Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Metode Penangkapan Ikan
Disusun oleh :
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Metode Penangkapan Ikan dengan sebaik-baiknya.
Tulisan ini adalah hasil dari berbagai sumber dan media yang telah kami
kumpulkan selama bekerja dalam kelompok disertai dengan analisa dan kesimpulan
serta hal yang lain sesuai dengan tugas.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan laporan seperti ini, tugas yang kami laksanakan dapat tercatat dengan
rapi dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan
proses belajar kita terutama dalam mata kuliah Metode Penangkapan Ikan.
Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada Dosen mata
kuliah Metode Penangkapan Ikan yang telah memberikan petunjuk dalam
melaksanakan tugas ini.
Dalam penyusunan tugas ini tentulah jauh dari sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain
di masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB
1.2 Tujuan
Adapun dalam penyusunan makalah ini memiliki tujuan diantaranya, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu alat tangkap Gill Net, Pancing Rawai,
Bubu dan Purse Seine.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Deskripsi, Daerah Penangkapan, Metode
Penangkapan dan Jenis hasil tangkapan dari alat tangkap Gill Net, Pancing
Rawai, Bubu dan Purse Seine.
BAB II
PEMBAHASAN
dimulai, adapun persiapan tersebut yaitu: jaring disusun di atas geladak (dek) dengan
memisahkan antara pelampung dan pemberat; pada ujung depan jaring dipasang tali
Menurut Miranti (2007), secara umum metode pengoperasian alat tangkap gill
mesin, bahan bakar kapal, pembekalan, es dan tempat untuk menyiapkan hasil
tangkapan.
2. Pencarian daerah penangkapan ikan (DPI), hal ini dilakukan nelayan berdasarkan
schooling ikan.
Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dari jaring
untuk kemudian disimpan pada suatu wadah atau tempat.
Contoh : Panjang tubuh jaring (webbing) 100m, setelah ditata jaring menjadi
70m (panjang float line maupun sinker line), maka dikatakan shortening tersebut
adalah
(100 – 70 x 100% = 30%
100
(L0 – L1) x 100% = 30%
L0
4) Tinggi Jaring
Yang dimaksud dengan tinggi jaring ialah jarak antara float line ke sinker line
pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Untuk jaring insang tetap, akibat
resistence terhadap arus akan menyebabkan perubahan bentuk jaring, pertambahan
lebar jaring (mesh depth) akan juga berarti pertambahan resistance terhadap arus.
Biasanya lebar jaring insang tetap tidak melebihi dari sekitar 7 meter.
5) Mesh Size dan Besar Ikan
Antara mesh size dari gill net dan besar ikan yang terjerat (gilled) terdapat
hubungan yang erat sekali. Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa
sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang
besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan besifat selektif
terhadap besar ukuran catch yang diperolehnya.
6) Warna Jaring
Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman dari
perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan, dan faktor lainnya. Sesuatu warna
akan mempunyai perbedaan derajat terlihat oleh ikan-ikan yang berbeda-beda.
Demikian pula hendaklah warna jaring sama dengan warna air diperairan tersebut,
juga warna jaring jangan membuat yang sangat kontras, baik terhadap warna air juga
terhadap warna dari dasar perairan tersebut.
Cara tertangkapnya ikan pada kedua jenis jaring ini, selain terjerat pada bagian
belakang operculum atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum
pada mata jaring bagian dalam, juga tertangkap secara terpuntal. Selain itu, ikan yang
tertangkap dapat terjerat juga terpuntal pada jaring (Hadian, 2005). Menurut Baranov
(1999) dalam Tibrizi (2003) menyatakan bahwa mekanisme tertangkapnya ikan
dibedakan dalam tiga cara, yaitu:
1) Gilled : Ikan terjerat mata jaring pada bagian operculum.
2) Wedged : Ikan terjerat mata jaring pada bagian keliling tubuhnya.
Tangled : Ikan terpuntal di jaring pada bagian gigi, maxillaria, sirip, apendik atau
bagian tubuh ikan lainnya.
penangkapan ialah jenis ikan yang horisontal migrasi dan vertikal migrasi tidak
seberapa aktif. Dengan perkataan lain, migrasi dari ikan-ikan tersebut terbatas pada
suatu range layer-depth tertentu. Berdasarkan depth dari swimming layer ini lebar
jaring ditentukan.
Menurut Setyono (1983), ikan yang menjadi tujuan penangkapan alat tangkap
giil net adalah ikan-ikan yang hidupnya beruaya atau mempunyai daerah renang di
permukaan (surface), di dasar (bottom), dan di pertengahan (mid water), tergantung
dari jenis gill net yang dioperasikan.
Pancing rawai dasar atau dalam bahasa asingnya adalah long line, adalah alat
merupakan tali yang panjang dengan beratus-ratus tali cabang. Ayodhyoa (1981)
menyatakan bahwa alat tangkap rawai dasar terdiri dari tali utama (main line), tali
cabang (branch line), tali pelampung, bendera, pelampung tali pancing, pancing dan
tali-temali lainnya. Prinsip kerja dari pancing rawai dasar adalah memikat ikan untuk
memakan umpan pada mata pancing yang merupakan perangkap bagi target
tangkapan.
(setting) sering terjadi kecelakaan ketika tali pancing utama kusut. Demikian juga
dalam proses penarikannya, tidak jarang karena ikan terjerat di tali pancing, tali
Rawai (long line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana
pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan
berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang
berumpan.
Setting
Setting (penurunan alat tangkap) dilakukan pada bagian buritan kapal oleh 4
manangani pemasangan umpan pada mata pancing yang sekaligus melempar branch
mempersiapkan tali-tali pelampung, bendera dan pemberat serta basket dan orang
terlebih dahulu diturunkan pelampung tanda disertai pemberat dan tali pelampung
secukupnya menyesuaikan kedalaman, merangkai ujung ujung main line dengan tali-
tali pemberat dan tali-tali pelampung yang kemudian dilemparkan ke laut, setelah itu
diteruskan dengan mengulur main line dan melempar branch line dan mata pancing
yang telah dilengkapi umpan. Pada saat hampir menyelesaikan penurunan satu
basket rawai dasar, maka pada ujung akhir dari main line basket pertama diikatkan
lagi tali-tali yang telah dilengkapi pemberat dan pelampung demikian seterusnya
sampai pada keseluruhan basket yang diperlukan (setting ini dilakukan dalam
pancing rawe selesai. Waktu yang dibutuhkan dalam tahapan ini adalah 3 s/d 4 jam.
Selama menunggu, personil yang terlibat bergantian mengawasi dan menjaga posisi
kapal dan alat tangkap ( jarak kapal dengan alat tangkap ), agar tidak terlalu jauh
jaraknya dan agar terhindar dari aktifitas nelayan disekitarnya yang melakukan
Hauling
diikuti dengan main line dan branch line serta melepas/memungut hasil-hasil
tangkapan. Pekerjaan ini dilakukan di haluan kapal. Dan bisa juga di lakukan di
Buritan Kapal.
Hauling (menarik alat tangkap) dilakukan 2 jam setelah setting dan dapat
penarikan main line dan branch line yang sekaligus melepas ikan hasil tangkapan dari
mata pancing, orang ketiga menangani hasil tangkapan dan menyusun serta
kapal (hauling ini dilakukan dalam keadaan kapal melaju pelan). Ditahap hauling
tersebut posisi kapal harus selalu mengarahkan haluan pada mine line yang ditarik.
Agar penarikan berjalan dengan lancar dan ringan, selama penarikan kapal maju
perlahan mengikuti irama penarikan. Bilamana ada ikan yang tertangkap dengan
1. Perairan tersebut cukup subur, dalam arti di daerah tersebut secara potensial
2. Topografi dasar peraikan dimana alat akan dioperasikan relatip cukup rata,
Pada alat tangkap rawai dasar ikan- ikan yang menjadi sasaran tangkapan
utama adalah ikan-ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis penting, seperti ikan
kakap,kerapu,kurisi,sunu dan ikan demersal lainnya. Misalnya Ikan Sunu dan Ikan
Kakap.
2.3 Alat Tangkap Bubu
nets. Perangkap dapat menangkap ikan terus menerus di siang hari dan malam
dalam bentuk kandang atau keranjang yang dibuat, dengan berbagai bahan dengan
satu atau lebih bukaan atau pintu masuk, yang dirancang untuk menangkap ikan atau
(Nedelec, 1982). Perangkap dapat digunakan dengan atau tanpa umpan (Everhart et
al., 1975). Malian dan Ndurtitu adalah perangkap pof tradisional. Sebagian besar
Agar pemanfaatan sumber daya ikan dengan alat tangkap diperoleh hasil yang
optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi, teknis
maupun ekonomi. Aspek biologi terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk faktor
sumber daya ikan, berupa alat tangkap, armada penangkapan, alat pendeteksi ikan
dan sarana penangkapan lain. Sedangkan aspek ekonomi menyangkut modal yang
Bubu merupakan jenis alat tangkap ikan yang dioperasikan secara pasif di
dasar perairan. Secara umum bubu dapat digolongkan sebagai alat penangkap yang
berbentuk seperti kurungan atau berupa ruangan tertutup dimana ikan ikan tidak
dapat keluar lagi. (Gordon & Djonler, 2015) menspesifikkan bubu yaitu gwatle lir
(bubu jaring), melayu dobo (bubu jaring), bahasa indonesia (perangkap bubu jaring)
dan english (fish trap using netting). Bubu dasar adalah salah satu alat penangkapan
yang dikategorikan sebagai alat tangkap perangkap. Bubu dapat diaplikasikan untuk
kontstruksi dari alat tangkapnya. Daerah penangkapan bubu adalah perairan yang
mempunyai dasar perairan berlumpur maupun dasar pasir ataupun daerah berkarang
terdiri dari tiga bagian, yaitu badan dan tubuh bubu (Mallawa & sudirman, 2012)
• Badan dan tubuh bubu umumnya terbuat darianyaman bambu yang terbentuk
empat persegi panjang dengan panjang 125 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 40 cm.
Bagian ini dilengkapi dengan pe,berat dari batu bata (bisa juga pemberat lain) yang
berfungsi utnuk menenggelamkan bubu kedasar perairan yang terletak pada ke empat
sudut bubu.
• Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan terletak pada sisi bagian bawah
bubu. Lubang ini berdiameter 35 cm, posisisnya tepat belakang mulut bubu. Lubang
• Mulut bubu berfungsi untuk tempatmasuknya ikan yang terletak pada bagian
depan badan bubu. Posisi mulut bubuk menjorok kedalam badan atau tubuh bubu
bubu pada sistem rawai yaitu bubu dipasang dalam jumlah banyak dan dirangkai
menggunakan tali antara bubu satu dengan bubu lainnya. Biasanya bubu yang
dipasang dengan sistem rawai biasanya dihubungkan dengan pengait (snap) antara
tali cabang dan tali utama. Kemudian ditandai dengan pelampung tanda pada kedua
ujungnya dan dilengkapi pemberat agar bubu tidak berpindah tempat (Joandi. et.al,
2015).
derah tangkapan ikan (fishing ground), tahap pencarian daerah penangkapan ikan
pemasangan bubu berada pada perairan sekitar pantai terbuka yang dipengaruhi
gelombang, kecepatan arus tidak terlalu besar, dasar perairan berupa pasir, pasir
melakukan peletakkan bubu yang dilakukan pada saat pagi hari dan dibiarkan
semalam, sedangkan pengambilan hasil tangkapan bubu dilakukan pada pagi hari
bubunya selama dua hari atau lebih. Hal tersebut tergantung dari keadaan laut. Jika
ombak atau gelombang cukup besar maka nelayan lebih memilih untuk tidak
disesuaikan dengan kedalaman tali, yang biasanya dipasang pada kedalaman 1,5 kali
Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu
(Anonim, 2006).
Lokasi penangkapan dengan bubu ambai dilakukan pada jarak antara 1-2 mil
Bubu Dasar (Ground Fish Pots). Hasil tangkapan dengan bubu dasar
umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp),
Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua
(Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam
Bubu Apung (Floating Fish Pots). Hasil tangkapan bubu apung adalah jenis-
jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar, dll.
Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots). Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan
mempersempit ruang gerak dari ikan sehingga ikan tidak dapat melarikan diri dan
Purse seine biasanya disebut jaring kantong karena bentuk jaring tersebut
jaring berbentuk empat persegi panjang yang bagian bawah jaringnya dikerucutkan
dengan cara menarik tali kolornya sehingga ikan-ikan akan terkurung didalamnya dan
3. bentuk lekuk
2.4.2 Metode Penangkapan
Setting
Setting merupakan kegiatan penurunan alat tangkap mengitari dan
membentuk suatu lingkaran penuh untuk mengelilingi dan mengurung gerombolan
ikan yang telah terkumpul. Menurut (Sadhori, 1984) bahwa hal-hal yang harus
diperhatikan dengan cermat sebelum penurunan jaring meliputi :
a. Kecepatan dan arah angin.
b. Kecepatan dan arah arus.
c. Arah renang gerombolan ikan.
d. Kedalaman dasar perairan.
Proses setting dimulai dengan komando Nakhoda, pelampung besar (buoy)
dilepas kelaut, kapal dijalankan dengan cepat hampir searah dengan arus, kemudian
jaring dilingkarkan pada gerombolan ikan, dengan memperhitungkan jari-jari
lingkaran jaring dan gerombolan ikan maka setelah selesai penawuran jaring maka
pelampung besar sudah berada di haluan kapal dan segera dinaikan ke atas kapal
(Katiandagho, 1989). Sedangkan menurut (Von Brandt, 1946) menyatakan bahwa
penurunan jaring harus dilakukan dengan cepat karena hal ini merupakan faktor
penting yang berpengaruh pada seberapa besar kelompok ikan yang akan mampu
dikelilingi.
Hauling
Pengangkatan alat tangkap (hauling) dilakukan segera setelah alat tangkap
selesai dilingkarkan mengelilingi gerombolan ikan, dengan tujuan mengangkat alat
tangkap dan hasil tangkapan ke atas kapal. Kegiatan ini terbagi dalam 2 (dua)
kegiatan utama, yaitu penarikan tali kolor dan penarikan isi jaring.
Penarikan tali kolor harus dilakukan sehalus dan secepat mungkin sampai
seluruh cincin-cincin purse seine terkumpul dan muncul dari laut, atau sampai dirasa
cukup (Ben Yami, 1994). Untuk menghindari kesalahan sering dilakukan hauling
sebagian tali pelampung dan isi jaring dengan cara manual. Alat-alat bantu proses
penarikan tali kolor dapat dibedakan dalam 5 jenis, sesuai dengan jenis tali kolor
yang digunakan, yaitu :
Menurut (Marzuki, 1976) bahwa sebaiknya penarikan tali kolor tidak
memakan waktu yang lama kira-kira 30 menit dengan kecepatan sedang agar supaya
tali kolor tidak cepat aus sehingga tidak mudah putus, disamping itu penarikan tali
kolor yang terlalu cepat akan menyebabkan kapal akan tertarik masuk kedalam
lingkaran jaring. Semakin cepat proses penarikan tali kolor, maka semakin cepat pula
cincin purse seine akan terkumpul sehingga jaring akan membentuk sebuah kantong
dan kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri lagi. Hal ini dimaksudkan demi
efisiensi dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan yang tinggi.
Penarikan isi jaring harus dilakukan dengan cepat namun berhati-hati
mengingat ikan masih dapat lolos dan melarikan diri dengan cara melompati tali
pelampungnya (Ben Yami, 1994).
Alat penarik jaring berbentuk drum besar yang letaknya di buritan
kapal.Penarikan isi jaring dengan secara manual dengan menggunakan tenaga
manusia dapat dilakukan ketika penarikan tali kolor belum selesai semuanya, hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi beban tarik Capstand serta efisiensi waktu untuk
operasi selanjutnya.
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Jenis alat tangkap
di Indonesia sangalah beragam, meskipun prinsip kerjanya sama namun beberapa alat
tangkap ikan memiliki nama berbeda. Perkembangan Perikanan Tangkap di Indonesia
masih belum merata meskipun potensinya sangat besar.
3.2. Saran
Perikanan Tangkap di Indonesia bisa berkembang jika pemerintah melakukan
pemerataan pembangunan khususnya bidang perikanan di wilayah yang memiliki
potensi perikanan tangkap besar namun belum dioptimalkan
DAFTAR PUSTAKA
Sudirman, dkk. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Anomin.Trawl. Australian Fisheries Management Authority.
Sadhortomo, Bambang. 2006. Jurnal Ilmiah. Distribusi Spasial Upaya Penangkapan
Sondita, M.F.A. (2010). Manajemen Sumber Daya Perikanan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta.
Yonvitner. (2007). Produkstivitas Nelayan, Kapal dan Alat Tangkap di Wilayah
Pengelolaan
Perikanan Indonesia. Jurnal Perikanan, IX (2):254-266.