BAB 14
A. Dasar Hukum
1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4956);
B. Definisi
1. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memerikan perlindungan
kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan
pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas dan prosedur.
14.1
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
5. Daerah Publik (Public Area) adalah daerah daerah pada bandar udara yang
terbuka untuk umum/public.
7. Daerah Terbatas ( Restricted Area) adalah daerah tertentu di bandar udara dimana
penumpang dan/atau non penumpang memiliki akses masuk dengan persyaratan
tertentu.
8. Daerah Steril (Sterile Area) adalah daerah tertentu didalam Daerah Keamanan
Terbatas yang merupakan daerah pergerakan penumpang sejak dari tempat
pemeriksaan keamanan terakhir sampai dengan masuk pesawat udara dimana di
daerah tersebut selalu dilakukan pengendalian dan pengawasan.
14.2
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
C. Ketentuan Umum
1. Personel keamanan bandar udara harus memastikan penumpang, personel pesawat
udara dari barang bawaan dan orang perseorangan yang memasuki daerah keamanan
terbatas dan/atau ruang tunggu tidak membawa barang dilarang (prohibited items)
yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum dalam
penerbangan;
3. Personel keamanan bandar udara wajib menolah setiap penumpang, personel pesawat
udara dan orang perseoragan serta barang bawaan untuk memasuki daerah keamanan
terbatas dan/atau ruang tunggu, apabila tidak memiliki izin masuk dan/atau menolak
untuk diperiksa;
14.3
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
c. Apabila terdapat lebih dari satu jalur pemeriksaan, maka jarak antara dua gawang
detector logam (Walk Through Metal Detector/WTMD) minimal 60 (enam puluh)
cm;
d. Exit belt termasuk roller pada mesin x-ray bagasi tercatat memiliki panjang
minimal 250 (dua ratus lima puluh) cm. pada sisi belt dimana penumpang atau
personel lewat, dipasang Plexiglas;
e. Plexiglas dipasang minimal sepanjang exit belt dan setinggi tunnel mesin x-ray
bagasi tercatat;
f. Setelah mesin x-ray bagasi tercatat, ditempatkan meja sebagai tempat
pemeriksaan bagasi yang mencurigakan;
g. Jarak antara mesin x-ray bagasi kabin dan gawang detector logam (Walk Through
Metal Detector/WTMD), dan jarak antara 2 (dua) gawang detector logam (Walk
Through Metal Detector/WTMD) yang berdampingan diberi sekat pembatas;
h. Model sekat pembatas dibuat bukan sebagai tempat untuk meletakkan barang
bawaan;
7. Jalur pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang menggunakan peralatan
keamanan penerbangan harus mempunyai peralatan kemanan paling sedikit meliputi
14.4
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
c. Apabila terdapat lebih dari satu jalur antrian pemeriksaan, jarak antara dua
gawang detector logam (Walk Through Metal Detector/WTMD) yang
berdampingan, minimal berjarak 60 cm
d. Exit belt termasuk roller pada mesin x-ray bagasi kabin harus memiliki panjang
minimal 250 cm. pada sisi exit belt dimanan penumpang atau personel lewat,
dipasang Plexiglas
e. Plexiglas dipasang minimal sepanjang exit belt dan setinggi tunnel mesin x-ray
bagasi kabin
f. Setelah mesin x-ray bagasi kabin, ditempatkan meja sebagai tempat pemeriksaan
bagasi yang mencurigakan
g. Jarak antara mesin x-ray bagasi kabin dan gawang detector logam (Walk Through
Metal Detector/WTMD), dan jarak antara 2 (dua) gawang detector logam (Walk
Through Metal Detector/WTMD) yang berdampingan diberi sekat pembatas
h. Model sekat pembatas dibuat bukan sebagai tempat untuk meletakkan barang
bawaan
14.5
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
10. Pintu masuk khusus (Security Check Point – khusus/SCP-khusus) harus selalu dalam
pengawasan personel keamanan bandar udara dan dikunci dan/atau dijaga apabila
tidak digunakan
11. Unit penyelenggara bandar udara atau badan usaha bandar udara bertanggung jawab
untuk melakukan pemeriksaan keamanan terhadap penumpang dan bagasi kabin yang
akan naik ke pesawat udara, dengan prosedut keamanan :
a. Apabila di bandar udara tersedia peralatan keamanan (metal detector, x-ray dan
peralatan lainnya) maka pemeriksaan keamanan penumpang dan bagasi kabin
harus dilakukan dengan peralatan tersebut;
b. Apabila peralatan dibandar udara tidak tersedia atau rusak, maka pemeriksaan
keamanan terhadap penumpang dan bagasi harus dilakukan secara manual;
c. Apabila peralatan keamanan memberikan tanda atau sinyal yang mencurigakan
terhadap obyek pemeriksaan, maka obyek pemeriksaan harus dilakukan
pemeriksaan keamanan secara manual
2. Unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara harus menyediakan
ruangan untuk pemeriksaan khusus;
14.6
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
5. Diplomat :
a. Diplomat dan barang bawaanya harus dilakukan pemeriksaan keamanan
sebagaimana yang dilakukan terhadap penumpang lain;
b. Kantong diplomatic tidak diperiksa kecuali atas permintaan dari instansi yang
berwenang dibidang hubungan luar negeri dan pertahanan Negara;
c. Apabila kantong diplomatic dicuragai dapat membahayakan keselamatan
penerbangan, maka Badan Usaha Angkutan Udara dapat menolak untuk
mengangkut.
6. Benda/dokumen khusus/ rahasia yang dinyatakan oleh instansi pemerintah :
a. Benda/ dokumen khusus dan/atau rahasia yang dinyatakan oleh instansi
pemerintah tidak dilakukan pemeriksaan, kecuali benda atau dokumen khusus
tersebut diduga dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan
b. Benda atau dokumen khusus dan/atau rahasia harus disertai dengan surat
permintaan tidak diperiksa dari instansi terkait.
14.7
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
2. Penumpang transit dan transfer dapat langsung memasuki daerah steril (ruang tunggu)
tanpa melalui pemeriksaan keamanan, apabila badan usaha angkutan udara atau
perusahaan angkutan udara asing :
14.8
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
c. Tipe C, untuk jumlah penumpang kurang dari 500(lima ratus) orang per hari,
minimal 3(tiga) orang personel keamanan.
2. Unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara wajib menunjuk
personel keamanan bandar udara sebagai pengawas (supervisor), pengawas
(supervisor) bertugas mengatur serta mengawasi personel keamanan bandar udara
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
3. Personel keamanan bandar udara pada jalur pemeriksaan melaksanakan tugas sebagai
berikut :
a. Pengatur arus masuk penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan
serta barang bawaan;
b. Operator mesin x-ray;
c. Pemeriksa bagasi;
d. Pemeriksa penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan serta
barang bawaan;
4. Personel keamanan bandar udara yang bertugas sebagai pengatur arus masuk
penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan serta barang bawaan
melakukan kegiatan :
a. Memeriksa izin masuk ke daerah keamanan terbatas dan ruang tunggu
b. Mengatur, memeriksa dan mengarahkan serta memastikan, anatara lain :
1) Bagasi atau barang bawaan yang ditempatkan pada conveyor belt mesin x-ray
pada posisi yang tepat untuk pemeriksaan dan memastikan jarak antara dua
bagasi atau barang bawaan
2) Mantel, jaket, topi, ikat pinggang, ponsel, jam tangan, kunci dan barang-
barang yang mengandung unsure logam diperiksa melalui mesin x-ray
3) Semua cairan, aerosol dan gel diperiksa melalui mesin x-ray
4) Setiap penumpang, personel pesawat udara, orang perseorangan dan barang
bawaan masuk melalui jalur pemeriksaan pada tempat pemeriksaan keamanan
(Security Check Point/SCP)
c. Mengatur antrian penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan
yang akan dilakukan pemeriksaan keamanan.
14.9
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
7. Dalam kondisi normal, 10% (sepuluh persen) dari pemeriksaan penumpang, personel
pesawat udara dan orang perseorangan serta barang bawaan yang letah dilakukan
dengan peralatan keamanan harus dilakukan pemeriksaan manual secara random,
persentase pemeriksaan manual secara random dapat ditingkatkan dalam kondisi
ancaman meningkat.
14.10
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
2) Pemeriksa penumpang;
3) Pengoperasi mesin sinar-x;
4) Pemeriksa barang;
5) Penyelia tempat pemeriksaan.
b. Komposisi pada bandar udara tidak padat sekurang-kurangnya meliputi pemeriksa
penumpang dan pengoperasi mesin sinar-x
2. Mengarahkan penumpang untuk melepaskan semua benda logam dalam saku atau
yang dapat dilepaskan dari dirinya atau dari pakaiannya (yaitu hiasan seperti peniti,
bros, gelang, ikat pinggang, jam tangan dan pena logam), uang kertas harus
dilepaskan dari jepitannya dan diambil kembali oleh penumpang;
6. Jangan ijinkan penumpang melalui gawang detector logam sangat lambat atau sangat
cepat atau dengan cara lain yang luar biasa (seperti tangan terentang, lengan kedepan
atau kebelakang, melompat, memutar- mutar, melangkah lebar, menyeret kaki atau
bersandar ke belakang);
8. Jika alarm WTMD tidak berbunyi, penumpang boleh melanjutkan perjalanan, benda-
benda logam boleh diambil kembali dan penumpang boleh memasuki daerah steril;
14.11
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
9. Jika alarm WTMD tidak berbunyi, arahkan penumpang supaya kembali memeriksa
sakunya dan/atau pakaiannya untuk benda logam lainnya, ulangi permintaan kepada
penumpang untuk mengeluarkan benda-benda logam, arahkan penumpang agar
berjalan melalui gawang detector logam untuk kedua kalinya;
10. Jika alarm WTMD tidak berbunyi ketika dilewati kedua kali, benda yang dikeluarkan
(setelah dipeiksa) boleh diambil kembali, penumpang boleh memasuki daerah steril;
11. Jika alarm WTMD berbunyi ketika dilewati kedua kali, penumpang diperiksa dengan
detector logam genggam agar penyebab semua alarm dapat diketahui sebelum
penumpangnya diijinkan memasuki daerah steril.
14.12
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
5. Bila sumber bunyi alarm dari detector logam genggam tidak dapat ditemukan, harus
melakukan pemeriksaan dengan tangan (manual/physical search).
6. Ada dua jenis pemeriksaan dengan tangan, yaitu pemeriksaan seluruh badan dan
pemeriksaan badan terbatas pada daerah alarm. Dalam kedua situasi tersebut, sang
pemeriksa harus menggunakan tangganya untuk melakukan pemeriksaannya. Dalam
melakukan pemeriksaan, harus diterapkan pendekatan “common-sense” untuk
mengakomodasikan kesehatan, keselamatan dan wibawa sang pemeriksa. Periksalah
sesuai arah jarum jam, pemeriksaan harus dilakukan keliling sesuai arah jarum jam,
kemudian dari atas ke bawah pada tubuh penumpang. Pemeriksaan harus dilakukan
dengan menggunakan prosedur yang sama setiap kali untuk memastikan bahwa tidak
ada yang dilampaui.
7. Pemeriksaan seluruh badan (fisik). Bila seorang penumpang tidak dapat dibebeaskan
karena/tidak menyetujui melewati gawang detector dan/atau pemeriksaan detector
logam genggam, diperlukan pemeriksaan seluruh badan (yaitu penumpang dalam
kursi roda, wanita hamil, penumpang dengan alat medis yang ditanamkan di badan).
14.13
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
3. Pemeriksaan selangkangan
Dengan ijin penumpang, daerah selangkangan harus diperiksa.
14.14
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
14.15
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
b. Pastikan bahwa alat penggendong bayi tidak ditempatkan diatas ban konveyor
mesin sinar-x sebelum bayi dikeluarkan (ada penumpang yang tidak terbiasa
dengan proses pemeriksaan penumpang dan tidak mengerti bahwa prosedurnya
digunakan untuk memeriksa alat penggendong/keretanya, bukan banyinya.
c. Bila orang yang menemai bayi/anak tersebut tidak dapat atau enggan
mengeluarkan bayi/anak tersebut (missal sendang tidak), maka bayi/anak beserta
alat penggendongnya harus diperiksa melalui pemeriksaan fisik. Secara khusus
harus diperhatikan daerah bawah si anak beserta semua selimut dan penutupnya
untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang terlarang;
d. Anak-anak dalam kereta dorong harus keluar dari kereta dorongnya dan bila
mungkin, berjalan melaui gawang deketor logam;
e. Bila anak tidak dapat berjalan,maka ia digendong melalui gawang detector logam
oleh orang yang menemaninya;
f. Kereta dorong harus diperiksa dengan menggunakan prosedur pemeriksaan
manual (dengan tangan). Harus diatur secara khusus untuk memastikan bahwa
semua kantong atau tabung dikereta dorong dan bagian bawah kereta dorong
diperiksa.
14.16
TRAINING MANUAL
BASIC AVIATION SECURITY
14.17