Anda di halaman 1dari 18

1

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Hipertensi Heart Disease (HHD)


1.1.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
(Somantri, 2008). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya
antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan
114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik. (Paula, 2009) Hipertensi adalah tekanan darah
tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana
terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2008).
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012).
1.1.2 Anatomi Fisiologi

1. Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh.


2. Vena kava superior (vena cava)adalah vena besar dalam tubuh.
3. Arteri pulmonalis adalah arteri yang mengangkut darah dari jantung ke
paru-paru
4. Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dengan aorta

1
2

5. Atrium adalah bentuk jamak dari atria yang sama artinya dengan
serambi yaitu ruangan pertama yang dimasuki darah saat memasuki
jantung.
6. Vena pulmonalisadalah vena yang membawa darah kaya oksigen dari
paru-paru ke jantungtepatnya di serambi kiri.
7. Katup trikuspidalisadalah katup yang terdiri dari tiga daun katup yang
berfungsi untuk memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
8. Katup mitral atau bikuspidalis adalah katup yang memisahkan atrium
kiri dan ventrikel kiri.
9. Ventrikel adalah dua ruang kosong di bagian bawah jantung yang
juga disebut bilik.
10. Vena kava inferior adalah vena terbesar dalam tubuh manusia yang
membawa darah dari seluruhtubuh ke atrium kanan jantung.
1.1.3 Etiologi
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
2) Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
3

a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).


b) Kegemukan atau makan berlebihan.
c) Stress.
d) Merokok.
e) Minum alcohol.
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat-obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
1.1.4 Klasifikasi
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
5. Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
6. Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
7. Grade 4 (sangat berat) >210 >120
Sumber : European Society of Hypertension-European Society of Cardiology
(2013)
1.1.5 Patofisiologi
Perjalanan Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah
hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan
bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor
yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan
diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal
yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron
(RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel
4

kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya
aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada
jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara
massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini
diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan
fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan
konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik
ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner
juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-
perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan
cadangan aliran darah koroner, yaitu :
a. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan.
Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
b. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per
unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi
antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada
stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas
mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009)
5
6

1.1.6 Manifestasi Klinis


Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya, kebanyakn pasien tidak
ada keluhan. Bila simtomatik maka biasanya disebabkan oleh:
1. Peningkatan tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa melayang
(dizzy), mual muntah, dan impoten.
2. Penyakit jantung/vaskular hipertensi seperti cepat capek, sesak napas, sakit
dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut.
Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur
karena perdarahan retina, transient cerebral ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsi, poliuria,dan
kelemahan otot pada aldosteronism primer; peningkatan BB dengan emosi
yang labi pada sindrom Cushing. Phaeocromositoma dapat muncul dengan
keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat, dan rasa melayang
saat berdiri
1.1.7 Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan
baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal,
mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing,
migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei
hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut : pusing, mudah
marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat
di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Gejala akibat komplikasi
hipertensi yang pernah dijumpai adalah: gangguan penglihatan, gangguan saraf,
gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang
mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan
terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola
makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat.
seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan
kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan
7

natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk
kesehatan penderita hipertensi. (Paula, 2009).
Menurut Alsagaff (2008), dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit
kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
a. Stroke.
b. Gagal jantung.
c. Gagal Ginjal.
d. Gangguan pada Mata
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi
Heart Disease (HHD), yaitu :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
2. Pemeriksaan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi.
7. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
8. Foto dada dan CT scan
Langkah-Langkah pemasangan EKG
1) Atur Posisi Pasien, posisi pasien diatur terlentang datar
2) Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai jam
tangan, gelang, logam lain agar dilepas
3) Bersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada, kedua
pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi manset elektroda.
4) Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda.
5) Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai.
6) Memasang arde.
7) Menghidupkan monitor Elektrokardiogram.
8

8) Menyambungkan kabel Elektrokardiogram pada kedua tungkai pergelangan


tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk rekaman ekstremitas
lead (Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara :
a. Warna merah pada pergelangan tangan kanan
b. Warna hijau pada kaki kiri
c. Warna hitam pada kaki kanan.
d. Warna kuning pada pergelangan tangan kiri.
Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead
a. V1 pada interkosta keempat garis sternum kanan
b. V2 pada interkosta keempat garis sternum kiri
c. V3 pada pertengahan V2 dan V4
d. V4 pada interkosta kelima garis pertengahan clavikula kiri
e. V5 pada axila sebelah depan kiri
f. V6 pada axila sebelah belakang kiri
9) Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik
10) Bila rekaman Elektrokardiogram telah lengkap terekam, semua elektroda yang
melekat ditubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti semula.
11) Pasien dibantu merapikan pakaian
1.1.9 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua
kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan
penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada
pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90
pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan
penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
Rendah garam, beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
9

sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2. Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
3. Diet kaya buah dan sayur.
4. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5. Tidak mengkomsumsi Alkohol.
6. Olahraga Teratur
7. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat
efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu)
sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu
menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual
bebas mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat
meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
8. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan
kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada
semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai
tekanan darah yang diinginkan.
10

1.2 Manajemen Asuhan Keperawan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Pengkajian mengenai nama, umur, dan jemnis kelamin perlu dikaji pada
penyakit HHD (Hipertensi Heart Disease), status perkawinan, gangguan
emosional yang timbul dapat terjadi pada penyakit HHD (Hipertensi
Heart Disease).
2) Riwayat Kesehatan/Perawatan
a. Keluhan Utama
Seperti sakit kepala, sesak nafas, nyeri dada, atau pun rasa berdebar-
debar.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat HHD, riwayat pengobatan sekarang dan cerita perjalanan
penyakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlunya pengkajian tentang riwayat penyakit keluarga yang lain pada
anggota keluaraga yang mungkin pernah menderita penyakit lainnya.
3) Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
Inspeksi
Klien terlihat sesak nafas, frekuensi nafas melebihi normal. Sesak
nafas terjadi karena pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikkan
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang mneingkatkan tekanan vena
pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah
darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik.
Auskultasi
Suara nafas klien apakah ada suara nafas tambahan seperti
wheezing, ronchi basah, dan rinchi kering.
B2 (Blood)
Inspeksi
11

Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi


nyeri dada biasanya didaerah ulu hati. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya meningkat akibat kenaikan volume sekuncup.
B3 (Brain)
Pengkajian objektif yaitu wajah meringis, merintis, mengerang,
dan menggeliat yang merupakan respon adanya nyeri dada akibat infark
pada myocardium.
B4 (Bladder)
Pengukuran balance cairan dengan input output klien. Oleh karena
itu perawat perlu memonitor adanya polyuria pada kalien dengan
penyakit HHD.
B5 (Bowel)
Biasanya ditemukan klien yang mengalami mual muntah dan
kurang nafsu makan.
Inspeksi
Bentuk abdomen klien apakah oedema, krempeng, kondisi kulit,
benjolan atau massa.
Auskultasi
Biasanya untuk mendengar bising usus klien menggunakan
stetoskop.
B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering
merasa kelemahan, kelelahan, susah tidur, adanya oedema.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia,
hipertrofi/irigiditas (kekakuan) ventricular.
2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
12

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukkan berlebihan (kebutuhan metabolic), pola hidup monoton,
keyakinan budaya.
5. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis
situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak
adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana
pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis-
intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
1.2.3 Intervensi dan Implementasi
Diagnosa 1: Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia,
hipertrofi/irigiditas (kekakuan) ventricular.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x10 jam diharapkan
masalah klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima
individu.
2. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan
darah/beban kerja jantung.
3. Memperlihatan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi :
1. Pantau Tekanan Darah.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum/tertentu.
6. Berikan lingkungan yang nyaman, batasi aktivitas/keributan, batasi
pengunjung.
13

7. Pertahankan aktivitas istirahat, Bantu ADL (Aktivity Dayli Living)


pasien.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan dan therapy.
Rasional :
1. Perbandingan dari TD memberikan gambaran yangn lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.
2. Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/terpalpasi
3. Umum terdengar pada pasein hipertensi berat karena adanya hipertrofi
atrium (peniingkatan volume/tekanan atrium), perkembangan S3
menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krales,
mengi, dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik.
4. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan vasokontriksi/mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung
5. Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular
6. Membantu untuk mengurangi rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
7. Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah
dan perjalanan penyakit hypertensi.
8. Obat-obatan diberikan untuk mengurangi kedaruratan hipertensi.

Diagnosa 2 :Nyeri Akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan


tekanan vaskuler serebral.
Tujuan :
1. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien mampu mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
nyeri
3. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
14

2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala


(tehnik relaksasi).
3. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala, mis ; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
4. Bantu ADL sesuai indikasi/kebutuhan.
5. Berikan cairan/makanan lunak, perawatan mulut yang teratur.
6. Untuk pemberian analgetik atau antiansietas mis ; diazepam sesuai
indikasi.
Rasional :
1. meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi. Menurunkan tekanan
vascular serebral dan yang memperlambat/memblok respons simpatis
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
2. Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral.
3. Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.
4. Meningkatkan kenyamanan umum.
5. Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis, diazepam mengurangi ketidaknyamanan yang diperberat oleh
stress

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan :
1. berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
2. melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
3. Dan menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
Intervensi :
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan vital sign sebelum dan
sesudah aktivitas.
2. Instruksikan kepada pasien tentang tehnik menghemat energi.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
15

Rasional :
1. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis.
2. Mengurangi penggunaan energi, membantu keseimbangan suplai O2
3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-
tiba.
4. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.

Diagnosa 4 :Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan masukkan berlebihan (kebutuhan metabolic), pola hidup monoton,
keyakinan budaya.
Tujuan :
1. mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan.
2. menunjukakn perubahan pola makan (misal ; pilihan makanan, kuantitas,
dsb).
3. Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan optimal.
4. melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara
individual.
Intervensi :
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
kegemukan.
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
4. Kaji ulang masukan kalori dan pilihan diet.
5. Kolaborasi Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional
1. Kegemukan adalah risiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan penignkatan curah jantung
berkaitan dengan penignkatan massa tubuh.
16

2. Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya arterosklerosis dan


kegemukan yang merupakan predisposisi hipertensi dan komplikasinya
3. Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan.
4. Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diit terakhir.
5. Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet.

Diagnosa 5 : Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis


situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat,
sedikit atau tak pernah olahraga.
Tujuan :
1. mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.
2. menyatakan kesadaran kemampuan koping pribadi.
3. mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari/ mengubahnya.
4. mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan/ metode koping efektif.
Intervensi
1. Kaji keefektifan koping, dengan mengobservasi perilaku.
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka angsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi /menyelesaikan masalah.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
4. Motivasi pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.
5. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu.
Rasional :
1. Mekanisme adaftif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang
mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi.
2. Manifestasi mekanisme koping mal-adaptif mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi menjadi
penentu utama TD diastolic
17

3. Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah


respons seseorang terhadap stressor.
4. Focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
5. Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya

Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,


rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat,
mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
Tujuan :
1. menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.
2. mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan.
3. mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
Intervensi :
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat
2. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3. Hindari menggunakan istilah tekanan darah ‘normal’ tapi gunakan istilah
terkontrol saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular
yang dapat diubah, mis ; obesitas, diet tinggi lemak jenuh, serta
perubahan pola hidup sehat.
5. Jelaskan tentang obat yang diresepkan bersamaan dengan rasional, dosis,
efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan serta
idiosinkrasi.
Rasional :
1. Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat
pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
18

2. Memberikan dasar pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan


mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan
3. Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka
dengan mnyampaikan ide terkontrol akan membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/ medikasi
4. Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
5. Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping adalah
umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan
demikian meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah
dibuat dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi.
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang
telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang dialami.

Anda mungkin juga menyukai