Anda di halaman 1dari 3

Jakarta - Sesuai POJK 31/POJK.

05/2016 tentang Usaha Pergadaian (POJK)


Satgas Waspada Investasi juga telah menemukan kembali 22 kegiatan usaha gadai
swasta yang belum mendapatkan izin dari OJK namun telah beroperasi.

"Dari 22 kegiatan usaha gadai swasta ilegal tersebut sebanyak 13 berdomisili di


Jawa Tengah dan 9 berdomisili di Sumatera Utara," kata Ketua Satgas Waspada
Investasi Tongam L. Tobing dalam keterangannya, Senin (7/10/2019).

Sebelumnya, pada bulan September telah ditemukan 30 entitas gadai ilegal,


sehingga saat ini jumlahnya mencapai 52 entitas gadai ilegal dan tidak menutup
kemungkinan akan banyak lagi entitas gadai ilegal yang akan ditemukan oleh
Satgas Waspada Investasi melalui pengaduan masyarakat.

Baca juga: Mengenal Cara Kerja Gadai Pinggir Jalan Yang Makin Menjamur

Satgas Waspada Investasi juga telah menghentikan 27 kegiatan usaha yang diduga
melakukan kegiatan usaha tanpa izin dari otoritas yang berwenang dan berpotensi
merugikan masyarakat. Penawaran kegiatan ini sangat berbahaya bagi masyarakat
karena memanfaatkan ketidakpahaman masyarakat untuk menipu dengan cara
iming-iming pemberian imbal hasil yang sangat tinggi dan tidak wajar.

Dari 27 entitas tersebut diantaranya melakukan kegiatan sebagai berikut:

 11 Trading Forex tanpa izin


 8 investasi cryptocurrency tanpa izin
 2 multi level marketing tanpa izin
 1 travel umrah tanpa izin
 5 investasi lainnya
Satgas Waspada Investasi juga menyampaikan bahwa terdapat 4 entitas yang telah
mendapatkan izin usaha yaitu PT Bandung Eco Sinergi Teknologi (PT BEST/ Eco
Racing), PT Aku Digital Indonesia (Aku Mobil), dan HIPO/PT HIPO Bisnis
Management. PT Bandung Eco Sinergi Teknologi (PT BEST/ Eco Racing) telah
memperoleh izin untuk melakukan kegiatan penjualan produk dengan sistem multi
level marketing. PT Aku Digital Indonesia (Aku Mobil) telah melakukan perubahan
terhadap skema perdagangan mobil sesuai dengan izin yang sudah dimiliki.
HIPO/PT HIPO Bisnis Management adalah suatu organisasi pengusaha bisnis
online yang menjalankan beberapa program untuk perkembangan bisnis online di
Indonesia.

Baca juga: Pegadaian Ajak Gadai Swasta Daftar ke OJK, Nggak Takut
Tersaingi?

Selanjutnya Satgas Waspada Investasi mengimbau kepada masyarakat agar


sebelum melakukan investasi untuk memahami hal-hal sebagai berikut:
1. Memastikan pihak yang menawarkan investasi tersebut memiliki perizinan dari
otoritas yang berwenang sesuai dengan kegiatan usaha yang dijalankan.
2. Memastikan pihak yang menawarkan produk investasi, memiliki izin dalam
menawarkan produk investasi atau tercatat sebagai mitra pemasar.
3. Memastikan jika terdapat pencantuman logo instansi atau lembaga pemerintah
dalam media penawarannya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Secara total kegiatan usaha yang diduga dilakukan tanpa izin dari otoritas yang
berwenang dan berpotensi merugikan masyarakat yang telah dihentikan oleh Satgas
Waspada Investasi selama tahun 2019 sebanyak 250 entitas.

Informasi mengenai daftar perusahaan yang tidak memiliki izin dari otoritas
berwenang dapat diakses melalui Investor Alert Portal pada
www.sikapiuangmu.ojk.go.id.

Jika menemukan tawaran investasi yang mencurigakan, masyarakat dapat


mengkonsultasikan atau melaporkan kepada Kontak OJK 157 atau WA
081157157157, email konsumen@ojk.go.id atau waspadainvestasi@ojk.go.id.

*Pilihan hidup
Bapak/Ibu sekalian, tidak jaman lagi kita berharap anak-anak kita itu harus pintar Matematika,
jago di sekolah, ranking, masuk kampus top, cumlaude. Dsbgnya. Tidak harus selalu begitu
rumusnya.
Karena hari ini, ada banyak sekali pilihan hidup baginya.
Jadi petenis misalnya.
Jangan salah, kehidupan petenis itu sangat menakjubkan. Dari aspek pendapatan sangat
menarik. Hari ini, Australia Terbuka selesai. Novak Djokovic juara. Berapa hadiahnya? 4,12 juta
dollar, alias 50 milyar lebih. Dan tidak harus juara satu, cukup masuk ronde pertama saja, sudah
dapat hadiah 90.000, alias 1 milyar lebih.
Pemain2 tenis top seperti Serena William bersaudari misalnya, masing2 mengumpulkan hadiah
dari pertandingan tenis lebih dari 80 juta dollar, alias 1,2 trilyun rupiah. Jangan tanya seperti
Novak Djokovic, dia mengumpulkan 140 juta dollar lebih, alias nyaris 2 trilyun. Kita bahkan
belum menghitung penghasilan dari bintang iklan, promosi, dll. Lebih banyak lagi. Dan lagi2 tidak
perlu jadi pemain top sekali kayak mereka. Cukup masuk grade ke-2 atau ke-3 atau ke-4
sekalipun, tetap bisa mengumpulkan jutaan dollar. Pekerjaannya melanglang buana ke seluruh
dunia. Naik pesawat, nginep di hotel. Amerika, Eropa, Australia, Asia, ikut berbagai pertandingan
tenis. Asyik, kan. Bertanding dengan sportif. Insya Allah rezekinya halal. Bukan sekadar rezeki
jadi pejabat gara2 nepotisme atau menjilat biar dipilih.
Bayangkan, Bapak/Ibu, jika anak gadis kalian adalah pemain tenis ini. Sejak kecil juga dididik
jadi anak yang baik. Pakai kerudung, elegan, gagah perkasa di lapangan. Bukan hanya juara
dan dapat uang, dia bisa jadi 'ustazah' level dunia. Tampilannya di atas lapangan, juga
kehidupannya yang bersahaja nan baik, bisa jadi alat dakwah yang sangat nyata dan efektif.
Padahal dia tidak harus ceramah satu ayat pun.
Tapi itu tidak instan. Tidak ada prestasi dicapai dengan mudah. Petenis2 top hari ini, bahkan
sudah mulai pegang raket sejak balita. Dididik sejak kecil. Disiapkan sejak kecil. Pun termasuk
jika dia ingin jadi pemain badminton, pelari cepat, atau atlet2 top lainnya.
Bagaimana kalau anaknya tidak suka tenis, tidak suka olahraga. Baik. Lantas dia suka apa?
Bercerita. Sukanya cuma ceritaaa melulu. Nontooon melulu. Wah, ini juga menarik. Didik dia jadi
pembuat film yang hebat kelak.
Jangan remehkan film. Karena film2 top dunia itu, bahkan ada yang laku hingga 40 trilyun hanya
dari jualan tiketnya saja. Belum menghitung merchandise, belum menghitung revenue lainnya,
bisa total 100 trilyun hanya dari satu film. Berapa hutang Indonesia? Katakanlah 4000 trilyun.
Maka cukup bikin 40 film, lunas hutangnya. Buat apa capek2 ngeduk tambang, bikin jutaan
mobil, pabrik, dll. Bikin film saja. Beres. Dan enaknya bikin film, dia bisa keliling dunia juga.
Maka didik anak-anak kita jadi pembuat film top. Bayangkan, sudah laku keras itu film, eh
ternyata ceritanya juga sangat bermutu. Mendidik generasi berikutnya. Jadi contoh baik.
Menginspirasi. Itu bisa jadi alat dakwah yang berkali2 lebih efektif. Kita didik anak kita jadi
pembuat film, malah dapatnya dobel. Amal jariyah tak terhingga.
Hari ini, ada banyak sekali pilihan profesi. Termasuk jika anak kita mau jadi penyanyi top.
Desainer top. Segala profesi yang bisa berkontribusi secara positif bagi sekitar (bukan malah
merusak sekitar). Sudah tidak jamannya lagi semua anak harus ikut pola orang tuanya dulu.
Besok lusa mereka akan jadi citizen dunia. Tidak banyak lagi batas2 negara, maka siapkanlah
anak kita jadi petarung yang mampu menaklukkan dunia.
Dan pastikan selalu lengkapi pendidikan kejujuran. Karena bukan apa2, jika anak kita itu sejak
kecil suka berbohong, suka nyontek di sekolah, besok lusa dia tidak akan jadi petenis top, atau
pembuat film top, dia malah jadi politikus jahat.
Misalnya, dia jadi caleg partai. Yang saat sudah kalah sekalipun, dia tetap mengotot menyuap
siapapun agar tetap menang. Dan elit partainya yg juga korup, juga ikut semangat bantuin.
Begitulah. Namanya juga sudah suka bohong sejak kecil. Yang satu ini, duuuh, ngimpi saja akan
berkontribusi positif bagi sekitarnya.
*Tere Liye

Anda mungkin juga menyukai