Tugas Anor Pak Ong
Tugas Anor Pak Ong
ANALISIS KRISTAL
OLEH
EVA MUSIFA
NIM 1920412008
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
Kristal terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion atau molekulmolekul zat
padat yang memiliki susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga dimensi. Pada
hubungan lokal yang teratur, suatu kristal harus memiliki rentang yang panjang pada
koordinasi atom-atom atau ion dalam pola tiga dimensi sehingga menghasilkan
rentang yang panjang sebagai karakteristik dari bentuk Kristal tersebut. Adapun untuk
menganalisis Kristal dibutuhkan beberapa metode yang terbagi atas metode analisa
menggunakan sinar X, metode menggunakan pembesaran mikroskopi dan metode
analisa termal. Berikut ulasan beberapa metode tersebut.
Berdasarkan prinsip yang terjadi pada saat berkas sinar X berinteraksi dengan
material sampel, beberapa teknik analisa telah berhasil diturunkan baik untuk analisa
kualitatif maupun kuantitatif, diantaranya adalah Difraksi sinar X atau XRD dan
Flouresensi sinar X atau XRF. Teknik XRD menganalisa sinar X yang dihamburkan
oleh material sampel sevagai hasil dari tumbukan antara sinar-X dengan material
sampel tanpa mengalami kehilangan energy. Sedangkan XRF menganalisa sinar X
yang berasal dari tabung sinar X dengan material sampel yang disertai dengan
penyerapan energy dari sinar X oleh material sampel. Dibawah ini adalah penjelasan
mengenai XRD dan XRF.
1. X-Ray Diffractometer
XRD merupakan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin
dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk
mendapatkan ukuran partikel. Karakterisasi menggunakan metode difraksi
merupakanmetode analisa yang penting untuk menganalisa suatu Kristal (Smallman
dan Bishop, 1999).
XRD dapat memberikan data kualitatif dan semi kuantitatif pada padatan atau
sampel. XRD digunakan untuk beberapa halyaitu (1) pengukuran jarak rata-rata antara
lapisan atau baris atom; (2) penentuan kristal tunggal; (3) penentuan struktur kristal dari
material yang tidak diketahuidan (4) mengukur bentuk, ukuran, dan tegangan dalam
dari kristal kecil
Sinar-x yang lebih bermanfaat dan sering digunakan dalam setiap kegiatan
eksperimen khususnya pada XRD adalah sinar-x monokromatik dan sering disebut
sinar-x karakteristik. Sinar-x monokromatik (sinar-x karakteristik) ini timbul akibat
adanya proses transisi eksitasielektron di dalam anoda. Sinar-x ini timbul secara
tumpang tindih dengan spektrum bremstrahlung. Disamping panjang gelombangnya
yang monokromatik, inensitas sinar-xmonokromatik ini jauh lebih besar dari pada
intensitas sinar-x bremstrahlung.
Menurut pendekatan Bragg, kristal dapat dipandang terdiri atas bidang-bidang
datar (kisi kristal). Jika sinar-X ditembakkan pada tumpukan bidang datar tersebut,
maka beberapa akan didifraksikan oleh bidang tersebut dengan sudut difraksi yang
sama dengan sudut datangnya, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 1, sedangkan
sisanya akan diteruskan menembus bidang.
Kelebihan SEM
Adapun kelebihan teknik SEM yaitu terdapat sistem vakum pada electron-optical
column dan sample chamber yang bertujuan antara lain:
Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak beraturan karena adanya
molekul gas pada lingkungan tersebut, yang dapat mengakibatkan penurunan
intensitas dan stabilitas.
Meminimalisasi gas yang dapat bereaksi dengan sampel atau mengendap pada
sampel, baik gas yang berasal dari sampel atau pun mikroskop. Karena apabila hal
tersebut terjadi, maka akan menurunkan kontras dan membuat gelap detail pada
gambar
Kekurangan SEM
Kelemahan dari teknik SEM antara lain:
Memerlukan kondisi vakum
Hanya menganalisa permukaan
Resolusi lebih rendah dari TEM
Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis logam
seperti emas.
Prinsip kerja dari TEM secara singkat adalah sinar elektron mengiluminasi
spesimen dan menghasilkan sebuah gambar diatas layar pospor. Gambar dilihat sebagai
sebuah proyeksi dari spesimen. Skema dari TEM lebih detil dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Kelebihan TEM
a. Resolusi Superior 0.1~0.2 nm, lebih besar dari SEM (1~3 nm)
b. Mampu mendapatkan informasi komposisi dan kristalografi dari bahan uji dengan
resolusi tinggi
c. Memungkinkan untuk mendapatkan berbagai signal dari satu lokasi yang sama.
Kekurangan TEM
a. Hanya meneliti area yang sangat kecil dari sampel
b. Perlakuan awal dari sampel cukup rumit sampai bisa mendapatkan gambar yang
baik.
c. Elektron dapat merusak atau meninggalkan jejak pada sampel yang diuji.
Teknik analisa ukuran partikel dan luas permukaan kristal terdiri dari berbagai teknik
antara lain, Surface Area Abalyzer (SAA) dan Brunauer-Emmet-Teller (BET). Berikut
ulasan kedua instrument tersebut.
1. Surface Area Analyzer (SAA)
Surface Area Analyzer (SAA) merupakan salah satu alat utama dalam
karakterisasi material. Alat ini khususnya berfungsi untuk menentukan luas permukaan
material, distribusi pori dari material dan isotherm adsorpsi suatu gas pada suatu bahan.
Alat ini prinsip kerjanya menggunakan mekanisme adsorpsi gas, umumnya nitrogen,
argon dan helium, pada permukaan suatu bahan padat yang akan dikarakterisasi pada
suhu konstan biasanya suhu didih dari gas tersebut. Alat tersebut pada dasarnya hanya
mengukur jumlah gas yang dapat dijerap oleh suatu permukaan padatan pada tekanan
dan suhu tertentu. Secara sederhana, jika kita mengetahui berapa volume gas spesifik
yang dapat dijerap oleh suatu permukaan padatan pada suhu dan tekanan tertentu dan
kita mengetahui secara teoritis luas permukaan dari satu molekul gas yang dijerap,
maka luas permukaan total padatan tersebut dapat dihitung.
Gambar diatas adalah contoh alat SAA dari perusahaan Quantachrome dengan
seri Autosorb-1. Gambar A adalah port untuk keperluan degassing. Seri ini memiliki 2
port untuk keperluan itu. Tampak satu port sedang dipakai untuk degassing sampel
yang diletakkan dalam tabung dan diselimuti bagian bawah tabung dengan mantel
pemanas. Gambar B adalah port analisa yang pada gambar baru tidak terpakai. Gambar
C adalah kontainer untuk menampung zat pendingin. instalasi gas dalam kondisi
cairnya. Sedangkan gambar D adalah panel yang menunjukkan layout dari proses
analisa dilengkapi indikator – indikator lampu yang dapat menandakan setiap valve
dalam posisi dibuka atau ditutup.
B. Proses Analisa
Setelah sampel selesai didegas, maka dapat langsung dianalisa. Sebelum analisa
tentunya perlu ditimbang berat sampel setelah degas. Supaya benar – benar diketahui
berat sampel sebenarnya setelah dibersihkan dari gas – gas yang terjerap. Kemudian
yang perlu dilakukan sebelum nenjalankan analisa biasanya adalah mengisi kontainer
pendingin dengan gas cair. Kemudian mengeset kondisi alalisa. Waktu analisa bisa
berkisar antara 1 jam sampai lebih dari 3 hari untuk satu sampel. Jika hanya ingin
mengetahui luas permukaan maka kita hanya membutuhkan 3 – 5 titik isotherm
sehingga proses analisa menjadi singkat. Namun jika kita ingin mengetahui distribusi
pori khususnya material yang mengandung pori ukuran mikro (< 20A) maka
memerlukan 2 – 3 hari untuk satu kali analisa dengan menggunakan gas nitrogen
sebagai adsorbennya. Sebenarnya waktu analisa bisa dipersingkat jika kita
menggunakan jenis gas lain misalnya CO2.
2. BET (Brunauer-Emmet-Teller)
Teori BET dapat digunakan setelah dilakukan uji menggunakan alat SAA
(Surface Area Analyzer). Alat ini berfungsi untuk menentukan diameter dan volume
pori, serta luas permukaan spesifik material. Berdasarkan prinsip adsorpsi desorpsi gas
adsorbat. Mekanisme adsorpsi gas tersebut berupapenyerapan gas (nitrogen, argon dan
helium) pada permukaan suatu bahan padat yang akan dikarakterisasi pada suhu tetap.
Jika diketahui volume gas (nitrogen, argon, atau helium) yang dapat diserap oleh suatu
permukaan padatan pada suhu dan tekanan tertentu dan diketahui secara teoritis luas
permukaan dari satu molekul gas yang diserap, maka luas permukaan total padatan
tersebut dapat dihitung. Luas permukaan merupakan jumlah pori pada setiap satuan
luas dari sampel. Sementara luas permukaan spesifik adalah luas permukaan per satuan
gram (Perwira, 2014). Untuk menghitung luas padatan tersebut, teori BET inilah yang
digunakan dengan menggunakan persamaan 2.1.
S yaitu luas permukaan total, yaitu kapasitas monolayer yang dapat diperoleh
melalui persamaan 2.2, yaitu bilangan Avogadro (6,023 х 1023 molekul/mol), yaitu
luas penampang adsorbat dengan nilai 0,162 nm2 menggunakan adsorbat nitrogen, dan
yaitu volume molar gas ideal sebesar 22,4 liter/mol. Sementara kapasitas monolayer
dapat diketahui menggunakanslope dan intercept dari hasil uji.
Pada analisis luas permukaan menggunakan uji SAA, sering digunakan gas
nitrogen. Hal ini disebabkan tersedianya gasnitrogen dalam kemurnian yang tinggi dan
dapat berinteraksidengan kuat dengan kebanyakan padatan. Biasanya, interaksiantara
fasa gas dan padat lemah, sehingga permukaadidinginkan menggunakan nitrogen cair
untuk memperolehjumlah adsorpsi yang terdeteksi. Selanjutnya, tekanan relatif yang
lebih rendah dibandingkan dengan tekanan atmosfer didapatkandalam kondisi setengah
vakum. Setelah lapisan adsorpsterbentuk, gas nitrogen kemudian dihilangkan atau
dibebaskan dari sampel dengan cara dipanaskan
ANALISA TERMAL
Analisa termal adalah suatu teknik pengukuran perubahan sifat-sifat fisik dan kimia
suatu sampel sebagai fungsi atau respon atas perubahan suhu. Pada umumnya, teknik
analisa ini mengamati efek dari suatu material yang dipanaskan. Pada analisa termal,
kenaikan suhu pada saat pengukuran sifat fisika atau kimia tersebut dilakukan secara
terprogram; yaitu kenaikan atau penurunan temperatur secara terkontrol maupun
pengamatan yang dilakukan pada suhu konstan/tetap pada suatu selang waktu tertentu.
Terdapat dua jenis teknik analisa termal yang utama dan merupakan teknik yang paling
populer, yaitu analisa termogravimetri /Thermo Gravimetric Analysis (TGA) dan
analisa deferensial termal /Differential Thermal Analisis (DTA). Berikut ulasannya.
1. Thermo Gravimetric Analysis (TGA)
Pada TGA, masa sampel yang berubah karena proses dekompsosisi,, adsorpsi,
atau reaksi dimonitor sebagai fungsi temperature. Untuk tujuan ini, di dalam peralatan
TGA terdapat komponen utama yang mengatur masa sampel, lazim disebut dengan
micro blance, dan beberapa sensor suhu. Kelengkapan lain di dalam peralatan TGA
adalah wadah sampel, pengatur program temperature, dan tungku pemanas. Secara
skematis peralatan TGA diperlihatan pada Gambar berikut ini.
Bertolak belakang dengan harga Ti, dan Tfr, merupakan harga yang bergantung
pada beragam variable, seperti laju pemanasan, sifat dari padatan (ukuran) dan atmosfer
di atas sampel. Efek dari atmosfer ini dapat sangat dramatis, seperti yang diperlihatkan
pada gambar berikut ini.
Daftar Pustaka
Setiabudi, Agus dkk., Karakterisasi Material (Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian
Kimia). Universitas Pendidikan Indonesia: UPI Press. Bandung.2012
https://www.scribd.com/doc/310329208/Modul-D-Karakterisasi-Material-XRD-dan-SEM-
EDS
https://www.iitk.ac.in/che/pdf/resources/BET-TPX-Chemi-reading-material.pdf
http://labterpadu.undip.ac.id/layanan/organisasi/
https://www.iitk.ac.in/che/pdf/resources/BET-TPX-Chemi-reading-material.pdf