setelah itu sel dikeluarkan, hilang juga RNA dari dalam sitoplasma , sehingga sel darah
merah tersebut tidak dapat dibentuk protein lagi, begitu juga enzim yang sebelumnya
terdapat dalam sel darah merah dan protein membrane sel.
Hemoglobin terdiri dari empat ikatan globin dan empat ikatan haem yang masing-
masing memiliki satu atom Fe. Di dalam 1 ml packed red cells terdapat lebih kurang 1
mg Fe.
Zat besi terlibat dalam susunan luas reaksi biokimiawi, karena itu penting bagi
semua kehidupan. Jika digabungkan dengan porfirin, besi akan membentuk heme,
kelompok prostetik bagi banyak protein seperti hemoglobin, yang mengikat oksigen
secara reversible, dan sitokrom yang penting untuk reaksi oksidasi reduksi.
Absorpsi zat besi terutama terjadi di duodenum dan jejunum bagian atas. Garam
besi inoganik berada dalam dua status valensi yaiutu ferro dan ferri. Sebagian besar zat
besi dari makanan terdiri dari garam ferri yang membentuk komplekferri oksihidroksida
yang tidak larut yang muncul pada pH fisiologik. Absorpsi dibantu oleh keasaman
lambung, yang menjaga zat besi ferri dalam bentuk yang dapat larut. Biasanya sekitar
10% dari 10 sampai 20 mg zat besi yang dimakan setiap hari dari diet rata-rata diabsorsi
oleh mekanisme yang tidak dikenali secara baik.
29
TRANSPORT DAN PENYIMPANAN ZAT BESI.
Walaupun sudah dilakukan penyelidikan yang teliti secara terus menerus,
mekanisme yang tepat yang menyebabkan translokasi zat besi bias melewati sawar epitel
di usus halus tidak diketahui. Kelebihan zat besi disimpan dalam tubuh sebagai ferritin
atau hemosiderin. Zat besi dalam ferritin ditutupi dalam selubung protein, apoferitin,
yang dapat mengikat ferro dan mengoksidasinya menjadi ferri yang disimpan dalam inti
zat besi. Zat besi menstimulasi mensintesa apoferritin. Sejalan dengan waktu, ferritin
ditelan oleh lisosom dan dikatabolisasi menjadi hemosidein, campuran non spesifik dari
dari protein yang terdegradasi sebagian, lipid dan zat besi.
ANEMIA
Menurut definisi anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kualitas
hemoglobin, dan volume pada sel darah merah ( hematokrit ) per 100 ml darah. Dengan
demikian anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan
patofisiologis, yang diuraikan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teliti serta
didukung oleh pemeriksaan laboratorium
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik
hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terdapat pada wanita usia subur,
sekunder karena kehilangan darah sewaktu mentruasi dan peningkatan kebutuhan besi
selama hamil. Penyebab lain defesiensi besi adalah:
Penurunan absorbsi besi. Terjadi setelah gastrektomi parsial atau total,asimilasi zat
besi dari makanan terganggu ,terutama akibat peningkatan motilitas dan by pass usus
halus proksimal yang menjadi tempat utama absorbsi zat besi. Aklorhidria juga
membantu penurunan absorbsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorbsi usus
halus juga dapat menderita defesiensi zat besi,terutama jika duodenum dan jejunum
proksimal ikut terlibat.
Kehilangan zat besi. Dapat terjadi fisiologis atau patologis. Contoh kehilangan zat besi
fisiologis adalah menstruasi dan kehamilan. Pada kehamilan aterm, sekitar 900mg zat
besi hilang dari ibu kepada fetus,plasenta dan perdaraha pada waktu partus. Saluran
makanan paling sering bertanggung jawab terhadap kehilangan darah patologis dan
30
selanjutnya defesiensi besi. Penyebab umum kehilangan darah dari gastrointestinal secara
kronik adalah termasuk penyakit ulkus lambung,gastritis,hemoroid,kolon angidisplasia
dan adenokarsinoma kolon. Pemeriksaan radiologis dari saluran pencernaan,prosedur
endoskopi atau keduanya wajib dilakukan. Pada daerah tropis,infestasi parasit,terutama
cacing tambang,merupakan penyebab utama kehilangan darah. Kehilanagn darah dari
sumber lain jarang m,enyebabkan anemia defesiensi besi. Perdarahjan dari traktus
gastrourinarius biasanya cukup berbahaya. Hemolisis intravaskular dengan kehilangan
darah melalui uine,misalnya hemoglobinuria paroksismal nocturnal,juga jarang
ditemukan. Perdarahan paru,akibat bronkiektasis atau hemosiderosis paru idiopatik,juga
dapat menyebabkan defesiensi besi. Gagal ginjal kronik dab hemodialisis juga dapat
menyebabkan defesiensi besi.
Patofisiologi.
Defesiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe yang berlangsung lama.
Terdapat 3 stadium defesiensi Fe,yaitu:
1. Defesiensi Fe pre laten/deplesi Fe.
Berkurangnya cadangan Fe tanpa disertai berkurangnya kadar Fe serum.
2. Defisiensi Fe laten.
Cadangan Fe habis,tetapi kadar hemoglobin masih di atas batas terendah kadar
normal.
3. Anemia defisiensi Fe.
Kadar hemoglobin dibawah batas terendah kadar normal.
31
dingin,neuralgia, gangguan vasomotor,peningkatan tekanan intrakranial,papil
edema,pseudo tumor serebri. Menoragia merupakan gejala yang biasa pada perempuan
dengan defisiensi besi. Gangguan imunitas seluler dan peningkatan kepekaan terhadap
infeksi. Satu gejala yang aneh yang cukup karakteristik untuk defisiensi zat besi adalah
pica. Pasien memiliki keinginan makan yang tidak dapat dikendalikan terhadap bahan
seperti tepung(amilofagia), es(pagofagia), dan tanah liat(geofagia). Beberapa dari bahan-
bahan ini,misalnya tanah liat dan tepung,mengikat zat besi pada saluran
makanan,sehinggamemperburuk defisiensi. Dasar darikelakuan yang aneh ini tidak
diketahui.
Temuan Laboratorium .
32
Diagnosa.
1. Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumber perdarahan.
2. Laboratorium : anemia hipokrom mikrositer,Fe serum rendah,TIBC
tinggi,nilai absolut menurun,saturasi transferin menurun.
3. Tidak terdapat Fe dalam sum-sum tulang (sideroblast negatif).
4. Adanya respon yang baik terhadap pemberian Fe.
Terapi.
1. Prinsip : Menentukan penyebab defisiensi Fe,eliminasi penyebab defisiensi
Fe,terapi fe.
2. Terapi Fe
a. Oral : Dosis: 200 mg Fe/hari,penyerapan lebih baik dalankeadaan lambung
kosong .
Efek samping : iritasi gastro intestinal : heart burn,nausea,diare.
33
34