Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh
pemerintah di Indonesia adalah bagaimana menampilkan instutusi di
lingkungan pemerintah dengan aparatur yang profesional, memiliki etos kerja
yang tinggi, keunggulan kompetitif, dan kemampuan memegang teguh etika
birokrasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta memenuhi aspirasi
masyarakat agar terbebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme.
Untuk merealisasikan harapan masyarakat tersebut, maka tumpuan
akan lebih tertuju pada aparatur pemerintah dalam menjalankan tugasnya
secara profesional. Mengingat aparatur pemerintah merupakan wakil dari
masyarakat untuk menjalankan roda pemerintahan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan langsung kepada masyarakat. Termasuk disini
aparatur pemerintah akan menentukan kualitas dari pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.
Berpijak dari pemahaman diatas, profesionalisme sangat ditentukan
oleh kompetensi seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan menurut
bidang tugas dan tingkatannya masing-masing. Hasil dari pekerjaan itu lebih
ditinjau dari segala segi sesuai porsi, objek, bersifat terus-menerus dalam
situasi dan kondisi yang bagaimanapun serta jangka waktu penyelesaian
pekerjaan yang relatif singkat (Suit Almasdi, 2000 : 99).
Tuntutan yang sama terhadap pentingnya kompetensi untuk
mencapai profesionalisme dalam melaksanakan pekerjaan, juga terjadi di
lingkungan TNI AD sebagai salah satu institusi yang ada di pemerintahan
yang bergerak dalam menjaga kedaulatan NKRI.Kompetensi prajurit TNI AD
dirasakan sangat mendesak dan strategis seiring dengan globalisasi yang
memunculkan ancaman yang kian dinamis, kompleks dan sulit terprediksi.

1
2

Oleh karena itu, kekuatan disiplin prajurit TNI AD akan sangat diperlukan
untuk membangun pembentukan prajurit yang professional.
Pemahaman tersebut tidak terlepas dari disiplin prajurit TNI AD yang
merupakan hal mendasar bagi seorang prajurit untuk menjadi professional
dalam menjalankan tugasnya. Dengan disiplin dari setiap prajurit untuk
berbuat yang terbaik bagi kepentingan bangsa dan negara. Lebih jauh lagi,
disiplin juga akan menyebabkan seorang prajurit berkeinginan menjadi
panutan bagi masyarakat sehingga ada dalam setiap hati masyarakat.
Tentunya, diakui bahwa pembentukan disiplin tidak mudah dan
membutuhkan suatu strategi yang jitu, dinamis sesuai dengan tuntutan
jamannya saat ini .
Mengalir dari hal diatas, maka kompetensi prajurit Polisi Militer TNI
AD akan mempunyai peran yang strategis sebagai aparatur yang bertugas
untuk menyelenggarakan penegakan hukum, disiplin dan tata tertib di
lingkungan bagi kepentingan TNI AD dalam rangka mendukung tugas pokok
TNI AD dalam menegakkan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan kompetensi prajurit berupa pengetahuan, ketrampilan dan
karakter pribadi yang dimiliki prajurit Polisi Militer TNI AD diharapkan akan
mampu membantu para komandan satuan yang ada di lingkungan TNI AD
dalam menyelesaikan berbagai permasalahan pelanggaran disiplin. Mengigat
sampai saat ini masih ditemukannya berbagai kendala dalam penyelesaian
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh prajurit TNI AD.
Perlunya menjadi kesadaran kita semua, bahwa sampai saat ini,
prajurit TNI AD masih belum mempunyai disiplin sesuai dengan harapan
masyarakat. Ini bisa dilihat dari masih banyaknya pelanggaran disiplin yang
dilakukan oleh prajurit seperti desersi, perkelahian TNI AD dan Polri,
pelanggaran susila, penyalahgunaan obat terlarang, minuman keras, segala
bentuk perjudian maupun tindak kriminal lainnya. Tentunya semua tindakan
itu akan berdampak pada seluruh lapisan masyarakat termasuk prajurit TNI
AD.
3

Namun demikian, dari penelitian yang penulis lakukan melalui


wawancara dengan komandan Denpom Yogyakarta menyampaikan bahwa
belum optimalnya tingkat disiplin prajurit TNI AD di wilayah hukum Denpom
Yogyakarta yang terlihat dari masih adanya pelanggaran disiplin yang
dilakukan oleh prajurit seperti desersi yang paling banyak, pelanggaran lalu
lintas, pelanggaran KDRT, perjudian, narkoba dan lain sebagainya.

Berangkat dari bebagai latar belakang diatas, kemudian menarik dan


memotivasi penulis untuk menulis tugas akhir dengan judul tentang
Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan, Dan Karakter Pribadi Polisi
Militer Terhadap Peningkatan Disiplin Prajurit TNI AD Di Wilayah
Hukum Denpom Yogyakarta. Disisi lainnya ketertarikan judul tersebut
disebabkan penulis yang juga berstatus sebagai taruni Akmil yang
mempunyai corp CPM maka tidak menutup kemungkinan di masa akan
datang juga akan melaksanakan tugas tersebut.

2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian dimaksudkan agar penelitian yang
dilakukan lebih fokus sehingga hasil penelitian lebih jelas dan bermanfaat.
Dalam penelitian tugas akhir ini penulis hanya membatasi tentang
kompetensi prajurit Polisi Militer dalam fungsi utama.

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Seberapa besar pengaruh aspek pengetahuan Polisi Militer
terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah hukum
Denpom IV/2 Yogyakarta ?
b. Seberapa besar pengaruh aspek keterampilan Polisi Militer
terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah hukum
Denpom IV/2 Yogyakarta ?
4

c. Seberapa besar pengaruh aspek karakteristik pribadi prajurit


Polisi Militer terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah
hukum Denpom IV/2 Yogyakarta ?
d. Seberapa besar pengaruh pengetahuan, keterampilan, dan
karakteristik pribadi prajurit Polisi Militer secara bersama-sama
berpengaruh terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah
hukum Denpom Yogyaakarta ?
e. Aspek manakah yang paling dominan mempengaruhi disiplin
prajurit Polisi Militer di wilayah hukum Denpom Yogyakarta ?
f. Apakah yang menjadi faktor pendorong dan kendala dari
disiplin prajurit Polisi Militer diwilayah hukum Denpom Yogyakarta ?
g. bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dan Denpom untuk
mengatasi berbagai kendala tersebut ?

4. Tujuan Penelitian
Adapun beberapa hal yang menjadi tujuan dari penelitian tugas akhir
ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh aspek pengetahuan prajurit Polisi
Militer terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah hukum
Denpom Yogyakarta ?
b. Untuk mengetahui pengaruh aspek keterampilan prajurit Polisi
Militer terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah hukum
Denpom Yogyakarta ?
c. Untuk mengetahui pengaruh aspek karakteristik pribadi prajurit
Polisi Militer terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah
hukum Denpom Yogyakarta ?
d. Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan, keterampilan
dan karakteristik pribadi prajurit Polisi Militer secara bersama-sama
berpengaruh terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah
hukum Denpom Yogyakarta ?
5

e. untuk mengetahui faktor pendorong dan kendala dari aspek


pengetahuan, keterampilan, dan karkter pribadi dalam disiplin prajurit?
f. untuk mengetahui faktor pendorong dan kendala dari disiplin
prajurit Polisi militer diwilayah hukum Denpom Yogyakarta ?
g. untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh DanDenpom
untuk mengatasi berbagai kendala tersebut ?

5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Kegunaan teoritis.
Sumbangan pemikiran bagi khazanah ilmu pengetahuan
administrasi dan ilmu pertahanan.
b. Kegunaan praktis.
Adapun kegunaan praktis yang diharapkan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Bagi penulis
Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertahanan
(S.St.Han) dari Akademi Militer. Disamping itu juga untuk
menambah wawasan pengetahuan penulis dengan cara
meneliti serta membandingkan teori-teori yang telah didapat
selama penulis belajar di Akademi Militer.
2) Bagi pembaca
Sebagai dasar pembanding atau tambahan referensi
bagi pembaca yang akan mengadakan penelitian sejenis.
3) Bagi lembaga
Memberikan masukan bagi komandan Denpom
Yogyakarta dengan harapan dapat lebih memperhatikan
khususnya tentang pengembangan fungsi organik untuk
mencapai profesionalisme prajurit Prajurit Polisi Militer TNI AD
6

sehingga nantinya dapat menentukan kebijakan dimasa yang


akan datang untuk kemajuan kualitas SDM Polisi Militer TNI AD.

6. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian ini, maka


penulis akan memberikan sistematika penulisan sabagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah, fokus masalah,


perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan. Tujuan dari bab ini adalah memberikan gambaran atau
kerangka pikir secara umum mengenai pelaksanaan penelitian yang
akan dilaksanakan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini merupakan bab yang akan menguraikan keseluruhan dasar


teori, instrument yang digunakan dan definisi dari variabel yang diteliti
Tujuan dari bab ini adalah dalam membentuk acuan kerangka berpikir
yang akan berguna dalam pelaksanaan penelitian ini.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini terdiri dari pemilihan metode penelitian, lokasi penelitian,


instrument penelitian, sampel dan sumber data, tehnik pengumpulan
data dan tehnik analisa data. Tujuan dari bab ini adalah untuk
memberikan gambaran mengenai metode yang dipakai untuk
melakukan penelitian yang nantinya dapat digunakan sebagai
jembatan antara teori dengan pembahasan masalah yang akan diteliti.
7

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini akan menjelaskan hasil dari penelitian tugas akhir yang
dilaksanakan melalui pengolahan hasil kuesioner dari responden
dengan meggunakan SPSS 22 dan menjelaskan tentang deskripsi
dari jawaban kuesioner dari responden dengan melakukan wawancara
untuk kemudian ditarik kesimpulan

Bab V Penutup

Bab ini berupa kesimpulan dan saran, Kesimpulan yang dibuat


merupakan pendapat singkat peneliti berdasarkan hasil dan
pembahasan pada bagian sebelumnya. Saran dalam penelitian,
dimaksudkan sebagai masukan untuk penelitian-penelitian berikutnya
yang menggunakan topik sejenis dengan penelitian yang sedang
dilaporkan dan juga saran-saran untuk pembuat kebijakan serta
rekomendasi bagi Taruna yang akan datang
8

BAB II
LANDASAN TEORI
7. Kompetensi
a. Pengertian
Kompetensi bukanlah suatu hal yang baru dan gerakan
pentingnya kompetensi bagi organisasi sudah dimulai sejak tahun
1960 di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Kebutuhan
kompetensi semakin penting untuk menghadapi persaingan global.
Sumber daya manusia yang tidak berkualitas akan tergantikan dengan
sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini yang dimaksud
sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya yang
mempunyai kompetensi yang sesuai dengan profesi yang di gelutinya.
Kompetensi menjadi persyaratan yang penting bagi suatu profesi
karena kompetensi akan memperlihatkan perilaku saat menjalankan
pekerjaan. (Ambar Teguh,2010:83).

Terkait dengan kompetensi, maka dalam organisasi publik baik


di dalam maupun di luar negeri maka pada awalnya hanya ada 2 jenis
definisi kompetensi yang berkembang pesat menurut Hutapea dan
Thoha (2008:3) yaitu :

1) Kompetensi yang didefinisikan sebagai gambaran


tentang apa yang harus diketahui atau dilakukan agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan baik (Miller, Rankin and
Neathey, 2001:59). Pengertian kompetensi jenis ini dikenal
dengan nama Kompetensi Teknis atau Fungsional (Technical/
Functional Competency). Kompetensi teknis adalah pada
pekerjaan, yaitu untuk menggambarkan tanggung jawab,
tantangan, dan sasaran kerja yang harus dilakukan atau
dicapai oleh si pemangku jabatan agar si pemangku jabatan
dapat berprestasi dengan baik.

7
9

2) Kompetensi yang menggambarkan bagaimana


seseorang diharapkan berperilaku agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Pengertian kompetensi jenis ini
dikenal dengan nama Kompetensi Perilaku (Behavioural
Competencies). Perlu diketahui di sini bahwa perilaku
merupakan suatu tindakan (action) sehingga kompetensi
perilaku akan teridetifikasi apabila seseorang memeragakannya
dalam melakukan pekerjaan.

Selanjutnya, Boyatzis dalam Suharyanto (2012:32) memberikan


pengertian sebagai berikut :
Merupakan kemampuan,pengetahuan dan keterampilan, sikap
nilai ,perilaku, dan karakteristik seseorang yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan tertentu dengan tingkat
kesuksesan yang optimal.
Tidak berbeda jauh dari pendapat diatas, maka Mangkunegara
(2015:113) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan faktor
mendasar yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan lebih,
yang membuatnya berbeda dengan seseorang yang mempunyai
kemampuan rata-rata atau biasa saja. Sementara, menurut Mitrani
dalam Usmara (2012:109) mengemukakan bahwa kompetensi adalah
bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang
serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas
pekerjaan.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi adalah kemampuan
dan karakteristik yang mendasari perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya
sesuai dengan hasil yang diharapkan. Oleh sebab itu, kompetensi
sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat
yang memuaskan di tempat kerja, juga menunjukkan karakteristik
10

pengetahuan, keterampilan dan karakteristik pribadi yang dimiliki atau


dibutuhkan oleh setiap individu untuk melakukan tugas dan tanggung
jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas
professional dalam pekerjaan
Penjelasan diatas, akan memberikan pengertian kompetensi
sekaligus indikator dalam penelitian tugas akhir ini adalah kompetensi
berupa pengetahuan, ketrampilan dan karakteristik pribadi prajurit
Polisi Militer TNI AD Denpom Yogyakarta di dalam melaksanakan
fungsi utama yaitu seperti yang tercantum dalam Surat Keputusan
Kasad Nomor Kep/49/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006
menyebutkan bahwa Polisi Militer TNI Angkatan Darat mempunyai
fungsi utama sebagai berikut :
a. Pembinaan Penyelidikan Kriminal dan Pengamanan
Fisik. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang
berkenaan dengan Pembinaan dan Operasional Penyelidikan
Kriminal dan Pengamanan Fisik.
b. Pembinaan Pemeliharaan Ketertiban Militer. Meliputi
segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan
Pembinaan dan Operasional Pembeliharaan, Penegakkan
Disiplin, Hukum dan Tata Tertib, Pengendalian Lalu Lintas
Militer dan pengurusan Surat Izin Mengemudi TNI Angkatan
Darat serta Pengawalan Protokoler Kenegaraan.
c. Pembinaan Penyidikan. Meliputi segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan yang berkenaan dengan Pembinaan dan
Operasional Penyidikan Perkara Pidana, serta
penyelenggaraan Laboratorium Kriminalistik.
11

b. Manfaat Kompetensi
Dengan mengacu dari pendapat Rylatt dan Lohan (1995:120)
kompetensi memberikan beberapa manfaat kepada pegawai dan
organisasi sebagai berikut :
1) Bagi Pegawai
a) Kejelasan relevansi pembelajaran sebelumnya,
kemampuan untuk mentransfer keterampilan, nilai, dari
kualifikasi yang diakui, dan potensi pengembangan karir.
b) Adanya kesempatan bagi pegawai untuk
mendapatkan pendidikan dan pelatihan melalui akses
sertifikasi nasional berbasis standar yang ada.
c) Penempatan sasaran sebagai sarana
pengembangan karier
d) Kompetensi yang ada sekarang dan manfaatnya
akan dapat memberikan nilai tambah pada pembelajaran
dan pertumbuhan.
e) Pilihan perubahan karir yang lebih jelas untuk
berubah pada jabatan baru, seseorang dapat
membandingkan kompetensi mereka sekarang dengan
kompetensi yang diperlukan untuk jabatan baru.
f) Penilaian kinerja yang lebih obyektif dan umpan
balik berbasis standar kompetensi yang ditentukan
dengan jelas.
g) Meningkatnya ketrampilan sebagai pegawai.

2) Organisasi
a) Pemetaan yang akurat mengenai kompetensi dari
pegawai
b) Pengambil keputusan dalam organisasi akan lebih
percaya diri karena pegawai telah memiliki keterampilan
12

yang akan diperoleh dalam pendidikan dan pelatihan.


c) Mempermudah terjadinya perubahan melalui
identifikasi kompetensi yang diperlukan untuk mengelola
perubahan.

c. Tingkat Kompetensi
Michael Zwell 2000:25 (dalam Wibowo, 2007:93) memberikan
lima kategori kompetensi, yang terdiri dari task achievement,
relationship, personal attribute, managerial, dan leadership yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Task achievement merupakan kategori kompetensi yang
berhubungan dengan kinerja baik. Kompetensi yang berkaitan
dengan task achievement ditunjukkan oleh: orientasi pada hasil,
mengelola kinerja, mempengaruhi, inisiatif, efisensi produksi,
fleksibilitas, inovasi, peduli kepada kualitas, perbaikan
berkelanjutan, dan keahlian teknis.
2) Relationship merupakan kategori kompetensi yang
berhubungan dengan komunikasi dan bekerja baik dengan
orang lain dan memuaskan kebutuhannya. Kompetensi yang
berhubungan dengan relationship meliputi: kerja sama, orientasi
pada pelayanan, kepedulian antar pribadi, kecerdasan
organisasional, membangun hubungan, penyelesaian konflik,
perhatian pada komunikasi dan sensitivitas lintas budaya.
3) Personal attribute merupakan kompetensi intrinsic
individu dan menghubungkan bagaimana orang berpikir,
merasa, belajar dan berkembang. Personal attribute merupakan
kompetensi yang meliputi integritas dan kejujuran,
pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan, manajemen
stress, berpikir analitis, dan berpikir konseptual.
13

4) Managerial merupakan kompetensi yang secara spesifik


berkaitan dengan pengelolaan, pengawasan dan
mengembangkan orang. Kompetensi manajerial berupa:
memotivasi, memberdayakan, dan mengembangkan orang lain.
5) Leadership merupakan kompetensi yang berhubungan
dengan memimpin organisasi dan orang untuk mencapai
maksud, visi, dan tujuan organisasi. Kompetensi berkenaan
dengan leadership meliputi kepemimpinan visioner, berpikir
strategis, orientasi kewirausahaan, manajemen perubahan,
membangun komitmen organisasional, membangun focus dan
maksud.
Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa setiap kompetensi
tampak pada individu pada berbagai tingkatan. Kompetensi termasuk
karakteristik manusia yang paling dalam seperti motif, sifat dan sikap
atau merupakan karakteristik yang dengan mudah dapat diamati
seperti keterampilan atau pengetahuan. Adanya tingkat kompetensi
dikemukakan oleh spencer dan spencer 1993:11 (dalam Wibowo,
2007: 95) seperti gunung es dimana ada yag tampak dipermukaan,
tetapi ada pula yang tidak terlihat dipermukaan.

d. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Kompetensi


Kompetensi bukan merupakan kemampuan yang tidak dapat
dipengaruhi, Michael Zwell 2000: 56-68 (dalam Wibowo 2007:102)
mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, yang juga dapat
dijadikan patokan untuk mengukur tingkat kompetensi dari seseorang
yaitu sebagai berikut:
1) Karakteristik pribadi
Karakteristik pribadi merupakan cerminan bagaimana
seorang pegawai mampu/tidak mampu melakukan suatu
14

aktivitas dan tugas secara mudah/sulit dan sukses/tidak pernah


sukses.
2) Keterampilan
Keterampilan memainkan peran dikebanyakan
kompetensi. Pengembangan keterampilan yang secara spesifik
berkaitan dengan kompetensi dapat berdampak baik pada
budaya organisasi dan kompetensi individual.
3) Pengetahuan
Pengetahuan pegawai turut menentukan berhasil
tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya,
pegawai yang mempunyai pengetahuan yang cukup akan
meningkatkan efisiensi organisasi. Namun bagi pegawai yang
belum mempunyai pengetahuan cukup, maka akan bekerja
tersendat-sendat. Pemborosan bahan, waktu dan tenaga serta
faktor produksi yang lain akan diperbuat oleh pegawai
berpengetahuan kurang. Pemborosan ini akan mempertinggi
biaya dalam pencapaian tujuan organisasi
Sementara Spencer dalam Palan (2014: 76) yang menguraikan
adanya pengukuran kompetensi dari lima karakteristik dalam
membentuk kompetensi, sebagai berikut: :
1) Pengetahuan; merujuk pada informasi dan hasil
pembelajaran.
2) Keterampilan; merujuk pada kemampuan seseorang akan
suatu kegiatan.
3) Konsep diri dan nilai-nilai; merujuk pada sikap, nilai-nilai
dan citra diri seseorang, seperti kepercayaan seseorang
bahwa dia bisa berhasil dalam suatu situasi.
4) Karakteristik pribadi; merujuk pada karakteristik fisik dan
konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi,
15

seperti pengendalian diri dan kemampuan untuk tetap


tenang dibawah tekanan.
Dari kedua pendapat diatas, maka ada persamaan dalam
menentukan ukuran kompetensi yaitu pengetahuan, ketrampilan dan
karakteristik pribadi. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1) Pengetahuan adalah informasi dan hasil pembelajaran


yang diperoleh oleh pegawai. Untuk mengetahui pengetahuan
pegawai akan ditelusuri melalui :
a) Berpikir analitis; merupakan kesanggupan untuk
memahami situasi dengan cara menguraikan masalah
menjadi bagian yang lebih rinci (faktor-faktor penyebab
masalah) atau mengamati akibat suatu keadaan tahap
demi tahap berdasarkan pengalaman masa lalu.
b) Berpikir konseptual; merupakan kemampuan
memahami situasi atau masalah dengan cara
memandangnya sebagai satu kesatuan yang terintegrasi;
mencakup kemampuan mengidentifikasi pola keterkaitan
antara masalah yang tidak tampak dengan jelas, atau
kemampuan mengidentifikasi permasalahan utama yang
mendasar dalam situasi yang kompleks.
c) Pengetahuan tentang pekerjaan, merupakan
bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan
(dapat teknik, profesional maupun manajerial), dan
motivasi untuk mengungkapkan, mengembangkan dan
membagikan pengetahuannya yang terkait pekerjaan
kepada orang lain.
2) Keterampilan adalah kemampuan, kecakapan,
kepandaian, kecekatan pegawai dalam menyelesaikan tugas
16

pekerjaan. Untuk mengetahui keterampilan pegawai akan


ditelusuri melalui :
a) Mencari informasi; merupakan besarnya usaha
tambahan yang dikeluarkan untuk mengumpulkan
informasi lebih banyak.
b) Proaktif; merupakan dorongan bertindak untuk
melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan, melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah
lebih dahulu. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki
atau meningkatkan hasil pekerjaan atau menghindari
timbulnya masalah atau menciptakan peluang baru.
c) Perhatian terhadap kejelasan tugas, kualitas dan
ketelitian kerja, merupakan dorongan dalam diri
seseorang untuk mengurangi ketidakpastian di
lingkungan sekitarnya, khususnya berkaitan dengan
pengaturan kerja, instruksi, informasi dan data.
d) Kemampuan mempengaruhi, merupakan tindakan
membujuk, mehyakinkan, mempengaruhi atau
mengesankan sehingga orang lain mau mendukung
agendanya.
3) . Karakteristik pribadi merujuk pada bakat. Bakat adalah
suatu arakteristik unik individu yang membuatnya mampu/tidak
mampu melakukan suatu aktivitas dan tugas secara mudah/sulit
dan sukses/tidak pernah sukses. Untuk mengetahui bakat
pegawai akan ditelusuri melalui :
a) Pengendalian diri; merupakan kemampuan untuk
mengendalikan emosi diri sehingga mencegah untuk
melakukan tindakan-tindakan yang negatif pada saat ada
cobaan,khususnya ketika menghadapi tantangan atau
17

penolakan dari orang lain atau pada saat bekerja


dibawah tekanan.
b) Percaya diri; merupakan keyakinan seseorang
pada kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu
tugas atau tantangan.
c) Fleksibilitas; merupakan kemampuan
menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif pada
berbagai situasi, dengan berbagai rekan atau kelompok
yang berbeda; kemampuan untuk memahami dan
menghargai perbedaan dan pandangan yang
bertentangan atas suatu isu.
d) Komitmen terhadap organisasi; merupakan
kemampuan dan kemauan seseorang untuk mengaitkan
apa yang diperbuat dengan kebutuhan, prioritas dan
tujuan organisasi; berbuat sesuatu untuk
mempromosikan tujuan organisasi atau untuk memenuhi
kebutuhan organisasi; dan menempatkan misi organisasi
diatas keinginan diri sendiri atau peran profesionalnya.
8. Disiplin
a. Pengertian Disiplin

Dalam pandangan Nitisemito (2013:12), disiplin merupakan


suatu masalah yang perlu diperhatikan sebab dengan adanya
kedisiplinan dapat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan
organisas, Sementara, pengertian disiplin sendiri secara etimologis,
berasal dari istilah disiplin berasal dari disciple yang berarti seseorang
yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin.
(Singgih D. Gunarso,1993:83). Oleh karena itu, disiplin juga
akandiartikan sebagai manajemen untuk menjalankan standar-standar
18

organisasional dalam bentuk latihan atau pendidikan kesopanan dan


kerohanian serta pengembangan tabiat (Moekijat,2009:33).
Namun demikian, menurut Ambar Teguh (2012:14)
menyampaikan bahwa pada masa sekarang kata disiplin mengalami
perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin
diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada
pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang
bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Selanjutnya dalam pandangan Nasution (2015:32)
disiplindiartikan sebagai bentuk ketaatan dari perilaku seseorang
dalam mematuhi ketentuan-ketentuan ataupun peraturan-peraturan
tertentu yang diberlakukan dalam organisasi. Lebih jauh dari itu,
Nasution (20015:33) menyampaikan bahwa kedisiplinan pegawai
adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan
norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk
tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya.
Dari berbagai pengertian diatas, walaupun terlihat berbeda
akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa pengertian disiplin
secara umum adalah sebagai sikap kesediaan dan kerelaan
seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma-norma
peraturan yang berlaku maupun ketepatan waktu kerja
Pengertian diatas, juga memberikan gambaran bahwa disiplin
akan mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri seperti yang
diungkapkan oleh Nitisemito (2013:17) sebagai berikut:
1) Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan
sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan
kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
2) Adanya prilaku yang dikendalikan.
3) Adanya ketaatan.
19

Selanjutnya beliau mengungkapkan bahwa, dari ciri-ciri pola


tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan
pengorbanan, baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-
lain.Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan
peranan dalam pencapaian tujuan. Manusia sukses adalah manusia
yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut
pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat
hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi disiplin.
Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas kerja maka
disiplin mempunyai peran sentral dalam membentuk pola kerjadan
etos kerja produktif.

b. Pengertian Disiplin Militer

Seperti halnya pada organisasi apapun maka dalam organisasi


militer disiplin juga sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan
organisasi mencapai tujuannya. Lebih jauh dari itu, disiplin militer
adalah suatu syarat mutlak untuk mendasari semua peraturan militer
dan semua perintah kedinasan dari tiap-tiap atasan sampai mengatur
hal yang kecil-kecil, dengan tertib, tepat dan
sempurna.(Moekijat,2003:45).
Selanjutnya, beliau mengungkapkan bahwa dalam melihat
pengertian disiplin militer sesungguhnya sama dengan pengertian
disiplin pada umumnya yaitu ketaatan untuk mematuhi segala
peraturan yang telah ditetapkan hanya perbedaannya adalah pada
ketaatan tata tertib atau peraturan yang ditetapkan oleh Militer. Ini
senada dengan pengertian disiplin militer seperti yang dicantumkan
dalam Undang-Undang 25 Tahun 2014 sebagai berikut :
adalah segala perbuatan yang bertentangan dengan perintah
kedinasan, peraturan kedinasan, atau perbuatan yang tidak
sesuai dengan Tata Tertib Militer; dan perbuatan yang
melanggar peraturan perundang-undangan pidana .
20

Pengertian disiplin militer secara lebih komprehensip juga dapat


dilihat dari pendapatnya Sjarif Amiroeddin (1996:3) yang
menyampaikan pengertian disiplin militer dan disiplin prajurit TNI
sebagai berikut :
Disiplin Militer adalah kesadaran, kepatuhan, dan ketaatan
untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan, peraturan
kedinasan, dan tata kehidupan yang berlaku bagi Militer

Sementara pengertian disiplin prajurit TNI menurut Sjarif


Amiroeddin (1996:3) adalah sebagai berikut :
Disiplin prajurit TNI adalah ketaatan dan kepatuhan yang
sungguh-sungguh setiap prajurit TNI yang didukung oleh
kesadaran yang bersendikan sapta marga dan sumpah prajurit
untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap dan
berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan
prajurit TNI.

Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa disiplin di lingkungan


militer adalah rohnya militer. Maka di dalam heberapa hal, kehidupan
militer menjadi amat berbeda dengan kehidupan masyarakat pada
umumnya. Hak dan kewajiban antara atasan dan bawahan diatur
secara ketat. Kewajiban bawahan untuk memberikan penghormatan
pada atasannya di mana pun dan dalam keadaan apa pun.
Termasuk pengaturan terhadap baju seragam dengan tanda
pangkat yang menunjukkan atasan dan bawahan yang dibuat
mencolok, dimaksudkan agar setiap anggota tentara dapat dengan
cepat mengenali siapa atasannya dan siapa bawahannya. Dalam
keadaan yang paling kritis sekali pun yang mungkin menyangkut
nyawa dan keselamatan negara, seorang anggota militer dalam
hitungan detik, harus dapat segera mengenali perintah yang diberikan
itu dikeluarkan oleh orang yang berhak atau tidak.
21

c. Tujuan Dan Fungsi Disiplin TNI


Abdoel Fatah (2010:34) dalam bukunya yang berjudul
Demiliterisasi menyampaikan bahwa disiplin pada TNI dibentuk agar
tercipta adanya soliditas yang kuat diantara prajurit. Soliditas sangat
diperlukan disebabkan tugas yang berat TNI sebagai penjaga
kedaulatan NKRI sehingga memerlukan kesatuan komando ketika
pada saat kapanpun yang tidak terprediksi akan melakukan perang
atau tugas lainnya yang sifatnya darurat. Disamping itu disiplin TNI
akan berfungsi sebagai pembinaan organisasi, pembinaan personel
sehingga terciptanya keteraturan dan keadilan serta menegakkan tata
kehidupan bagi setiap Militer dalam menunaikan tugas dan
kewajibannya.
d. Jenis Pelanggaran Disiplin TNI
Yang termasuk pelanggaran displin oleh anggota TNI sesuai
dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2014 adalah segala perbuatan
yang bertentangan dengan perintah kedinasan, peraturan kedinasan,
atau perbuatan yang tidak sesuai dengan Tata Tertib Militer; dan b.
perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pidana.
Secara lebih rinci jenis pelanggaran displin seperti yang dikutip
dalam bahan ajaran Hukum Disiplin Militer maka disiplin dikategorikan
dalam 2 yaitu pelanggaran disiplin berat dan ringan. Adapun yang
termasuk pelanggaran disiplin berat adalah sebagai berikut :
1) Penyalahgunaan Senpi dan Muhandak
2) Penyalahgunaan Narkoba baik sebagai pengedar
maupun pengguna
3) Desersi dan insubordinasi
4) Perkelahian baik perorangan maupun kelompok dengan
rakyat, antar anggota TNI dan Polri
5) Penipuan, perampokan, dan pencurian
6) Pelanggaran susila terutama dengan keluarga TNI
22

7) Perjudian, backing, illegal logging, dan illegal mining.


Sementara, yang termasuk pelanggan disiplin ringan adalah
antara lain sebagai berikut :
1) Pakaian tidak rapi
2) Tidak menghormat kepada atasan
3) Pelanggaran lalulintas dan perlengkapannya
4) Terlambat jam dinas
5) Desersi kurang dari 30 hari dalam masa damai. Dll
e. Cara Membentuk Disiplin Prajurit TNI
Dihadapkan dengan beratnya tugas TNI sebagai pemeran
utama pertahanan, maka diakui bahwa. dalam membentuk disiplin
prajurit TNI tidak mudah dan harus menjadi kebiasaan dalam
kehidupan pribadinya. Adapun cara membentuk disiplin prajurit TNI
menurut Kiki Syahnakri (2008:32) antara lain (1) penanaman doktrin
seperti 8 wajib TNI,sapta marga,pancasila,UUD 45, bhineka tungga ika
dan lain sebagainya, (2) pelaksanaan tradisi korps agar nantinya akan
tumbuh militansi yang kuat, (3) bimbingan dan Pengasuhan dan (4)
pembinaan mental dan latihan.

9) Indikator Disiplin Prajurit TNI

Disiplin secara umum dapat didefinisikan sebagai sikap


kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati
segala norma-norma peraturan yang berlaku maupun ketepatan waktu
kerja. Sementara, seperti yang disampaikan oleh Sjarif Amiroeddin
(1996:3) yang menyampaikan pengertian disiplin prajurit TNI sebagai
ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh setiap prajurit TNI
yang didukung oleh kesadaran yang bersendikan sapta marga dan
sumpah prajurit untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap
dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan
prajurit TNI.
23

Pengertian itu mengisyaratkan bahwa, untuk mengukur disiplin


prajurit TNI, dapat dilihat dari seberapa jauh prajurit melanggar norma
yang mengikatnya Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, 8 wajib TNI
melanggar aturan kedinasan , merugikan orangisasi TNI dan
kehormatan prajurit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
pelanggaran disiplin prajurit adalah segala perbuatan atau tindakan
yang dilakukan oleh prajurit TNI baik sengaja maupun tidak sengaja
melanggar hukum dan/atau peraturan didiplin prajurit TNI atau
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan sendi-sendi
kehidupan prajurit yang berdasarkan Sapta Marga dan Sumpah
Prajurit atau melanggar aturan kedinasan, merugikan orangisasi TNI
dan kehormatan prajurit.
Berpijak dari pengertian diatas maka indikator dari disiplin
prajurit adalah sebagai berikut :
1) Tingkat ketepatan waktu
a) Disiplin pada jam kehadiran di kantor.
b) Disiplin saat jam kerja.
c) Disiplin pada jam pulang kantor.
d) Tingkat Penyelesaian pekerjaan.
2) Tingkat kepatuhan pada peraturan.
a) .Ketaatan pada Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan
8 wajib TNI
b). Ketaatan pada pakaian dinas dan atribut.

10. Pengaruh Kompetensi Terhadap Disiplin


Kompetensi individu sebagai nilai yang dimiliki aparatur negara
menjadikan suatu kekuatan dalam menanggapi setiap kejadian – kejadian
atau persoalan dilingkungan pekerjaan. Kompetensi individu yang terbentuk
dengan baik akan memberikan pengaruh positif dengan disiplin kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya pada sebuah organisasi. Menurut Widodo
24

( 2004 : 51 ) menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahan,


pembangunan dan pelayanan masyarakat, maka memerlukan kompetensi
yang berwujud kemampuan dan kecakapan tinggi untuk menumbuhkan
disiplin pegawai.
Begitu pula menurut pendapat Stephen P. Robbins ( 1996 :218 ) yang
menyampaikan bahwa tingkat kinerja pegawai akan sangat tergantung pada
faktor kompetensi pegawai itu sendiri seperti pengetahuan,
ketrampilan,tingkat pendidikan dan karakter pribadi. Oleh karena itu, tingkat
kompetensi yang semakin tinggi akan mempunyai disiplin yang terwujud dari
kinerja semakin tinggi pula. Ini berarti pengetahuan, ketrampilan,tingkat
pendidikan dan karakter pribadi yang rendah akan berdampak negatif pada
disiplin yang berbentuk kinerja pegawai. Dengan demikian, pegawai
pemerintah dituntut untuk memiliki kompetensi tertentu, karena tidak semua
orang memiliki keahlian yang dipersyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sehingga rendahnya disiplin pegawai karena rendahnya komptensi
pegawai.

11. Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai
masalah penting. ( Nazir:2010:45). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
berdasarkan permaslahan yang telah diuraikan diatas adalah sebagai berikut
:
25

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

(X1)
PEGETAHUAN

(X1) (Y)

KETRAMPILAN DISIPLIN
PRAJURIT

(X1)
KARAKTERISTIK
PRIBADI

12. Hipotesis
Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2014: 96),
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir
yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan
Dari pengertian dan pentingnya pembuatan hipotesa maka hipotesis
dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

a) Ho : Tidak terdapat pengaruh faktor pengetahuan


terhadap disiplin prajurit Polisi Militer Denpom Yogyakarta.
H1 : Terdapat pengaruh faktor pengetahuan terhadap
disiplin prajurit Polisi Militer Denpom Yogyakarta.
26

b) Ho : Tidak terdapat pengaruh faktor keterampilan


terhadap disiplin prajurit Polisi Militer Denpom Yogyakarta.
H1 : Terdapat pengaruh faktor keterampilan terhadap
disiplin prajurit Polisi Militer Denpom Yogyakarta.

c) Ho : Tidak terdapat pengaruh faktor karakter pribadi


terhadap disiplin prajurit Polisi Militer Denpom Yogyakarta.
H1 : Terdapat pengaruh faktor karakter pribadi
terhadap disiplin prajurit Polisi Militer Denpom Yogyakarta.

d) Ho : Tidak terdapat pengaruh faktor pengetahuan,


faktor keterampilan dan faktor karakter pribadi secara
menyeluruh terhadap disiplin prajurit Polisi Militer Denpom
Yogyakarta
H1 : Terdapat pengaruh faktor pengetahuan, faktor
keterampilan dan faktor karakter pribadi secara menyeluruh
terhadap disiplin prajurit Polisi Militer Denpom Yogyakarta.
e) Dasar pengambil keputusannya adalah dengan menggunakan
angka probabilitas signifikansi yaitu : Ho diterima jika signifikansi > 0,05
dan Ho ditolak jika signifikansi < 0,05.
f) Analisis Koefisien Determinasi (R2).
27

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

13. Pemilihan Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan suatu kajian yang mengulas tentang usaha
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
menggunakan cara-cara ilmiah agar dalam penelitian terjamin tingkat
validitasnya. Oleh sebab itu, pemilihan metode penelitian harus didasarkan pada
realitas yang menjadi objek penelitian. Berkaitan dengan hal ini, maka dalam
melakukan penelitian ada berbagai metode yang dapat dipilih berhubungan erat
dengan prosedur, alat, serta penelitian yang digunakan.
Untuk lebih memberikan hasil penelitian yang lebih komprehensip maka
dapat digunakan metode penelitian kombinasi atau campuran yang juga sering
disebut sebagai mix-method. Pengertian dari mix-method penelitian sendiri
adalah metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam hal
metodologi (seperti dalam tahap pengumpulan data), dan kajian model campuran
memadukan dua pendekatan dalam semua tahapan proses penelitian (Abbas,
2010: Viii). Sementara, menurut Creswell (2014: 5) mix- methods merupakan
pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk
kualitatif dan kuantitatif.. Dari kedua pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa Mix-method penelitian adalah penelitian yang memadukan atau
mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Berpijak dari pemahaman diatas, maka penelitian tugas akhir ini
menggunakan metode penelitian kombinasi atau mix-method dengan
menggunakan metode sequential explanatory design atau sering disebut urutan
pembuktian karena setelah ada pembuktian urutan berikutnya adalah
pendalaman. Modelini memberikan pembuktian terhadap kuantitatif terlebih
dahulu baru dilanjutkan dengan pendalaman dengan menggunakan kualitatif
(Sugiyono,2014:38). Dengan dasar ini, penelitian ini melakukan penelitian
28

dengan mengolah data hasil kuesioner secara kuantitatif yaitu dengan


menggunakan SPSS 22 untuk memperoleh seberapa besar hubungan antar
variable yang diteliti. Yang selanjutnya dilakukan secara kualitatif dengan
melakukan deskripsi dari jawaban kuesiner untuk melihat faktor pendorong dan
kendala dari variable yang diteliti dilanjutnya dengan wawancara untuk lebih
memperdalam dari faktor pendorong dan kendala yang dihadapi tersebut untuk
dapat ditarik kesimpulan.
14. Lokasi Penelitian
Agar dalam mengadakan penelitian dapat lebih fokus maka penetapan
lokasi penelitian merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu dalam
penelitian tugas akhir ini penulis mengambil lokasi penelitian di Denpom
Yogyakarta. Adapun hal yang menjadi pertimbangan penulis adalah keterbatasan
waktu penulis sebagai Taruna untuk keluar dari ksatrian.

15. Populasi dan Sampel

a. Populasi
Natzir memberikan pengertian populasi akan berkenaan
dengan data bukan orang atau bendanya” Sementara itu Nawawi
menyebutkan pengertian populasi adalah sebagai berikut :
“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil
menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek
yang lengkap”

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi


merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Prajurit Polisi
Militer Denpom Yogyakarta yaitu sebanyak 100 prajurit.
29

b. Sampel
Menurut Arikunto Suharsimi dalam bukunya yang berjudul
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek memberikan
pengertian sampel, yaitu sebagian wakil yang akan diteliti dan agar
hasil kesimpulan penelitian dapat digeneralisasikan untuk seluruh
populasi, maka sampel yang diambil harus benar-benar representative
(Sugiono,2012, hlm. 118). Berkaitan dengan hal tersebut, untuk
menentukan besarnya sampel penulis berpegang pendapatnya Masri
Singarimbun dan Sofyan Effendi yang mengatakan sebagai berikut :

“ Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel (sampel


size) yang harus diambil untuk mendapatkan data representatif
beberapa peneliti menyatakan bahwa besarnya sampel tidak
boleh kurang dari 10% dan ada pula peneliti lain menyatakan
bahwa 5% dari jumlah satuan-satuan elementer/elementari unit
dari populasi.”

Selanjutnya, menurut Cohen, dalam Sukmadinata (2012:.101)


menyampaikan bahwa semakin besar sampel dari besarnya populasi
yang ada adalah semakin baik, akan tetapi ada jumlah batas minimal
yang harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak 30 sampel. Hal
tersebut juga disampaikan oleh Baley dalam Mahmud (2011: 159)
yang menyatakan pendapatnya bahwa untuk penelitian yang
menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling minimum
adalah 30.
Secara lebih rinci , nada dengan pendapat tersebut, Gay dalam
Mahmud (2011,159) berpendapat bahwa ukuran minimum sampel
yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian yang digunakan
adalah sebagai berikut :

1) Metode deskriptif, minimal 10% populasi dan untuk


populasi relatif kecil, m
2) inimal 20%;
30

2) Metode deskriptif korelasional, minimal 30 subjek


3) Metode expost facto, minimal 15 subjek per kelompok
4) Metode experimental minimal 15 subjek per kelompok.

Berpegang dari berbagai pengertian diatas dan disebabkan


keterbatasan waktu penulis dalam melakukan observasi di lokasi
penelitian yaitu Denpom Yogyakarta maka dalam penelitian tugas
akhir ini penulis, menarik sampel sebesar 30 % dari seluruh populasi
sebanyak 100 prajurit yaitu 30 orang atau dengan menggunakan
sampel minimal.
Selanjutnya penarikan sampel yang digunakan dengan
menggunakan probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi
untuk menjadi sampel. Dengan teknik random sampling yaitu teknik
yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa
memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi. (Uma Sekaran
:2014:23). Dengan demikian penulis akan mengambil sampel secara
acak kepada seluruh prajurit Denpom Yogyakarta.
16. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur


fenomena alam maupun sosial yang diamati dan secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian. Disebabkan berupa alat, maka
instrumen penelitian dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka
/tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya (Uma
Sekaran,2006:37)

Dalam penulisan tugas akhir ini. penulis bermaksud untuk melakukan


pengukuran, Oleh karena itu harus ada alat ukur yang baik. Adapun
instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
31

a. Kuesioner

Yaitu merupakan daftar pertanyaan yang secara sistematis,


kemudian dikirim untuk diisi oleh para responden yang telah
ditetapkan (Sambas,2007:26). Dalam penelitian ini kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner berstruktur yang merupakan kuesioner
yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban sehingga
responden hanya memberikan tanda pada jawaban yang dipilih dan
juga berbentuk tertutup. (Sambas,2007:26).

Selanjutnya untuk memperoleh jawaban yang tegas dari


responden maka kuesioner yang dibuat dengan memakai skala
pengukuran linkert dan setiap item pertanyaan pada setiap variabel
mengunakan skala pengukuran 1 s/d 4. Dalam sistem penelitian ini
penulis memberikan nilai atau skor untuk jawaban yang diperoleh dari
dafar pertanyaan paling rendah sampai pertanyaan paling tinggi yang
dapat dirinci sebagai berikut :

1) Katagori jawaban yang sangat setuju dengan skor 4


2) Katagori jawaban yang setuju dengan skor 3
3) Katagori jawaban yang tidak setuju dengan skor 2
4) Katagori jawaban yang sangat tidak setuju dengan skor 1
Adapun kisi-kisi instrument dari masing masing variable dapat
dijelaskan sebagai berikut :
32

Tabel 1

Kisi-Kisi Instrumen Aspek-Aspek Dalam Kompetensi Dan Disiplin

Variabel No.item
NO Indikator
Penelitian Instrumen
1.  Berpikir analitis 21, 25, 27,
Pengetahuan  Berpikir konseptual 22, 23, 29, 30
 Pengetahuan
(X1) tentang peketjaan 24, 26, 28

Keterampilan  Mencari informasi 11, 14, 17, 20


(X2)  Proaktif 12, 16, 19
 Kemampuan 13, 15, 18
mempengaruhi
 Pengendalian diri 1, 5
Karakter Pribadi  Percaya diri 2,10
 Fleksibilitas 3, 7
(X3)
 Komitmen 4, 6, 8, 9
organisasi

2. .
 Tingkat ketepatan 1,2,3,4,5
Disiplin
waktu
(Y)  .Tingkat kepatuhan 6,7,8,9,10
pada peraturan
Sumber Data 2017 Yang Diolah

17. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting


demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Sementara, teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk
33

mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat


diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
menguji validitas kuesioner, dokumentasi dan sebagainya.
(Hendryadi,2012:34)

Adapun tehnik pengumpulan data yang dipakai dalam menyelesaikan


tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data


yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan
angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu
besar.

Dalam penelitian tugas akhir ini, penulis melakukan obsevasi


non participant yaitu observasi yang penelitiannya tidak ikut secara
langsung dalam kegiatan atau proses yang diamati sehingga penulis
hanya melihat kondisi, mencari data dan melihat proses kerja yang
dilakukan oleh Denpom Yogyakarta.

b. Wawancara yaitu salah satu tehnik pengumpulan data yang


dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan sumber datanya
(responden). Sementara wawancara tidak langsung adalah
wawancara kepada seseorang yang dimintai keterangan tentang
orang lain. Jadi sumber datanya adalah bukan merupakan obyek
pengamatan (Sambas Ali Muhidin,2007:21)
34

Dengan pemahaman diatas, maka untuk memberikan deskripsi


dari jawabab masing-masing variabel yang diteliti maka penulis
melakukan wawancara langsung kepada Komandan Denpom
Magelang dan wawancara tidak langsung kepada Prajurit Polisi Militer
yang menjadi obyek penelitian.

18. Teknik Analisis Data


Analisa data adalah suatu proses pengklasifikasian, pengkategorian,
penyusunan, dan elaborasi, sehingga data yang telah terkumpul dapat
diberikan makna untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan
atau untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam hal ini, data yang diperoleh
dari lapangan perlu untuk diolah dan dianalisa sedemikian rupa sehingga
mempunyai makna untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dan
bermanfaat untuk pengujian hipotesis.

Menurut Efendi analisa data adalah proses penyederhanaan data


kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Dalam tehnik analisa data
dalam penelitian tugas akhir ini menggunakan dua metode yaitu tehnik
analisa data kuantitatif dan tehnik analisa data kualitatif. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Analisa Data Kuantitatif

Beberpa langkah yang dapat dilakaukan dalam analisa data


kuantitatif dalam penelitian ini adalah sebgai berikut :

1) Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian dilakukan pertama yang


juga digunakan untuk menguji instrument penelitian yaitu
kuesioner yang digunakan sebelum dilaksanakan pengambilan
data penelitian yang sebenarnya. Sementara, pengertian
validitas adalah sebagai berikut :
35

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan


tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument. SUatu instrument dapat dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dalam
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat”. (Suharsimi, 2006).
Dalam penelitian ini digunakan teknik uji validitas
internal, yakni validitas yang dicapai apabila terdapat
kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara
keseluruhan. Untuk mengukur validitas digunakan rumus
korelasi produk moment yang dikemukakan oleh Pearson
sebagai berikut :

n (∑ XY)−(∑ X).(∑ Y)
rhitung = 2 2
{n√X2 −(∑ X) }.{n√Y2 −(∑ Y) }

Keterangan:

rxy : besarnya korelasi

X : skor butir (Nilai skor tertentu)

Y : skor total yang diperoleh

N : jumlah populasi

∑X : jumlah skor item

∑Y : jumlah skor total

∑X2 : jumlah skor kuadrat nilai X

∑Y2 : jumlah skor kuadrat nilai Y

Untuk mengetahui valid tidaknya instrumen dengan cara


rxy hitung dikonsultasikan dengan r table dengan taraf signifikan
5%. Jika didapatkan harga rxy hitung > r tabel, maka butir
instrumen dapat dikatakan valid, akan tetapi sebelumnya jika
36

harganya rxy < r tabel, maka dikatakan bahwa instrumen


tersebut tidak valid.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa


sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik (Suharsimi, 2006). Reliabilitas menunjukkan pada tingkat
keandalan (dapat dipercaya) dari suatu indikator yang
digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan untuk mengetahui reliabilitas instrumen adalah
rumus Alpha Cronbach :

 k  1   b2 
r11     
 k  1  t
2

Keterangan :

r : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ b 2 : jumlah varians butir

 t2 : varians total

3) Korelasi

Koefisien korelasi yaitu untuk dapat mengetahui kuat


lemahnya tingkat atau derajan keeratan hubungan antara
variabel aspek kemampuan dan aspek pakarsa terhadap
variabel kinerja, secara sederhana dapat diterangkan
berdasarkan nilai koefisien korelasi dari Guilford Emperical
Rulesi seperti yang dikutip dalam Sugiyono (2014 :17) sebagai
berikut :
37

Tabel 2.

Tabel Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Y

Nilai Korelasi Keterangan


0,00 - < 0,20 Sangat Lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
≥ 0,20 - < 0,40 Rendah
≥ 0,40 - < 0,70 Sedang / Cukup
≥ 0,70 - < 0,90 Kuat / Tinggi
≥ 0,90 - ≤ 1,00 Sangat Kuat / Sangat Tinggi
Sumber : Sugiyono,2014 Hal 17

d. Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda digunakan jika terdapat satu variabel


dependen dan dua atau lebih variabel dependen. Model analisis yang
digunakan adalah model analisis regresi linier berganda. Model ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dengan persamaan sebagai berikut :

Y = C + β1x1 + β2x2 + R

Keterangan:

Y : kinerja karyawan

xx1 : stress kerja

x2 : konflik kerja

C : koefisien konstanta

β1, β2 : koefisien regresi

R : residual
38

e. Uji Hipotesa

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai


ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel
independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi
rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan
nilai variabel yang diketahui (Gujarati dalam Ghozali, 2006).

1) Uji Partial (uji t)

Uji partial (uji t) digunakan untuk menguji apakah setiap


variabel independen yaitu stress kerja (X1) dan konflik kerja (X2)
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
variabel dependen yaitu kinerja (Y) secara parsial. Kaidah
pengambilan keputusan dalam uji t dengan menggunakan
SPSS dengan tingkat signifikasi yang ditetapkan adalah 5%.

a) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan


Ha ditolak, atau variabel bebas tidak dapat menjelaskan
variabel terikat atau tidak ada pengaruh antara variabel yang
diuji.

b) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan


Ha diterima, atau variabel bebas dapat menjelaskan variabel
terikat atau ada pengaruh antara variabel yang diuji.

𝑟√𝑛 − 2
𝑡 hitung =
𝑟√1 − 𝑟 2

Keterangan :

t : tes hipotesa

r : koefisien korelasi

n : jumlah data
39

Nilai t tabel diperoleh dengan mengetahui tingkat signifikasi (α), serta


derajat bebas sebesar n-1. Sedangkan penolakan hipotesa atau signifikan
pada taraf 5% (taraf kepercayaan 95%). Uji t statistic untuk menguji
kebenaran koefisien regresi secara parsial dengan menggunakan rumus
berikut :

𝑡 bi
hit=
S(bi)

Keterangan:

t hit : bikai t hitung

bi : koefisien regresi

S(bi) : standarisasi dari bi (standar error koefisien


regresi)

Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesa Ho apabila hasil


perhitungan telah didapatkan adalah sebagai berikut:

a) t hit < - t tabel atau t hit > t tabel Ho ditolak, Ha diterima artinya
variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel tergantung pada tingkat kesalahan 5% (α = 0,05;
tingkat kepercayaan 95%).

b) t tabel ≤ t hit ≤ t tabel Ho diterima, Ha ditolak artinya variabel


bebas secara parsial tidak punya pengaruh yang signifikan terhadap
variabel tergantung pada tingkat kesalahan 5% (α = 0,05; tingkat
kepercayaan 95%).

2) Uji Simultan (uji F)

Uji simultan (uji F) ini digunakan untuk melihat apakah variabel


independen yaitu stress kerja (X1) dan konflik kerja (X2) secara
bersama-sama mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel dependen yaitu kinerja (Y). Uji F dapat dihitung dengan cara :
40

𝑅2/ 𝑘
𝐹ℎ=
(1 − 𝑅2)/ (𝑛 − 𝑘 − 1)

Dimana :

R : koefisien korelasi ganda

k : banyaknya variabel independen

n : banyaknya anggota sampel

 Konsultasikan dengan tabel F; dengan dk pembilang = k dan dk


penyebut = n – k-1.
 Jika Fh > F tabel, maka hipotesis alternatif diterima. Kriteria
pengambilan keputusan dalam uji F dengan menggunakan SPSS
adalah :

a) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha


ditolak, atau variabel bebas dari model regresi linier tidak mampu
menjelaskan variabel terikat.

b) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha


diterima, atau variabel bebas dari model regresi linier mampu
menjelaskan variabel terikat.

3) Uji Koefisien Determinasi (r2)

Analisa determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi


Pearson Product Moment yang dikalikan dengan 100%. Ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai kontribusi
atau mampu menerangkan variabel Y. Formula dari koefisien
determinasi adalah sebagai berikut:

KP = r2 x 100%

Keterangan :
41

KP = nilai koefisien determinasi

R = nilai koefisien korelasi

b. Analisa Data Kualitatif


Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data lebih banyak
dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data melalui wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain. Analisis data dilakukan
dengan mengorganisasikan secara sistematis data yang diperoleh,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
dapat membuat kesimpulan yang dapat diinformasikan kepada orang
lain. (Nazir,2014:55)
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Bikken dalam
Moelong (2010:148) adalah sebagai berikut :
Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apayang
dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang
lain.

Prinsip utama dalam analisa data adalah bagaimana


menjadikan data atau informasi yang telah dikumpulkan disajikan
dalam bentuk uraian dan sekaligus memberikan makna atau
interprestasi sehingga informasi tersebut memiliki signifikan ilmiah atau
teoritis. Kemudian terdapat tiga jalur analisa data kualitatif, yaitu :
1) Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus-menerus
selama penelitian berlangsung,. Sedangkan reduksi data
meliputi meringkas data, mengkode dan menelusur tema..
42

2) Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan


informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3) Penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-
menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan
pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-
benda, mencatat, keteraturan pola-pola (dalam catatan teori),
penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin,
alur sebab akibat, dan proposal. Dalam kondisi ini,
kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung, dengan cara memikir ulang selama penulisan,
tinjauan utang catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar
pikiran antar teman sejawat untuk mengembangkan
kesepakatan inter subyektif dan upaya-upaya yang luas untuk
menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data
yang lain.( Moleong,2010:49)
Berpijak dari pemahaman diatas, maka analisa data kualitatif
dalam penulisan penelitian tugas akhir ini dilakukan dengan
medeskripsikan jawaban kuesioner yang diperoleh dari responden
yang kemudian akan diperoleh pertanyaan yang memperoleh jawaban
nilai tertinggi atau terbanyak dan pertanyaan yang akan memperoleh
jawaban terendah atau sedikit. Jawaban tertinggi atau terbanyak
berarti faktor yang menjadi pendorong dari variabel yang diteliti yaitu
variabel kemampuan (X1), variable prakarsa (X2) dan variabel prestasi
kerja (Y). Sementara jawaban nilai terendah atau sedikit berarti yang
menjadi kendala dari variable yang diteliti yaitu variabel kemampuan
(X1), variabel prakarsa (X2) dan variabel prestasi kerja (Y)..
Selanjutnya, untuk memperdalam tentang penyebab jawaban
dengan nilai terbanyak dan dan nilai terendah, penulis melakukan
wawancara dengan Komandan, pejabat, perwira dan bintara Denpom
43

Yogyakarta secara trianggulasi. Termasuk mencari data lapangan


berupa dokumentasi laporan kegiatan dan peristiwa yang ada di
Denpom Yogyakarta. Untuk kemudian data-data tersebut dianalisa
dengan kualitatif sebagai berikut :
1) Reduksi data yaitu penulis melakukan pemilahan semua
data dari hasil wawancara dan dokumentasi untuk dipilih mana
yang penting dan mana yang mempunyai persamaan untuk
dibuat kategori
2) Penyajian data yaitu penulis melakukan penyusunan data dari
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi.
Termasuk melakukan verivikasi ulang dari data yang telah diperoleh
untuk memantapkan kesimpulan yang akan dibuat dan akan
mendiskusikan dengan dosen pembimbing dan teman sesame Taruna
dan Taruni bila diperlukan agar memperkaya seperangkat data lain
yang diperlukan untuk dapat ditarik kesimpulan
3) Kesimpulan yaitu menterjemahkan dari hasil penyajian data
yang telah disusun untuk ditarik menjadi kesimpulan penelitian.
44

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

19. Hasil Analisa Data


Perlunya menjadi kesadaran kita semua bahwa dampak globalisasi
yang sekarang terjadi, dengan membawa kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan telah menyebabkan masyarakat lambat laun berkembang
dengan pola pikirnya.. Pada akhirnya, perkembangan itu selalu diikuti
proses penyesuaian diri yang kadang-kadang proses tersebut terjadi secara
tidak seimbang. Dengan kata lain, pelanggaran terhadap norma-norma
tersebut semakin sering terjadi dan kejahatan semakin bertambah, baik jenis
maupun bentuk polanya yang semakin kompleks.. Kondisi banyaknya
pelanggaran juga terjadi pada prajurit TNI AD yang berada diwilayah hukum
Denpom Yogyakarta. Tanda adanya penurunan tingkat disiplin tersebut
adalah desersi, narkoba, asusila dan lain sebagainya
Tentunya hal tersebut akan menjadi tantangan bagi prajurit Denpom
Yogyakarta sebagai salah satu penegak hukum yang ada dilingkungan TNI
AD untuk mencegah berkembangnya pelanggaran disiplin prajurit di wilayah
hukum Denpom Yogyakarta. Tentunya kompetensi prajurit Denpom
Yogyakarta akan sangat berpengaruh kuat teradap efektivitas kinerja
Denpom khususnya yang berkaitan dengan penegakan disiplin. Berbekal dari
hal inilah, maka untuk melihat Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan, Dan
Karakter Pribadi Polisi Militer Terhadap Peningkatan Disiplin Prajurit TNI AD
Di Wilayah Hukum Denpom Yogyakarta maka dapat dilihat dari hasil
pemgolahan data jawaban kuesioner dengan menggunakan SPSS 22
sebagai berikut :
45

a. Uji Validitas Instrumen


1) Validitas Variabel Pengetahuan (X1)
Tingkat validitas dari kuesioner aspek kemampuan yang diolah
dengan SPSS 22 dapat dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3
Uji Validitas Variabel Pengetahuan (X1)
Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

PENGETAHUAN 34.2000 28.786 .441 .400 .903


P1 34.1000 26.921 .790 .830 .883
P2 34.3000 29.183 .499 .582 .899
P3 34.0333 27.068 .810 .873 .883
P4 33.7667 26.323 .777 .764 .883
P5 34.1000 27.197 .596 .675 .894
P6 34.1333 25.706 .578 .746 .900
P7 34.0667 26.202 .740 .710 .885
P8 34.0000 26.000 .707 .652 .887
P9 34.1000 26.438 .695 .699 .888

Sumber: Data Primer, 2017 Yang Diolah

Dari hasil pengujian validitas dengan program SPSS 22 seperti yang


terlihat dalam tabel 3 diketahui bahwa nilai rhitung dari masing-masing
pertanyaan pada variable pengetahuan (X1) lebih besar daripada nilai rtabel.
dari responden sebesar 30 yaitu 0,361 Dengan demikian dapat disimpulan
dari hasil uji validitas ini menunjukkan bahwa, instrumen pengetahuan valid,
sehingga layak digunakan sebagai alat pengumpul data.

1) Validitas Variabel Ketrampilan (X2)


Tingkat validitas dari kuesioner variable ketrampilan yang diolah
dengan SPSS 22 dapat dilihat dalam tabel 4 sebagai berikut :
46

Tabel 4
Uji Validitas Variabel Ketrampilan (X2)
Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

P1 22.6000 26.317 .368 . .865


P2 22.1000 24.093 .684 . .837
P3 22.7000 21.941 .674 . .837
P4 22.7000 23.597 .655 . .839
P5 23.8000 26.234 .656 . .846
P6 22.8000 24.579 .496 . .855
P8 22.7000 23.597 .655 . .839
P9 22.7000 23.803 .542 . .851
P10 23.5000 24.466 .687 . .838

Sumber: Data Primer, 2017 Yang Diolah

Dari hasil pengujian validitas dengan program SPSS 22 seperti


yang terlihat dalam tabel 4 diketahui bahwa nilai rhitung dari masing-
masing pertanyaan pada variable ketrampilan (X2) lebih besar
daripada nilai rtabel. dari responden sebesar 30 yaitu 0,361 Dengan
demikian dapat disimpulan dari hasil uji validitas ini menunjukkan
bahwa, instrumen pengetahuan valid, sehingga layak digunakan
sebagai alat pengumpul data.

3) Validitas Variabel Karakter Pribadi (X3)


Tingkat validitas dari kuesioner variable ketrampilan yang diolah
dengan SPSS 22 dapat dilihat dalam tabel 5 sebagai berikut :
47

Tabel 5
Uji Validitas Variabel Karakter (X3)
Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

KARAKTER 31.5667 41.495 .714 .674 .944


VAR00002 31.5000 41.017 .707 .641 .945
VAR00003 31.7000 41.390 .778 .748 .942
VAR00004 31.6667 39.678 .824 .781 .939
VAR00005 31.6667 38.506 .858 .783 .938
VAR00006 32.3667 43.757 .533 .396 .951
VAR00007 31.8667 38.051 .878 .902 .937
VAR00008 31.9333 38.754 .894 .927 .936
VAR0009 32.0333 40.930 .777 .788 .942
VAR00010 32.0000 40.138 .807 .879 .940

Sumber: Data Primer, 2017 Yang Diolah

Dari hasil pengujian validitas dengan program SPSS 22 seperti


yang terlihat dalam tabel 4 diketahui bahwa nilai rhitung dari masing-
masing pertanyaan pada variable karakter pribadi (X3) lebih besar
daripada nilai rtabel. dari responden sebesar 30 yaitu 0,361 Dengan
demikian dapat disimpulan dari hasil uji validitas ini menunjukkan
bahwa, instrumen pengetahuan valid, sehingga layak digunakan
sebagai alat pengumpul data.

4) Validitas Disiplin Prajurit (Y)

Tingkat validitas dari kuesioner variable ketrampilan yang diolah


dengan SPSS 22 dapat dilihat dalam tabel 5 sebagai berikut :
48

Tabel 6
Uji Validitas Variabel Disiplin (Y)

Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

P1 22.7000 24.286 .424 .899 .847


P2 22.1667 23.316 .597 .921 .830
P3 22.7000 20.631 .673 .782 .822
P4 22.7333 23.651 .519 .642 .838
P5 23.8667 24.602 .693 .833 .830
P6 22.8667 23.016 .514 .929 .839
P8 22.8000 22.855 .590 .894 .831
P9 22.7333 22.409 .531 .938 .839
P10 23.5667 22.944 .706 .910 .821

Sumber: Data Primer, 2017 Yang Diolah

Dari hasil pengujian validitas dengan program SPSS 22 seperti


yang terlihat dalam tabel 4 diketahui bahwa nilai rhitung dari masing-
masing pertanyaan pada variable disiplin (Y) lebih besar daripada
nilai rtabel. dari responden sebesar 30 yaitu 0,361 Dengan demikian
dapat disimpulan dari hasil uji validitas ini menunjukkan bahwa,
instrumen pengetahuan valid, sehingga layak digunakan sebagai alat
pengumpul data.

b. Uji Realibilitas
1) Variabel pengetahuan (X1)
Tingkat realibilitas kuesioner pada variabel aspek kemampuan
(X1) dapat dilihat dari tabel 7 dibawah ini :
49

Tabel 7
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Variabel Pengetahuan (X1)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.840 .839 9

Sumber Data Yang diolah 2017

Dari hasil pengujian realibilitas dengan program SPSS 22 diketahui


nilai koefisien alpha sebesar 0,840 dan nilai rtabel adalah 0,361 dengan
demikian nilai rhitung alpha lebih besar dari pada nilai rtabel (0,840 > 0,361)
yang artinya bahwa instrumen kuesioner realibel dan dapat dipergunakan
sebagai alat pengumpulan data.

2) Variabel ketrampilan (X2)


Tingkat realibilitas kuesioner pada variabel aspek prakarsa (X2)
dapat dilihat dari tabel 8 dibawah ini :
Tabel 8
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Variabel Ketrampilan (X2)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.860 .869 9

Sumber Data Yang diolah 2017


50

Dari hasil pengujian realibilitas dengan program SPSS 22 diketahui


nilai koefisien alpha sebesar 0,860 dan nilai rtabel adalah 0,361 dengan
demikian nilai rhitung alpha lebih besar dari pada nilai rtabel (0,860 > 0,361)
yang artinya bahwa instrumen kuesioner realibel dan dapat dipergunakan
sebagai alat pengumpulan data.
2) Variabel karakter (X3)
Tingkat realibilitas kuesioner pada variabel karakter (X3) dapat
dilihat dari tabel 9 dibawah ini :
Tabel 9
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Variabel Ketrampilan (X3)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.871 .878 10

Sumber Data Yang diolah 2017


Dari hasil pengujian realibilitas dengan program SPSS 22
diketahui nilai koefisien alpha sebesar 0,871 dan nilai rtabel adalah
0,361 dengan demikian nilai rhitung alpha lebih besar dari pada nilai rtabel
(0,871 > 0,361) yang artinya bahwa instrumen kuesioner realibel dan
dapat dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.

4) Variabel Disiplin Prajurit (Y)


Tingkat realibilitas kuesioner pada variabel aspek kemampuan
(Y) dapat dilihat dari tabel 10 dibawah ini :
51

Tabel 10
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Variabel Aspek Prestasi Kerja (Y)
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.849 .860 9

Sumber Data Yang diolah 2017

Dari hasil pengujian realibilitas dengan program SPSS 22


diketahui nilai koefisien alpha sebesar 0,849 dan nilai rtabel adalah
0,361 dengan demikian nilai rhitung alpha lebih besar dari pada nilai rtabel
(0,849 > 0,361) yang artinya bahwa instrumen kuesioner realibel dan
dapat dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.

c. Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari derajat keeratan


hubungan dan arah hubungan yang terjadi. Hasil korelasi masing –
masing variabel dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada tabel 11
dibawah ini :
52

Tabel 11
Hasil Korelasi Masing-Masing Variabel

Correlations

PENGETAHUA
N KETRAMPILAN KARAKTER DISIPLIN

PENGETAHUAN Pearson Correlation 1 .430* .665** .816**

Sig. (2-tailed) .018 .000 .000

N 30 30 30 30
KETRAMPILAN Pearson Correlation .430* 1 .325 .453*
Sig. (2-tailed) .018 .080 .012
N 30 30 30 30
KARAKTER Pearson Correlation .665** .325 1 .930**
Sig. (2-tailed) .000 .080 .000
N 30 30 30 30
DISIPLIN Pearson Correlation .816** .453* .930** 1

Sig. (2-tailed) .000 .012 .000

N 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber Data Yang diolah 2017

1) Analisa korelasi untuk variabel pengetahuan (X1) dengan


variabel disiplin prajurit (Y).

Analisa korelasi untuk variabel pengetahuan (X1) dengan


variabel disiplin prajurit (Y) dari hasil pengolahn stastistik dengan
menggunakan SPSS 22 seperti yang terlihat dari Tabel 11 adalah nilai
korelasi antara variabel pengetahuan (X1) dengan variabel disiplin
prajurit (Y) yang diberikan sebesar 0,816, hal ini menunjukkan bahwa
variabel X memiliki pengaruh kuat terhadap variabel Y sesuai dengan
tabel korelasi yang ada dalam bab III. Jika dilihat dari besaran koefisien
korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel
pengetahuan (X1) dengan Variabel disiplin prajurit (Y). Ini berarti
53

pengaruh pengetahuan kuat terhadap disiplin prajurit Denpom IV/2


Yogyakarta,

2) Analisa korelasi untuk variabel ketrampilan (X2) dengan variabel


disiplin prajurit (Y).

Dari tabel 11 terlihat bahwa nilai korelasi antara variabel


prakarsa (X2) dengan variabel prestasi kerja (Y) sebesar 0,453
tergolong sedang . Jika dilihat dari besaran koefisien korelasi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel ketrampilan
(X2) dengan variabel disiplin prajurit (Y). Ini berarti pengaruh
pengetahuan sedang terhadap disiplin prajurit di wilayah Denpom IV/2
Yogyakarta.

3) Analisa korelasi untuk variabel karakter (X3) dengan variabel


disiplin prajurit (Y).

Dari tabel 11 terlihat bahwa nilai korelasi antara variabel


karakter (X3) dengan variabel prestasi kerja (Y) sebesar 0,930
tergolong sangat kuat . Jika dilihat dari besaran koefisien korelasi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel karakter (X3)
dengan variabel disiplin prajurit (Y). Ini berarti pengaruh karakter
sangat kuat terhadap disiplin prajurit di wilayah Denpom IV/2
Yogyakarta.

Dengan demikian dari hasil korelasi masing-masing variabel


penelitian yaitu pengetahuan (X1), ketrampilan (X2) dan karakter (X3)
terhadap disiplin prajurit di wilayah Denpom IV/2 Yogyakarta
menunjukan bahwa antara variabel karakter (X3) paling dominan
dalam mempengaruhi disiplin prajurit di wilayah Denpom IV/2
Yogyakarta dibandingkan variabel pengetahuan (X1) dan variabel
ketrampilan (X2)
54

d. Analisa Persamaan Regresi Berganda.

Dari analisis sebelumnya telah terbukti bahwa model persamaan


yang diajukan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat, sehingga
model persamaan dalam penelitian ini sudah dianggap baik. Analisis ini
digunakan untuk memprediksi nilai dari variabel terikat apabila nilai
variabel bebas mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
apakah masing-masing variabel bebas berhubungan positif atau
negatif. Berdasarkan estimasi regresi berganda dengan program
pengolah data SPSS 22 diperoleh persamaan regresi seperti tampak
dalam Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12
Hasil Estimasi Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize T Sig.


Coefficients d
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 2.996 2.053 -1.459 .156


Pengetahuan .268 .056 .318 4.801 .000
1
Ketrampilan .088 .050 .093 1.770 .038

Karakter .539 .050 .689 10.896 .000

a. Dependent Variable: Disiplin

Sumber Data Yang diolah 2017


55

Dari Tabel 12 di atas dapat diketahui persamaan regresinya


adalah

Y = 2,998 + 2,68 X1 + 0,88X2 + 0,539X32

Keterangan :
Y = Disiplin
X1= pengentahuan
X2= keterampilan
X3= karakter pribadi
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa :
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa :
1) Variabel pengetahuan, ketrampilan dan karakter
mempunyai arah koefisien yang bertanda positif terhadap
prestasi kerja.
2) Konstanta sebesar 2,998 konstantanya kurang signifikan
karena nilai signifikannya lebih besar dari 0.05
menyatakan bahwa jika nilai dari variabel pengetahuan
(X1), ketrampilan (X2) dan kepribadian (X3), maka nilai
disiplin prajurit adalah 2,998.
3) Koefisien pengetahuan (X1) sebesar 2,68 menyatakan
bahwa setiap kenaikan satu nilai variabel pengetahuan
(X1) memberikan nilai kenaikan nilai sebesar 2,68
dengan asumsi variabel lain tetap.
4) Koefisien ketrampilan (X2) sebesar 0,88 menyatakan
bahwa setiap kenaikan satu nilai ketrampilan (X2)
memberikan nilai kenaikan nilai sebesar 0,88 dengan
asumsi variabel lain tetap.
5) Koefisien karakter (X3) sebesar 0,539 menyatakan
bahwa setiap kenaikan satu nilai kepribadian (X3)
56

memberikan nilai kenaikan nilai sebesar 0,539 dengan


asumsi variabel lain tetap.

e. Hipotesa
1) Uji t variabel pengetahuan (X1) terhadap variabel
prestasi kerja (Y)
Untuk melihat pengaruh antara pengetahuan (X1)
terhadap variabel disiplin prajurit (Y) dapat dilihat dari hasil
pengolahan data menggunakan SPSS 22 seperti yang terlihat
dari tabel 131 sebagai berikut :

Tabel 13
Hasil Uji t X1 Terhadap Y

Sumber Data Yang Diolah 2017

Dari hasil perhitungan stastistik pada Tabel 13


menunjukkan nilai thitung= 1,298 dan nilai signifikansi lebih besar
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis Ho diterima, artinya
variabel pengetahuan (X1) mempunyai pengaruh terhadap
disiplin prajurit di wilayah Denpom IV/2 Yogyakarta .
57

2) Uji t variabel ketrampilan (X2) terhadap variable disiplin


prajurit (Y)
Untuk melihat pengaruh antara ketrampilan (X2)
terhadap disiplin prajurit (Y) dapat dilihat dari hasil pengolahan
data menggunakan SPSS 22 seperti yang terlihat dari tabel 14
sebagai berikut :

Tabel 14
Hasil Uji t X1 Terhadap Y

Sumber Data Yang Diolah 2017

Dari hasil perhitungan stastistik pada Tabel 14


menunjukkan nilai thitung= 1,916 dan nilai signifikansi lebih besar
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis Ho diterima, artinya
variabel pengetahuan (X1) mempunyai pengaruh terhadap
disiplin prajurit di wilayah Denpom IV/2 Yogyakarta .

3) Uji t variabel karakter (X3) terhadap variable disiplin


prajurit (Y)
Untuk melihat pengaruh antara karakter (X3) terhadap
disiplin prajurit (Y) dapat dilihat dari hasil pengolahan data
58

menggunakan SPSS 22 seperti yang terlihat dari tabel 15


sebagai berikut :

Tabel 15
Hasil Uji t X1 Terhadap Y

Sumber Data Yang Diolah 2017

Dari hasil perhitungan stastistik pada Tabel 15


menunjukkan nilai thitung= 1,894 dan nilai signifikansi lebih besar
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis Ho diterima, artinya
variabel karakter (X3) mempunyai pengaruh terhadap disiplin
prajurit di wilayah Denpom IV/2 Yogyakarta .

4) Uji F ( Pengujian signifikan)


Uji F statistik digunakan untuk menguji keberartian
pengaruh variabel independen (variable pengetahuan,
keterampilan dan karakter) secara simultan terhadap variabel
dependen (disiplin prajurit) Adapun hasil analisis diisajikan
dalam tabel 16 berikut ini :
59

Tabel 16
Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

Regression 546.016 3 182.005 141.465 .000b

1 Residual 33.451 26 1.287

Total 579.467 29

a. Dependent Variable: Disiplin


b. Predictors: (Constant), Pengetahuan,Ketrampilan dan Kepribadian

Hasil perhitungan statistik pada Tabel 12 menunjukkan nilai


Fhitung= 141,465 dan nilai signifikansi = 0,000 (< 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis Ho ditolak, artinya variabel
pengetahuan, keterampilan dan karakter secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap disiplin.

5) Uji Koefisien Determinasi (r2)


(a) Variabel Aspek Kemampuan (X1)
Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi(sumbangan)
variabel X1 (variabel pengetahuan) terhadap Y (disiplin prajurit )
di wilayah hukum Denpom Yogyakarta, yaitu dengan
menghitung koefisien korelasi (r2) melalui uji stastistik dengan
menggunakan SPSS 22 dapat dilihat dari tabel 17 sebagai
berikut :
60

Tabel 17
Hasil Determinasi X1 Terhadap Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .816a .666 .654 2.62982

a. Predictors: (Constant), PENGETAHUAN


Sumber Data Yang diolah 2017

Dari tabel 17 diatas terlihat bahwa koefisien korelasi (r2) adalah


sebesar 0,666. Dengan demikian untuk menyatakan besar kecilnya
kontribusi(sumbangan) variabel X1 (pengetahuan) terhadap Y (disiplin
prajurit), yaitu dengan menghitung koefisien determinan (KP)= r 2 X
100% = 0,6662 x 100%= 44,35%. Artinya kontribusi variabel
pengetahuan (X1) terhadap disiplin (Y) sebesar 44,35 % , sedangkan
sisanya 55,65% ditentukan oleh variabel lain.
(b) Variabel ketrampilan (X2)
Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi(sumbangan)
variabel X2 ( ketrampilan) terhadap Y (disiplin prajurit) di wilayah
hukum Denpom Yogyakarta, yaitu dengan menghitung koefisien
korelasi (r2) melalui uji stastistik dengan menggunakan SPSS 22
dapat dilihat dari tabel 18 sebagai berikut :

Tabel 18
Hasil Determinasi X2 Terhadap Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .453a 405 .177 4.05564


a. Predictors: (Constant), KETRAMPILAN
61

Dari tabel 18 diatas terlihat bahwa koefisien korelasi (r2)


adalah sebesar 0,405. Dengan demikian untuk menyatakan
besar kecilnya kontribusi(sumbangan) variabel X1
(pengetahuan) terhadap Y (disiplin prajurit), yaitu dengan
menghitung koefisien determinan (KP)= r2 X 100%
= 0,4052 x 100%= 16,40%. Artinya kontribusi variabel
pengetahuan (X1) terhadap disiplin (Y) sebesar 16,40%,
sedangkan sisanya 83,6% ditentukan oleh variabel lain.

(c) Variabel karakter (X3)


Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi(sumbangan)
variabel X3 ( karakter ) terhadap Y (disiplin prajurit) di wilayah
hukum Denpom Yogyakarta, yaitu dengan menghitung koefisien
korelasi (r2) melalui uji stastistik dengan menggunakan SPSS
22 dapat dilihat dari tabel 19 sebagai berikut :

Tabel 19
Hasil Determinasi X3 Terhadap Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .930a .866 .861 1.66697

a. Predictors: (Constant), KARAKTER


Sumber Data Yang diolah 2017

Dari tabel 19 diatas terlihat bahwa koefisien korelasi (r2)


adalah sebesar 0,866. Dengan demikian untuk menyatakan
besar kecilnya kontribusi(sumbangan) variabel X3 (karakter)
terhadap Y (disiplin prajurit), yaitu dengan menghitung koefisien
62

determinan (KP)= r2 X 100% = 0,8662 x 100%= 74,99%. Artinya


kontribusi variabel karakter (X3) terhadap disiplin prajurit (Y)
sebesar 74,99 % , sedangkan sisanya 25,01% ditentukan oleh
variabel lain.

20. Analisa Deskriptif Variabel

Untuk lebih memahami secara komprehensif tentang pengaruh


pengetahuan, ketrampilan dan karakter terhadap disiplin prajurit di wilayah
hukum Denpom IV/2 Yogyakarta , maka penulis melakukan deskripsi dari
masing-masing variabel yang diteliti dalam tugas akhir yang juga merupakan
jawaban hasil kuesioner yang selanjutnya melakukan wawancara untuk
melihat faktor pendorong dan kendala dari masing-masing variabel yang
diteliti sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif Variabel Pengetahuan (X1)

Pengetahuan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap


disiplin prajurit dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Variabel pengetahuan dalam
penelitian ini dijelaskan dengan indikator 1) pemahaman tentang
cakupan tugas/pekerjaan; 2) pemahaman terhadap prosedur
pelaksanaan tugas/pekerjaan; 3) pemahaman terhadap cara
pelaksanaan tugas/pekerjaan; 4) penghayatan terhadap
tanggungjawab tugas/pekerjaan; 5) pemahaman tentang tantangan
dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan; dan 6) kesesuaian variasi
pengetahuan yang dimiliki, dengan pengetahuan dalam pelaksanaan
tugas. Jawaban responden mengenai indikator pengetahuan untuk
masing-masing item-item pertanyaan dapat dilihat pada tabel 20
dibawah ini.
63

Tabel. 20
Hasil analisis Diskriptif Variabel Pengetahuan (X1)

SKOR JML
NO PERNYATAAN
SS S TS STS
22 2 6 0 30
1. X1.1 73,3% 6,7% 20% 0% 100%
9 12 6 3 30
2. X1.2
30% 40% 20% 10% 100%
0 3 21 6 30
3. X1.3
0% 10% 70% 20% 100%
3 3 21 3 30
4. X1.4
10% 10% 70% 10% 100%
5. X1.5 9 12 6 3 30

30% 40% 20% 10% 100%


6. X1.6 12 9 9 0 30

40% 30% 30% 0% 100%


7. X1.7 15 3 9 3 30

50% 10% 30% 10% 100%


8. X1.8 12 9 6 3 30

40% 30% 20% 10% 100%


9. X.19 2 3 19 6 30
6,7% 10% 63,3% 20% 100%
Sumber : Rekapitulasi Data Responden 2017

Berdasarkan tabel 20 diatas dapat diketahui bahwa dari 30


responden rata-rata menjawab sangat setuju bahwa variabel
pengetahuan sangat berpengaruh terhadap peningkatan disiplin
prajurit TNI AD di wilayah hukum Denpom Yogyakarta
Jawaban tertinggi dari responden terkait dengan variabel
pengetahuan terletak pertanyaan kuesioner nomor 1 sebanyak 22
64

responden atau 73,3% yang menanyakan bahwa prajurit mempunyai


penghayatan terhadap tanggung jawab tugasnya Sementara,
jawaban terendah dari responden tersebut terletak pada kuesioner
nomor 9 sebanyak 6,7% yang menanyakan tentang prajurit ,
memahami tantangan tugas yang di embannya.
Terkait dengan jawaban tertinggi yaitu pada no 1 menyatakan
bahwa prajurit Denpom mempunyai penghayatan terhadap
tanggungjawab tugas , terlihat bagaimana prajurit selalu berusaha
melaksanakan tugasnya dengan baik dan tanpa pamrih. Kondisi ini
terlihat dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan
DanDenpom Letkol Yudi Wahyudi, pada tanggal >>>>>> bertempat di
>>>>> yang menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :
Sebagai seorang prajurit tentunya akan selalu
bertanggungjawab terhadap tugas yang diembannya meskipun
terkadang tidak mempunyai pengetahuan yang kurang untuk
melaksanakan tugas tersebut. Untuk memupuk hal ini kami
selalu melakukan melakukan pembinaan rutin baik dalam fungsi
organik maupun fungsi umum atau utama Termasuk dalam
kegiatan bintal..

Pernyataan yang sama tersebut juga disampaikan oleh Mayor


CPM Darmaji yang menjabat sebagai Wadan Denpom Yogyakarta,
bertempat di >>>>> pada tanggal >>>>> yang menyampaikan
pendapatnya sebagai berikut :
Tanggungjawab selalu melekat dalam diri setiap prajurit..
Selanjutnya untuk mendorong agar setiap prajurit tetap
semangat dalam tugasnya meskipin dalam kondisi
keterbatasan Denpom maka pembinaan mental satuan maupun
bintal fungsi komando selalu dilakukan selain juga
melaksanakan program pelatihan untuk prajurit Denpom untuk
meningkatkan pengetahuannya dalam bidang tugasnya
termasuk pelatihan untuk pembinaan kemampuan militernya
seperti menembak, lari dan sebagainya. Sementara untuk
pendidikan akan tergantung dari permintaan Pusdik. Tetapi
permintaan tersebut disini diwajibkan untuk mengirimkan
meskipun terkadang disini juga kekurangan personel
65

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa


pemahaman tentang tanggungjawab pekerjaan dari prajurit Denpom
merupakan faktor pendorong dari variabel pengetahuan. Ini
disebabkan sebagai seorang prajurit TNIAD sudah semestinya harus
melakukan tanggungjawab dalam melaksanakan perintah yang
dijalankan. Di dalam kehidupan Denpom rasa tanggungjawab
terhadap kerja tersebut semakin tinggi disebabkan adanya berbagai
program bintal dan pelatihan serta pendidikan yang diselenggarakan.
Adapun berbagai program tersebut dapat dilihat dari tabel 21 sebagai
berikut :
Tabel 21
Binsat Organik Denpom Yogyakarta

No Bidang Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan

1 Bidang Pesonel a) Meningkatkan kualitas personel


dalam bidang pengetahuan Polisi
Militer seperti penyuluhan hukum,
pengetahuan bidang Lidkrim Pamfik,
Idik, Hartib, sehingga setiap anggota
Polisi Militer dapat melaksanakan
tugas secara profesional dan
proporsional dibidang masing-masing;
b) Memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada anggota yang
berprestasi untuk mengikuti jenjang
pendidikan yang lebih tinggi seperti
Secaba, Secapa dan penataran
maupun kursus yang diselenggarakan
oleh komando atas; dan
c) Memberikan kesempatan kepada
anggota untuk mengikuti/melanjutkan
pendidikan umum secara mandiri.

2 Pembinaan Fisik a) Setiap hari Selasa melaksanakan


pembinaan fisik lari selama 30 menit
66

di Ma Denpom IV/2;
b) Setiap hari Kamis melaksanakan
latihan Yongmoodo di Madenpom
IV/2; dan
c). Setiap mengikuti kesamaptaan
jasmani sesuai rencana Komando
atas di setiap semester.

3 Bintal a) Mengadakan kegiatan keagamaan


berupa Yasinan yang dilaksanakan
setiap satu bulan sekali;

b) Mengadakan yasinan dan doa


Mujahadah setiap hari setelah sholat
dhuhur;
c) Mengikuti ceramah pembinaan
mental yang dilaksanakan oleh
Komando atas;
d) Melaksanakan Sholat Jumat
bersama masyarakat setempat di
masjid Al Jihad Kutu Asem, Sinduadi,
Mlati, Sleman; dan
e) Mengikuti kegiatan hari besar
keagamaan yang diselenggarakan
oleh Garnizun Yogyakarta.
4 Bidang Latihan 1) Latihan minggu militer
dilaksanakan pada minggu ke-IV setiap
bulan;

2) Melaksanakan lari selama 30 menit


setiap hari Selasa dan Jumat;

3) Latihan Yongmoodo setiap hari


Kamis;

4) Latihan English Day setiap hari


Jumat;

5) Melaksanakan latihan Perorangan


Dasar Umum pada tanggal 4 Januari s.d
67

12 Pebruari 2016.
6) Melaksanakan latihan UTP Umum
pada tanggal 17 s.d 18 Pebruari 2016.
7) Melaksanakan latihan Uji Terampil
Perorangan (UTP) tanggal 2 dan 3 Maret
2016; dan
8) Melaksanakan latihan menembak
senjata ringan M.16 A.I dan FN.46 pada
Triwulan I TA. 2016 pada tanggal 29 dan
30 Maret 2016.
9) Melaksanakan Latihan Perorangan
Jabatan (Latorjab) tanggal 4 dan 8 April
2016;
10) Melaksanakan Latihan Uji Terampil
Perorangan Jabatan pada tanggal 13 dan
14 April 2016.
11) Melaksanakan Latihan menembak
Senjata Ringan Triwulan II TA. 2016
pada tanggal 30 dan 31 Mei 2016;
12) Melaksanakan Latihan Tehnis olah
Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada
tanggal 6 dan 10 Juni 2016; dan
13) Melaksanakan Latihan Tehnis
Lidkrim pada tanggal 13 dan 17 Juni
2016.
14) Melaksanakan Latnis Razia pada
tanggal 1 s.d 5 Agustus 2016.
15) Melaksanakan Latihan Menembak
Senjata Ringan M.16 A.1 dan FN. 46
Triwulan III TA. 2016 pada tanggal 1 s.d
2 September 2016.

16) Melaksanakan Latihan Rekontruksi


pada tanggal 5 s.d 9 September 2016.

17) Melaksanakan Latihan Walprotneg


pada tanggal 19 s.d 23 September 2016.

18) Melaksanakan Kesemaptaan


Jasmani Periode II TA. 2016 Pada
68

tanggal 1 s.d 4 Nopember 2016; dan

19) Melaksanakan Latihan menembak


Senjata Ringan M.16 A.I dan FN.46
Triwulan IV TA. 2016 pada tanggal 17
s.d 18 Nopember 2016.

Sumber : Data Laporan Tahunan Denpom 2016 Bag Tuud

Selanjutnya terkait dengan jawaban terendah yaitu tentang


pemahaman prajurit tentang tantangan tugas yang di embannya dapat
dilihat dari bagaimana seorang prajurit harus lebih proaktif dalam
melaksanakan tugas yang merupakan dorongan bertindak untuk
melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan,
melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu. Tindakan
ini dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan
atau menghindari timbulnya masalah atau menciptakan peluang baru.
Kebanyakan prajurit belum bisa bertindak melebihi tuntutan suatu
pekerjaan karena kurang nya keahlian dari prajurit terserbut dan juga
untuk seorang prajurit harus selalu mengikuti perintah pimpinan.
Untuk melihat rendahnya pemahaman prajurit tentang
tantangan tugas yang diembanya yang sekaligus sebagai faktor
kendala yang mempengaruhi kompetensi parajurit dalam masih belum
optimalnya pengetahuan yang dimiliki prajurit dalam melaksanakan
tugasnya, maka penulis melakukan wawancara dengan DanDenpom
Letkol Yudi Wahyudi, pada tanggal >>>> bertempat di >>>> yang
menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :
Sebenarnya bukan pengetahuan prajurit kurang tetapi masing
ada prajurit yang kurang pengetahuan dari tugas yang harus
dijalankan sehingga kurang memahami tantangan tugasnya. Ini
disebabkan dalam lingkungan militer kita mengenal adanya tour
of duty dan tour of area. Oleh sebab itu terkadang prajurit perlu
beradaptasi terhadap tugas baru yang di embanya. Oleh sebab
itu saya selalu mewajibkan prajurit yang baru untuk mengikuti
kursus atau pendidikan agar dapat lebih optimal dalam bekerja.
69

Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa prajurit yang baru


dan belum mempunyai pengetahuan tentang pekerjaanya, maka saya
berlakukan dengan masa orientasi dan berdinas di bagian umum
terlebih dahulu (bukan di Idik maupun Litkrim Pamfik) sambail
mengirimkan untuk melaksanakan pendidikan. Hal ini juga dipertegas
dari jawaban hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Kapten
CPM Ambarwati yang menjabat sebagai KaTUUD pada tanggal >>>>
bertempat di >>>> yang menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :
Ya harus diakui bahwa sistem pembinaan karir TNI AD
terkadang menyebabkan penempatan seseorang belum siap
dalam jabatannya. Tentunya ini akan berdampak terhadap
pelaksanaan tugasnya seperti di bagian Lidpam Pamfik selain
kekurangan personel juga masih ada prajurit yang belum
memiliki kursus Lidkrim . Langkahnya tentu harus dikirim
pendidikan.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masih


kurang optimalnya prajurit dalam memahami tantangan tugasnya yang
sekaligus menjadi kendala adalah lebih disebabkan adanya
pembinaan karir TNI AD yaitu tour of duty dan tour of area sehingga
prajurit belum langsung siap untuk bekerja namun perlu beradaptasi.
Kondisi kendala tersebut diatasi dengan mengadakan pelatihan
maupun mengirimkan pendidikan sesuai bidang tugasnya. Adapun
daftar prajurit yang mengikuti pendidikan dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut :
70

Tabel 22
Daftar Prajurit Denpom Tahun 2016
Yang Mengikuti Pendidikan

No Nama Pendidikan

1 Lettu Cpm Darmawan Suspa Lidkrim Pamfik Kodiklat TNI AD


NRP 21950179710873
2 Serda Imam Santoso Susba Rustahmil Kodiklat TNI AD
NRP 31970506220675
3 Serda Andri Nurkiman Susba Lidkrim Pamfik Kodiklat TNI AD
NRP 31000549921179.
4 Serka Kasih Sulantoro Penataran Min Idik
NRP 31950291980573
5 Serka Nuryanto Penataran Administrasi Hartib TA. 2016
NRP 21050141830383
6 Serda Satu Abbas Moita Penataran Nikgarlat TA. 2016
NRP 31990557850479
Sumber : Data Laporan Tahunan Denpom 2016 Bag Tuud

b. Deskripsi Variabel Ketrampilan (X2)


Seperti dijelaskan dalam bab II sebelumnya bahwa ketrampilan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi dari
prajurit. Ini diesbabkan ketrampilan yang dimiliki akan berkaitan
dengan bagaimana prajurit mampu mengerjalkan dan menganalisa
berbagai permasalahan yang ada dari pekerjaan yang di hadapi.
Termasuk mampu menguasai alat dan metode baru yang digunakan
dalam pekerjaan.

Kondisi inilah yang kemudian sangat penting untuk menjawab


pertanyaan faktor yang menjadi pendorong dan kendala yang ada
dalam variabel ketrampilan (X2) dalam penelitian ini melalui deskripsi
jawaban responden yang dijelaskan dengan indikator 1) kemampuan
dan pengalaman menentukan cara menyelesaikan tugas/pekerjaan;
2) kemampuan melaksanakan prosedur dalam melaksanakan tugas/
pekerjaan; 3) kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik;
71

4) kemampuan menentukan ukuran/volume tugas terbaik yang dapat


diselesaikan; 5) kemampuan menentukan ukuran kualitas
tugas/pekerjaan terbaik yang dapat diselesaikan dan 6) kemampuan
memprediksi hasil pelaksanaan tugas/pekerjaan dan hasilnya akan di
disajikan dalam tabel 23 sebagai berikut :

Tabel 23
Hasil Jawaban Kuesioner Variabel Keterampilan (X2)

SKOR JML
NO PERNYATAAN
SS S TS STS
15 3 9 3 30
1. X1.1 50% 10% 30% 10% 100%
9 12 6 3 30
2. X1.2
30% 40% 20% 10% 100%
17 7 6 0 30
3. X1.3
56,7% 23,3% 20% 0% 100%
3 21 3 3 30
4. X1.4
10% 70% 10% 10% 100%
5. X1.5 9 12 6 3 30

30% 40% 20% 10% 100%


6. X1.6 1 4 19 6 30

3,4% 13,3% 63,3% 20% 100%


7. X1.7 12 9 9 0 30

40% 30% 30% 0% 100%


8. X1.8 12 9 9 1 30

40% 30% 30% 3,3% 100%


9. X.19 0 3 21 6 30
0% 10% 70% 20% 100%
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2017
72

Berdasarkan tabel 24 diatas dapat diketahui bahwa dari 30


responden rata-rata menjawab sangat setuju bahwa faktor
keterampilan berpengaruh terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI
AD di wilayah hukum Denpom Yogyakarta. Jawaban tertinggi dari
responden terkait dengan faktor keterampilan terletak pertanyaan
kuesioner nomor 4 sebanyak 21 responden atau 70% yang
menanyakan tentang kemampuan prajurit dalam melaksanakan
prosedur dalam pekerjaan. Sementara, jawaban terendah dari
responden tersebut terletak pada kuesiner nomor 8 sebanyak 3,3%
yang menanyakan tentang kemampuan prajurit untuk melaksanakan
tugas dengan baik dan tepat waktu.
Hal ini menjadi wajar disebabkan prajurit Denpom sebagai
aparat penegak hukum di jajaran TNI AD, tentunya kebiasaan patuh
kepada aturan harus menjadi suatu budaya hidup sehingga
diharapkan tidak akan terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit
Denpom. Walaupun diakui masih ada prajurit Denpom yang
melakukan pelanggaran disiplin. Ketidak mampuan aparat dalam
menegakan hukum akan menjadi embrio dan berakibat terhadap
ketidak percayaan sekaligus bertambahnya pelanggaran prajurit.
Kondisi ini diperkuat dari hasil wawancara yang penulis lakukan
dengan DanDenpom Yogyakarta Letkol CPM Yudi Wahyudi. pada
tanggal >>>> bertempat di >>>>>> yang menyampaikan pendapatnya
sebagai berikut :
Tugas Polisi Militer akan berkaitan dengan tindakan keadilan
sehingga kebiasaan mentaati peraturan dan bekerja sesuai
prosedur yang ada harus menjadi budaya hidup seorang prajurit
Denpom. Ini akan menyangkut nasib seseorang untuk
dinyatakan benar atau salah. Konsistensi prajurit Denpom tentu
ini akan berpengaruh besar terhadap kepercayaan prajurit yang
ada di wilayah hukum Denpom.
73

Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa salah satu upaya


yang dilakukan adalah melakukan penataan gelar satuan yaitu gelar
satuan Denpom IV/2 disesuaikan gelar kekuatan TNI AD dimaksudkan
sebagai upaya penegakkan hukum dan tata tertib serta transformasi
untuk mewujudkan prajurit Denpom IV/2 yang profesional taat hukum,
taat azas dan taat peraturan perundang-undangan. Wujud dari gelar
satuan tersebut antara lain pemeriksaan kelengkapan kendaraan,
pemeriksaan narkoba, pemeriksaan dokumen rahasia, pemeriksaan
bujuk kerja dan lain sebagainya
Tidak berbeda jauh dari pendapat diatas, juga disampaikan oleh
Pasi Idik Denpom Yogyakarta Kapten Cpm I Wayan Suarjana, pada
tanggal >>>> bertempat di >>>>> yang menyampaikan pendapatnya
sebagai berikut :
Melaksankan pekerjaan sesuai dengan prosedur sejatinya
merupakan keharusan yang dilakukan prajurit TNI AD pada
umumnya untuk melatih kedisiplinan. Bekerja sesuai prosedur
akan menghindarkan prajurit salah dalam memutuskan suatu
perkara. Apalagi kami sebagai penegak hukum tentunya itu
harus menjadi budaya hidup. Ketidakdisiplinan kami akan
berpengaruh terhadap ketidakpercayaan prajurit yang ada di
wilayah hukum Denpom. Oleh sebab itu agar prajurit tetap
disiplin atau melaksankan pekerjaan sesuai prosedur kami
melakukan gelar satuan secara rutin.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bekerja


sesuai dengan prosedur merupakan budaya hidup dari prajurit
Denpom sebagai penegak hukum agar menimbulkan kepercayaan
prajurit TNI AD yang ada di wilayah Denpom. Sementara upaya yang
dilakukan untuk membentuk disiplin tersebut adalah dengan
melaksanakangelar satuan. Adapun pelaksanaan gelar satuan
tersebut sesuai dari Program Kerja dan laporan tahunan 2016
Denpom IV/2 yang memperlihatkan kedisiplinan prajurit Denpom
dapat dilihat dari tabel 24 sebagai berikut :
74

Tabel 24
Pelaksanaan Gelar Satuan Tahun 2016

No Waktu Kegiatan Hasil


Pelaksanaan
1 24 Febuari 2016 Pengamanan dokumen Nihil
2 15 Maret 2016 Operasi Gaktib kendaraan Nihil
3 4 Mei 2016 Pemeriksaanpedoman kerja Nihil
4 3 Juni 2016 Pemeriksaan narkoba Nihil
5 20 Juni 2016 Pemeriksaan kinerja bagian Nihil
6 7 Agustus 2016 Operasi Gaktib kendaraan Nihil
7 4 Desember 2016 Pemeriksaan narkoba Nihil
8 28 Desember 2016 Pengamanan dokumen Nihil
Sumber : Laporan Tahunan Denpom Tahun 2016

Selanjutnya, berkaitan dengan pertanyaan terendah tentang


prajurit mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik, maka
penulis melakukan wawancara dengan DanDenpom Yogyakarta Letkol
CPM Yudi Wahyudi bertempat di >>>>> pada tanggal >>>>> yang
menyampaikan sebagai berikut :
Secara umum prajurit Denpom selalu melaksanakan tugasnya
dengan baik apalagi sebagai seorang prajurit pasti akan
berusaha memberikan yang terbaik. Apabila ada tugas yang
tidak terselesaikan dengan baik dalam arti tepat waktu, itu
sebenarnya lebih disebabkan adanya keterbatasan sarpras dan
personel dihadapkan banyaknya tugas dan luas wilayah yang
harus diampu.

Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa pada bagian Lidkrim


Pamfik khususnya masih ada personel yang belum mempunyai kursus
sehingga kurang pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan
pekerjaan yang di embannya terutama untuk menyelesaikan berbagai
75

pelanggaran yang dilakukan prajurit di wilayah hukum Denpom


Yogyakarta. Tentunya kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pelanggaran displin akan berdampak pada ketidak percayaan
prajurit TNI AD terhadap aparat hukum (prajurit Denpom ) dan dalam
jangka waktu tertentu akan menjadi embrio bagi meningkatnyan
pelanggaran disiplin prajurit TNI AD yang ada di wilayah Denpom
Yogyakarta.
Pendapat tersebut juga dibenarkan oleh Kapten >>>>> yang
menjabat sebagai >>>> pada tanggal >>>> bertempat di >>>> yang
menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :
Memang benar di bagian Lidkrim Pamfik masih ada personel
yang belum melaksanakan kursus dan masih kekurangan
personel. Tentunya ini sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap penyelesaian tugas. Namun demikian sesungguhnya
tugas selalu diselesaikan tepat waktu meskipun terkadang tidak
dapat seperti tahun 2015 masih tersisa 3 perkara yang belum
tuntas namun di 2016 semua perkara sudah tuntas semua.
Faktor lainnya yang menyebabkan hal tersebut adalah
terkadang dansat dari prajurit yang melakukan pelanggaran
menutup-nutupi perkara sehingga data sangat sulit diperoleh.

Selanjutnya masih adanya prajurit Denpom yang belum


mempunyai latar belakang pendidikan maupun kursus dari jabatan
yang disandanya tersebut dapat dilihat dari data laporan tahunan
Denpom Yogyakarta pada tahun 2016 sebagai berikut :
76

Tabel 25
Contoh Daftar Kendala Kualitas Dan Kuantitas Personel
Bagian Lidkrim Pamfik

No Kendala Keterangan

1 Kualitas
Terhadap kualitas personel Lidkrim 4 bintara dan 1 Pa
Pamfik didalam mencari, mengolah belum mengikuti kursus
data dan informasi masih kurang Lidkrim Pamfrik
karena masih ada 5 anggota Lidpam
mengikuti kursus-kursus Lidkrim
Pamfik
2 Kuantitas 2 Ba MPP dan 1 BP dan
Masih adanya kekurangan personel 4 1 Pa penugasan luar
orang Ba dan 1 orang perwira negeri.

Sumber : Laporan Tahunan Denpom 2016

c. Analisis Diskriptif Variabel karakter pribadi


Variabel karakter pribadi merupakan salah satu kompetensi
yang berpengaruh terhadap disiplin dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu
sangat penting untuk menjawab pertanyaan faktor yang menjadi
pendorong dan kendala yang ada dalam variabel karakter (X3) dalam
penelitian ini melalui deskripsi jawaban responden yang dijelaskan
dengan indikator 1) pengendalian diri, 2) percaya diri, 3) fleksibilitas
dan 4) komitmen organisasi. dan hasilnya akan di disajikan dalam
tabel 26 sebagai berikut :
77

Tabel 26
Hasil Analis Deskriptif Variabel Karakter Pribadi

SKOR JML
NO PERNYATAAN
SS S TS STS
24 0 6 0 30
1. X1.1 80% 0% 20% 0% 100%
9 12 6 3 30
2. X1.2
30% 40% 20% 10% 100%
0 3 21 6 30
3. X1.3
0% 10% 70% 20% 100%
3 3 21 3 30
4. X1.4
10% 10% 70% 10% 100%
5. X1.5 9 12 6 3 30

30% 40% 20% 10% 100%


6. X1.6 12 9 8 1 30

40% 30% 26,6% 3,3% 100%

7. X1.7 15 3 9 3 30

50% 10% 30% 10% 100%


8. X1.8 12 9 6 3 30

40% 30% 20% 10% 100%


9. X1.9 2 3 19 6 30
6,7% 10% 63,3% 20% 100%
10. X.10 9 15 3 3 30
30% 50% 10% 10% 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 26 diatas dapat diketahui bahwa dari 30


responden rata-rata menjawab sangat setuju bahwa faktor karakter
pribadi sangat berpengaruh terhadap peningkatan disiplin prajurit TNI
AD di wilayah hukum Denpom Yogyakarta Jawaban tertinggi dari
78

responden terkait dengan faktor karakter pribadi terletak pertanyaan


kuesioner nomor 1 sebanyak 80%yang menanyakan tentang
pengendalian diri yang baik dan bisa dijadikan tauladan bagi
masyarakat. Sedangkan jawaban terendah dari responden tersebut
terletak pada kuesiner nomor 6 sebanyak 3,3% yang menanyakan
tentang pelaksanaan tugas sesuai dengan komitmen yang telah
disepakati.
Terkait dengan jawaban tertinggi yaitu pada no 1 menyatakan
sangat setuju terhadap pengendalian diri yang baik dan bisa dijadikan
tauladan bagi setiap anggota, dimana dalam fungsi Polisi MIliter setiap
prajurit harus dapat mengendalikan dirinya dalam menyelesaikan
setiap maslah yang ada dan juga harus dapat menjadi panutan agar
para prajurit dapat mengikuti bagaimana cara menyelesaikan
permasalahan dengan benar.
Seperti yang kita ketahui bahwa tugas pokok dari polisi militer
ialah menyelenggarakan pemeliharaan, penegakkan disiplin, hukum
dan tata tertib di lingkungan dan bagi kepentingan Angkatan Darat.
Disamping tugas pokok tersebut diaatas Polisi Militer Angkatan Darat
juga melaksanakan tugas operasi dalam dan luar negeri maka sangat
diperlukan pengendalian diri yang baik bagi setiap prajurit Polisi Militer.

Kondisi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang


penulis lakukan dengan Komandan Detasemen Polisi Militer yogykarta
Mayor Cpm Yudi Wahyudi, pada tanggal >>>>> bertempat di >>>>>
yang menyatakan pendapatnya sebagai berikut :
Sebagai prajurit pengendalian sangat diperlukan apalagi bagi
prajurit Denpom yang berhubungan dengan pelanggaran dan
keadilan maka menyelesaikan tugas bagi Polisi Militer harus
terdapat pengendalian diri yang baik, karna setiap masalah
mempunyai situasi dan kondisi yang berbeda, maka kita harus
dengan cepat dapat mengambil keputusan untuk dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut. Apabila Komandan
79

Polisi Militer salah mengambil keputusan, maka prajurit akan


salah juga untuk bertindak..

Dalam sisi yang berbeda, Kapten CPM Ambar,SH,M.Kn, yang


menjabat sebagai KaTUUD pada tanggal ….. bertempat di >>>>>
mengungkapkan pendapatnya berkaitan dengan pengendalian diri
sebagai berikut :
bahwa pengendalian diri sangat diperlukan karena sringkali
masih ditemukan Dansat yang belum terbuka dan cenderung
menutupi suatu perkara dari anggotanya menyebabkan data
sulit didapat. Disamping itu pengendalian diri sebagai tauladan
itu juga harus tercermin sebagai aparat penegak hukum agar
menimbulkan kepercayaan

Pengendalian diri dari para prajurit Denpom juga terlihat dari


kemampuannya menyelesaikan perkara secara sabar meskipun dalam
lapangan mengalami kesulitan mencari data. Oleh sebab itu tidak
mengherankan apabila seringkali masih ditemukan perkara tidak
tuntas dalam waktu satu tahun. Kondisi penyelesaian perkara tersebut
dapat dilihat dari tabel 27 sebagai berikut :
Tabel 27
Daftar Laporan Penyelesaian Perkara Tahun 2016

No Jumlah Perkara Keterangan


1 Sisa Perkara tahun Terselesaikan di tahun 2016
2015 adalah 3
2 Jumlah Perkara 2016 Terselesaikan di tahun 2016
adalah 48
3 Sisa perkara 2016 Dapat menyelesaikan seluruh perkara
adalah nihil sebanyak 51 di tahun 2016
Sumber : Laporan Tahunan Denpom 2016
80

Dari tabel data tersebut terlihat bahwa masih ada perkara yang
terselesaikan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 3 perkara, akan tetapi
dengan pengendalian diri yang terwujud dari kesabaran dalam
menyelesaikan perkara tersebut maka pada tahun 2016 perkara
selesai. Selanjutnya, berkaitan dengan masalah rendah nya
konsistensi atau komitmen yang dapat dilihat dari variabel pada
kuesioner yang telah dibagikan. Dimana setiap pelanggaran yang
terjadi harus dapat diselesaikan dengan cepat. Namun, dari wawancra
yang penulis lakukan dengan pasi hartib Kapten Cpm Haryonsyah
yang mengatakan pendapatnya sebagai berikut :
Sesungguhnya , komitmennya sangat setiap prajurit Denpom
untuk menyelesaikan tugas sangat kuat. Namun apabila
terdapat penyelesaian tugas belum tepat waktu itu disebabkan
adanya keterbatasan yang ada di Denpom sendiri seperti
keterbatasn jumlah personel maupun sarpras yang di miliki
dibandingkan tugas yang harus di emban.

Pendapat tersebut juga dipertegas oleh Kapten CPM


Ambar,SH,M.Kn, pada tanggal >>>> yang menyampaikan
pendapatnya sebagai berikut :
Komitmen terhadap pekerjaan sangat tinggi akan tetapi
memang masih terdapat pekerjaan yang selesai belum tepat
waktu karena adanya keterbatasan personel dan sarpras.
Bahkan untuk menjalankan pembinaan organik terkadang
sudah tidak ada personel lagi karena mereka harus bertugas.

Adanya keterbatasan personel dan sarpras serta banyaknya


beban kerja dapat dilihat dari bebrbagai tabel dibawah ini yang
merupakan hasil laporan tahunan Denpom IV/2 Yogyakarta pada
tahun 2016 sebagai berikut :
81

Tabel 28
Data Personel Denpom IV/2 Yogyakarta

PROSEN
DSPP NYATA KRG/LBH
NO KESATUAN TASE
MIL PNS MIL PNS MIL PNS MIL PNS
1. DP IV/2 “A” 87 12 60 7 - 27 - 5 68 % 58 %

2. SDP IV/2-1 “A” 25 3 12 3 - 11 - 48 % 100 %


3. SDP IV/2-2 “C” 12 1 8 1 -4 - 66 % 100 %
JUMLAH 124 16 86 14 - 32 - 5 66 % 87 %
Sumber : Laporan Tahunan Denpom 2016

Adapun kondisi beban tugas dari salah satu bagian


Lidkrim Pamfik bisa dilihat sebagai berikut :

Tabel 29
Data Kegiatan Lidkrim Pamfik

No Nama Kegiatan Frekwensi

1 Dukungan terhadap Fungsi Hartib. Total 297 kali


a) Pengamanan VVIP = 30 kali 3
b) Pengamanan VIPTNI-AD =92 kali 9
c) Pam Obyek = 161 kali 1
d) Pam daerah rawan pelanggaran
/kejahatan = 14 kali

2 Dukungan terhadap fungsi Idik.


a) Pengamanan TKP = 49 kali Total 125 kali 4
82

b) Pengamanan thd tahanan = 51 kali 5


c)Pencarian saksi, tersangka, barbuk 25
kali = 2

3 Dukungan terhadap TUUD.


a) Pam Personel = 70 kali Total 293 kali 7
b) Pam Materiil = 80 kali 8
c) Pam Kegiatan/Berita/Informasi 133 kali =
d) Pam Latihan 10 kali
Sumber : Laporan Tahunan Denpom 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa data personel di Denpom pada


umumnya tidak terisi sesuai DSPP atau masih kekurangan personel
yaitu hanya terpenuhi 66% untuk militer dan 87 % untuk PNS. Kondisi
tersebut masih berkurang karena dalam faktanya masih dikurangi
adanya personel yang MPP maupun mengikuti pendidikan maupun BP
serta penugasan sebagai pasukan perdamaian dan sebagainya,
Tentunya ini akan menyebabkan semakin berat ketika beban tugas
yang harus terdukung juga sangat tinggi.

d) Deskripsi Variabel Disiplin (Y)


Kondisi kompetensi yang dimiliki prajurit Denpom seperti
pengetahuan,ketrampilan dan karakter akan berpengaruh terhadap
baik buruknya kondisi disiplin prajurit TNI AD yang ada di wilayah
Denpom IV/2 Yogyakarta.. Oleh sebab itu sangat penting untuk
menjawab pertanyaan dari disiplin kerja yang menjadi pendorong dan
kendalanya dalam penelitian ini melalui deskripsi jawaban responden
yang dijelaskan dengan indikator 1) tepat waktu dan 2) ketaatan
terhadap peraturan yang terlihat dalam tabel 30 sebagai berikut :
83

Tabel 30
Hasil analisis Diskriptif Variabel Disiplin

SKOR JML
NO PERNYATAAN
SS S TS STS
3 4 20 3 30
1. X1.1 10% 13,3% 66,7% 10% 100%
9 12 6 3 30
2. X1.2
30% 40% 20% 10% 100%
6 3 15 6 30
3. X1.3
20% 10% 50% 20% 100%
1 4 19 6 30
4. X1.4
3,3% 13,3% 63,3% 20% 100%
5. X1.5 9 12 6 3 30

30% 40% 20% 10% 100%


6. X1.6 13 8 9 0 30

43,3% 26,7% 30% 0% 100%

7. X1.7 15 3 9 3 30

50% 10% 30% 10% 100%


8. X1.8 12 9 6 3 30

40% 30% 20% 10% 100%


9. X1.9 2 3 19 6 30
6,7% 10% 63,3% 20% 100%
10. X.10 3 21 3 3 30
10% 70% 10% 10% 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 30 diatas dapat diketahui bahwa dari 30


responden rata-rata menjawab sangat setuju bahwa variabel disiplin
yang dibutuhkan dikalangan militer. Jawaban tertinggi dari responden
84

terkait dengan disiplin terletak pertanyaan kuesioner nomor 10


sebanyak 21 responden atau 70% yang menanyakan tentang sapta
marga dan sumpah prajurit sangat membentuk prajurit untuk selalu
menegakan disiplin di lingkungannya. Sedangkan jawaban terendah
dari responden tersebut terletak pada kuesiner nomor 4 sebanyak 1
responden atau 3,3% yang menanyakan tentang melaksanakan jam
kerja sesuai tepat waktu. Terkait dengan jawaban tertinggi tersebut
maka penulis melakukan wawancara dengan DanDenpom Letkol Yudi
Wahyudi, pada tanggal >>>>>>>bertempat di >>>>>>> yang
menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :
Sapta marga, sumpah prajurit dan 8 wajib TNI merupakan
doktrin yang membuat setiap prajurit mematuhi untuk disiplin
karena melanggar adanya doktrin tersebut akan berdampak
kepada keluarnya sanksi bagi yang melanggar.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Serka Baharudin yang


menjabat di bagian bintara Pamrik pada tanggal >>>>>> bertempat di
>>>> yang menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :
Ya benar, sapta marga, sumpah prajurit memang sebagai
pedoman kehidupan kami untuk disiplin. Disamping itu setiap
apel selalu di ingatkan tentang visi misi, sapta marga dsb.
Termasuk disini juga disosialisasikan setiap saat di setiap
satuan TNI AD.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Sapta


Marga, Sumpah Prajurit, 8 Wajib TNI dan semboyan satuan
merupakan faktor pendorong atau kekuatan tingginya disiplin prajurit
TNI AD terbukti dari penurunan pelanggaran disiplin baik secara
kuantitas dan kualitas.. Adapun bukti dari masih bagusnya kondisi
disiplin prajurit TNI AD tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut
:
85

Tabel 31
Daftar Pelanggaran Disiplin Tahun 2014-Tahun 2016

Tahun 2014
No Daftar Pelanggaran Jumlah Ket

1 a) Tindak pidana
(1) Disersi 45 32kasus
(2) THTI 5 kasus
(3) KDRT 11 1 kasus
(4) Asusila 1 1 kasus
(5) Perzinahan dan Asusila 1 kasus
(6) Penganiayaan dan kejahatan thdp 1
Jumlah Total
Kemerdekaan orang 1 kasus
(7)Kejahatan terhadap kesusilaan 2 kasus
(8)Perampasan 4 1 kasus
90 kasus
(9) Pencurian 3
(10)Penipuan 1 kasus
(11) Miras 1 1 kasus
(12) Perzinahan 4 1 kasus
(13)Ambil barang orang lain dg paksa,
Ancaman dan kekerasan 1 1 kasus
(14) Penganiyaan dan perbuatan tdk 1
Menyenangkan 1 kasus
(15)Kejahatan trhd kesusilaan dan 1
Perzinahan 2 3 kasus
(16)Penganiyayaan 1 kasus
1
b) Pelanggaran lalu lintas 8 6 kasus
c)Pelanggaran tata tertib 16kasus
d) Kecelakaan Lalin 4
e)Kecelakaan Helly Penerbad 1 = 1 kasu
f)Kecelakaan Latbak Dislitbang = 1 kasu
1

Tahun 2015
a) Tindak pidana
(1) Disersi 33 32kasus
Jumlah Total
(2) THTI 5 kasus
5 55 1 kasus
(3) KDRT
(4) Asusila 1 1 kasus
86

(5) Perzinahan dan Asusila 1 1 kasus


(6) Kejahatan terhadap kesusilaan 2 kasus
2
(8)Perampasan 1 kasus
(9) Pencurian 2 kasus
(10)Penipuan 1 kasus
1
(11) Miras 1 kasus
(12) Perzinahan 2 1 kasus
1 kasus

b) Pelanggaran lalu lintas 1 6 kasus


c)Pelanggaran tata tertib 1 16kasus
d) Kecelakaan Lalin 1
e)Kecelakaan Helly Penerbad 1 = 1 kas

Tahun 2016
a) Tindak pidana
25
(1) Disersi 32kasus
3
(2) THTI 5 kasus
1
(3) KDRT 1 kasus
1
(4) Asusila 1 kasus
2
(5) Perzinahan dan Asusila 1 kasus
2
(6)Kejahatan terhadap kesusilaan 2 kasus
Jumlah Total
1
(7)Perampasan 1 kasus
4 48
(8)Penipuan 1 kasus
1
(9) Miras 1 kasus
1
(10) Perzinahan 1 kasus
2
(11)Ambil barang orang lain dg paksa,
1
Ancaman dan kekerasan 1 kasus
1 kasus

b) Pelanggaran lalu lintas 6 kasus


1
c)Pelanggaran tata tertib 16kasus
1
d) Kecelakaan Lalin
1
e)Kecelakaan Helly Penerbad = 1 kasu
1
f)Kecelakaan Latbak Dislitbang = 1 kasu

Sumber : Laporan Tahunan Denpom 2016


87

Selanjutnya untuk jawaban terendah yang berkaitan


kepatuhan prajurit terhadap jam kerja, maka dari wawancara
yang penulis lakukan dengan Dandenpom Letkol CPM Yudi
Wahyudi pada tanggal >>>>>, bertempat di >>>>>
menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :
Pada prajuri yang ada di wilayah hukum Denpom
memang sampai sekarang tahun 2016 pelanggaran
desersi dan tindak pidana desersi masih menempati
paling banyak yang dilakukan. Penyebabnya bermacam-
macam antara lain hutang, perkawinan yang tidak
harmonis, pencurian dan sebagainya.

Demikian juga disampaikan oleh Kapten CPM, >>>>>>


yang menjabat sebagai Pasi Lidkrim Pamfik pada tanggal >>>>
bertempat di >>>>> yang menyampaikan pendapatnya sebagai
berikut :
Desersi memang masih menempati pelanggaran disiplin
yang paling banyak dilakukan oleh prajurit yang ada di
wilayah hukum Denpom Yogyakarta. Banyak faktor yang
mempengaruhi akan tetapi yang paling dominan adalah
adanya perubahan gaya hidup akibat munculnya
tunjangan kinerja sehingga banyak hutang, menipu dan
sebagainya

Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa untuk mengatasi


pelanggaran desersi pada prajurit yang ada di wilayah hukum Denpom
tersebut maka Denpom selalu memberikan hasil pemeriksaan kepada
Komandan satuan dimana prajurit tersebut bertugas agar dapat
mengambil langkah-langkah pencegahan untuk selanjutnya seperti
pembatasan hutang, mengintensifkan kepemimpinan lapangan dan
bintal.
88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

28. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penghitungan dngan menggunakan SPPS
22 seperti yang telah diperoleh di Bab I sampai dengan Bab IV tentang
Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan, Dan Karakter Pribadi Polisi
Militer Terhadap Peningkatan Disiplin Prajurit TNI AD Di Wilayah
Hukum Denpom Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai brikut :
a. Hasil uji Regresi menunjukan bahwa faktor pengetahuan, factor
keterampilan dan factor karakter pribadi berpengaruh pada
peningkatan disiplin prajurit TNI AD di wilayah hukum Denpm
Yogyakarta
b. Faktor yang dominan mempengaruhi peningkatan disiplin
prajurit TNI AD diwilayah hukum Denpom jogja adalah Faktor
pengetahuan khususnya berkaitan dengan bidang sarana dan
prasarana yang kurang memadai dan tidak layak untuk dipergunakan
lagi karena seperti yang kita ketahui untuk melaksanakan fungsi polisi
militer harus menggunakan sarana dan prasarana yang canggih agar
memudahkan pekerjaan selesai.
c. Faktor keterampilan yang berpengaruh kuat terhadap
peningkatan disiplin prajurit TNI AD diwilayah hukum Denpom
yogjakarta khususnya berkaitan dengan jumlah personil yang mengikuti
kursus sangatlah kurang. Akibatnya adalah kurangnya personil yang
mempunyai keahlian dibidang tertentu yang menyebabkan lambatnya
penyelesaian masalah yang harus diselesaikan.

d. Faktor karakter pribadi yang berpengaruh terhadap peningkatan


disiplin prajurit TNI AD diwilayah hukum Denpom Yogyakarta
khususnya berkaitan dengan kurangnya personil dan terlalu banyaknya
89

kasus pelanggaran yang harus diselesaikan. Namun mempunyai


hambatan karena kurangnya personil Denpom.

e. berkaitan dengan peningkatan disiplin prajurit TNI AD diwilayah


hukum Denpom yogjakarta yang mempunyai kaitan khusus pada
lingkungan sekitar dan juga penyelesaian malasah yang terhambat
karena sering kali komanda menutupi kasus yang ada sehingga tidak
bisa diselesaikan.

f. Pada variable pengetahuan yang berpengaruh membentuk


peningkatan disiplin ialah pada kuesioner nomor 1 sebanyak 22
responden atau 73,3% yang menanyakan tentang menganalisa suatu
pekerjaan dengan baik. Sedangkan jawaban terendah dari responden
tersebut terletak pada kuesiner nomor 9 sebanyak 6,7% yang
menanyakan tentang penyelesaian pekerjaan dengan baik.

g. Pada variable keterampilan yang berpengaruh membentuk


peningkatan disiplin ialah pada kuesioner nomor 3 sebanyak 17
responden atau 56,7% yang menanyakan tentang setiap pemimpin
mempunyai kemampuan dalam mengendalikan anggota . Sedangkan
jawaban terendah dari responden tersebut terletak pada kuesiner
nomor 6 sebanyak 3,4% yang menanyakan tentang setiap prajurit
harus lebih proaktif dalaam melaksanakan tugas

h. Pada variable karakter pribadi yang berpengaruh membentuk


peningkatan disiplin ialah kuesioner nomor 1 sebanyak 80%yang
menanyakan tentang pengendalian diri yang baik dan bisa dijadikan
tauladan bagi anggota. Sedangkan jawaban terendah dari responden
tersebut terletak pada kuesiner nomor 9 sebanyak 6,7% yang
menanyakan tentang pelaksanaan tugas sesuai dengan komitmen
yang telah disepakati
90

i. Pada variable disiplin yang berpengaruh membentuk


peningkatan disiplin ialah kuesioner nomor 7 sebanyak 15 responden
atau 50% yang menanyakan tentang setiap prajurit dapat menegakkan
disiplin di lingkungannya. Sedangkan jawaban terendah dari responden
tersebut terletak pada kuesiner nomor 4 sebanyak 1 responden atau
3,3% yang menanyakan tentang melaksanakan pekerjaan tepat waktu.

29. Saran.

Dalam salah satu tugas pokok Polisi Militer untuk dapat menegakkan
disilpin prajurit TNI AD khususnya diwilayah hukum Denpom Yogjakarta
maka diharapkan adanya perbaikan di penegak hukum untuk prajurit yang
ada diwilayah denpom Yogjakarta dan agar manjadi masukan bagi
komandan denpom Yogjakarta dalam menentukan kebijaksanaan yang di
ambil untuk membentuk peningkatan disiplin prajurit diwiliyah hukum Denpom
yogjakarta maka penulis memberi saran untuk kedepannya

a. Lebih bisa menjaga sarana dan prasarana yang ada dan


juga memperbaiki segala sarana dan prasara untuk
dapat melaksanakan tugas dengan maksimal
b. agar setiap prajurit dapat mengikuti kursus di bidangnya
masing-masing agar dapat mempermahir keahlian
prajurit untuk melaksanakan tugas tanpa hambatan lagi
c. Agar setiap kasus yang ada harus dapat terselasaikan
dengan waktu yan ditentukan.
d. Dan agar dilakukan penelitian lanjutan
91

Berdasarkan pandangan tersebut, maka pengetahuan karyawan tentang


tugas/pekerjaannya dapat diukur dengan indikator seperti berikut:
1. pemahaman tentang cakupan tugas/pekerjaan;
2. pemahaman terhadap prosedur pelaksanaan tugas/pekerjaan;
3. pemahaman terhadap cara pelaksanaan tugas/pekerjaan;
4. penghayatan terhadap tanggungjawab tugas/pekerjaan;
5. pemahaman tentang tantangan dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan;;
6. kesesuaian variasi pengetahuan yang dimiliki, dengan pengetahuan dalam
pelaksanaan tugas.
(b) Keterampilan
Untuk meningkatkan kemampuan kerja, disamping dilakukan melalui
pendidikan formal, dapat juga dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan.
Tujuan dari pelatihan pada umumnya untuk meningkatkan ketrampilan kerja,
peningkatan penguasaan alat dan metode-metode baru. Latihan kerja menekankan
pada peningkatan kemampuan profesional, sehingga latihan adalah suplemen dari
pendidikan. Sasaran dari pelatihan pada dasarnya untuk meningkatkan produktivitas
kerja karyawan. Nilai-nilai pengembangan bakat, kreaktifitas, inovasi, keterampilan
dan motivasi kerja biasanya ditumbuhkan di lingkungan pendidikan dan
dikembangkan dalam proses latihan kerja.
Dengan demikian keterampilan kerja seseorang dapat dikembangkan melalui
proses pelatihan tugas/pekerjaan. Keterampilan kerja karyawan dalam konteks ini
dapat diukur dengan beberapa indikator seperti berikut:
1. kemampuan menentukan cara menyelesaikan tugas/pekerjaan;
2. kemampuan menentukan prosedur terbaik dalam melaksanakan tugas/ pekerjaan;
3. kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik;
4. kemampuan menentukan ukuran/volume tugas terbaik yang dapat diselesaikan;
5. kemampuan menentukan ukuran kualitas tugas/pekerjaan terbaik yang dapat
diselesaikan.
6. kemampuan memprediksi hasil pelaksanaan tugas/pekerjaan.
(c) Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)
Dalam perspektif analisis teoritik, menunjukkan bahwa kecerdasan emosional
dapat membantu mengarahkan seseorang (karyawan) untuk berubah dan beradaptasi
di tempat kerjanya (Huy, 1999). Demikian pula hasil studi longitudinal Cameron
(1999), menemukan bahwa kecerdasan emosional dapat menjadi prediktor yang baik
terhadap kesuksesan hidup seseorang (misalnya: bidang ekonomi, kepuasan hidup,
kesuksesan dalam berteman, kepuasan dalam kehidupan keluarga), termasuk
pencapain tujuan kerja, dibanding ‘intelligence quotient’ (IQ).

Anda mungkin juga menyukai