Makalah Sik
Makalah Sik
DISUSUN OLEH :
UMMI MUNTAMAH
OLKERANA BELLA
WENNY AFDHAYANI
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
01 November 2019
kelompok 4
BAB 1
A. LATAR BELAKANG
Informasi merupakan sumberdaya organisasi yang sangat penting untuk dikelola, meliputi
data dan informasi, perangkat keras, perangkat lunak, dan tenaga. Operasional suatu
organisasi membutuhkan sistem-sistem guna mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan
melihat kembali informasi (Nugroho, 2008). Hal ini berlaku juga pada organisasi
kesehatan,bahwa sistem informasi kesehatan (SIK) mencakup pengumpulan
data,penyimpanan dan pengelolaan data untuk pengambilan keputusan, perencanaan program
kesehatan, monitoring pelaksanaan dan evaluasi (Nyamtema, 2010).
Peran sistem informasi kesehatan adalah untuk menghasilkan, menganalisa
dan menyebarkan data dan informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan, namun
dalam prakteknya jarang berfungsi secara sistematis (Abouzahr & Boerma, 2005). Untuk
meningkatkan ketersediaan dan penggunaan informasi kesehatan global yang akurat, tepat
waktu dan relevan telah dibentuk Health Metrics Network (HMN) melalui kesepakatan
bersama. Dari sini jelas bahwa sistem informasi kesehatan adalah prioritas di semua
negara,perlu ditetapkan dalam konteks nasional maupun daerah (WHO, 2010). Kerangka
HMN mempunyai fungsi sebagai alat penilaian untuk pengembangan sistem informasi
kesehatan tingkat nasional, pertanyaannya adalah bagaimana dengan pengembangan sistem
informasi kesehatan di tingkat propinsi?
Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan pada tingkat propinsi masih perlu ditata
dan dikembangkan secara terintegrasi dalam bentuk sistem jaringan antar daerah dan
pusat.Pengembangan sistem informasi kesehatan tingkat propinsi menjadi salah satu isu
strategis dalam pembangunan kesehatan, hingga saat ini baru beberapa propinsi di Indonesia
yang telah mengembangkan dan memiliki sistem informasi kesehatan yang
terintegrasi.Sebagian besar kondis pengembangan sistem informasi kesehatan di tingkat
propinsi masih dalam proses penataan dari tingkat administratif terendah yakni di puskesmas.
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan propinsi yang sedang berkembang
mengingat usianya yang baru 12 tahun, terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 27 Tahun
2000, terdiri dari 6 (enam) kabupaten dan 1 (satu) kota, dimana 4 (empat) kabupaten
diantaranya merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bangka dan Kabupaten
Belitung. Kondisi geografis .Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Belitung yang terpisah
menjadi 2 (dua) pulau besar dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Propinsi Kepulauan Bangka
Belitung memiliki 13 (tiga belas) Rumah Sakit terdiri dari 8 (delapan) RS Pemerintah, 5
(lima) RS Swasta, dan 60 (enam puluh) Puskesmas dengan rincian 22 (dua puluh dua)
Puskesmas Perawatan, 38 (tiga puluh delapan) Puskesmas Non Perawatan serta sejumlah
praktik swasta. Namun pengelolaan sistem informasi di propinsi ini belum terkoordinasi
secara baik.
Pengelolaan data dan informasi kesehatan ditingkat propinsi saat ini masih
konvensional dimana pengelolaannya dilakukan secara manual dan masih
terfragmentasi.Penggunaan sistem yang berbasis teknologi informasi masih dalam tahap awal
pengembangan. Seluruh dinas kesehatan kabupaten/kota sudah terkoneksi dengan jaringan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online. Beberapa kabupaten/kota juga sudah
mengembangkan Sistem Informasi Managemen Puskesmas (SIMPUS). Namun demikian
implementasi sistem informasi kesehatan masih banyak menemui hambatan dan kendala
sehingga tidak sesuai harapan. Beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi SIK antara
lain faktor teknis, perilaku dan organisasi, dimana ke tiga faktor ini baik langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi proses informasi sehingga berpengaruh juga pada kinerja SIK
berupa kualitas data dan penggunaan informasi yang berkelanjutan (Aqil et al., 2009a).
Idealnya, penggunaan sistem informasi kesehatan dapat mengatasi terfragmentasinya
data kesehatan mengurangi redudansi dan inkonsistensi, mempercepat proses pengolahan
data, serta memperbaiki mekanisme pelaporan, kelengkapan dan integrasi data pada
tingkatadministrasi yang lebih tinggiNamun demikian beberapa pengalaman menunjukkan
masih lemahnya proses-proses tersebut sehingga data kesehatan tidak terpercaya
untukdigunakan dalam pengambilan keputusan (Odhiambo-otiena & Odero 2005). Meskipun
data yang dikumpulkan sudah lebih baik, permasalahan lain adalah kemampuan dalam
menganalisis dan mengelola data masih lemah serta kurangnya pemanfaatan data dan
informasi untuk pengambilan keputusan (Hotchkiss et al., 2010). Tidak dapat dipungkiri juga
bahwa pengembangan sistem informasi kesehatan membutuhkan investasi yang besar dengan
resiko kegagalan yang tinggi, sehingga organisasi ragu-ragu dalam mengembangkan sistem
(Heeks, 2006).
Penelitian di Tanzania memberikan bukti bahwa lemahnya pengumpulan data
kesehatan, kurangnya informasi pengambilan keputusan di fasilitas pelayanan kesehatan
menjadi faktor sulitnya pengembangan sistem informasi kesehatan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa 81% dari responden yang merupakan pengguna dan pengelola sistem
informasi di tingkat fasilitas kesehatan belum pernah dilatih terkait konseptual, penggunaan
dan fungsi sistem informasi kesehatan. Dapat dilihat dari hasil survey tersebut 65%
responden tidak mampu mendefinisikan sistem informasi kesehatan dengan benar, 54%
responden tidak mengetahui siapa yang seharusnya menggunakan informasi yang
dikumpulkan, dan 42% responden tidak menggunakan data yang dikumpulkan untuk
kepentingan perencanaan, penganggaran dan evaluasi pelayanan kesehatan (Nyamtema,
2010).
Pemanfaatan data yang dihasilkan oleh sistem informasi kesehatan dalam
pengambilan keputusan menjadi tantangan tersendiri, utamanya bagi pengambil keputusan
yaitu manager. Penelitian di Pakistan dilakukan untuk mengidentifikasi status dan isu-isu
dalam penggunaan sistem informasi kesehatan. Hasilnya bahwa responden mengidentifikasi
sejumlah hambatan yang mengakibatkan penyalahgunaan dan tidak digunakannya data
karena meragukan kualitasnya, adanya motif politik di balik permintaan data dan unsur
manipulasi dalam pelaporan data. Untuk itu transparansi dalam pengambilan keputusan
sangat diperlukan di manajemen kesehatan, dan sistem informasi merupakan alat yang
penting untuk melakukannya (Qazi & Ali, 2011)
Hasil penilaian sistem informasi kesehatan mengungkapkan bahwa meskipun ada
undang-undang yang mengatur sistem informasi kesehatan, namun itu belum sangat
ditegakkan. Perencanaan strategis sistem informasi kesehatan masih dan sedang
dikembangkan. Integrasi informasi tidak cukup, tumpang tindih dalam arus informasi,
lemahnya analisis, dan adanya duplikasi laporan, telah menyebabkan penurunan kualitas
informasi (Hartono et al., 2007). Sumberdaya sistem informasi kesehatan adalah kunci yang
diperlukan untuk pengolahan informasi, sebuah penelitian menemukan bahwa sumberdaya
sistem informasi kesehatan yang lemah mencerminkan rendahnya kemampuan manager
dalam menetapkan prioritas manajerial. Semua sistem informasi kesehatan membutuhkan
sumberdaya yang memadai dan pendanaan jangka panjang untuk penguatan SDM, TIK,
pengembangan sistem, infrastruktur penunjang dan upayapemeliharaannya (Odhiambo-
otieno & Odero, 2005a).
Hasil penilaian sistem informasi kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan RI pada tahun 2010 menemukan banyaknya duplikasi dalam pencatatan dan
pelaporan menjadi beban kerja bagi petugas SIK di lapangan. Hasil penilaian menemukan
adanya 301 jenis laporan dengan menggunakan 8 aplikasi sistem informasi kesehatan yang
berbeda harus dilaporkan secara rutin oleh Dinas Kesehatan Propinsi. Hal ini tentunya tidak
akan berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh sumberdaya yang memadai. Kurangnya
sumberdaya manusia yang kompeten dalam pengelolaan SIK disebutkan pada Roadmap
Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan (2012) juga menjadi faktor penyebab
lemahnya SIK terutama dalam manajemen data.
Banyaknya pengalaman propinsi yang mengalami kegagalan dalam pengembangan
sistem informasi kesehatan menjadi perhatian menarik untuk dianalisis sebagai upaya
mengembangkan strategi implementasi sistem informasi kesehatan yang baik pada tingkat
ini. Identifikasi pembelajaran dari pengalaman tersebut digunakan sebagai langkah awal
pengembangan sistem informasi kesehatan untuk mengantisipasi kegagalan. Dengan
mengikuti kerangka HMN jelas terlihat bahwa pengembangan sistem informasi kesehatan
merupakan hal yang kompleks (WHO, 2006). Beberapa negara menggunakan HMN untuk
menilai kualitas informasi kesehatan skala nasional. Negara-negara berkembang seperti
Uganda, Afrika Selatan, Mexico, dan Pakistan menggunakan pendekatan Perfomance of
Routine Information System Management (PRISM) dari Aqil et al.,(2009a) untuk
menilaikinerja sistem informasi kesehatan serta mengidentifikasi variabel-variabel penentu
keberhasilan sistem informasi kesehatan secara komprehensif. Hasil penilaian SIK sangat
dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja sistem informasi kesehatan secara terus–menerus
(Hotchkiss, 2010).
Dukungan pemerintah berupa penyediaan sumber daya (keuangan, pelaporan
formulir, peralatan komputer, dan pelatihan) dan pengembangan peraturan organisasi
(kebijakan SIK, prosedur pengumpulan data, renstra, struktur organisasi) akan meningkatkan
pengunaan informasi yang berkelanjutan maka sistem informasi akandigunakan dan
berkelanjutan (Aqil et al.,2009a). Dukungan katersediaan petugas SIK yang terlatih
penggunaan teknologi akan meningkatkan manajemen data di Dinas Kesehatan
(Odhiambootieno & Odero, 2005).
Sistem informasi kesehatan bertujuan untuk menjamin ketepatan dan efektifitas
penggunaan sumber daya dalam meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Oleh karena itu, sistem harus berfungsi untuk mengumpulkan, menganalisa dan
mengkompilasi data menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bidang
kesehatan. Data tersebut harus dapat diandalkan, akurat dan tepat waktu, namun hanya sedikit
negara berkembang yang mampu menerapkan prosedur tersebut. Evaluasi sistem informasi
kesehatan masih jarang dilakukan, meskipun telah banyak sumberdaya yang diinvestasikan
untuk pengembangannya. Evaluasi merupakan hal mendasar untuk memastikan bahwa sistem
informasi kesehatan berjalan secara efisien, mampu mengumpulkan informasi yang relevan
dan berkualitas sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pemangku kebijakan (Garrib
etal.,2008).
Berbagai alat evaluasi SIK telah dikembangkan untuk memperkuat dan merancang
SIK, pendekatan dengan alat PRISM digunakan untuk mengukur kinerja SIK, proses dan
faktor-faktor penentu SIK. PRISM dapat digunakan untukmerancang, memperkuat dan
mengevaluasi sistem informasi kesehatan, dengan menekankan kinerja SIK dan
menggabungkan faktor organisasi, teknis dan perilaku. Pendekatan PRISM dapat digunakan
dalam mengevaluasi kinerja sistem informasi kesehatan dengan identifikasi permasalahan
dan hambatan pengembangan sistem informasi kesehatan pada tingkat propinsi secara
menyeluruh, guna meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan yang baik.
B.Perumusan Masalah
Upaya pengembangan sistem informasi kesehatan pada level propinsi masih menemui
banyak permasalahan dan hambatan, kenyataannya lebih banyak yang gagal bila
dibandingkan dengan yang sukses. Lemahnya penataan pengelolaan data dan informasi serta
tidak adanya rencana dan strategi pengembangan sistem informasi kesehatan di tingkat
propinsi mengakibatkan pengambilan kebijakan dan keputusan dalam perencanaan
pembangunan kesehatan di tingkat propinsi menjadi kurang baik, dan tidak optimal.
Permasalahan lainnya adalah sistem pencatatan dan pelaporan masih bersifat manualsehingga
tidak real time, pelaporan terlambat, kelengkapan dan validasi data rendah menuntut untuk
dilakukan pengembangan sistem informasi yang lebih baik. Tata kelola pengembangan
sistem informasi kesehatan diberbagai negara ataupun daerah masih lemah, sehingga kualitas
data menjadi tidak dipercaya oleh untuk pengambilan keputusan. Dari permasalahan diatas
maka permasalahan yang akan dipecahkan pada penelitian ini adalah “Bagaimana kinerja dan
strategi penguatan sistem informasi kesehatan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan kinerja sistem informasi kesehatan dan
menentukan strategi penguatan SIK di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan
faktor teknis, organisasi, perilaku, proses, dan output dengan pendekatan kerangka
Perfomance of Routine Information System Management(PRISM).
2.Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan implementasi sistem
b. informasi kesehatan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan faktor
teknis, organisasi dan perilaku.
c. Mendiskripsikan proses pengumpulan, pengiriman, pengolahan, analisis, penyajian,
dan pemeriksaan kualitas data dalam sistem informasi kesehatan di Propinsi
Kepulauan Bangk Belitung.
d. Mendiskripsikan kualitas data dan penggunaan informasi berkelanjutan yang
bersumber dari sistem informasi kesehatan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti
dalam penelitian ilmiah
2. Menjadi bahan referensi bagi peneliti lainnya dalam melakukan penelitian mengenai
pengembangan sistem informasi kesehatan
3. Memberikan kontribusi bagi Kementerian Kesehatan RI dalam Penguatan Sistem
Informasi Kesehatan
4. Memberikan masukan bagi pemerintah propinsi dan kabupaten/kota dalam membuat
kebijakan pengembangan sistem informasi kesehatan.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKAAN
informasi adalah sarana yang organisasi dan manusia yang menggunakan teknologi
informasi, dalam pengumpulan data, proses, menyimpan, menggunakan dan menyebarkan
informasi (Chaffey, 2005). Menurut Ball dan Hannah (2011) informasi adalah pengetahuan
khusus tentang entitas seperti fakta, peristiwa, suatu hal, manusia, proses, ide, atau konsep.
Menurut James dan Peter (2008) sistem informasi adalah serangkaian prosedur formal
dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pengguna.
Sistem informasi disebut sebagai bentuk dalam teknologi yang digunakan untuk membuat,
kemudian menyimpan, melakukan pertukaran, dan menggunakan informasi (Pearlson &
Saunders, 2010).
Komponen sumber daya manusia (brainware), meliputi pemakai akhir adalah orang
yang menggunakan informasi yang dihasilkan sistem informasi, misalnya pelanggan,
pemasok, teknisi, mahasiswa, dosen dan orang-orang yang berkepentingan, kemudian pakar
sistem informasi adalah orang yang mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi,
misalnya system analyst, developer, operator sistem dan staf administrasi lainnya.Komponen
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software),
Data (dataware), merupakan dasar sumber daya organisasi yang diperlukan untuk
memproses informasi. Data dapat berbentuk teks, gambar, audio maupun video. Sumber daya
informasi umumnya diatur, disimpan dan diakses oleh berbagai pengelolaan sumber daya
data ke dalam database dan dasar pengetahuan.
Pembuatan sistem informasi dapat dibagi menjadi tujuh tahap, antara lain:
1. mendefinisikan problem yang berisikan penentuan yang tepat mengenai apa yang
akan dikerjakan,
2. pembuatan perangkat lunak yang diperlukan untuk output yang diinginkan, input yang
dipersyaratkan, dan pengolahan untuk konversi input dan output,
3. mendesain program yaitu, menentukan bagaimana persyaratan harus dipenuhi,
4. pengkodean program, sesudah desain lengkap, dengan bahasa pemrograman sebelum
desain dapat dimasukkan ke komputer,
5. melakukan tes program komputer bahwa desain sudah tepat dengan apa yang
diinginkan, 6) menginstalasikan dan melakukan pemeliharaan program, dan
6. pendokumentasian program secara detail dari program, mendesain, metode
pengkodean, uji coba dan bahasa yang sesuai (Amsyah, 2005).
1. kualitas yang meliputi penyediaan layanan terkini, akurat, dan informasi kapanpun
dan dimanapun data yang diakses konsisten,
2. manajemen, mencakup perangkat keras dan teknologi perangkat lunak, tetapi juga
proses, serta kedua orang dan
3. mesin yang terlibat dalam pengelolaan data,
4. keamanan, komponen ini harus dilakukan dengan mengendalikan akses ke data untuk
memastikan bahwa tidak hanya data yang tersedia bagi mereka yang seharusnya
untuk pengakses data, dan intelligence business, komponen ini harus dilakukan
dengan memanfaatkan data untuk menghasilkan yang lebih baik, informasi yang lebih
lengkap, dan lebih bermanfaat (Tan, 2009).
Model DeLone dan McLean (2003) melakukan studi yang mendalam terhadap
literatur mengenai kesuksesan sistem informasi. Menemukan bahwa kesuksesan suatu sistem
informasi dapat direpresentasikan dengan karakteristik kualitas dari sistem informasi itu
sendiri (system quality), kualitas output dari sistem informasi (information quality),
penggunaan terhadap output (use), respons pengguna terhadap sistem informasi (user
satisfaction), pengaruh sistem informasi terhadap kebiasaan pengguna (individual impact),
dan pengaruhnya terhadap kinerja organisasi (organizational impact). Model DeLone dan
McLean (2003) dapat ditunjukkan skema.
2.1.7. Tujuan sistem informasi
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam pemberian
asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respon unik individu pada suatu
kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik actual maupun
potensial (Suara, Dalami, Rochimah, Raenah, & Rusmiyati, 2010). Proses keperawatan
adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik untuk merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan yang melibatkan lima fase, antra lain:
1. pengkajian keperawatan,
2. identifikasimasalah keperawatan,
3. perencanaan keperawatan,
4. implementasi keperawatan, dan
5. evaluasi keperawatan (Slevin & Basford, 2006).
merupakan unsur yang penting Salah satu unsur yang penting dalam keperawatan
adalah proses keperawatan, hal ini disebabkan oleh:
asuhan keperawatan Standar informasi dalam proses praktek keperawatan terdiri dari
beberapa standar, yaitu:
sistem informasi dalam perawatan pasien, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Teori Orlando menekankan pada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat.
Tujuan Ida Jean Orlando adalah untuk mengembangkan teori praktek keperawatan yang
efektif yang digunakan sebagai kerangka kerja untuk penelitian administrasi keperawatan.
Orlando mengembangkan ide-ide teoritis tentang keperawatan berdasarkan pekerjaannya
berkaitan dengan hubungan perawat dengan pasien yang dinamis, dan diperluas untuk
mencakup kontribusi yang unik dari perawat dalam perawatan pasien (Meleis & Dean, 2011).
Proses keperawatan dengan teori Orlando merupakan sebuah proses yang membantu
perawat secara sadar mengidentifikasi dan menanggapi kebutuhan pasien untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Kebutuhan dan keinginan pasien dapat dipenuhi oleh
perawat dimana proposisi perawat menggunakan proses keperawatan lebih mampu
mengidentifikasi kebutuhan pasien. Proses keperawatan menyediakan sarana untuk
mengidentifikasi masalah dan memonitor kemajuan kesehatan. Interaksi antara pasien dan
perawat penting dalam pemilihan tindakan yang tepat (Johnson dan Weber, 2015).
Teori Ida Jean Orlando dalam proses keperawatan deliberatif yang berfokus pada
proses interpersonal antara manusia. Ini membantu mengidentifikasi sifat pasien dan
kebutuhan yang mendesak untuk bantuan. Konsep teori ini, yaitu:
Perilaku pasien adalah perilaku yang diamati oleh perawat dalam situasi keperawatan-pasien
langsung. Kedua dimensi tersebut adalah:
1. butuh bantuan: sebuah kebutuhan pasien yang jika diberikan mengurangi atau
mengurangi tekanan langsung atau meningkatkan rasa langsung kecukupan
atau kesejahteraan dan
2. peningkatan: peningkatan kesehatan pasien mental dan fisik, kesejahteraan
mereka, dan rasa kebutuhan bantuan dan perbaikan dapat dinyatakan baik
dalam bentuk nonverbal dan verbal. Manifestasi visual terhadap tingkah laku
nonverbal meliputi kegiatan motorik seperti makan, berjalan, bergerak-gerak,
dan gemetar serta bentuk fisiologis seperti kencing, buang air besar, suhu dan
pembacaan tekanan darah, laju pernapasan, dan warna kulit.
Kegiatan perawat dalam memberikan bantuan secara tidak langsung ketika aktivitas
meluas ke mengatur jasa seseorang, lembaga, atau sumber daya yang pasien tidak dapat
menghubungi melalui dirinya, sedangkan pelaporan, perawat menerima laporan tentang
perilaku pasien dari perawat lain dan dari para profesional kesehatan lainnya dan berdasarkan
dari hasil laporan pengamatan yang dilakukan kemudian pencatatan, proses keperawatan,
termasuk:
Penelitian yang terkait dengan sistem informasi dengan menggunakan teori Orlando
yang dilakukan oleh Adegboyega dan Aniefiok (2014) tentang proses keperawatan yang
berbasis sistem informasi dengan menggunakan teori Orlando, yang bertujuan untuk
melakukan pengelolaan catatan pasien yang didasarkan pada kebutuhan pasien yang
dilakukan menggunakan desain Visual Basic 6.0 (VB) dan Microsoft SQL Server 2000
sebagai penghubung database. Teori proses keperawatan Orlando sebagai pedoman yang
sesuai untuk merancang sistem informasi yang ramah pengguna dan manajemen rendah biaya
kesehatan yang berlaku dalam lingkungan kesehatan terlepas dari pengaturan sosial ekonomi
dan teknologi. Ramadhan, Ssenyonga, dan Sumil (2014) melakukan penelitian tentang
pengembangan dan penerapan sistem informasi manajemen pasien Kampala University
Rumah Sakit pendidikan International (KIU-TH) Bushenyi District Uganda, yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat efektivitas desain Sistem Informasi Manajemen Pasien (PMIS).
Perancangan PMIS selesai maka petugas diusulkan untuk menggunakan dan menguji
efektivitas dalam mengambil data dan informasi yang mereka butuhkan untuk pekerjaan
dengan menggunakan teori proses keperawatan Orlando. Disimpulkan bahwa sistem
informasi dalam proses keperawatan sangat sesuai menggunakan teori Orlando karena
memudahkan pengguna dalam pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasikondisi pasien, karena teori Orlando lebih menitik beratkan terhadap hubungan
timbal balik antara pasien dan perawat dalam melaksanakan proses keperawatan.
Penelitian yang dilakukan Alexander (2007) yaitu tentang kerangka kerja hubungan
perawat-pasien, dengan tujuan untuk menjelaskan suatu kerangka kerja yang menggabungkan
komponen fundamental keperawatan, proses keperawatan, dengan prinsip-prinsip interaksi
manusia komputer dengan menggunakan teori Orlando. Penelitian ini menggunakan dasar
teori proses keperawatan Orlando, dalam interaksi perawat dengan komputer, dan
keperawatan dengan pasien sebagai komponen dari kerangka kerja yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi sistem perawatan pasien. Proses keperawatan mewakili upaya pertama
untuk mengembangkan hubungan timbal balik antara pasien dan perawat. Hasil penelitian
yang dilakukan Aiyedun, Chukwu dan Musa (2014) tentang evaluasi tantangan proses
praktek keperawatan di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Abuja Nigeria. Penelitian ini
menguji tantangan menghambat pelaksanaan proses keperawatan yang dihadapi oleh perawat
dari UATH Abuja.
disusun berdasarkan landasan teori keperawatan Ida Jean Orlando teori yaitu menilai
hubungan timbal balik antara pasien dan perawat dalam proses keperawatan di rumah sakit
serta penelitian yangberhubungan dengan sistem informasi. Penilaian efektifitas sistem
informasi dalam proses asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan teori Orlando. Proses dalam asuhan keperawatan menurut teori Orlando, yaitu:
1. pengkajian keperawatan (pengumpulan data), terdiri dari awal hubungan
perawatan, pengumpulan data, pemilihan data, validasi data, dan melaporkan
pengumpulan data,
2. diagnosis keperawatan (identifikasi masalah), terdiri dari tahap pemprosesan
data, pada tahap dapat dibagi menjadi beberapa tahapan analisa dan
interpretasi, syntesis, dan rumusan diagosis keperawatan (identifikasi
masalah),
3. intervensi keperawatan, terdiri dari beberapa tahap, yaitu: menyusun rencana
keperawatan individu, dengan menentukan proiritas, merumuskan tujuan
keperawatan, merumuskan kriteria evaluasi, memilih tindakan keperawatan,
merumuskan tugas dalam perawatan, dan mendokumentasikan rencana
keperawatan,
4. implementasi keperawatan, terdiri dari beberapa tahap, yaitu: melanjutkan
pengumpulan data, menentukan ulang prioritas, implementasi tindakan
keperawatan, dan melaporkan perawatan yang diberikan, dan
5. evaluasi keperawatan, terdiri dari beberapa tahap yaitu: evaluasi proses dan
pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi rencana
keperawatan, tindakan untuk menyesuaikan rencana keperawatan, dan
terminasi hubungan perawat.
Sistem informasi dibentuk dengan menggunakan desain Visual Basic (VB) adalah
lingkungan pemrograman dari microsoft dimana programer menggunakan desain grafis untuk
memilih dan memodifikasi bagian yang dipilih sebelumnya di lakukan kode yang ditulis
dalam bahasa pemrograman basic. Microsoft SQLServer 2000 adalah produk perangkat lunak
yang fungsi utamanya untuk menyimpan dan mengambil data seperti yang diminta oleh
aplikasi perangkat lunak lain, baik itu komputer yang sama atau di komputer lain di dalam
jaringan internet (Adegboyega & Aniefiok, 2014).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah suatu system manusia/mesin yang terpadu
yang menyediakan informasi untuk mendukung fungsi-fungsi operasi manajemen dan
pengambilan keputusan di dalam organisasi. Sistem informasi manajeman digambarkan
sebagai sebuah bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan
transaksi, penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari sumber-
sumber informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan keriga terdiri
dair sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan pengambilan
keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri dari sumber daya
informasi utnuk mendukung perencanaan dan perumusan kebijakan oleh tingkat manajemen.
Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah “data base”.
3.2 Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber
yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu kami
harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna membandingkan dengan
pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chukwu dan Musa (2014) tentang evaluasi tantangan proses praktek keperawatan di
Rumah Sakit Universitas Pendidikan Abuja Nigeria