Anda di halaman 1dari 8

20

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai pada bulan Desember
2015 dan berakhir pada bulan Januari 2016 di Poli Spesialis Penyakit Dalam RS Atma
Jaya dengan responden dalam penelitian 38 orang. Adapun hasil penelitian dijelaskan
sebagai berikut :

5.1 Analisis Univariat


5.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 3. Data frekuensi karakteristik responden

N Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 22* 57,89
Perempuan 16 42,11
Usia
19-28 tahun 14* 36,84
29-38 tahun 14 36,84
39-48 tahun 5 13,16
49-58 tahun 5 13,16

Tekanan Darah
Rendah 0 0
Normal 38* 100
Tinggi 0 0
Skala Borg
(tingkat sesak napas)
Tidak sama sekali 30* 78,95
Sangat sedikit 1 2,63
Sedikit 2 5,26
Ringan 4 10,53
Sedang 1 2,63
Agak berat 0 0
Berat 0 0
Sangat berat 0 0
Sangat berat (maks.) 0 0
Skala Borg
(tingkat kelelahan)
Tidak sama sekali 30* 78,95
Sangat sedikit 0 0
Sedikit 6 15,79
Ringan 0 0
Sedang 2 5,26
Agak berat 0 0
21

Berat 0 0
Sangat berat 0 0
Sangat berat (maks.) 0 0

Skor kuisioner
WHOQOL-Bref
Domain fisik 45.89
Domain psikologis 54.34
Domain sosial 61.84*
Domain lingkungan 59.42

Keterangan * = terbesar

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui responden berjenis kelamin laki-laki


sebanyak 22 orang (57,89%) dan responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 16 orang (42,11%). Responden yang dipilih adalah yang memiliki
tekanan darah normal. Responden paling banyak berusia 19-28 tahun
sebanyak 14 orang (36,84%), usia 29-38 tahun sebanyak 14 orang (36,84%).
Mayoritas responden tidak mengalami sesak napas maupun kelelahan baik
sebelum maupun sesudah melakukan 6MWT. Skor domain sosial yang
meliputi dukungan dari keluarga dan teman, serta kepuasan seksual adalah
yang tertinggi dengan 61.84. Hasil rerata uji jarak tempuh berjalan adalah
sebesar 226.07 meter.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hasil Uji Spearman dan Pearson

Data yang diperoleh diuji hubungannya dengan metode Spearman untuk


sebaran data tidak normal dan metode Pearson untuk sebaran data normal.
Hasil uji hipotesis tersebut dijalankan dengan program SPSS 22.0.

Tabel 4. Hasil analisis korelasi Six Minute Walk Test dan kualitas hidup

Kualitas Hidup Six Minute Walk Test


r p
Fisik* 0.004 0.981
Psikologis** 0.090 0.589
Sosial* 0.082 0.623
Lingkungan* 0.102 0.542
Keterangan * = uji Spearman, ** = uji Pearson
22

Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara


kapasitas fungsional paru dengan semua domain WHOQOL-BREF pada
penderita TB paru di penelitian ini. Nilai korelasi tertinggi terdapat pada
hubungan antara fungsi paru dengan domain lingkungan (r=0.102) namun
tidak bermakna secara statistik (p=0.542). Nilai korelasi terendah terdapat
pada hubungan antara fungsi paru dan domain fisik (r=0.004) dengan
signifikansi (p) sebesar 0.981.
23

BAB VI

PEMBAHASAN

Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan terhadap


fungsi pengembangan paru. Fungsi paru yang terganggu dapat menyebabkan penurunan
kualitas hidup. Pada penelitian dengan metode potong lintang ini menilai tentang
hubungan antara uji jarak tempuh berjalan 6 menit dengan kualitas hidup yang dinilai
menggunakan kuisioner WHOQOL-BREF. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah dengan menurunnya kapasitas fungsional paru yang diukur dengan uji jarak
tempuh berjalan 6 menit penderita TB berdampak pada penurunan terhadap kualitas
hidupnya.
Pada penelitian ini kualitas hidup yang dinilai dengan kuisioner WHOQOL-
BREF dibagi menjadi empat domain besar yaitu domain fisik, psikologis, sosial, dan
lingkungan. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan bahwa secara garis besar
penderita TB mengalami penurunan pada keempat domain tersebut.34 Domain yang
paling terganggu adalah domain fisik dan domain psikologis, serta skor tertinggi untuk
domain sosial.40
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Al-Qahtani, dkk.
dan Dhuria, dkk. yaitu domain yang paling terpengaruh adalah domain fisik dan
psikologis, serta yang paling tinggi adalah domain sosial. Skor dari kuisioner
WHOQOL-BREF ini untuk domain fisik sebesar 45.90, domain psikologis sebesar
54.24, domain sosial sebesar 61.84 dan domain sosial sebesar 61.84.
Uji jarak tempuh berjalan 6 menit dari penelitian sebelumnya oleh Azzaky, dkk.
adalah 255.6 meter, pada penelitian ini didapatkan rata-rata jarak tempuh yang lebih
rendah dari penelitian sebelumnya, yaitu 226.07 meter. Menurut penelitian Dhuria, dkk.
hal tersebut juga dapat dikarenakan gaya hidup menetap, kurangnya kesadaran akan
pentingnya latihan fisik, budaya yang menghambat latihan fisik terutama untuk
perempuan, dan tidak adanya tempat-tempat umum yang aman di mana orang bisa pergi
berjalan, sehingga menyebabkan kondisi tubuh pasien yang memang lemah meskipun
dalam kondisi sehat .37 Penelitian oleh Ralph, dkk. juga mendapatkan hasil uji jarak
tempuh berjalan yang rendah , hal tersebut dikarenakan perbedaan antropometri yang
diyakini mempengaruhi hasil uji jarak tempuh berjalan 6 menit, termasuk norma-norma
budaya tentang berjalan cepat, suasana hati, motivasi subyek dan/atau teknisi, dan
24

karakteristik lintasan berjalan yang disediakan, subyek penelitian bertubuh pendek dan
kelembaban juga mungkin telah berkontribusi pada hasil jarak tempuh yang rendah
dalam penelitian ini.41
Hasil uji analisis menunujukkan tidak ada hubungan yang signifikan dan
bermakna antara uji jarak tempuh berjalan 6 menit dengan semua domain kuisioner
WHOQOL-BREF. Hubungan domain fisik dengan jarak tempuh tidak ada korelasi
domain fisik yang terdiri dari rasa nyeri, kenyamanan, ketergantungan pada bantuan
medis, mobilitas, tidur, beristirahat, dan aktivitas sehari-hari yang secara menyeluruh
mengalami penurunan ada pasien dengan TB.33 Pada penderita TB terganggunya fungsi
paru menyebabkan hal-hal tersebut di atas, namun seberapa parah hal tersebut
mempengaruhi pasien bersifat subyektif dan karena pasien TB pada penelitian ini
hampir semua berada dalam keadaan ekonomi kurang sehingga mereka terpaksa tetap
bekerja. Kebanyakan subyek masih dalam usia yang muda sehingga kondisi fisiknya
juga masih baik. 42
Hubungan domain psikologis dengan jarak tempuh juga tidak menunjukkan
korelasi yang signifikan karena domain psikologis meliputi perasaan positif,
spiritualitas, agama, keyakinan pribadi, citra tubuh, penampilan, dan harga diri.34
Penurunan domain ini khususnya di antara mereka dengan penyakit lebih parah,
perempuan, penduduk desa dan pasien dengan status sosial ekonomi rendah. Apakah
variasi ini terkait dengan perbedaan aktual, perbedaan penting berasal berbagai aspek
atau pola respon-kelompok tertentu tidak sepenuhnya jelas.35 Hal tersebut mungkin
menjadi salah satu penyebab tidak bermaknanya hubungan pada domain psikologis dan
fungsi paru ini, selain itu menurut penelitian Sule, dkk. pada pasien dengan TB biasanya
mengalami rasa kurang berharga akan dirinya dan perasaan negatif tentang kondisi
penyakit mereka. Pasien-pasien ini perlu perawatan dan dukungan dari mereka anggota
keluarga, masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat Organisasi (LSM) untuk
mengatasi dampak psikososial dari penyakit dan / atau pengobatan.42
Hubungan domain sosial dengan jarak tempuh tidak ada korelasi yang signifikan
dalam studi ini. Domain sosial pada penelitian ini berkaitan dengan dukungan sosial
pasien dari orang-orang sekitar seperti keluarga, saudara, dan kerabat yang juga
berdampak negatif pada TB.32 Hal ini berbeda dengan penelitian Chung, dkk. yang
dilaksanakan di Taiwan menyimpulkan bahwa domain sosial lebih rendah. Hal tersebut
dikarenakan adanya stigma pada pasien dan orang-orang sekitar, yaitu stigma
diskriminasi publik dan stigma dari dalam dirinya sendiri sehingga menyebabkan
25

rendahnya skor domain ini.40 Pada penelitian ini didapatkan hal sebaliknya karena TB
paru sudah menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat Indonesia karena banyaknya
kasus TB paru sehingga sudah tidak asing lagi dan diskriminasi yang cenderung rendah
dari lingkungan sosial sekitar, sehingga para pasien mendapatkan masih mendapat
dukungan yang tinggi dari keluarga dan kerabat dekat.
Hubungan domain lingkungan dengan jarak tempuh tidak ada korelasi yang
signifikan. Hal ini disebabkan karena domain lingkungan berkaitan dengan rasa aman,
keamanan, lingkungan rumah, transportasi dan keamanan finansial yang terkena
dampak negatif pada pasien TB.33 Pengamatan dalam penelitian oleh Sule, dkk.
menunjukkan bahwa kelas pekerjaan yang lebih rendah bukanlah prediktor dari
kesehatan fisik yang lebih buruk. Hal ini mungkin mencerminkan bahwa sebagian besar
responden berasal dari kelas sosial-ekonomi rendah dan budaya latar belakang yang
sama, maka respon mereka terhadap isu terkait kesehatan relatif sama.41 Dalam
penelitian ini kebanyakan responden adalah buruh, pedagang kecil dan pekerja kasar
yang memiliki respon terparah di semua domain kesehatan sesuai dengan penelitian
oleh Sule, dkk dan tidak banyak dipengaruhi penurunan kapasitas fungsional paru
sehingga hasil analisa domain lingkungan dan kapasitas fungsional paru tidak
bermakna.
Penelitian lain oleh Levina, dkk. mendapatkan hubungan bermakna antara uji
jarak tempuh berjalan 6 menit dengan kualitas hidup yang dinilai dengan SF-36 pada
domain fungsi fisik dan kesehatan secara umum.43 Penelitian tersebut dilakukan
terhadap para penderita sekuele TB yang kondisi fisik lebih buruk dan kualitas hidup
yang menurun dibandingkan dengan penderita TB paru aktif dalam penelitian ini yang
kondisi paru nya masih baik sehingga kualitas hidup dan fungsi fisiknya pun masih baik
juga. Pada penelitian oleh Ralph, dkk menggunakan kuisioner Saint’s George
Respiratory Questionaire dengan uji jarak tempuh berjalan 6 menit tidak menunjukan
hubungan yang bermakna.
Penelitian yang menggunakan uji jarak tempuh berjalan 6 menit dan
dihubungkan dengan kualitas hidup masih sedikit di Indonesia. Pemilihan kuisioner
menggunakan WHOQOL-BREF dalam studi ini berdasarkan pada kesederhanaan dan
universalitasnya, serta fakta bahwa kuisioner ini telah divalidasi pada populasi India
yang sama-sama merupakan populasi Asia.36 Kuisioner WHOQOL-BREF juga lebih
disarankan pada klinik atau rumah sakit dengan kondisi yang sibuk.41
26

Hasil penelitian ini mengindikasikan jika WHOQOL-BREF bukan merupakan


pilihan yang baik untuk menilai HRQOL berhubungan dengan TB. Keterbatasan
kuisioner yang belum spesifik untuk TB kemungkinan juga menjadi faktor yang
berkontribusi sehingga hasil penelitian ini tidak signifikan dan bermakna. Penelitian ini
juga merupakan penelitian pertama yang menguji hubungan antara uji jarak tempuh
berjalan 6 menit dengan kualitas hidup menggunakan WHOQOL-BREF pada populasi
pasien TB paru aktif di Indonesia.
Hal yang menyebabkan hasil penelitian ini tidak bermakna adalah jumlah
sampel yang kurang variatif karena mayoritas berasal dari kalangan sosial ekonomi
yang sama, waktu penelitian yang singkat dan data tentang pendapatan dan dukungan
sosial yang mungkin untuk memiliki dampak pada kualitas hidup tidak tersedia.42
27

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
 Tidak ada korelasi antara uji jarak tempuh berjalan 6 menit dengan kualitas
hidup pada penderita TB paru aktif dalam penelitian ini
 Domain kualitas hidup yang paling terganggu adalah domain fisik dan
psikologis

7.2 Saran
 Dapat digunakan metode pengukuran fungsi paru lain untuk menilai hubungan
antara fungsi paru dan kualitas hidup, seperti spirometri
 Dapat digunakan juga kuisioner yang lebih spesifik nantinya untuk mengukur
kualitas hidup pada pasien TB
 Bagi penelitian serupa yang berikutnya agar dapat melakukan penelitian dengan
persiapan yang lebih matang dengan cara menambah variabel yang belum diteliti
pada penelitian ini.
 Dapat juga dilakukan metode penelitian kualitatif berupa in-depth interview.
Dengan digunakannya metode in-depth interview, diharapkan hubungan sebab
akibat antara hasil yang didapat dengan kondisi pasien dapat dijelaskan dengan
lebih saksama dan mendalam.

Anda mungkin juga menyukai