Anda di halaman 1dari 14

PENINGKATAN AKTIFITAS BELAJAR MAHASISWAMELALUI

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM MATA KULIAH


METROLOGI INDUSTRI

Eko Indrawan, Rifelino


Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam


mata kuliah Metrologi Industri dengan menggunakan multimedia sebagai alat
penyampaian presentasi materi. Berdasarkan jumlah kasus yang terjadi masih
banyak siswa yang kurang memahami konsep dan aplikasi pengukuran linear dan
pengukuran sudut. Dengan menggunakan model desain Kurt Lewin, subyek
penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Teknik Mesin di Industri Metrologi
kursus yang terdaftar di semester dari bulan Juli sampai Desember 2013,
sejumlah 18 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam prestasi belajar
siswa siklus pertama melalui kegiatan praktis adalah 64,81%, setelah siklus kedua
tingkat prestasi meningkat menjadi 88,9%. Tingkat pemahaman menggunakan alat
ukur juga meningkat, dari 59,3% pada siklus I menjadi 88,9% setelah siklus
kedua.

Kata kunci: Penelitian Tindakan Kelas, aktifitas belajar, multimedia.

Abstract

This research aims to improve students' learning activities in the Industrial


Metrology courses using multimedia as a presentation tool delivery of material.
Based on the number of cases that occur are still many students who lack an
understanding of the concepts and applications of linear measurement and
angular measurement. By using the design model Kurt Lewin, the study The
subjects used were students of Mechanical Engineering in Industrial Metrology
courses registered in semester from July to December 2013, with the number 18.
The results showed that in the first cycle student achievement through practical
activities was 64.81%, after the second cycle of achievement level increased to
88.9%. The level of understanding using measuring devices has also increased,
from 59.3% in the first cycle to 88.9% after the second cycle.

Keywords : classroom action research, learning activities, multimedia.

Pendahuluan
Metrologi Industri merupakan salah ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasa-
satu mata kuliah penunjang yang sangat di- an materi pada mata kuliah ini dapat di-
perlukan dalam bidang keteknikan khusus- amati penerapannya pada praktikum di
nya teknik mesin. Metrologi yang biasa labor atau workshop seperti: Pemesinan,
disebut dengan Ilmu Pengukuran adalah Produksi pemesinan, Fabrikasi, Las Listrik,
disiplin ilmu yang mempelajari jenis-jenis Pemograman CNC, dan Gambar Teknik.
alat ukur keteknikan, metode pengukuran, Mengingat pentingnya Metrologi Industri
kalibrasi dan akurasi di bidang industri, bagi pengembangan teknologi produksi,

74 Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014


Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 75

maka kompetensi ilmu pengukuran mutlak an materi dan cenderung bersifat pasif.
harus dikuasai oleh mahasiswa. Untuk me- Kondisi ini terlihat mahasiswa yang acuh
wujudkan ini berbagai usaha dilakukan di- tak acuh, asyik berbicara dengan temannya
antaranya dengan meningkatkan kemampu- saat dosen ceramah di depan kelas, sering
an dosen melalui pelatihan, mengembang- keluar masuk dengan alasan ke toilet, sering
kan perangkat pengajaran,memperbanyak terlambat masuk kelas, sangat jarang ber-
jam praktikum, serta memperbaharui sarana tanya bahkan tertidur. Ketika ditanya apa-
dan prasarana penunjang praktikum. kah sudah paham terhadap materi yang
Implikasi nyata yang sering nampak disampaikan maka mahasiswa cenderung
jika mahasiswa tidak menguasai ilmu pe- diam. Namun ketika diberi pertanyaan
ngukuran adalah pada perkuliahan prakti- umpan balik terhadap materi yang sudah di-
kum di labor. Misalnya, pada kuliah prakti- sampaikan sebagian besar tidak bisa men-
kum pemesinan, masih banyak terdapat jawab dan relatif hanya diam. Saat prakti-
beberapa mahasiswa yang tidak memahami kum berlangsung, masih banyak mahasiswa
cara pembacaan jangka sorong dan height yang tidak paham dalam menggunakan alat
gauge. Padahal, dua alat ukur ini paling ukur serta bingung dan tidak tahu apa yang
sering digunakan selama praktikum ber- harus dikerjakan padahal skema dan prose-
langsung. Sangat mustahil mahasiswa dapat dur sudah tercantum pada lab sheet.
menghasilkan produk pemesinan yang Rendahnya perhatian dan motivasi
presisi sesuai dengan gambar kerja jika mahasiswa ini berdampak pada aktifitas
tidak menguasai pembacaan alat ukur. Di belajar mereka di kelas yang cenderung
samping itu sering juga ditemukan saat kaku dan monoton bahkan membosankan
praktikum pemesinan di labor, metode hingga pada akhirnya tidak memahami
pengukuran yang dilakukan tidak benar, materi. Kondisi seperti ini dapat dipenga-
misalnya: menggoreskan ujung sensor jang- ruhi oleh dua faktor, yaitu: internal dan
ka sorong pada permukaan benda kerja, eksternal. Faktor internal berasal dari dalam
posisi pengukuran sensor tidak tegak lurus diri mahasiswa yang bersangkutan, seperti:
terhadap permukaan ukur atau posisi peng- minat, motivasi, semangat belajar. Sedang-
ukuran miring sehingga dapat menimbulkan kan faktor eksternal berasal dari luar diri
kesalahan paralaks. mahasiswa, seperti: suasana kelas, metode
Bahkan, pengukuran langsung yang penyampaian materi oleh dosen, media
dilakukan pada mesin perkakas sering juga pembelajaran.
ditemukan mahasiswa tidak memahaminya. Multimedia merupakan salah satu
Misalnya, penambahan kedalaman pemo- bentuk alat bantu yang digunakan untuk
tongan (depth of cut) pada operasi mesin menyampaikan pesan dan informasi materi
bubut, pengaturan nilai kedalaman potong belajar kepada mahasiswa. Media papan
dengan menaikkan meja pada operasi mesin tulis yang digunakan untuk menggambar-
freis. Pada masing-masing mesin sudah kan dan mengilustrasikan suatu proses
tertera skala ukur beserta tingkat ketelitian pengukuran masih bersifat monoton dan
mesin tersebut, namun masih ditemukan kaku, apalagi jika ilustrasi yang digambar-
beberapa mahasiswa kebingungan cara kan masih sulit dibayangkan atau diimaji-
menggunakannya. nasikan dalam bentuk yang sebenarnya.
Melihat arti pentingnya ilmu peng- Lain halnya dengan multimedia, alat bantu
ukuran yang dipelajari dalam mata kuliah ini mampu memberikan ilustrasi yang
metrologi industri tidak sejalan dengan ke- hampir menyerupai dalam bentuk yang se-
berlangsungan perkuliahan tersebut. Dalam benarnya dari suatu pengukuran yang di-
hal ini masih sering ditemui banyak maha- lakukan. Bahkan dengan pengukuran yang
siswa yang kurang antusias saat penyampai- riil dapat ditampilkan dengan video. Kan-
76 Eko Indrawan, Peningkatan Aktifitas Belajar...

dungan yang dapat disampaikan dalam sama. Kelas bukan wujud ruang, tetapi se-
multimedia dapat berupa gambar, tulisan, kelompok peserta didik yang sedang be-
video dan animasi interaktif dengan me- lajar. Dengan demikian, penelitian tindakan
nampilkan bentuk-bentuk ilustrasi yang me- kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang
narik diharapkan dapat merangsang minat kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang
dan ketertarikan mahasiswa dalam meng- penting ada sekelompok anak belajar. Pem-
ikuti perkuliahan di kelas. belajaran dapat terjadi di laboratorium, di
Penelitian tindakan kelas merupakan perpustakaan, di lapangan olahraga, di
penelitian yang dilakukan untuk mengatasi tempat kunjungan, atau tempat lain.
permasalahan-permasalahan didalam kelas. Berdasarkan uraian di atas, tergambar
Penelitian jenis ini dapat dijadikan sarana bahwa dalam kegiatan penelitian tindakan,
bagi pendidik (guru dan dosen) dalam me- pendidik dalam hal ini adalah dosen me-
ningkatkan kualitas pembelajaran secara rupakan faktor utama yang harus memain-
efektif. kan perannya secara baik. Pendidik dituntut
Untuk mengetahui konsep penelitian memiliki kepekaan terhadap setiap perma-
tindakan kelas (PTK) yang di dalam bahasa salahan dalam proses belajar mengajar.
Inggris disebut classroom action research Tanpa kepekaan itu pendidik sulit menemu-
(CAR), secara jelas perlu dikemukakan se- kan permasalahan yang layak untuk diteliti
jumlah batasan tentang penelitian tersebut. atau diperbaiki.
Dave Ebbutt, sebagaimana dikutip Hopkins Secara umum, menurut Rochman
(1993), menyatakan bahwa penelitian tin- Natawidjaya (1997) tujuan penelitian tin-
dakan adalah kajian sistematik tentang dakan kelas adalah sebagai berikut:
upaya meningkatkan mutu praktik pendi- 1. Untuk menanggulangi masalah atau ke-
dikan oleh sekelompok masyarakat melalui sulitan dalam bidang pendidikan dan
tindakan praktis yang mereka lakukan dan pengajaran yang dihadapi pendidik dan
melalui tindakan praktis yang mereka laku- tenaga kependidikan, terutama yang
kan dan melalui refleksi atas hasil tindakan berkenaan dengan masalah pembelajar-
tersebut. an dan pengembangan materi pengajar-
Suharsimi Arikunto (2006) menjelas- an.
kan frasa penelitian tindakan kelas dari 2. Untuk memberikan pedoman bagi guru
unsur kata pembentuknya, yakni penelitian, atau administrator pendidikan di seko-
tindakan, dan kelas. Penelitian mengacu lah guna memperbaiki dan meningkat-
pada suatu kegiatan mencermati suatu objek kan mutu kinerja atau mengubah sistem
dengan menggunakan cara atau aturan kerjanya agar menjadi lebih baik dan
metodologi tertentu untuk memperoleh data produktif
atau informasi yang bermanfaat untuk me- 3. Untuk melaksanakan program latihan,
ningkatkan mutu suatu hal yang menarik terutama pelatihan dalam jabatan guru,
minat dan penting bagi peneliti. Tindakan yaitu sebagai salah satu strategi pelatih-
mengacu pada suatu gerak kegiatan yang an yang bersifat inkuiri agar peserta
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. lebih banyak menghayati dan langsung
Dalam penelitian tindakan kelas tindakan menerapkan hasil pelatihan tersebut.
itu berbentuk rangkaian siklus kegiatan 4. Untuk memasukkan unsur-unsur pem-
untuk siswa. Kelas mengacu pada pengerti- baruan dalam sistem pembelajaran yang
an yang tidak terikat pada ruang kelas, sedang berjalan dan sulit untuk ditem-
tetapi pada pengertian yang lebih spesifik. bus oleh pembaharuan pada umumnya.
Istilah kelas mengacu pada sekelompok 5. Untuk membangun dan meningkatkan
siswa yang dalam waktu yang sama mene- mutu komunikasi dan interaksi antara
rima pelajaran yang sama dari guru yang praktisi (guru dan dosen) dengan para
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 77

peneliti akademis. sudah melakukan sebagian besar pekerjaan,


6. Untuk perbaikan suasana keseluruhan berpikir menyelesaikan masalahnya, mam-
sistem atau masyarakat sekolah, yang pu dan berani mengemukakan pendapat dan
melibatkan administrasi pendidikan, mengajukan pertanyaan, membuat kesim-
guru, siswa, orang tua, dan pihak lain pulan, menerapkan sesuatu, mendiskusikan
yang bersangkutan dengan pihak dengan mengajar pada orang lain. Untuk
sekolah. mencapai hal tersebut di atas, maka ke-
Mengacu kepada beberapa definisi di giatan belajar hendaknya dirancang sedemi-
atas dapat disimpulkan bahwa PTK sebagai kian rupa sehingga memberikan makna
bentuk kajian kelas yang bersifat reflektif tersendiri bagi peserta didik. Belajar yang
oleh pelaku tindakan (guru, dosen atau bemakna terjadi bila siswa/mahasiswa ber-
pendidik) untuk meningkatkan kemantapan peran secara aktif dalam proses belajar
rasional dalam melaksanakan tugas, mem- mengajar dan akhirnya mampu memutus-
perdalam pemahaman terhadap tindakan- kan apa yang akan dipelajari dan cara
tindakan yang dilakukannya, dan memper- mempelajarinya.
baiki praktik-praktik pembelajaran yang di- Melalui pendekatan belajar aktif di-
lakukan. Kajian kelas yang dimaksudkan harapkan mahasiswa akan lebih mampu
pada konteks PTK berbeda dengan studi mengenal dan mengembangkan kapasistas
kasus karena pada PTK yang digunakan belajar serta potensi yang dimiliknya.
sebagai fokus studi adalah masalah yang Sejalan dengan pendapat yang dikemukan
paling dominan dan paling penting pada di atas, Sardiman (1986) mengemukakan
kelas tersebut atau dialami oleh sebagaian “Tidak ada belajar kalau tidak ada akti-
besar siswa di kelas. Berbeda dengan studi fitas”. Adapun aktifitas belajar meliputi
kasus yang mengambil fokus masalah- antara lain:
masalah yang dialami oleh mahasiswa ter- 1. Visual activities, yaitu membaca, mem-
tentu (sebagian kecil mahasiswa di kelas). perhatikan gambar, memperhatikan
Pada studi kasus, masalah yang digunakan demonstrasi dan percobaan yang di-
fokus bukan masalah kelas tetapi masalah lakukan guru/dosen, dan memperhati-
personal mahasiswa. kan pekerjaan orang lain.
Kegiatan belajar merupakan usaha 2. Oral activities, yaitu kegiatan yang ber-
manusia dalam proses membangun penge- hubungan dengan menyatakan, meru-
tahuan dalam dirinya. Dalam proses belajar muskan, bertanya, memberi saran, me-
terjadi perubahan dan peningkatan mutu ngadakan wawancara, interupsi, dan
kemampuan, pengetahuan, dan keterampil- lain-lain.
an siswa baik dari segi kognitif, afektif, dan 3. Listening activities, seperti mendengar-
psikomotor. Kata aktifitas berasal dari kata kan uraian, percakapan, diskusi, musik.
aktif yang berarti tangkas, giat bekerja, 4. Writing activities, mengarang cerita,
dinamis dan bertenaga. Aktif belajar meru- menulis cerita pendek, membuat ka-
pakan fungsi interaksi antara individu dan rangan dan laporan, dan lain-lain.
situasi di sekitarnya yang diarahkan oleh 5. Drawing activities, menggambar, mem-
tujuan pengajaran. Interaksi yang terjadi buat grafik, peta, diagram.
secara terus menerus, dapat menimbulkan 6. Motor activities, melakukan percobaan,
beberapa pengalaman, serta keinginan membuat konstruksi, model, merepa-
untuk memahami sesuatu yang baru. rasi, bermain, berkebun, beternak.
Menurut Siberman dalam Oemar 7. Mental activities, kegiatan mengingat,
Hamalik (1989) mengatakan, bahwa siswa memecahkan soal, menganalisa, melihat
dikatakan telah belajar secara aktif apabila hubungan, mengambil keputusan.
siswa tersebut dalam proses pembelajaran 8. Emotional activities, seperti menaruh
78 Eko Indrawan, Peningkatan Aktifitas Belajar...

minat, rasa bosan, gembira, bersema- mempunyai arti yang cukup penting karena
ngat bergairah, berani, gugup. dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan
Agar supaya pembelajaran terjadi bahan yang disampaikan dosen dapat di-
optimal pada diri mahasiswa, maka aktifitas bantu dengan menghadirkan media sebagai
tersebut di atas harus muncul sesuai dengan perantara. Kerumitan bahan yang akan
pokok bahasan dan tujuan dari pembela- disampaikan kepada peserta didik dapat
jaran. Untuk terciptanya suasana belajar disederhanakan dengan bantuan media.
aktif dan menarik motivasi belajar maha- Menurut Oemar Hamalik (2008), media
siswa–dosen hendaknya dapat bekerja se- pengajaran lebih banyak membantu peserta
cara profesional, mengajar sistematis, ber- didik belajar daripada guru mengajar.
dasarkan prinsip pembelajaran yang efektif Penggunaan alat bantu pembelajaran
dan efisien antara lain: berpusat pada peserta didik, dalam hal ini
1. Memperjelas relevansi dan keterkaitan adalah mahassiswa. Alat bantu tersebut ber-
materi ajar dengan alat pengajaran yang fungsi membantu proses belajar mahasiswa
digunakan. agar lebih mudah memahami materi ajar.
2. Mengembangkan pengetahuan keteram- Dosen sebagai mediator dan fasilitator ber-
pilan dan perilaku mahasiswa secara usaha mengkomunikasikan pengalaman ke-
bertahap dan utuh. pada mahasiswanya. Ada dua cara meng-
3. Memberikan kesempatan kepada maha- komunikasikan yakni melalui pendengaran
siswa untuk dapat berkembang secara atau penglihatan, alat bantu (media) pem-
maksimal sesuai dengan kemampuan- belajaran dapat membantu dalam kedua
nya. cara tersebut. Menurut Sucipto (2010),
Usaha untuk meningkatkan aktifitas multimedia adalah media yang meng-
belajar, harus selalu dilakukan baik oleh gabungkan dua unsur atau lebih media yang
pendidik, peserta didik, praktisi pendidikan terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio,
maupun oleh pemerhati pendidikan. Bebe- video dan animasi secara terintegrasi.
rapa usaha yang dapat dilakukan perubahan, Secara umum manfaat yang dapat
inovasi melalui proses belajar mengajar dan diperoleh dengan menggunakan multimedia
penelitian. Kegiatan belajar mengajar yang adalah proses pembelajaran lebih menarik,
diiringi dengan kegiatan penelitian tindak- lebih efektif, jumlah waktu mengajar lebih
an. Merupakan suatu sistem yang terinteg- efesien, kualitas belajar mahasiswa dapat
rasi, sehingga setiap unsur/komponen yang ditingkatkan dan proses belajar mengajar
terlibat langsung (dosen dan mahasiswa) dapat dilakukan di mana dan kapan saja,
akan dapat saling mempengaruhi yang serta sikap belajar mahasiswa dapat di-
akhirnya akan memberi dampak yang tingkatkan. Manfaat di atas akan diperoleh
positif atau negatif terhadap hasil belajar mengingat terdapat keunggulan dari sebuah
mahasiswa. multimedia pembelajaran, yaitu:
Adapun aktifitas yang dimaksud 1. Memperbesar benda yang sangat kecil
dalam penelitian ini adalah aktifitas dan tidak tampak oleh mata, seperti
mahasiswa dalam perkuliahan Metrologi skala nonius pada jangka sorong dan
Industri, sesuai dengan yang telah diuraikan mikrometer.
di atas yang dimaksud. Dengan mengguna- 2. Menyajikan benda atau peristiwa yang
kan metode pengajaran yang efektif guna kompleks, rumit dan berlangsung cepat
akan sangat berpengaruh terhadap aktifitas atau lambat, seperti kalibari alat ukur,
dan hasil belajar mahasiswa. Multimedia prosedural pengukuran.
adalah salah satu alternatif untuk mening- 3. Memberikan gambaran yang sesung-
katkan aktifitas belajar mahasiswa. Dalam guhnya dari suatu bentuk atau proses
proses belajar mengajar, kehadiran media tertentu. Misalnya, animasi video ten-
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 79

tang mekanisme penggunaan alat ukur. media yang digunakan untuk presentasi.
Sebagai salah satu komponen sistem Hackbarth, Philips, dan Chapman mende-
pembelajaran, pemilihan dan penggunaan finisikan multimedia sebagai penyampaian
multimedia pembelajaran harus memper- informasi secara interaktif dan terintegrasi
hatikan karakteristik komponen lain, seper- yang mencakup teks, gambar, suara, video,
ti: tujuan, materi, strategi, dan juga evaluasi dan animasi.
pembelajaran. Menurut Sucipto (2010), ka- Dapat disimpulkan bahwa multimedia
rakteristik multimedia pembelajaran adalah: adalah penerapan dari beberapa format
1. Memiliki lebih dari satu media yang media dalam suatu kegiatan belajar me-
konvergen, misalnya menggabungkan ngajar. Media yang akan digunakan dalam
unsur audio dan visual kegiatan penelitian ini adalah teks, gambar,
2. Bersifat interaktif, dalam pengertian animasi, video yang dikemas dalam bentuk
memiliki kemampuan untuk mengoko- slide power point dan bahan cetakan berupa
modasi respon pengguna. handout. Secara umum, jangka sorong ter-
3. Bersifat mandiri, dalam pengertian diri dari jenis vernier (nonius), dial (jam
memberi kemudahan dan kelengkapan ukur) serta digital. Gambar 1 berikut ini
isi sedemikian rupa sehingga pengguna mengilustrasikan bagian umum dari kons-
bisa menggunakan tanpa bimbingan truksi jangka sorong.
orang lain. Jangka sorong memiliki tingkat
Media memiliki multi makna, baik di- ketelitian yang beragam, yaitu: 0.1 mm,
lihat secara terbatas maupun secara luas. 0.05 mm dan 0.02 mm.
Munculnya berbagai macam definisi dise- Height Gauge (mistar ingsut ketinggi-
babkan adanya perbedaan dalam sudut an) Prinsip pembacaan alat ukur jenis ini
pandang, maksud, dan tujuannya. AECT sebenarnya sama dengan jangka sorong,
(Association for Education and Communi- namun penggunaannya hanya untuk meng-
catian Technology) dalam Harsoyo (2002) ukur ketinggian suatu objek. Disamping
memaknai media sebagai segala bentuk menggunakan skala vernier (nonius) height
yang dimanfaatkan dalam proses penyalur- gauge juga ada yang menggunakan jenis
an informasi. NEA (National Education jam ukur (dial). Salah satu bagian dari alat
Association) memaknai media sebagai se- ukur ketinggian ini juga dapat digunakan
gala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, untuk penggambaran (menggores) pada
didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta bagian permukaan benda kerja. Secara
instrumen yang digunakan untuk kegiatan keseluruhan alat ukur ini dapat diugankan
tersebut. untuk mengukur tinggi, menggambar garis,
Heinich dalam Dadang Supriatna membandingkan ketinggian, mengukur ke-
(2009) mengatakan bahwa multimedia me- miringan, mengukur jarak senter lubang
rupakan penggabungan atau pengintegrasi- (dengan bantuan peraba senter), dan mem-
an dua atau lebih format media yang ter- bandingkan kedalaman. Dalam aplikasinya,
padu seperti teks, grafik, dan video untuk pemakaian height gauge dilakukan di atas
membentuk aturan informasi ke dalam meja rata karena permukaan landasan
system komputer. Lebih jauh dengan me- merupakan permukaan yang rata. (Taufiq
mandang media secara luas/makro dalam Rochim, 1991).
sistem pendidikan sehingga mendefinisikan Tingkat ketelitian height gauge sama
media adalah segala sesuatu (multimedia) halnya dengan jangka sorong, yaitu: 0.1
yang dapat merangsang terjadinya proses mm, 0.05 mm dan 0.02 mm. Gambar 2
belajar pada diri peserta didik. berikut menunjukkan bagian-bagian dari
Menurut Barker dan Tucker (1990) height gauge.
multimedia adalah kumpulan dari berbagai
80 Eko Indrawan, Peningkatan Aktifitas Belajar...

Pengukuran Sudut. Benda ukur me-


nurut geometrisnya tidak selamanya mem-
punyai dimensi ukuran dalam bentuk
panjang. Akan tetapi adakalanya di samping
mempunyai dimensi panjang juga mem-
punyai dimensi sudut. Ketepatan sudut
benda kerja untuk maksud-maksud tertentu
ternyata sangat diperlukan, misalnya sudut
blok V (V-block), sudut alur berbentuk ekor
burung (dove tail), sudut ketirusan poros
dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran
Gambar 1. Bagian Umum Jangka Sorong sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-
prinsip pengukuran yang digunakan untuk
pengukuran linier juga berlaku untuk
pengukuran sudut.
Dalam pengukuran sudut juga ada
alat-alat ukur sudut yang bisa langsung
dibaca hasil pengukurannya, ada juga yang
harus menggunakan alat-alat bantu lain
dalam arti tidak bisa langsung dibaca hasil
pengukurannya. Terdapat berbagai metode
pengukuran sudut dengan menggunakan
alat ukur yang beragam, seperti: busur baja
(protractor), busur bilah (bevel protractor),
Gambar 2. Bagian-bagian Umum Height proyektor bentuk (profile projector). Con-
Gauge toh tersebut merupakan alat yang digunakan
untuk pengukuran sudut langsung.
Mikrometer merupakan salah satu alat Sedangkan alat ukur sudut tak lang-
ukur linier langsung presisi. Tingkat ke- sung seperti: pelingkup sudut, blok sudut
telitiannya adalah 0.01 mm dan 0.001 mm. (angle gauge), batang sinus (sine bar),
Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga senter sinus (sine center), rol dan bola baja,
macam yaitu mikrometer luar (outside dan lain-lain. Pada penelitian kali ini pe-
micrometer), mikrometer dalam (inside nulis hanya membahas pengukuran sudut
micrometer) dan mikrometer kedalaman dengan menggunakan blok sudut (angle
(depth micrometer). Gambar 3 berikut gauge), busur bilah (bevelprotractor) dan
menunjukkan bagian-bagian umum dari batang sinus (sine bar).
mikrometer luar. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
Mengamati respon aktifitas mahasiswa
selama kuliah berlangsung. 2) Untuk me-
ngetahui dampak perubahan aktifitas belajar
mahasiswa dalam perkuliahan dengan
menggunakan alat bantu multimedia se-
bagai. 3) Merangsang minat dan motivasi
belajar mahasiswa sehingga aktifitas belajar
dapat ditingkatkan secara positi 4) Mem-
berikan inovasi kekinian dalam merancang
Gambar 3. Bagian-bagian Umum
media pembelajaran berbasis multimedia.
Mikrometer Luar
Metrologi Industri merupakan mata-
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 81

kuliah wajib yang harus diambil oleh setiap penelitian yang dilakukan yang terdiri dari
mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik 2 (dua) siklus.
Universitas Negeri Padang dengan beban 3 Penelitian dilaksanakan di Jurusan
SKS. Mata kuliah ini memberikan pengeta- Teknik Mesin FT UNP pada Laboratorium
huan dan keterampilan kepada mahasiswa Metrologi. Penelitian ini dilakukan dalam
tentang berbagai jenis alat-alat ukur dan kurun waktu semester Juli-Desember tahun
penggunaannya, metode pengukuran, akademik 2013/2014. Subjek dalam pene-
konsep pengukuran serta mekanisme pem- litian ini adalah mahasiswa Jurusan Teknik
bacaan alat ukur. Metrologi kadang disebut Mesin yang mengikuti perkuliahan Metro-
juga dengan ilmu pengukuran. Penguasaan logi Industri pada seksi 61446 semester
materi mata kuliah ini memiliki pengaruh Juli–Desember 2013 dengan jumlah maha-
besar yang bersifat aplikatif pada mata siswa 19 orang.
kuliah-mata kuliah lainnya khususnya Sebagai alat pengumpul data diguna-
dalam bentuk praktikum, seperti: pemesin- kan lembaran pengamatan berupa daftar
an, fabrikasi, teknik pembentukan pelat kegiatan atau aktifitas mahasiswa selama
daan logam, teknologi produksi pemesinan, proses perkuliahan berlangsung. Alat yang
pemesinan dan pengepasan, praktek feno- digunakan dalam pelaksanaan tindakan ada-
mena dasar mesin, fisika teknik.Materi lah Lembaran Aktifitas Mahasiswa (LAM).
metrologi industri yang dibahas dalam LAM merupakan lembaran yang
penelitian ini adalah pengukuran linier dan berupa isian hasil pengamatan aktifitas
pengukuran sudut. Pembahasan pengukuran belajar mahasiswa selama perkuliahan
linier terdiri dari jangka sorong (vernier berlangsung. LAM dirancang oleh penulis
caliper), mikrometer dan height gauge. sesuai dengan materi yang akan dipelajari
Sedangkan bahasan materi pengukuran dan dipraktekkan di Laboratorium.
sudut terdiri dari busur bilah (bevel Lembaran yang berisi hasil kegiatan
protractor), blok sudut (angle block) dan atau prilaku mahasiswa yang akan diamati
batang sinur (sine bar). selama pembelajaran berlangsung. a) Lem-
baran hasil evaluasi, b) Teknik pengumpul-
Metode Penelitian an data.
Penelitian yang dilakukan termasuk
kategori penelitian tindakan kelas (class- Hasil dan Pembahasan
room action research). Penelitian tindakan Siklus 1
tindakan kelas adalah penelitian yang di- Siklus 1 berlangsung selama 2 hari
lakukan dimana peneliti mengadakan per- yaitu tanggal 21 Nopember dan 28 Nopem-
lakuan dan tindakan tertentu berdasarkan ber 2013 dengan topik: pengukuran linier
masalah aktual di lapangan. Model desain dengan menggunakan alat ukur jangka
penelitian ini menggunakan model Kurt sorong (venier caliper), height gauge dan
Lewin, yang terdiri dari 4 (empat) kompo- mikrometer. Hari pertama membahas topik
nen konsep pokok penelitian, yaitu: peren- jang-ka sorong dan heigh gauge, sedangkan
canaan (planning), pelaksanaan tindakan hari kedua membahas materi mikrometer.
(acting), pengamatan (observing), dan ref- Komposisi materi yang dijelaskan pada
leksi (reflecting). siklus 1 sebagai berikut: a) Bagaimana me-
Model Kurt Lewin digunakan sebagai lakukan kalibrasi yang benar terhadap
model desain penelitian tindakan kelas yang jangka sorong, height gauge dan mikro-
terdiri dari 2 (siklus). Masing-masing siklus meter; b) Metode penggunaan alat ukur
terdiri dari 4 (empat) komponen seperti yang benar; c) Bagimana membaca hasil
yang diilustrasikan pada gambar di atas. pengukuran dengan benar yang terdiri dari
Gambar berikut menunjukkan tahapan berbagai tingkat ketelitian alat ukur jangka
82 Eko Indrawan, Peningkatan Aktifitas Belajar...

sorong (ketelitian 0,02 mm), height gage praktek pembacaan alat ukur linier
(ketelitian 0,02 mm), mikrometer (ketelitian (jangka sorong, height gauge, mikrome-
0,01 mm). ter). Masing-masing mahasiswa men-
dapat 2 kali kesempatan. Hasil uji
a. Perencanaan praktek pembacaan alat ukur tersebut
1. Membuat satuan acara pengajaran (SAP) tertera pada Tabel 1.
2. Mempersiapkan slide power point se-
bagai mutimedia beserta komputer dan c. Monitoring
perangkat proyektor. Kegiatan monitoring dilakukan
3. Dalam melakukan presentasi di depan dengan mengisi lembar observasi aktifitas
kelas penulis menggunakan ilustrasi mahasiswa pada setiap pertemuan dalam
gambar-gambar menarik, animasi dan kegiatan perkuliahan. Aktifitas mahasiswa
beberapa video yang menggambarkan pada pertemuan pertama dapat dilihat pada
proses pengukuran. Tabel 1.
4. Mempersiapkan lembaran observasi Aktifitas mahasiswa yang tertera pada
5. Mempersiapkan lab sheet Tabel 1 merupakan observasi yang dilaku-
6. Mempersiapkan alat dan bahan prakti- kan mulai dari pembukaan perkuliahan
kum. hingga praktikum selesai. Dalam melaku-
kan praktikum, mahasiswa diberikan job
b. Tindakan sheet yang merupakan lembar panduan
1. Memberikan salam sebelum perkuliah- tentang mekanisme pengukuran linier. Akti-
an dimulai fitas praktikum yang dilakukan mahasiswa
2. Memberi motivasi kepada mahasiswa merupakan kelompok-kelompok kecil yang
tentang pentingnya menguasai ilmu terdisi dari 2 orang.
metrologi. Dari Tabel 1 terlihat bahwa prosentasi
3. Membagikan lab sheet kepada masing- kehadiran mahasiswa masih rendah, hanya
masing mahasiswa 63.16 persen yang datang tepat waktu.
4. Menerangkan materi dengan mengguna- Interaksi tanya jawab masih rendah, hal ini
kan media komputer dan kelengkapan terlihat dari frekuensi mahasiswa yang
data display projector (infocus). bertanya masih minim. Tingkat keseriusan
5. Memberikan pertanyaan kepada maha- mahasiswa selama melaksanakan praktikum
siswa untuk menguji pemahaman materi terlihat masih rendah. Masih banyak di-
6. Memberikan kesempatan bertanya ke- temui mahasiswa yang sering bercanda
pada mahasiswa sesama temannya bahkan ditemui juga yang
7. Membagi kelas dengan membentuk ke- acuh tak acuh dalam melakukan praktikum,
lompok kecil yang terdiri dari 2 orang ini terlihat dari ketercapaian pelaksanaan
mahasiswa tiap-tiap kelompoknya. Se- praktikum 64,81%.
hingga, dengan jumlah mahasiswa 18 Pada hari kedua, setiap mahasiswa
orang akan terbentuk 9 kelompok kecil. diuji kemampuan menggunakan dan mem-
Masing-masing kelompok melakukan baca hasil suatu pengukuran dengan meng-
praktikum sesuai dengan urutan kerja gunakan jangka sorong, height gauge, dan
yang tertera pada lab sheet. Pengamatan mikrometer. Setiap mahasiswa diberi 2 kali
aktifitas mahasiswa selama melakukan kesempatan melakukan pengukuran pada
praktikum dicatat dalam bentuk lembar- masing-masing alat ukur, sehingga total
an tersendiri. banyaknya uji pengukuran yang dilakukan
8. Menguji pemahaman mahasiswa setelah adalah sebanyak 6 (enam) kali. Tabel 2
penyampaian materi melalui multi- menunjukkan distribusi hasil uji pengukur-
media. Pengujian dilakukan dengan an yang dilakukan oleh mahasiswa.
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 83

Tabel 1. Tabulasi Hasil Pengamatan Aktifitas Mahasiswa Hari pertama Siklus Ke -1


Job Sheet 1 Job Sheet 2 Job Sheet 3 Rata-rata
No. Aktifitas Mahasiswa yang diamati
F % F % F % (%)
1 Kehadiran Mahasiswa
a. Tidak hadir 2 10,53 2 10,53 2 10,53 10,53
b. Terlambat 4 21,05 4 21,05 4 21,05 21,05
c. Hadir tepat waktu 12 63,16 12 63,16 12 63,16 63,16
2 Tidak memperhatikan penjelasan dosen 2 10,53 3 15,79 2 11,11 12,48
3 Melaksanakan praktikum
a. Sangat Serius 4 22,22 5 27,78 5 27,78 25,93
b. Serius 8 44,44 6 33,33 7 38,89 38,89
c. Sering bercanda 2 11,11 4 22,22 3 16,67 16,67
d. Acuh 4 22,22 3 16,67 3 16,67 18,52
Ketercapaian praktikum 66,67 61,11 66,67 64,81
4 Menjawab pertanyaan
a. Jawaban sangat relevan 3 16,67 0 0,00 1 5,56 7,41
b. Jawaban relevan 3 16,67 5 26,32 3 16,67 19,88
c. Jawaban tidak relevan 0 0,00 1 5,26 0 0,00 1,75
d. Jawaban asal-asalan 2 10,53 0 0,00 1 5,56 5,36
5 Mahasiswa bertanya
a. Relevan dengan materi 3 15,79 2 10,53 3 16,67 14,33
b. Pertanyaan tidak relevan 1 5,26 2 10,53 1 5,56 7,12
c. Pertanyaan asal bunyi 1 5,26 0 0,00 1 5,56 3,61
Keterangan: F = frekuensi

Tabel 2. Tabulasi Hasil Uji Praktek Pengukuran Liner Hari Kedua Siklus Ke-1
No. Urut Pengukuran Jangka Sorong Pengukuran Height Gauge Pengukuran Mikrometer Rata-rata
Mahasiswa Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2 Skor
1 √ - - √ - - 33,3
2 - - √ √ - - 50,0
3 √ - - √ √ - 50,0
4 √ √ √ √ √ √ 100,0
5 √ √ √ - √ - 66,7
6 √ - - √ - √ 50,0
7 √ √ - √ √ - 66,7
8 - - √ - - - 16,7
9 - √ √ √ - √ 66,7
10 - √ √ √ - √ 66,7
11 - √ - √ √ - 50,0
12 √ √ √ √ √ √ 100,0
13 √ √ - - √ - 50,0
14 - - √ √ - √ 50,0
15 - √ - - √ √ 50,0
16 √ √ √ √ √ √ 100,0
17 - √ - - √ √ 50,0
18 √ - - √ √ - 50,0
TOTAL 59,3
ket: tanda check list (√) menunjukkan mahasiswa mampu menggunakan dan membaca alat ukur
Tabel 2 menunjukkan tabulasi hasil ditemui mahasiswa yang benar-benar tidak
uji kemampuan menggunakan dan mem- paham dalam membaca hasil pengukuran
baca alat ukur oleh mahasiswa. Dari semua alat-alat ukur linier, 2 orang memiliki nilai
kesempatan pengukuran yang diberikan rata-rata dibawah 50%. Total rerata ke-
kepada mahasiswa, masing-masing 6 kali mampuan mahasiswa menggunakan dan
uji pengukuran hanya 3 orang yang berhasil membaca alat ukur linier dengan benar
melakukan uji pengukuran. Ternyata, masih masih terlalu minim, hanya 59,3%.
84 Eko Indrawan, Peningkatan Aktifitas Belajar...

d. Refleksi menggunakan busur bilah (bevel protrac-


Berdasarkan data yang diperoleh pada tor), blok sudut dan batang sinus (sine bar).
siklus I yang tertuang dalam Tabel 1 dan Pada siklus 2 ini mahasiswa menyelesaikan
Tabel 2 terlihat bahwa penggunaan multi- 2 lab sheet terkait dengan pengukuran
media dalam menyampaikan informasi sudut. Praktikum pengukuran dilaksanan
masih belum memberikan perubahan signi- pada hari pertama setelah dosen menyam-
fikan terhadap tingkat aktifitas belajar paikan materi kuliah terlebih dahulu. Se-
mahasiswa. Sehingga, ketika dilakukan uji lanjutnya, pada hari kedua dilakukan uji
pengukuran kurang dari setengah jumlah kemampuan mahasiswa dalam mengope-
mahasiswa mampu melakukannya dengan rasikan dan membaca hasil pengukuran alat
baik dan benar. Jika dilihat nilai yang ukur sudut, yaitu busur bilah (bevel pro-
diperoleh setelah melakukan uji pengukuran tractor) dan blok sudut. Komposisi materi
hanya 3 orang mampu mencapai nilai sem- kuliah yang disampaikan pada siklus 2 ini
purna (nilai A) dengan prosentase 16,7%. adalah:
Empat orang mendapat nilai baik (nilai B) 1. Bagaimana menggunakan dan membaca
dengan skor 66,7 adalah 22,2%, dan sisanya hasil pengukuran sudut busur bilah
mendapat nilai C dan D. Kondisi seperti ini dengan baik dan benar
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, 2. Bagaimana menggunakan dan membaca
seperti: motivasi mahasiswa, fokus terhadap hasil pengukuran blok sudut
penyampaian materi kuliah oleh dosen, ke- 3. Mengatur perangkat pengukuran dengan
tertarikan pada media yang ditampilkan, mengunakan batang sinus yang tediri
kalimat yang kurang komunikatif. Di dari jam ukur (dial) dan blok ukur di
samping itu masih banyak ditemui maha- atas meja rata (surface plate).
siswa yang kurang serius selama melakukan 4. Membaca hasil pengukuran melalui
praktikum sehingga ketika dilakukan uji pergeseran jarum dial indikator.
pengukuran secara personal mereka tidak 5. Ilmu trigonometeri.
mampu malakukannya dengan benar.
Penggunaan multimedia pada siklus I a. Perencanaan
ini masih belum optimal, kondisi ini dapat 1. Mempersiapkan lembaran observasi
dilihat dari uraian pada Tabel 1 dan Tabel 2. Mempersiapkan slide power point se-
2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagai mutimedia beserta komputer dan
lagi perlu dilakukan beberapa perbaikan perangkat proyektor. Dalam melakukan
perubahan pada media yang digunakan. presentasi di depan kelas penulis meng-
Ilustrasi yang digunakan dibuat lebih me- gunakan ilustrasi gambar-gambar me-
narik lagi, video pengukuran lebih divaria- narik, animasi dan beberapa video.
sikan lagi. Di samping itu bahasa yang 3. Mempersiapkan lab sheet
disampaikan hendaknya lebih komunikatif 4. Mempersiapkan alat dan bahan prakti-
agar mahasiswa mudah memahami kan- kum
dungan materi kuliah sehingga dalam me-
lakukan aktifitas belajar di kelas menjadi b. Tindakan
lebih baik. Maka dari itu perlu dilakukan 1. Memberikan salam sebelum perkuliah-
tindakan lanjutan melalui siklus 2. an dimulai
2. Memberikan motovasi kepada maha-
Siklus 2 siswa akan pentingnya ilmu pengukur-
Siklus 2 berlangsung 2 hari, yaitu an.
pada tanggal 5 Desember dan 7 Desember 3. Menjelaskan keterkaitan materi yang
2013. Topik yang disampaikan pada siklus akan dibahas dengan materi perkuliahan
2 ini adalah pengukuran sudut dengan yang telah disampaikan.
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 85

4. Melakukan kilas balik terhadap materi tase keseriusan dalam mengikuti penyam-
sebelumnya dengan melakukan bebe- paian materi juga terlihat ada perbaikan dari
rapa pertanyaan singkat tentang materi siklus sebelumnya, hanya 1 kasus dengan
sebelumnya. Persentase 3,13% ditemukan mahasiswa
5. Menyampaikan materi kuliah melalui tidak memperhatikan dosen menerangkan
slide power point. Untuk memudahkan materi, lebih baik dibanding siklus pertama.
pemahaman mahasiswa, multimedia Keseriusan dalam mengikuti praktikum
yang digunaan dimasukkan beberapa juga berubah cukup signifikan, hanya 1
gambar iustrasi menarik, gambar ani- kasus ditemui mahasiswa seakan tidak
masi serta beberapa video pengukuran mengindahkan pelaksanaan praktikum.
sudut. Tingkat ketercapaian pelaksanaan prakti-
6. Memberikan kesempatan untuk ber- kum meningkat seebesar 24,08% menjadi
tanya bagi mahasiswa 88,89%.
7. Merangsang respon mahasiswa dengan
memberikan pertanyaan dan latihan Tabel 3. Tabulasi Hasil Pengamatan Aktifi-
sederhana terkait dengan materi yang tas Mahasiswa Hari Pertama
disampaikan. Siklus Ke -2
8. Medemonstrasikan cara penggunaan Aktifitas Job Sheet 1 Job Sheet 2 Rata-
dan membaca alat ukur sudut. No. Mahasiswa yang rata
diamati F % F % (%)
9. Praktikum, dengan membagi kelas 1 Kehadiran
dengan membentuk kelompok kecil Mahasiswa
yang terdiri dari 2 orang mahasiswa a. Tidak hadir 0 0,00 0 0,00 0,00
b. Terlambat 1 5,26 1 5,26 5,26
tiap-tiap kelompoknya. Sehingga, c. Hadir tepat 16 84,21 16 84,21 84,21
dengan jumlah mahasiswa 18 orang waktu
akan terbentuk 9 kelompok kecil. 2 Tidak 1 5,26 0 1,00 3,13
memperhatikan
10. Menguji pemahaman mahasiswa setelah penjelasan dosen
penyampaian materi melalui multi- 3 Melaksanakan
media. Pengujian dilakukan dengan praktikum
a. Sangat Serius 8 44,44 8 44,44 44,44
praktek pembacaan alat ukur sudut,
b. Serius 9 50,00 7 38,89 44,44
yaitu busur bilah (bevel protractor) dan c. Sering 1 5,56 2 11,11 8,33
blok sudut. Mahasiswa diberi kesempat- bercanda
an sebanyak 2 kali pengukuran pada d. Acuh 0 0,00 1 5,56 2,78
Ketercapaian 94,44 83,33 88,89
masing-masing alat ukur sudut, sehing- praktikum
ga secara keseluruhan mahasiswa me- 4 Menjawab
lakukan 4 kali pengukuran sudut dengan pertanyaan
a. Jawaban sangat 4 22,22 5 26,32 24,27
menggunakan alat ukur yang berbeda. relevan
b. Jawaban 2 11,11 7 36,84 23,98
c. Monitoring relevan
c. Jawaban tidak 0 0,00 1 5,26 2,63
Setiap aktifitas mahasiswa diamati relevan
mulai dari awal perkuliahan dimulai sampai d. Jawaban asal- 1 5,26 0 0,00 2,63
selesai. Hasil pengamatan kemudian dicatat asalan
5 Mahasiswa
dalam lembar pengamatan aktifitas maha- bertanya
siswa, seperti yang tertulis pada Tabel 3. a. Relevan dengan 7 36,84 6 31,58 34,21
Berdasarkan Tabel 3 terlihat pening- materi
b. Pertanyaan 1 5,26 0 0,00 2,63
katan aktifitas mahasiswa menjadi lebih tidak relevan
baik dibanding pelaksanaan perkuliahan c. Pertanyaan asal 0 0,00 0 0,00 0,00
pada siklus pertama. Kehadiran mahasiswa bunyi
Keterangan: F = frekuensi
lengkap dengan prosentase 100%. Persen-
86 Eko Indrawan, Peningkatan Aktifitas Belajar...

Pelaksanaan perkuliahan pada siklus melakukan satu kali kesalahan pengukuran,


kedua ini nampak bahwa mahasiswa cukup sehingga memperoleh skor 75 (nilai B).
antusias mengikuti perkuliahan. Hal ini
ditunjukkan beragam komentar, pertanyaan d. Refleksi
dan jawaban dari mahasiswa cukup ber- Berdasarkan data pada Tabel 3 dan
variasi, sehingga terjadi diskusi singkat dan Tabel 4 terlihat perubahan yang lebih baik
komunikatif antara dosen dengan maha- pelaksanaan perkuliahan pada siklus kedua
siswa dan antar sesama mahasiswa. dibanding siklus pertama, terjadi pening-
Tabel 4. Tabulasi Hasil Uji Praktek Peng- katan yang cukup signifikan. Hasil yang
ukuran Sudut Hari Kedua Siklus diperoleh pada hari kedua setelah melalui
Ke-2 uji pengukuran terhdap mahasiswa merupa-
Pengukuran Pengukuran Skor kan dampak positif dari meningkatnya
No urut Bevel Protractor Blok Sudut Rata- pemahaman dan aktifitas belajar selama
Mahasiswa
uji 1 uji 2 uji 1 uji 2 rata
perkuliahan berlangsung. Kondisi ini me-
1 √ √ - √ 75,0
2 √ √ √ √ 100,0 nunjukkan bahwa penggunaan multimedia
3 √ √ √ √ 100,0 sebagai alat bantu cukup memberikan ke-
4 √ √ √ √ 100,0 mudahan bagi mahasiswa dalam menguasai
5 √ √ √ √ 100,0 metari perkuliahan dan lebih optimal.
6 √ - √ √ 75,0
7 √ √ √ √ 100,0
Optimalisali penyampaian materi kuliah
8 √ √ - √ 75,0 terkait dengan multimedia yang digunakan
9 - √ √ √ 75,0 penting dilakukan. Tujuannya adalah serap-
10 √ √ √ √ 100,0 an informasi yang diterima oleh mahasiswa
11 - √ √ √ 75,0
menjadi efektif.
12 √ √ √ √ 100,0
13 √ √ √ √ 100,0
14 - √ - √ 50,0 Pembahasan
15 √ √ √ √ 100,0 Setelah melalui dua siklus dalam
16 √ √ √ √ 100,0 empat kali pertemuan ternyata terjadi pe-
17 - √ √ √ 75,0
18 √ √ √ √ 100,0
ningkatan positif aktifitas belajar maha-
Total 88,9 siswa pada siklus kedua. Jika dibandingkan
ket: tanda check list (√) menunjukkan mahasiswa mampu data pada Tabel 1 dan Tabel 3 terlihat pe-
menggunakan dan membaca alat ukur ningkatan positif aktifitas belajar maha-
Uji praktek pengukuran sudut dilaku- siswa dalam hal pelaksanaan praktikum,
kan untuk mengetahui pemahaman maha- yaitu dari 64,81% menjadi 88,89%. Kasus-
siswa dalam menggunakan dan membaca kasus negatif, seperti mahasiswa acuh, tidak
alat ukur sudut seperti yang terurai pada memperhatikan penyampaian materi oleh
tabel 3.4. Terjadi perubahan dan perbaikan dosen menjadi berkurang. Di samping itu
yang cukup signifikan pada siklus kedua suasana kelas menjadi baik dengan mening-
ini, dimana total skor yang diperoleh me- katnya sejumlah pertanyaan-pertanyaan ter-
ningkat dari 59,3 menjadi 89,9. Sebanyak kait matri yang telah disampaikan. Respon
11 orang tidak melakukan kesalahan peng- mahasiswa juga cukup baik, hal ini terlihat
ukuran sehingga mendapat nilai sempurna dari jawaban yang mereka sampaikan sete-
(nilai A), terjadi peningkatan sebesar 44,4 lah diberikan pertanyaan oleh dosen se-
% dibanding siklus sebelumnya. Selanjut- hubungan dengan materi kuliah.
nya pada siklus kedua ini hanya satu orang Perubahan positif pada siklus kedua
yang melakukan dua kali kesalahan peng- ini terjadi setelah dilakukan koreksi dan
ukuran, sehingga memperoleh skor 50 (nilai perbaikan media, bahasa yang lebih mudah
C). Sedangkan sisanya sebanyak 6 orang dimengerti oleh mahasiswa. Beberapa gam-
bar animasi dan ilustrasi sederhana ditam-
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014 87

pilkan untuk memudahkan pemahaman minat belajar mahasiswa sehingga akan


mahasiswa. Di samping itu beberapa video membantu dalam memahami pembelajaran.
ditayangkan agar mahasiswa lebih mudah
memahami bentuk nyata dari proses peng- Daftar Rujukan
ukuran itu sendiri. Semakin paham terhadap A.M Sardiman. 1986. Interaksi dan
materi kuliah tentunya akan membantu Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
mahasiswa dalam melakukan praktikum Rajawali pers.
sesuai dengan lab sheet. Sehingga aktifitas Dadang Supriatna. 2009. Pengenalan
belajarnya menjadi lebih baik. Media Pembelajaran. Diklat E-
Dengan terjadinya perubahan positif Training.
aktifitas belajar mahasiswa dapat membantu
penguasaan materi ajar, hal ini terlihat dari Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide
meningkatnya skor penilaian uji kemampu- to Classroom Research. Second
an menggunakan dan pembacaan alat ukur. Edition. Philadelphia: Open
Pada siklus pertama hanya 3 orang yang University Press.
mampu mengoperasina dan membaca alat Oemar Hamalik. 2008. Perencanaan Pe-
ukur dengan baik dan benar (16,7%), ngajaran Berdasarkan Pendekatan
sedangkan pada siklus kedua terdapat 11 Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
orang yang mampu melakukannya dengan
baik dan benar (61,1%). _________. 1989. Media Pendidikan.
Bandung: Citra Aditya.
Simpulan dan Saran Rochman Natawidjaya. 1997. Konsep
Setelah melalui dua siklus perkuliah- Dasar Penelitian Tindakan.
an dalam 4 kali pertemuan menunjukkan Bandung: IKIP Bandung.
perubahan positif dari kegiatan Proses
Belajar Mengajar (PBM). Berdasarkan hasil Sucipto. 2010. Penulisan Naskah Pembe-
penelitian dan pembahasan siklus 1 dan lajaran Multimedia Interaktif Ber-
siklus 2 dapat disimpulkan: 1) Penggunaan bantuan Komputer (Multimedia).
multimedia sebagai alat bantu perkuliahan Makalah. Yogyakarta: Balai
memberikan kemudahan pemahaman ma- Teknologi Komunikasi Pendidikan
teri kuliah bagi mahasiswa. 2) Aktifitas (BTKP).
belajar mahasiswa meningkat positif setelah Suharsimi Arikunto, 2006. Penelitian
menyimak dosen menyampaikan kuliah Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
dengan menggunakan multimedia. Hal ini Aksara.
terlihat dari ketercapaian pelaksanaan prak-
_________. 2011. Penelitian Tindakan
tikum dan skor uji praktek pengukuran. 3)
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Penggunaan multimedia mampu memberi-
kan efesiensi proses belajar mengajar di Taufiq Rochim. 1991. Spesifikasi,
kelas. Metrologi Industri, dan Kontrol
Penulis memberikan saran: 1) Dosen Kualitas Geometrik. Bandung: ITB
yang mengajar pada mata kuliah Metrologi Press.
Industri ataupun mata kuliah lainnya dapat
menggunakan multimedia dalam proses
belajar mengajarnya. 2) penyampaian ma-
teri sebaikanya dosen memberikan variatif
media untuk memberikan daya tarik dan

Anda mungkin juga menyukai