Anda di halaman 1dari 14

ِ‫ هللاُ ا َ ْكبَ ْر َكبِي ًْرا َوال َح ْمدُ ِ ِّل‬3×( ‫)هللاُ اَكبَ ْر‬3×( ‫×) هللاُ ا َ ْكبَ ْر‬3( ‫هللاُ

ا َ ْكبَ ْر‬
‫أص ْيالً الَاِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ ا َ ْكبَ ْر هللاُ ا َ ْكبَ ْر َو للِ اْل َح ْمدُ ا َ ْل َح ْمدُ للِ الَّذِى‬ ِ ‫بُ ْك َرة ً َو‬
‫ض َحى بَ ْعدَ يَ ْو ِم‬ ْ َ‫ضانَ َوعْيدَ اْال‬ َ ‫صيا َ ِم َر َم‬ ِ َ‫ط ِربَ ْعد‬ ْ ‫َج َع َل ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ ِع ْيدَ اْل ِف‬
ُ‫×) ا َ ْش َهدُ ا َ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َو ْحدَهُ الَش َِري َْك لَهُ لَهُ اْل َم ِلك‬3( ‫هللاُ ا َ ْكبَ ْر‬. َ‫َع َرفَة‬
َ َ‫ص ِّل َعلى‬
‫س ِيّ ِدنَا‬ َ ‫ الل ُه َّم‬.ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫س ِيّدَنا َ ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬ َ َّ‫اْلعَ ِظ ْي ُم اْالَ ْكبَ ْر َوا َ ْش َهدٌ اَن‬
َ ‫س َو‬
‫ فَيَا‬.ُ‫ط َّه ْر ا َ َّما بَ ْعد‬ َ ‫الر ْج‬ ّ ِ ‫ص َحابِ ِه الَّ ِذيْنَ ا َ ْذ َهبَعَ ْن ُه ُم‬ ْ َ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ا َ ِل ِه َوا‬
َ‫ِعبَادَهللاِ اِتَّقُوهللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن اِالَّ َوا َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.


Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Pencipta dan Pemelihara alam
semesta. Tiada henti Allah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada seluruh
hamba-Nya, umat manusia di seluruh belahan bumi ini, juga kepada kita semua.
Terlebih disaat yang sangat berbahagia seperti ini, dimana kita ditakdirkan dapat
diterima dan bersimpuh dihadapan-Nya untuk menghadapkan segala kerendahan diri
dan kehinaan di hadapan Dzat Yang Maha Mulia dan Perkasa. Menghaturkan segala
hajad dan kebutuhan hidup di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa. Curhat atas segala
kelemahan diri dan dosa-dosa di hadapan Allah yang Maha Pengampun, di mushalla
yang mulia ini bersama-sama melaksanakan sholat Idul Adha.
Untuk memperingati kejadian besar dalam sejarah kemanusiaan yang tiada
tandingnya. Pengorbanan hidup yang dilakukan oleh manusia-manusia pilihan,
Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Habiibina Baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan perjuangan
dan pengorbanan pula Beliau telah berhasil menancapkan sendi-sendi iman dan tauhid
di dada umatnya, juga kepada keluarga dan sahabatnya serta pengikut-pengikutnya
sampai hari kiamat yang telah melanjutkan tongkat estafet dan komando
kepemimpinan, sambung menyambung sampai sekarang sehingga hasilnya bisa kita
nikmati sampai saat ini.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah bersama –sama, kita merenungi
firman Allah swt, sebagaimana yang tersebut di dalam Surat Al Shofat : 99- 111,
tentang kisah nabi Ibrahim as. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah beliau,

1
untuk kemudian kita jadikan bekal di dalam mengarungi kehidupan ini. Sungguh
sangat benar apa yang difirmankan Allah swt :
   
  
  
  
  
   
  
 
 
  
   
 
   
      
  
  

“Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-
orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : "Sesungguhnya Aku akan
memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari
kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami Hanya kepada Engkaulah
kami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan Hanya kepada
Engkaulah kami kembali." ( QS Al Mumtahanah : 4 )
Diantara pelajaran yang bisa kita ambil pada pagi hari adalah :
Pelajaran Pertama :
    
 
“ Dan Ibrahim berkata:”Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabb-ku, dan
Dia akan memberi petunjuk kepadaku . “ ( Q. S. Al Shofat : 99 )
2
Dikisahkan bahwa Pada suatu hari, nabi Ibrahim AS terbangun dari tidurnya.
Tiba-tiba beliau memerintahkan kepada istrinya Siti Hajar, untuk mempersiapkan diri
karena ingin melakukan perjalanan dengan membawa bayinya. Siti hajar pun segera
berkemas dimana Pada saat itu nabi Ismail masih bayi dan belum disapih.
Nabi Ibrahim AS bersama keluarganya lalu melangkahkan kaki menyusuri
bumi yang penuh dengan pepohonan dan rerumputan, sampai akhirnya mereka tiba di
padang sahara. Beliau terus berjalan hingga mencapai pegunungan, kemudian masuk
ke jazirah Arab. nabi Ibrahim menuju ke sebuah lembah yang tidak ditumbuhi
tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan, dan tidak
ada minuman, tempat itu menunjukkan tidak ada kehidupan di dalamnya.
Di tempat itu beliau lalu turun dari punggung tunggangannya, kemudian
menurunkan istri dan anaknya. Setelah itu tanpa berkata-kata beliau meninggalkan
istri dan anaknya di sana. Mereka berdua hanya dibekali sekantung makanan dan
sedikit air yang tidak cukup untuk dua hari. Setelah melihat kiri dan kanan beliau lalu
melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu.
Tentu saja Siti hajar terperangah diperlakukan demikian, ia lalu membuntuti
suaminya dari belakang sambil bertanya; “Wahai Ibrahim !! mau pergi ke manakah
engkau?” Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada sesuatu
apapun ini?"
Nabi Ibrahim AS tidak menjawab pertanyaan istrinya. Beliau terus saja
berjalan, dan Siti hajar pun kembali mengulangi pertanyaannya, akan tetapi nabi
Ibrahim AS tetap membisu. Akhirnya Siti hajar pun paham bahwa suaminya pergi
bukan karena kemauannya sendiri. ia mengerti bahwa Allah memerintahkan suaminya
untuk pergi. Maka kemudian ia bertanya; “apakah Allah yang memerintahkanmu
untuk pergi meninggalkan kami?. nabi Ibrahim menjawab; “benar“. Kemudian istri
yang shalihah dan beriman itu berkata; ”kalau begitu kami tentu tidak akan tersia-
siakan, selagi Allah bersama kami. Karena Dialah yang telah memerintahkan engkau
untuk pergi. Kemudian nabi Ibrahim pun terus berjalan meninggalkan mereka.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd.


Kaum Muslimin Sidang Idul Adha yang Dimuliakan Allah.
Lihatlah, bagaimana nabi Ibrahim dan Siti hajar mampu berbaik sangka kepada
Allah SWT. mereka meyakini bahwa selagi mereka bersama Allah, maka tidak akan
ada yang bisa menyengsarakannya.
Bila kita melihat di zaman sekarang ini, banyak sekali manusia yang frustasi
dan sengsara bukan karena sedikitnya nikmat yang Allah berikan kepada mereka akan
3
tetapi karena sedikitnya husnuzhzhon (berbaik sangka) kepada kebaikan Allah SWT,
Padahal nikmat yang Allah berikan kepadanya lebih banyak dari pada cobaNya. Oleh
karena itu, hendaklah kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah SWT, karena
Allah SWT pasti tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang senantiasa berbaik
sangka kepada-Nya dalam segala hal.

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.


Adapun pelajaran kedua adalah : Mencari rezeki yang halal
Setelah Nabi Ibrahim AS meninggalkan istri dan anaknya untuk kembali
meneruskan perjuangannya. Siti hajar lalu menyusui nabi Ismail sementara dia sendiri
sudah mulai merasa kehausan. Panas matahari di saat itu sangatlah menyengat,
sehingga terasa begitu mengeringkan tenggorokan. Setelah dua hari, air yang
dibawanya habis, air susunya pun kering. Siti hajar dan nabi Ismail mulai kehausan.
Pada waktu yang bersamaan, makanan pun habis, kegelisahan dan kekhawatiran mulai
membayangi Siti hajar.
Nabi Ismail mulai menangis karena kehausan. Kemudian sang ibu
meninggalkannya sendirian untuk mencari air. Dengan berlari-lari kecil, dia sampai di
kaki bukit Shafa. Kemudian dia naik ke atas bukit itu. Di taruhnya kedua telapak
tangannya di kening untuk melindungi pandangan matanya dari sinar matahari,
kemudian dia menengok ke sana kemari, mencari sumur, manusia, atau kafilah.
Namun tidak ada sesuatu pun yang tertangkap pandangan matanya. Maka dia bergegas
turun dari bukit Shafa dan berlari-lari kecil sampai di bukit Marwa. Dia naik ke atas
bukit itu, barangkali dari sana dia melihat seseorang, tetapi ternyata tidak ada seorang
pun yang terlihat.
Siti Hajar lalu turun dari bukit Marwa untuk menengok bayinya. Dia mendapati
nabi Ismail terus menangis. tampaknya sang bayi benar-benar kehausan. Melihat
anaknya seperti itu, dengan perasaan bingung, kembali Siti hajar bolak-balik antara
bukit Shafa dan Marwa, sebanyak tujuh kali.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd.


Kaum Muslimin Sidang Idul Adha yang Dimuliakan Allah.
Ada rahasia yang jarang di kupas dari kejadian ini, Yaitu kesungguhan Siti
hajar dalam mencari air.
Sekalipun harus bolak-balik dari Shafa dan Marwa belum mendapatkan air,
namun dia tetap terus berusaha. Walaupun akhirnya air itu ada di dekat anaknya
sendiri. Ini memberikan pelajaran kepada kita untuk bersungguh-sungguh dalam
4
menjemput rezeki dengan mengeluarkan segala kemampuan yang kita miliki, karena
kita diperintahkan Allah bukan hanya untuk melihat hasil, tapi juga usaha dan tenaga
yang kita keluarkan dalam mencari rezeki yang halal. Rasulullah SAW sangat
mencintai orang-orang yang bekerja keras.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah berjumpa dengan Sa’ad bin
Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu Rasulullah melihat tangan Sa’ad yang melepuh,
kulitnya gosong kehitaman seperti lama terpanggang matahari.
Rasulullah bertanya kepada Sa'ad; "ada apa dengan tanganmu ?". Sa’ad lalu
menjawab; "Wahai Rasulallah, tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah
dengan cangkul untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku."
Seketika itu, Rasulullah mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya
berkata; "Inilah tangan yang tidak akan tersentuh api neraka."
Hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini adalah terdapat tanggung jawab
seorang Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari yang giat bekerja dengan tangannya sendiri
dalam mencari rezeki yang halal untuk menafkahi anak dan istrinya. Rasulullah SAW
bersabda :
‫إن هللا يحب المؤمن المحترف‬
Artinya : "Sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang giat bekerja." (HR.
Thabrani).

Didalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga bersabda : Artinya : “Tidak ada
makanan seseorang yang lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil jerih
payahnya sendiri. Dan Nabi Daud AS itu, makan dari hasil jerih payahnya sendiri.”
(HR. Bukhari).

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.


Kaum Muslimin Sidang Idul Adha yang Dimuliakan Allah.
Adapun pelajaran ketiga adalah :
    

“ Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang
yang saleh “ ( Qs Al Shoffat : 100 )
Ada tiga hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas : Kita harus menyakini
bahwa hanya Allah saja yang menciptakan, mengatur dan merawat alam semesta ini.
5
Dan hanya Allah-lah yang menurunkan rizki, memberikan anak, menurunkan hujan,
yang menghidupkan dan yang mematikan, memberikan kita sakit dan yang
menyembuhkan. Nabi Ibrahim as menyakini hal itu semuanya, oleh karenanya beliau
memanggil Allah dengan kata « Rabb « yaitu Yang memelihara dan Yang merawat .
Setelah kita menyakini hal itu semua, maka wajib bagi kita, - sebagai konsekwensi
logis dari keyakinan tersebut - untuk tidak beribadah dan meminta pertolongan kecuali
kepada Allah swt.
Di sini, kita dapatkan nabi Ibrahim as tidak memohon kecuali kepada Allah
agar dikarunia keturunan. Allah swt mengajarkan kepada kita adab berdo’a.
Diantaranya adalah hendaknya kita tidak meminta sesuatu kepada Allah swt di dalam
kehidupan ini, kecuali jika sesuatu tersebut mempunyai maslahat di dalam hidup kita
di dunia dan akherat secara bersama-sama. Kita lihat umpamanya nabi Ibrahim as,
tidak meminta keturunan kecuali keturunan yang sholeh, yaitu keturunan yang akan
meneruskan perjuangannya di dalam menyebarkan dan menegakkan ajaran Islam,
keturunan yang akan selalu berbakti kepada orang tua di saat masih hidup, dan selalu
mendo’akannya tatkala ia telah meninggal dunia. Ini sangat sesuai dengan do’a yang
tersebut di dalam Q.S. Al Baqarah : 200-201 :
  
  
   
    
   
    
    
   
   
   
“ Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di
akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka. “ ( QS Al Baqarah : 200-201 )
Begitu juga kita, seandainya meminta sesuatu kepada Allah , hendaknya
meminta sesuatu yang ada manfaatnya di akherat kelak, seperti meminta anak yang
sholeh, harta yang barakah, ilmu yang bermanfaat, istri yang sholehah dan seterusnya.

6
  

“ Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar “ . ( Qs
Al Shoffat : 101 )
Ada dua hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas : Kalau kita sudah berdo’a
secara sungguh-sungguh dan terus-menerus, tetapi Allah belum mengabulkan-nya
juga, kita tidak boleh putus asa, karena putus asa terhadap rahmat Allah adalah sifat
orang-orang yang tidak beriman. Sebagaimana firman Allah :
 
   
     
     
   
“ Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”( QS Yusuf : 87 )
Nabi Ibrahim as sendiri tidak pernah putus asa dalam berdo’a, walaupun
puluhan tahun lamanya do’nya belum diterima oleh Allah , baru pada masa tua-nya,
do’a tersebut telah dikabulkan oleh Allah swt . Kita wajib mensyukuri nikmat Allah
yang diberikan kepada kita, sekecil apapun nikmat tersebut. Atau bahkan nikmat
tersebut baru kita dapat di akhir hidup kita. Nabi Ibrahim mencontohkan hal ini
kepada kita, dia sangat bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada-
nya berupa anak walaupun baru terkabulkan di akhir umurnya. Beliau memuji Allah
atas nikmat tersebut :
    
  
    
 
“ Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku)
Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar
(memperkenankan) doa. “ ( QS Ibrahim : 39 )
Kenapa doa kita ditolak ? Ibrahim bin Adham r.a. berkata ketika masyarakat
bertanya kepadanya mengenai firman ALLAH SWT. “Berdoalah kepada KU, niscaya
akan kuperkenankan bagimu“. Mereka berkata,” Kami telah berdoa, tetapi belum juga
dikabulkan“. Maka Ibrahim r.a. menjawab, “Sebab hati kalian sudah mati dari sepuluh
perkara“.
7
1. Kalian mengenal ALLAH SWT. tetapi kalian tidak menunaikan kewajiban-
kewajibanya.
2. Kalian membaca Al-Qur’an namun kalian tidak mengamalkannya.
3. Kalian mengaku sebagai musuh syaithon tetapi kalian mengikutinya
4. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah SAW namun kalian meninggalkan
sunnahnya.
5. Kalian mengakui takut neraka namun kalian tidak berhenti di berbuat dosa.
6. Kalianmengakui bahwa kematian itu benar adanya namun kalian tidak
bersiap-siap menghadapinya.
7. Kalian mengaku cinta syurga tetapi kalian tidak beramal untuk
mendapatkannya.
8. Kalian sibuk melihat keburukan orang lain, dan lupa melihat keburukan diri
kalian sendiri.
9. Kalian memakan rezeki dari ALLAH SWT tetapi kalian tidak
mensyukurinya. (Ucapkan Allhamdulillah sekarang juga gan!)
10. Kalian mengubur mayat-mayat , namun kalian tidak mengambil pelajaran
darinya.

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.


Kaum Muslimin Sidang Idul Adha yang Dimuliakan Allah.
Adapun pelajaran keempat adalah : Mendidik Keluarga
Nabi Ismail AS tidak akan menjadi anak yang penyabar jika tidak mendapat
pendidikan dari ibunya yang juga bersifat penyabar dan Siti hajar tidak akan menjadi
seorang yang penyabar jika tidak dididik oleh suaminya nabi Ibrahim yang sudah
tentu juga pasti memiliki sifat penyabar. Dan nabi Ibrahim AS tidak akan bisa menjadi
penyabar jika tidak mendapatkan didikan langsung dari Allah yang Maha Penyabar.
Seorang anak, didalam perkembangan kehidupannya, membutuhkan proses yang
sangat panjang. peran orang tua dalam membentuk perilaku yang berakhlak mulia
sangatlah dibutuhkan. Perhatian yang super ekstra ini, dibebankan oleh agama di atas
pundak kedua orang tua. Oleh karenanya, orang tua yang tidak mau memperhatikan
pendidikan anak-anaknya maka akan dianggap sebagai orang tua yang mengkhianati
amanah Allah. Dan kelak di akhirat nanti pasti ia akan dipintai pertanggung
jawabannya oleh Allah SWT. Oleh karena itu wahai saudara-saudaraku !! marilah kita
perhatikan pendidikan anak-anak kita terutama di dalam masalah agama.
8
Perhatikanlah sholat mereka, perhatikanlah akhlak mereka dan perhatikan pula lah
pergaulan mereka. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan anak-anak kita menjadi
anak-anak yang sholeh dan sholehah yang diridhoiNya dunia akhirat. Amin Ya Rabbal
Alamin.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd.


Kaum Muslimin Sidang Idul Adha yang Dimuliakan Allah.
Adapun pelajaran ketiga adalah : Berkorban untuk Allah SWT
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari
cara memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling
berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan
Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah
anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah)
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya
Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia
disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan
menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan
amal bhaktinya!
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta
ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya
lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim
memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain
mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang
menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari,
Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya:
“Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki,
aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak
kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa,
pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah
menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia
mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok
rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan
menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu
dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :

9
   
    
  
    
    
    
 
“ Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” ( QS As Shofat : 102 )
Ada hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas : Bahwa kita tidak akan
mendapatkan kebahagiaan dan keberhasilan di dalam kehidupan dunia ini dan di
akherat nanti, kecuali jika kita mau mengorbankan apa yang kita cintai. Nabi Ibrahim
as berhasil meraih predikat kholilullah ( kekasih Allah ), karena telah mampu
mengorbankan sesuatu yang dicintainya yang berupa anak , demi mencapai kecintaan
kepada Allah swt. Ini sesuai dengan firman Allah swt :
   
    
    
  
« Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. « ( QS Ali Imran : 92 )
Kehidupan ini tidak kekal, dan banyak hal yang terjadi secara tiba-tiba di luar
perkiraan kita. Kadang, kita dapatkan dalam kehidupan dunia ini hal-hal yang kita
cintai justru malah cepat pergi dari kita, sebaliknya hal-hal yang kita benci malah
datang terus kepada kita. Maka Allah menyebut kesenangan dunia ini dengan
kesenangan yang menipu ( mata’u al ghurur ), karena akan sirna bahkan berubah
menjadi malapetaka, jika cara mengolahnya tidak sesuai tuntunan Allah swt. Allah
swt berfirman : “ Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.” ( QS Al Hadid : 20 )
10
Tetapi pelu diingat juga bahwa tidak setiap perkara yang kita benci pasti
membawa mudharat bagi kehidupan kita. Terkadang yang terjadi adalah sebaliknya,
musibah yang kita anggap akan mendatangkan malapetaka, ternyata malah membawa
kita kepada kesuksesan besar di dalam hidup ini. Kita lihat umpamanya, yang dialami
oleh nabi Ibrahim as, ketika diperintahkan Allah swt untuk meninggalkan istri dan
anaknya yang masih kecil di tengah padang pasir, yang tidak ada tumbuh-tumbuhan
dan air.
Sebagai manusia, tentunya nabi Ibrahim tidak ingin mengerjakan hal tersebut
kalau bukan karena perintah Allah swt. Sesuatu yang tidak dikehendaki nabi Ibrahim
tersebut, ternyata telah menjelma menjadi sebuah ibadah haji yang dikemudian hari
akan diikuti berjuta –juta manusia, dan dari peristiwa itu juga, keluarlah air zamzam
yang dapat menghidupi jutaan orang dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Begitu juga, ketika nabi Ibrahim as. diperintahkan untuk menyembelih anaknya
Ismail, yang sangat dicintainya. Setiap orang yang masih mempunyai hati nurani yang
sehat, tentu sangat tidak senang jika diperintahkan menyembelih anaknya sendiri. Tapi
apa akibatnya ? Ketika kedua-duanya pasrah, Allah membatalkan perintah tersebut
dan menggantikannya dengan kambing. Dari peristiwa ini, akhirnya umat Islam
diperintahkan untuk berkurban setiap datang hari raya Idul Adha. Memang, kadang
sesuatu yang kita benci, justru adalah kebaikan bagi kita sendiri. Allah berfirman :
  
     
   
    
     
   

“ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.( QS Al Baqarah : 216 )
Oleh karenanya, di dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita haru
sabar dan tawakkal, serta menyerahkan diri kepada Allah swt, sebagaimana yang
dicontohkan nabi Ibrahim ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri.
Berbeda dengan orang –orang yang tidak beriman dan tidak mempunyai keyakinan
kepada janji-janji Allah swt, mereka akan goncang dan stress jika kehilangan sesuatu
yang sangat dicintainya, apalagi anaknya satu-satunya yang sedang beranjak dewasa.
Data dari Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) menyebutkan bahwa 800 ribu
orang dari penduduk dunia setiap tahunnya melakukan tindakan bunuh diri, 80 % nya
11
disebabkan karena stress dan tidak kuat di dalam menghadapi berbagai problematika
yang menimpa dirinya. Problematika –problematika tersebut berkisar pada masalah
keluarga, pernikahan, anak, studi, pekerjaan dan lain-lainya. Dan menurut data
tersebut, fenomena semacam ini paling banyak didapati di negara-negara maju, seperti
Denmark, Norwegia, Perancis. Di Amerika Serikat sendiri didapatkan bahwa setiap 20
menit telah terjadi kasus bunuh diri, artinya setiap hari sebanyak 75 orang bunuh diri.
Kesenangan dunia yang diberikan Allah kepada kita, jangan sampai melalaikan
kita dari beribadat kepada-Nya. Dalam rangka itulah, Allah swt setelah memberikan
karunia anak yang sholeh kepada nabi Ibrahim as, dan pada saat anak tersebut
beranjak menjadi dewasa,
Allah swt hendak menguji nabi Ibrahim as, apakah anak yang telah lama
dinanti-nantikan tersebut, yang telah lama dirawat dan didiknya sehingga menjadi
dewasa dan sangat menyejukkan hati orang tuanya itu.. apakah akan melalaikannya
dari ibadat dan taat kepada Allah swt ? disinilah nabi Ibrahim as diuji. Apakah dia
lebih mencintai anak atau mencintai Allah swt ? Ternyata nabi Ibrahim as, secara baik
telah mampu melewati ujian tersebut. Ia telah menempatkan kecintaannya kepada
Allah di atas segala-galanya. Dia segera melaksanakan perintah Allah swt untuk
menyembelih anaknya, dia sangat menyakini bahwa setiap yang diperintahkan Allah
akan selalu berakibat baik. Sebaliknya, kalau dia tetap lebih mencintai anaknya dan
melalaikan perintah Allah swt, niscaya dia termasuk orang –orang yang merugi. Allah
swt berfirman :
  
   
     
   
 
“ Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi. “ ( QS Al Munafiqun : 9 )

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd.


Kaum Muslimin Sidang Idul Adha yang Dimuliakan Allah.
Selain itu, generasi selanjutnya juga akan selalu mendoakannya. Paling tidak,
lima kali sehari kaum muslimin mendo’akan keselamatan atas nabi Ibrahim dan
keluarga serta keturunannya, tepatnya di akhir sholat, kita diperintahkan membaca
sholawat kepada nabi Ibrahim a.s
12
‫‪KHUTBAH KEDUA :‬‬

‫هللاُ ا َ ْك َب ْر (‪ )×3‬هللاُ ا َ ْك َب ْر )×‪ (4‬هللاُ ا َ ْكبَ ْر كبيرا َواْل َح ْمدُ للِ َكثِي ًْرا َو ُ‬
‫س ْب َحانَ‬
‫اللهبُ ْك َرة ً َو أ َ ْ‬
‫ص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ َو هللاُ ا َ ْك َب ْرهللاُ ا َ ْك َب ْر َوللِ اْل َح ْمدُ‬

‫ش ْك ُر َلهُ َعلىَت َ ْو ِف ْي ِق ِه َوا ِْم ِتنَانِ ِه‪َ .‬وا َ ْش َهدُ ا َ ْن الَ اِلَ َه‬
‫سا ِن ِه َوال ُّ‬ ‫لى ا ِْح َ‬ ‫ا َ ْل َح ْمدُ للِ َع َ‬
‫س ْولُهُ‬ ‫س ِيّدَنَا ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫اِالَّ الل ُه َوهللاُ َو ْحدَهُ الَ ش َِري َْك لَهُ َوا َ ْش َهدُ ا َ َّن َ‬
‫س ِيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ا َ ِل ِه‬ ‫ص ِّل َعلَى َ‬ ‫ِلى ِرض َْوا ِن ِه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫الدَّا ِعى ا َ‬
‫س ِلّ ْم ت َ ْس ِل ْي ًما ِكثي ًْرا‬ ‫َوا َ ْ‬
‫ص َحا ِب ِه َو َ‬

‫اس اِتَّقُوهللاَ فِ ْي َما ا َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا ا َ َّن هللاّ‬ ‫ا َ َّما َب ْعدُ فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ‬
‫ا َ َم َر ُك ْم ِبا َ ْم ٍر بَدَأَفِ ْي ِه ِبنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى ِب َمآل ئِ َكتِ ِه ِبقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِا َّن هللاَ َو َمآل‬
‫س ِلّ ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما ‪.‬‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬
‫لى النَّ ِبى يآ اَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َ‬ ‫صلُّ ْونَ َع َ‬ ‫ئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫س ِلّ ْم َو َعلَى آ ِل َ‬
‫س ِيّدِنا َ ُم َح َّم ٍد‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫ص ِّل َعلَى َ‬
‫س ِيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫الل ُه َّم َ‬
‫س ِل َك َو َمآلئِ َك ِة اْل ُمقَ َّر ِب ْينَ‬‫َو َعلَى ا َ ْن ِبيآئِ َك َو ُر ُ‬

‫ت اَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِم ِنيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَاتِ َواْل ُم ْس ِل ِم ْينَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬
‫ص ْر‬ ‫ش ْر َك َواْل ُم ْش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬ ‫َواْالَ ْم َواتِالل ُه َّم ا َ ِع َّز اْ ِال ْسالَ َم َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوأ َ ِذ َّل ال ِ ّ‬
‫اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل اْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو‬ ‫ص َر ال ِدّيْنَ َو ْ‬ ‫ص ْر َم ْننَ َ‬ ‫ِعبَادَ َك اْل ُم َو ِ ّحدِين َوا ْن ُ‬
‫دَ ِ ّم ْرا َ ْعدَا َءال ِدّي ِْن َوا ْع ِل َك ِل َمات َ َك اِلَى يَ ْو َم ال ِدّ ْي ِن‪ .‬الل ُه َّما ْدفَ ْع َعنَّا اْلبَالَ َء‬
‫طنَ‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْ ِلم َحنَ َما َ‬ ‫الزالَ ِز َل َواْ ِلم َحن ََو ُ‬ ‫َواْ َلوبَا َء َو َّ‬
‫سا ِئ ِر اْلبُ ْلدَا ِناْل ُم ْس ِل ِميْنَ عآ َّمةً َيا َر َّ‬
‫ب اْل َعالَ ِميْنَ ‪.‬‬ ‫صةً َو َ‬ ‫َع ْن َبلَ ِدنَا اِ ْندُو ِن ْي ِسيَّا خآ َّ‬

‫‪13‬‬
‫ار ‪َ .‬ربَّنَا َ‬
‫ظلَ ْمنَا‬ ‫سنَةً َو ِقنَا َعذَ َ‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫آلخ َر ِة َح َ‬‫سنَةً َو ِفى اْ ِ‬ ‫َربَّنَا آ ِتنا َ ِفىالدُّ ْن َيا َح َ‬
‫سن ََاوا ِْن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَالَنَ ُك ْونَ َّن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْنَ ‪ِ .‬ع َبادَهللاِ ! ا َِّن‬ ‫ا َ ْنفُ َ‬
‫ْتآء ِذى اْلقُ ْرب َى َويَ ْن َهى َع ِن اْلفَ ْح ِ‬
‫شآء‬ ‫ان َو ِإي ِ‬ ‫س ِ‬ ‫الل َه َيأ ْ ُم ُرنَا ِباْل َع ْد ِل َواْ ِال ْح َ‬
‫َوا ْذ ُك ُروهللاَ اْل َع ِظي َْم‬ ‫ظ ُك ْملَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ‬ ‫َواْل ُم ْن َك ِر َواْل َب ْغي َي ِع ُ‬
‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ ا َ ْكبَ ْر‬
‫ع َ‬ ‫َي ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َ‬

‫‪14‬‬

Anda mungkin juga menyukai