Diajukan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Proteksi Arus Lebih dalam
menempuh Program Strata Satu Jurusan Teknik Elektro
Institut Teknologi Nasional Bandung
Disusun Oleh :
Kelompok 2
M.Septoni Fauzi ( 11-2016-052 )
Salman Alfarizi Kinabalu.S ( 11-2016-009 )
Elisa Syahirah ( 11-2016-029 )
R. Aditya Ghani ( 11-2016-026 )
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karuniaNya kepada kita semua
sehingga laporan kuliah lapangan yang bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan mata kuliah Proteksi Arus Lebih Program Studi Strata Satu
pada Jurusan Teknik Elektro dengan konsentrasi peminatan Teknik Tenaga
Listrik di Institut Teknologi Nasional Bandung.
Adapun judul Laporan Kuliah Lapangan yang penulis ajukan adalah :
“Studi Perhitungan Proteksi Diferensial Pada Belitan Stator Generator” di PT
Indonesia Power PLTU UJP Jabar 2 Pelabuhan Ratu.
Laporan kuliah lapangan ini tentu saja tidak akan selesai jika tanpa
adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuasaan serta ridhoNya kepada kami,
mulai dari rangkaian kuliah lapangan hingga pembuatan laporan ini sampai
selesai.
2. Seluruh jajaran dari PT Indonesia Power Pelabuhan Ratu yang membimbing.
3. Teguh Arfianto, S.T., M.T. selaku dosen matakuliah Proteksi Arus Lebih.
4. Seluruh anggota kelompok 2 yang telah berkontribusi dalam menyusun laporan
kuliah lapangan ini.
i
DAFTAR ISI
ii
3.9. Relay Differensial ........................................................................................14
3.9.1. Prinsip Kerja Proteksi Differensial ...........................................................14
3.10. Perhitungan Relay Differensial ..................................................................16
BAB IV. METODOLOGI LAPORAN KULIAH LAPANGAN .......................18
4.1. Diagram Alir Kuliah Lapangan ....................................................................18
BAB V. DATA DAN ANALISIS .......................................................................19
5.1. Perhitungan Arus Gangguan ........................................................................19
5.1.1. Arus Gangguan Tiga Fasa .........................................................................19
5.1.2. Arus Gangguan Satu Fasa Ke Tanah ........................................................20
5.2. Perhitungan Relay Differensial ....................................................................22
5.3. Analisis Perhitungan Relay Differensial ......................................................23
BAB VI. KESIMPULAN....................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................26
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
dan dalam beberapa hal mempergunakan pengereman. Pada generator penting
sekali mempertimbangkan asal mula dan efek-efek gangguan sebelum
menentukan tipe-tipe proteksi yang dipasang.
Pada tahun 2006 , Jurnal penelitian yang dibuat oleh Nicholas Villamagna
& P.A.Crossley dengan judul “ A CT Saturation Detection Algorithm Using
Symmetrical Components for Current Differential Protection” jurnal ini
mengungkapkan tentang prinsip dasar pengoperasian dari arus diferensial
sebagai proteksi adalah untuk menghitung perbedaan antara arus yang masuk
dan keluar pada bagian yang di proteksi. Kesederhanaan dari membandingan
arus yang mengalir masuk ke pemasok dengan arus yang keluar membuatnya
sangat menarik, terutama ketika dilihat dari satu pertimbangan, yaitu dari
pengaturan sebuah skema jarak proteksi yang kompleks. [Nicholas
Villamagna & P.A.Crossley, 2006]
Pada tahun 2015, Jurnal penelitian yang dibuat oleh Ari Catur Pamungkas ,
Juningtyastuti and Agung Nugroho dengan judul “ Analisis Koordinasi Dan
Setting Rele Proteksi Generator dan Trafo Step Up di PLTU Tanjung Jati B
Unit 1 “ jurnal ini mengungkapkan tentang sistem proteksi generator yang
mutlak diperlukan untuk memvalidasi sistem proteksi generator apakah bekerja
dengan semestinya. Selain itu juga merekomendasikan untuk dilakukan
2
troubleshooting testing dengan pengumpulan data dan status dari semua
peralatan proteksi, sehingga keandalan dari sistem proteksi dapat dievaluasi
menggunakan parameter “ security” ( sistem proteksi tidak beroperasi saat
tidak dibutuhkan) dan parameter “dependability” (sistem proteksi beroperasi
saat dibutuhkan).[ Ari Catur Pamungkas , Juningtyastuti and Agung
Nugroho, 2015]
3
2. Metode kelayakan operasi dan teknis dilakukan dengan membandingkan data
hasil uji dari FAT (Factory Acceptance Test) dan SAT (Site Acceptance Test)
untuk kemudian dianalisis, baik secara kualitatif dan atau kuantitatif.
1.6. Sistematika Laporan Tugas Besar
Ringkasan pembahasan bab-bab dalam laporan tugas besar ini adalah
sebagai berikut:
1. BAB I. PENDAHULUAN
Bab pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, , waktu
dan tempat, sistematika laporan dari kegiatan kerja praktek ini.
2. BAB II. DASAR TEORI
Bab ini meliputi teori – teori tentang proteksi arus lebih khususnya tentang
proteksi differensial pada belitan stator generator.
3. BAB III. METODOLOGI LAPORAN KULIAH LAPANGAN
Bab ini membahas mengenai diagram alir dari penelitian dan laporan tentang
proteksi differensial pada belitan stator generator di PT Indonesia Power
PLTU UJP Jabar 2 Pelabuhan Ratu.
4. BAB IV. DATA DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang data dan analisa kualitatif/kuantitatif yang didapatkan
setelah pengujian yang dilakukan pada proteksi differensial pada belitan stator
generator di PT Indonesia Power PLTU UJP Jabar 2.
5. BAB V. KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa data yang yang sudah
dilakukan berdasarkan hasil dari bab sebelumnya yaitu BAB IV. DATA DAN
ANALISIS.
4
BAB II
PROFIL TEMPAT KULIAH LAPANGAN
5
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Indonesia Power
6
2.4. Komposisi Pemegangan Saham
Pemegang saham Indonesia Power terdiri dari:
1. PT PLN (Persero) sebanyak 1 lembar saham seri 1 dan
5.215.647.598 lemnbar saham seri 2
2. Yayasan Pendidikan dan kesejahteraan (YPK) PT PLN (persero)
sebanyak 1 lembar saham seri 2.
2.5. Visi , Misi, Kompetensi Inti & Budaya Perusahaan
7
BAB III
TEORI DASAR DAN PERHITUNGAN
8
Gambar 3.1 Rotor kutub salient
3.2.2. Stator
Kumparan pembangkit (jangkar) terletak pada bagian yang tidak
bergerak atau stator. Keliling bagian dalam dari stator dikonstruksikan
sedemikian rupa sehingga mempunyai alur-alur sebagai tempat dari kawat-
kawat jangkar.
9
Gambar 3.3 Stator
10
3.4. Penguatan
Pada generator sinkron kumparan medan (rotor) diberi eksitasi
(penguatan) arus searah. Arus searah tersebut dapat diperoleh dari sumber arus
searah atau dari arus bolak-balik yang disearahkan.
Generator atau sumber listrik lain, yang memberikan eksitasi pada
generator sinkron (altenator) disebut penguatan terpisah, dan apabila arus
eksitasi diambil dari altenator itu sendiri disebut penguatan sendiri.
Bila arus eksitasi cukup membangkitkan fluks yang diperlukan oleh
altenator, maka disebut altenator tersebut bekerja pada “unity power faktor”.
Bila arus eksitasi kurang dari harga unity-pf maka altenator bekerja dengan
“lagging pf”, sedangkan jika harga arus eksitasi lebih besar dari harga unity pf
maka disebut “leading pf”.
3.5. Frekuensi dan Putaran
Frekuensi adalah jumlah getaran listrik setiap detik yang dinyatakan
adalah satuan Hertz atau Cycle (Hz atau c/s). Frekuensi tergantung pada
putaran dan jumlah kutub.
Bila suatu mesin altenator yang mempunyai jumlah kutub P, tegangan
induksi yang timbul dalam kawat jangkar tiap perputaran menjadi P/2 periode.
Jadi sebuah altenator yang mempunyai jumlah kutub P untuk menghasilkan
𝑓
tegangan induksi dengan frekuensi f, harus membuat putaran 𝑃/2 per detik atau
60𝑓
putaran per menit (rpm).
𝑃/2
ns
120 f
Hz
p
Dimana p = jumlah kutub (U + S)
Rating kecepatan putaran tergantung pada tipe prime movernya. Apabila
prime mover dari suatu alternator mempunyai kecepatan rendah maka altenator
tersebut membutuhkan banyak kutub sehingga tercapai besaran frekuensi yang
telah ditentukan.
11
3.6. Gangguan Pada Generator
Gangguan pada generator terbagi menjadi 2 bagian, yaitu gangguan luar
dan dalam. Berikut penjelasannya:
12
3) Urutan negatif:
Gangguan yang menimbulkan kondisi tidak simetris pada tegangan maupun
arus, menimbulkan arus urutan negatif (negative sequence current).
4) Penguatan hilang:
Penguatan hilang atau penguatan melemah (under excitation) bisa
menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada kepala kumparan stator. Relai
penguatan hilang akan mentrip PMT generator.
5) Hubung singkat dalam sirkit rotor:
Hubung singkat dalam sirkit rotor bisa menyebabkan penguatan hilang. Karena
hubung singkat dalam sirkit rotor ini tidak sempurna bisa timbul distorsi medan
magnet dan selanjutnya timbul getaran berlebihan.
3.7. Sistem Proteksi Pada Generator
Gangguan pada pusat pembangkit listrik dapat terjadi kapan saja, untuk
itu diperlukan sistem proteksi, yang berfungsi selain mengamankan peralatan
pada pusat pembangkit juga untuk melokalisir dampak dari gangguan. Alat
pendeteksi gangguan adalah relay, yang selanjutnya memberi perintah kepada
trip coil untuk membuka pemutus tenaga (PMT).
Persyaratan utama sistem proteksi yaitu: kepekaan (sensitivity), keandalan
(reliability), selektif (selectivity), kecepatan (speed).
1. Kepekaan (sensitivity),
2. Keandalan (reliability),
3. Selektif (selectivity,
4. Kecepatan (speed).
3.8. Relay Proteksi
Relay adalah suatu alat yang apabila diberi energi oleh besaran-besaran
sistem yang tepat dapat memberi indikasi suatu kondisi abnormal. Apabila
kontak-kontak relay menutup, maka rangkaian-rangkaian trip pemutus tenaga
yang terkait mendapat energi dan kontak-kontak breaker membuka, mengisolir
bagian yang terganggu dari sistem. Relay proteksi dapat dikasifikasikan
berdasarkan fungsi atau kegunaannya.
Jenis Relay proteksi yang digunakan untuk pembangkit diantaranya yaitu
Relay Jarak (distance relay), Relay Periksa Sinkron (Synchrone check relay),
13
Relay Tegangan Kurang (Undervoltage Relay), Relay Daya Balik (Reverse
Power Relay), Relay Kehilangan Medan Penguat (Loss Of Excitation Relay),
Relay Fasa Uruan Negatif (Negative Phase Sequence Relay), Relay Arus Lebih
Seketika (Instantaneous Over Current Relay), Relay Arus Lebih Dengan
Waktu Tunda (Time Over Current Relay), Relay Penguat Lebih (Over
Excitation Relay), Relay Tegangan Lebih (Overvoltage Relay), Relay
Keseimbangan Tegangan (Voltage Balance Relay), Relay Waktu (Time Relay),
Relay Stator Gangguan Tanah (Stator Ground Fault Relay), Relay Kehilangan
Sinkronisasi (Out Of Step Relay), Relay Pengunci (Lock Out Relay), Relay
Frekuensi (Frequency Relay), Relay Diferensial (Differential Relay).
Pada Makalah yang kami susun ini, kami akan membahas lebih dalam
mengenai proteksi menggunakan Relay Diferensial (Differential Relay), dari
segi pengertiannya dan perhitungannya.
3.9. Relay Diferensial
Proteksi differensial mempunyai bentuk yang bermacam-macam tergan-
tung dari peralatan yang diamankan. Pengertian itu sendiri mengandung unsur
membedakan satu dengan yang lainnya. Semua besaran yang masuk ke
peralatan proteksi seperti sudah di jelaskan tadi bahwa gangguan yang terjadi
pada suatu alat bisa disebabkan karena arus hubung singkat antara atau arus
hubung singkat ke tanah. Proteksi differensial harus bisa mendeteksi gangguan
ini. Jika perlatan proteksi bekerja maka sesungguhnya sudah terjadi kerusakan
didalam alat tersebut yang menimbulkan arus hubung singkat. Proteksi
differensial dalam hubungan hal ini bertugas meluasnya kerusakan tersebut.
Oleh karena itu proteksi differensial harus bekerja cepat tanpa waktu tunda.
3.9.1. Prinsip kerja proteksi differensial
Prinsip kerja proteksi differensial adalah membandingkan dua besaran
arus dan fasa anatara dua titik pada batasan- batasan daerah pengaman. Jadi
dalam hal ini digunakan arus sebagai besaran ukurnya, jika pada peralatan
yang diamankan tidak terjadi gangguan atau gangguan tersebut brada diluar
daerah yang diamankan maka nilai arus dan fasa mengalir pada trafo arus CT
1 dan CT 2 adalah sama atau mempunyai perbandingan nilai arus serta
persesaran sudut fasa terten tu, sehingga relai tidak akan bekerja.
14
Tetapi jika terjadi gangguan pada peralatan yang diamankan, maka akan
terjadi perbedaan arus atau perbandingan arus berubah serta perubahan sudut
fasa yang akan menyebabkan relai differensial akan bekerja. Adapun cara
membanding- kan I1 dan I2 yaitu dengan membanding- kan besarnya nilai dan
sudut fasa pada arus sekunder. Batas-batas pengaman proteksi differensial
dibatasi oleh trafo arus CT 1 dan CT 2.
15
Jika terjadi gangguan hubung singkat didalam daerah pegamannya maka
arus yang mengalir pada CT 1 akan menjadi besar sedangkan arus yang
mengalir pada CT 2 akan mendekati nol.
Dengan demikian arus sekunder I1 menjadi besar dan arus sekunder I2
akan mendekati nol, hal ini terjadi karena arus gangguan IF yang besar hanya
mengalir pada satu sisi seperti yang terlihat pada gambar berikut. Sehingga
sesuai dengan gambar diatas Id = I1. Karena I2 = 0, maka: Id = I1
Dalam hal ini berarti adanya arus Id = I1 yang cukup besar akan mengalir
melalui rele, dengan demikian rele akan akan bekerja dan memberikan sinyal
trip pemutus tenaga yang berada di kedua sisi dari peralatan listrik yang
diamankan karena terjadi gangguan dipisahkan dari jaringan yang
bertegangan.
3.10. Perhitungan Relay Diferensial
Arus Nominal Generator di kedua sisi CT:
𝑀𝑉𝐴
𝐼1&2 =
√3 × 𝐾𝑉
Perhitungan Missmatch pada Generator
Karena CT pada kedua sisi generator dipasang secara delta maka
perhitungan Arus sekunder pada CT kedua sisi generator adalah sebagai
berikut:
𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙
𝐼1&2 =
𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
Selanjutnya menghitung Ratio Trafo Arus Relay yaitu dengan cara:
𝐼𝐹1&2 = 𝐼1&2 × √3
𝐼𝐹2
𝑆=
𝐼𝐹1
𝑇 2,9
Dari nilai S = 1 dapat dilihat dari tabel ratio trafo didapat nilai 𝑇 𝐿 = 2,9, maka
𝐻
16
Karena ratio kedua CT bagian atas dan bawah generator sama, maka
menghasilkan nilai Missmatch sebesar 0%. Arus di Relay Diferensial pada
saat beban penuh.
𝐼𝑑 = |𝐼1 | − |𝐼2 |
𝐼1 + 𝐼2
𝐼𝑟(𝑟𝑒𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛) =
2
Setting Slope
𝐼𝑑
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = × 100
𝐼𝑟
Setting Relay Diferensial
Minimum Setting = Kesalahan Generator (%) + Nilai Missmatch (%) + Error
CT (%) + Toleransi (%) + Slope (%)
Hasil dari minimum setting (dalam persen [%]) tersebut untuk relay
diferensial.
Hasil dari arus hubung singkat terkecil didapat dari arus hubung singkat,
lalu di ambil dari Minimum Settingnya yang didapat dari setting relay. (Arus
hubung singkat [A] x Minimum Setting [%] = Arus hubung singkat yang telah
diambil beberapa persen [A]) hasil tersebut akan lebih dari cukup untuk
membuat relay diferensial bekerja (trip).
17
BAB IV
METODOLOGI LAPORAN KULIAH LAPANGAN
START
A
Tidak
Data Lengkap ?
Sistem Normal Sistem Proteksi Bekerja
Ya
Study Literatur
PMT Trip
Perhitungan Arus
Gangguan,Perhitungan END
Relay Differensial, Analisis
Jika Error
Mismamatch <15%
Penyetelan Relay
Differensial
18
Gambar 4.2 Standar Current Transformer
BAB V
19
DATA DAN ANALISIS
20
100
𝑋𝑔 = 0,26 × 412 = 𝑗0,06 𝑝𝑢
100
𝑋𝑇 = 0,12 × 412 = 𝑗0,03 𝑝𝑢
2886,75 = 96215,377 𝐴
0,136
Arus hubung singkat dari generator = 96215,377 × 0,186 = 70351,028 𝐴
5
Sisi Sekunder CT1 = 70351,028 × 15000 = 23,450 𝐴
0,06
Arus hubung singkat dari sistem = 96215,377 × 0,186 = 31037,21839 𝐴
5
Sisi Sekunder CT2 = 31037,21839 × 15000 = 10,345 𝐴
𝐾1 37
𝑡𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 = 𝐼2 = 13,1052 −1,02 =0,216 s
𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦−𝐾2
21
100
𝑋𝑇 = 0,08 × 412 = 𝑗0,01 𝑝𝑢
Igen
F1
V=1pu V=1pu
= 10,82531755 𝑝𝑢
= 10,82531755 × 2886,75
= 31249,98544 𝐴
0,11
Arus hubung singkat dari generator = 31249,98544 × 0,13 = 26442,2953 𝐴
5
Sisi Sekunder CT1 = 26442,2953 × 15000 = 8,814 𝐴
0,02
Arus hubung singkat dari sistem = 31249,98544 × 0,13 = 4807,69007𝐴
5
Sisi Sekunder CT2 = 4807,69007 × 15000 = 1,6025633 𝐴
22
5.2. Perhitungan Relay Diferensial
Arus Nominal Generator di kedua sisi CT:
𝑀𝑉𝐴 412.000
𝐼1&2 = = = 11893 𝐴
√3 × 𝐾𝑉 √3 × 20
Perhitungan Missmatch pada Generator
Karena CT pada kedua sisi generator dipasang secara delta maka
perhitungan Arus sekunder pada CT kedua sisi generator adalah sebagai
berikut:
𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 11893
𝐼1&2 = = = 3,964 𝐴
𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇 15000/5
Selanjutnya menghitung Ratio Trafo Arus Relay yaitu dengan cara:
𝐼𝐹1&2 = 𝐼1&2 × √3 = 3,964 × √3 = 6,8266426751𝐴
𝐼𝐹2 6,8266426751
𝑆= = =1
𝐼𝐹1 6,8266426751
𝑇 2,9
Dari nilai S = 1 dapat dilihat dari tabel ratio trafo didapat nilai 𝑇 𝐿 = 2,9,
𝐻
23
Minimum Setting = 15%
Oleh sebab itu dipilih setting 15% untuk relay diferensial.
Karena arus hubung singkat terkecil didapat dari arus hubung singkat
yaitu sebesar 7,2114367 A maka di ambil 15% yang didapat dari setting relay.
7,2114367 A x 15% = 1,0817155 A lebih dari cukup untuk membuat relay
diferensial bekerja (trip).
𝐾1 37
𝑡𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 = 𝐼2 = 7,21143672 −1,02 =0,275 s
𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦−𝐾2
24
Dari perhitungan menggunakan data-data dari generator 350MW PLTU
Pelabuhan Ratu Sukabumi didapat minimum setting 15%.
Arus hubung singkat yang terkecil adalah arus hubung singkat satu
fasa ke tanah dan minimum setting yang di dapat 15%. Maka 15% dari arus
hubung singkat satu fasa ke tanah 7,2114367 𝐴 diperoleh hasil 1,0817155 A
yang masuk ke kumparan reley diferensial. Dikarenakan setting relay
diferensial terpasang 0,4 A, sehingga arus sebesar 1,0817155 A sudah dapat
membuat relay bekerja dan memberi perintah putus ke pada PMT.
Sedangkan tunda waktu kerja sesuai dengan kemampuan generator
menahan beban lebih beberapa saat dan supaya generator tidak langsung tripp.
Set t11 = 9s, waktu ini di-set sesuai dengan spesifikasi generator.
25
BAB VI
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
Hari Prasetijo,ST.,MT, Firman Arif Romadona. 2010. Analisis Kerja Rele Overall
Differential pada Generator Unit 1 PLTA Ketenger PT Indonesia Power UBP
Mrica: Program Studi Teknik Elektro Unsoed
27