Anda di halaman 1dari 16

TUGAS I

MAKALAH

DAMPAK DANA DESA BAGI MASYARAKAT DESA ONOZIKHO


KECAMATAN GUNUNGSITOLI BARATN KOTA GUNUNGSITOLI
TAHUN 2018

OLEH :

NAMA : YULIANUS MENDROFA


NIM :

PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Dampak Dana Desa Bagi
Masyarakat Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli
Tahun 2018 ”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang saya alami dalam proses
pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikannya tepat pada waktunya.

Makalah ini saya buat guna memenuhi tugas mata kuliah “…………………
”.Tentunya juga untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan untuk
pengembangan wawasan ilmu pengatahuan.
Selain itu saya juga mengucapkan terima kasih kepada: Dosen mata
kuliah………………….. dan rekan-rekan mahasiswa Universtas Terbuka

Demikian makalah ini saya buat semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Tentunya saya juga mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gunungsitoli, November 2018

YULIANUS MENDROFA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desa sebagai pemerintahan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat menjadi
fokus utama dalam pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar
wilayah Indonesia ada di perdesaan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa menyatakan penatausahaan keuangan pemerintah desa terpisah dari
keuangan pemerintah kabupaten. Pemisahan dalam penatausahaan keuangan desa tersebut
bukan hanya pada keinginan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, tetapi yang lebih penting adalah keinginan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan dalam
rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat
Untuk membangun basis yang kuat bagi demokrasi, partisipasi rakyat, keadilan,
dan pemerataan pembangunan sekaligus memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal yang
berbeda-beda, pemerintah bersama lembaga legislatif mengesahkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Unsur penting dalam kedua undang-undang ini adalah bahwa penguasa daerah
(gubernur, bupati, walikota) harus lebih bertanggungjawab kepada rakyat di daerah.
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 daerah diberikan otonomi yang seluas-luasnya
untuk mengurus semua penyelenggaraan pemerintah diluar kewenangan pemerintah pusat
untuk membuat kebijakan daerah yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat, serta otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Nyata
artinya, melaksanakan apa yang menjadi urusannya berdasarkan kewenangan yang
diberikan dan karakteristik dari suatu wilayah sedangkan bertanggung jawab adalah
otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus sejalan dengan maksud dan tujuan
pemberian otonomi yaitu memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kinerja pemerintahan Desa dalam
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanaan dasar. Undang undang nomor
23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahtraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan momentum untuk meningkatkan otonomi desa dimana
juga UU Desa sejalan dengan Visi dan Misi Pemerintah yang tercakup dalam perogram
Nawa Cita, yakni membangun indonesia dari pinggir dengan memperkuat pembangunan
daerah utamanya daerah perbatasan Desa.
Alokasi dana desa di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota
Gunungsitoli sebagian besar digunakan untuk pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintah desa. dalam perkembangannya, kini desa telah berkembang menjadi berbagai
bentuk pemberdayaan sehingga menjadi desa yang mandiri, maju, dan kuat untuk
mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Desa memiliki wewenang untuk
mengatur sendiri kawasanya sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki
masyarakatnya agar tercapai kesejahteraan dan pemerataan kemampuan ekonomi.
Kemajuan pembangunan juga tidak kalah pentingnya, pembangunan ini juga memerlukan
perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban. Pembangunan desa harus
mencerminkan sikap gotong-royong dan kebersamaan sebagai wujud pengamalan sila-sila
dalam pancasila demi mewujudkan masyarakat desa yang adil dan sejahtera. Pelaksanaan
pembangunan desa harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam proses
perencanaan dan masyarakat berhak untuk mengetahui dan melakukan pengawasan
terhadap kegiatan pembangunan desa.
Pengelolaan ADD harus dilaksanakan secara terbuka melalui musyawarah desa
dan hasilnya dituangkan dalam Peraturan Desa (Perdes) Onozikho Kecamatan
Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli. Ketentuan tersebut menunjukkan komitmen dari
pengambil keputusan bahwa pengelolaan ADD harus mematuhi kaidah good governance
yang harus dilaksanakan oleh para pelaku dan masyarakat desa Onozikho Kecamatan
Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli. Pengelolaan alokasi dana desa yang telah diberikan
oleh pemerintah agar sesuai dengan tujuannya seyogyanya perlu adanya penerapan fungsi
– fungsi manajemen pada setiap proses pengelolaan. Pengelolaan ADD di Desa Onozikho
Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli. Di Desa Onozikho Kecamatan
Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli, masih terdapat beberapa permasalahan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.
Untuk mendanai setiap kegiatan pembangunan desa, diperlukan biaya yang tidak
sedikit. Di setiap desa diberikan Alokasi Dana Desa (ADD) setiap tahun dengan jumlah
tertentu dengan tujuan untuk pembangunan desa tersebut. Berdasarkan dari data
APBDes jumlah Dana ADD yang ada di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat
Kota Gunungsitoli yaitu sebesar Rp. 800.500,000. Dalam beberapa situasi
penggunaan Alokasi dana Desa ini rawan terhadap penyelewengan dana oleh pihak yang
seharusnya dipercaya oleh masyarakat dalam membangun desa menjadi lebih maju dan
berkembang. Di sinilah pentingnya peran masyarakat sebagai pengawas langsung dan tidak
lepas dari peran pemerintah kabupaten selaku pemberi dana untuk selalu memonitor
jalanya pembangunan di desa. Karena sebagian besar Alokasi Dana Desa
diperuntukan bagi pembangunan desa maka mulai darai proses perencanaan ADD,
pengelolaan ADD, hingga pelaporannya haruslah dilakukan sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Sehingga nantinya diharapkan dengan dana ADD ini dapat menciptakan
pembangunan yang merata dan bermanfaat bagi masyarakat desa.

B. Masalah
Pelaksanaaan Dana Desa di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota
Gunungsitoli, masih terdapat beberapa permasalahan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.

C. Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yakni untuk menambaha wawasan
mahasiswa untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan pertanggung
jawaban mengenai alokasi dana desa di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat
Kota Gunungsitoli
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Desa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli


berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai
pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat.
Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang pemerintahan Desa
mengenai Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Definisi resmi yang tertuang dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1979,
pengertian desa dipahami sebagai “suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk kesatuan masyarakat hukum,
yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Inilah pengertian desa menurut pandangan administrasi pemerintah. Sementara
menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2011), para ahli sosiologi lebih memusatkan
perhatianya pada masyarakat desa “sebagai unit sosial,” yaitu sekelompok manusia yang
hidup bermukim secara menetap dalam wilayah tertentu, yang tidak selalu sama dengan
wilayah administrasi setempat, dan mencakup tanah pertanian yang kadang-kadang
dikuasai secara bersama.

B. Pengaturan Alokasi Dana Desa

Dalam pengaturan mengenai Alokasi Dana Desa terdapat beberapa peraturan


yaitu: Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Peraturan dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
a. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Desa mempunyai sumber pendapatan Desa yang terdiri atas pendapatan


asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, bagian dari
dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota,
alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bantuan keuangan
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak
mengikat dari pihak ketiga. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota kepada Desa diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan
Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Bantuan tersebut diarahkan untuk
percepatan Pembangunan Desa. Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh
Desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan
kawasan wisata skala Desa, pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang
batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak untuk
dijual belikan. Bagian dari dana perimbangan yang diterima Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana
Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa. Alokasi anggaran
untuk Desa yang bersumber dari Belanja Pusat dilakukan dengan mengefektifkan
program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Dalam pasal 1 angka 11 peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang
desa disebutkan bahwa alokasi dana desa adalah dana yang di alokasikan oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk desa yang bersumber dari bagian dari dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.
Pengertian ini menegaskan bahwa alokasi dana desa merupakan hak bagi desa
sebagaimana pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki hak untuk memperoleh
dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
Di dalam Pasal 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa telah ditegaskan bahwa Tujuan
Alokasi dana Desa adalah, Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi
kesenjangan; Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat
desa dan pemberdayaan masyarakat; Meningkatkan pembangunan infrastruktur
perdesaan; Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam
rangka mewujudkan peningkatan sosial; Meningkatkan ketrentaman dan ketertiban
masyarakat; Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat; Mendorong peningkatan
keswadayaan dan gotong royong masyarakat Meningkatkan pendapatan desa dan
masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).
Dalam P;asal 20 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa menyebutkan rumus
yang dipergunakan dalam Alokasi Dana Desa adalah : Azas Merata adalah besarnya
bagian Alokasi Dana Desa yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut
Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM); Azas Adil adalah besarnya bagian Alokasi
Dana Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa (BD) yang dihitung dengan rumus dan
variabel tertentu, (misalnya Kemiskinan, Keterjangkauan, Pendidikan Dasar,
Kesehatan dll), selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP).
Lebih lanjut di dalam ayat (3) peraturan menteri dalam negeri tersebut
menyebutkan bahwa besarnya prosentase perbandingan antara azas merata dan adil
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, adalah besarnya ADDM adalah 60%
(enam puluh persen) dari jumlah ADD dan besarnya ADDP adalah 40% (empat
puluh persen) dari jumlah ADD.

C. Pembangunan Desa
Sukirno (1985: 24) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan,
mempunyai 3 sifat penting, yaitu: proses terjadinya perubahan secara terus menerus,
adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan
pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Rostow (2001: 34) juga menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya
pada lebih banyak output yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output daripada yang
diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-
tahapan : masyaralat tradisional, pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju
kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Kunci diantara tahapanini adalah tahap
lepas landas yang didorong oleh satu atau lebih sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor
utama ini telah menarik bersamanyabagian ekonomi yang kurang dinamis.
Pembangunan merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan keberdayaan
dalam meraih masa depan yang lebih baik. Pengertian ini meliputi upaya untuk
memperbaiki keberdayaan masyarakat, bahkan sejalan dengan era otonomi, makna dari
konsep hendaknya lebih diperluas menjadi peningkatan keberdayaan serta penyertaan
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Oleh karenanya bahwa dalam
pelaksanaannya harus dilakukan strategi yang memandang masyarakat bukan hanya
sebagai objek tetapi juga sebagai subjek pembangunan yang mampu menetapkan tujuan,
mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses pembangunan untuk
meningkatkan taraf kehidupannya. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan pembangunan
yang lebih diprioritaskan kepada pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan
menegakkan citra pemerintah daerah dalam pembangunan.
Pembangunan desa sering dalam bahasa Inggris disebut dengan Community
Development, pembangunan masyarakat desa merupakan proses perubahan sosial yang
direncanakan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki
dan lebih baik. Menurut Rahardjo pembangunan masyarakat desa adalah merupakan
bagian dari pembangunan nasional, secara khusus pembangunan masyarakat desa
memiliki pengertian sebagai berikut:
a. Pembangunan masyarakat desa berarti pembangunan masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern.
b. Pembangunan masyarakat desa berarti membangun swadaya masyarakat
dan rasa percaya diri sendiri.
c. Pembangunan pedesaan tidak lain dari pembangunan usaha tani atau membangun
pertanian.
Konsep pembangunan masyarakat desa mengacu pada teori dasar bahwa sasaran
pembangunan yang utama adalah manusia. Dalam membangun manusia maka harus bisa
mendorong agar masyarakat berkemauan dan berkemampuan untuk menolong dirinya,
salah satu dimensi yang penting dalam pembangunan masyarakat desa adalah
desentralisasi dalam artian bahwa pembangunan masyarakat desa juga merupakan bagian
dari upaya melakukan desentralisasi dalam pembangunan nasional. Sedangkan dalam
pembangunan desa yang bersifat sentralistis mengakibatkan ketidak mampuan dalam
kegiatan- kegiatan yang ada di desa, serta adanya ketergantungan masyarakat terhadap
pemerintah pusat.
C. Analisis

1. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Alokasi Dana


Secara umum pandangan hidup ini dapat diklasifikasikan atas 3 (tiga)
kelompok yaitu: (1) masyarakat yang berpandangan terbuka atau yang mudah
menerima perubahan; (2) masyarakat yang berpandangan tertutup atau yang
seringkali menolak perubahan; dan (3) masyarakat yang berpandangan terbatas.
Masyarakat yang berpandangan terbatas biasanya bisa menerima perubahan tetapi
tidak semua, umumnya kelompok ini jauh lebih maju dari kedua kelompok lain.
Di samping itu peran dunia usaha dalam pembangunan kelurahan juga
sangat dibutuhkan sehingga terjadi sinergi yang optimal antara pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha. Sedangkan peran pemerintah dalam pembangunan
adalah untuk mendukung terwujudnya situasi kondisi wilayah yang kundusif dan
memfasilitasi seluruh program pembangunan yang sasarannya adalah masyarakat.
Dengan demikian diharapkan dapat mendukung kelancaran pelaksanaan
implementasi Pengelolaan Alokasi Dana di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli
Barat Kota Gunungsitoli.
2. Sistem Pengelolaan Alokasi Dana di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli
Barat Kota Gunungsitoli
Tingkat akuntabilitas dalam implementasi Pengelolaan Alokasi Dana di Desa
Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Secara umum pengelolaan
Alokasi Dana di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli
berpedoman pada prinsip-prinsip berikut:
a. Pengelolan Alokasi Dana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengelolaan keuangan dalam APBD Kota Gunungsitoli
b. Seluruh kegiatan yang didanai dari Alokasi Dana direncanakan secara terbuka
melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa yang hasilnya
dituangkan dalam Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa, serta dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan
seluruh unsur masyarakat.
c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi,
teknis, maupun hukum.
d. Pengolaan Alokasi Dana dilaksanakan dengan prinsip hemat, terarah, dan
terkendali.
e. Pengelolaan Alokasi Dana tidak diperbolehkan untuk ganti rugi tanah, bangunan-
bangunan yang tidak/kurang memiliki manfaat sosial ekonomi, serta
pembangunan tempat ibadah baru.
Hasil temuan terungkap bahwa dalam menumbuhkan tingkat partisipasi
masyarakat di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli,
khususnya dalam implementasi Pengelolaan Alokasi Dana harus dilaksanakan secara
bahu- membahu semua stakeholders dan komprehensif menyelesaikan berbagai
permasalahan di kelurahan. Pelaksanaan tersebut dalam rangka penerapan prinsip
partisipatif pembangunan masyarakat yang didukung oleh prinsip- prinsip
transparan, akuntabel dan responsive.
3. Perencanaan Alokasi Dana
Apabila ditinjau dari partisipasi dalam hal pengambilan keputusan perencanaan
penggunaan Alokasi Dana di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota
Gunungsitoli, dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat cukup baik. Hal ini
dibuktikan dengan sampel data tingkat kehadiran masyarakat dalam forum
musyawarah Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli
sebagai berikut.
Tabel 1. Tingkat Kehadiran Masyarakat
Pada Forum Musyawarah Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota
Gunungsitoli

Jumlah Jumlah
No Unsur yang Diundang %
Undangan Hadir
1 Kepala Desa 1 1 100
2 Badan Permusyawaratan Desa 7 7 100
3 Unsur LPM 9 8 89
3 Unsur Kelembagaan 15 14 93
4 Tokoh Masyarakat 10 8 80
5 Kepala Dusun 2 2 100
Jumlah 44 40 91

Dari data tersebut tingkat partisipasi (kehadiran) dalam pengambilan


keputusan masih relatif tinggi yaitu di atas 90%. Hal ini menunjukkan bahwa
kepedulian/tingkat kesadaran masyarakat dalam mengambil peran aktif dalam
pengelolaan pembangunan sebenarnya cukup tinggi. Walaupun ada beberapa
tokoh masyarakat yang datang hanya sekedar memenuhi undangan untuk hadir
dalam forum musyawarah desa. Namun demikian kehadiran tersebut dapat
mendukung tugas pemerintah dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun
agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Sedangkan partisipasi dari sisi gotong royong maupun swadaya masyarakat
untuk membiayai sebagian kegiatan-kegiatan Pengelolaan Alokasi Dana Desa sangat
mendukung keberhasilan pelaksanaa Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Jumlah
swadaya masyarakat sebagai bukti partisipasi di Desa Onozikho Kecamatan
Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli.
Sebagai sebuah program atau kegiatan bersiklus tahunan, Pengelolaan
Alokasi Dana dilaksanakan setiap tahun. Oleh karena itu, proses Alokasi Dana,
mulai dari perencanaan, implementasi sampai pada monitoring dan evaluasi juga
dilakukan setiap tahun. Hal tersebut dirasa oleh sebagian masyarakat sebagai hal rutin
yang kurang memberikan makna, kecuali hanya sebatas memenuhi aspek formal
dan normatif belaka. Dalam kaitan ini ada seorang tokoh masyarakat yang mengaku
selalu mengikuti proses perencanaan Alokasi Dana tetapi hanya sekedar mengikuti
dalam rangka memberikan dorongan dan motivasi pada anggota masyarakat lain.
Dalam merencanakan kegiatan-kegiatan yang bersumber dari Alokasi
Dana Desa memang harus benar-benar memperhatikan kebutuhan masyarakat karena
Alokasi Dana Desa merupakan sumber pendapatan utama sebagian Desa
Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli. Oleh karena itu, rencana
penggunaan Alokasi Dana Desa juga merupakan bahan utama penyusunan APBD
Desa yang dimusyawarahkan di tingkat Desa dan disepakati antara pemerintah desa
dan Badan Permusyawaratan Desay ang nantinya merupakan pedoman kegiatan
pembangunan, kemasyarakatan, dan pelayanan kepada masyarakat selama satu tahun.
Dari sisi transparansi perencanaan, seluruh pemerintah di Desa Onozikho
Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli diwajibkan untuk memberikan
informasi kepada masyarakatnya tentang kegiatan apa yang akan dilaksanakan yang
bersumber dari Alokasi Dana Kelurahan. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa
perencanaan Alokasi Dana di Desa Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota
Gunungsitoli juga telah melaksanakan penerapan bertahap prinsip transparansi dan
akuntabilitas walaupun belum sepenuhnya baik. Namun hal ini merupakan
pembelajaran bersama untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik. Prinsip
transparansi dijunjung tinggi oleh implementor program Alokasi Dana di Desa
Onozikho Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli sehingga diharapkan
memperoleh timbal balik/tanggapan masyarakat dalam memperbaiki kinerja
pembangunan. Hal ini sesuai konsep transparansi yang diungkapkan oleh
Tjokroamidjojo (2000: 76) yaitu dapat diketahui oleh banyak pihak (yang
berkepentingan) mengenai perumusan kebijakan (politik) dari pemerintah, organisasi,
badan usaha.
4. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaaannya bersumber dari


Alokasi Dana Desa sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Kegiatan.
Guna mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi secara jelas kepada
masyarakat, maka di setiap kegiatan fisik wajib dilengkapi dengan papan informasi
kegiatan yang dipasang di lokasi kegiatan. Papan informasi tersebut sekurang-
kurangnya memuat nama kegiatan, volume kegiatan, besaran anggaran dari Alokasi
Dana Desa maupun swadaya masyarakat, dan waktu pelaksanaan kegiatan.
Selain papan nama kegiatan, informasi tentang seluruh program Alokasi
Dana wajib disajikan di kantor desa yang dapat diakses oleh masyarakat umum.
Kedua hal tersebut dilakukan dalam rangka melaksanakan prinsip transparansi
pembangunan kelurahan, sehingga masyarakat secara bebas dapat mengetahui
tentang program Alokasi Dana maupun memberikan kritik dan saran kepada Tim
Pelaksana demi kesempurnaan pengelolaan Alokasi Dana.
Dengan demikian dapat dikaji bahwa prinsip partisipatif pembangunan
masyarakat benar-benar ditumbuhkembangkan yang juga diikuti tranparansi mulai
dari perencanaan penggunaan dana. Demikian pula, dalam hal pelaksanaan Alokasi
Dana yang juga menjunjung tinggi prinsip partisipatif dalam pengambilan keputusan
Hasil temuan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan Alokasi Dana Desa
senantiasa dilaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan oleh pengelola tingkat
desa, terutama perkembangan kegiatan fisik dan penyerapan dana, dengan demikian
dapat diketahui bahwa tanggungjawab pengelola Alokasi Dana Desa sudah
memenuhi ketentuan pembuatan laporan bulanan dan laporan akhir kegiatan.
Pertanggungjawaban pelaksanaan program Alokasi Dana kepada pemerintah tingkat
atasnya dilakukan melalui sistem pelaporan yang dilakukan secara periodik. Laporan
pelaksanaan Alokasi Dana terdiri dari laporan pendahuluan, laporan masing-masing
tahap kegiatan, laporan bulanan, dan laporan akhir kegiatan yang disusun secara
komprehensip.
Apabila dilakukan verifikasi dengan teori Akuntabilitas (Tjokroamidjojo, 2000:
75) adalah tanggung gugat dari pengurusan/ penyelenggaraan yang dilakukan, maka
pelaksanaan Alokasi Dana di kelurahan Sumber Taman sudah mengarah pada
implementasi prinsip tersebut walaupun belum sepenuhnya sempurna.
5. Pertanggungjawaban Alokasi Dana
Pertanggungjawaban Alokasi Dana di Desa Onozikho Kecamatan
Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli terintegrasi dengan pertanggungjawaban APB
Des. Penguatan keuangan dilakukan untuk menguatkan pilar transparansi dan
akuntabilitas. Pengelolaan keuangan harus dilakukan secara efisien dan efektif,
transparan dan akuntabel. Alokasi Dana Desa yang merupakan salah satu sumber
utama pendapatan desa juga harus dipertanggungjawabkan secara transparan kepada
masyarakat maupun kepada pemerintah tingkat atasnya sebagai institusi pemberi
kewenangan.
Hasil temuan menunjukkan bahwa selama dalam pelaksanaan Alokasi
Dana tetap dituntut pertanggungjawaban pada setiap pembelanjaan uang. Dengan
demikian, apabila hal tersebut dilakukan secara terus menerus, tertib dan sesuai
dengan ketentuan yang ada, maka dapat meringankan/mendukung penyusunan
pertanggungjawaban akhir kegiatan Alokasi Dana Desayang harus disusun oleh Tim
Pelaksana. Namun demikian, secara administrasi masih ada yang belum dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga masih sangat perlu pendampingan
dari aparat kecamatan dalam rangka menuju tertib administrasi.
Dari sisi akuntabilitas, pelaksanaan Alokasi Dana di Desa Onozikho
Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli sebagian besar telah memenuhi
teori akuntabilitas sebagaimana disampaikan Tjokroamidjojo (2000: 75) yaitu
tanggunggugat dari pengurusan/penyelenggaraan yang dilakukan. Hal ini didukung
implementasi di lapangan yang menunjukkan bahwa semua uang yang dikeluarkan
telah dipertangungjawabkan secara fisik, walaupun dari sisi administrasi belum
sepenuhnya sempurna. Namun demikian, upaya untuk belajar, perbaikan, dan
pembenahan dari sisi administrasi terus dilakukan untuk menuju pada kesempurnaan.
Kelemahan sumber daya manusia menjadi kendala utama dalam upaya
penyempurnaan pertanggungjawaban administrasi keuangan. Hal inilah yang menjadi
pijakan utama untuk dapat dijadikan bukti pemenuhan tanggung gugat serta
prinsip akuntabilitas yang mewajibkan pemerintah bertanggungjawab kepada rakyat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Alokasi Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kota yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan
masyarakat.
2. Pengelolaan ADD akan baik apabila proses perencanaan, proses implementasi, proses
evaluasi dilaksanakan secara jujur, transparan, dan tanggungjawab. Dana ADD adalah
dana Rakyat, maka sudah sewajarnya bila rakyat meminta informasi, mengakses, dan
mengontrol dana tersebut
3. Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Onozikho Kecamatan
Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli berjalan cukup lancar. Hal ini dapat terlihat
dari tahap persiapan berupa penyusunan Daftar Usulan Rencana kegiatan
,penyelesaian setiap kegiatan sampai dengan tahap penyusunan pertanggung
jawaban. Namun demikian pencapaian tujuan Alokasi Dana Desa belum optimal.
Hal ini dapat d ilihat dari pencapaian tujuan Alokasi Dana Desa (ADD), yaitu
meningkatnya penyelenggaraan peme- rintahan, pembangunan dan kemasyara-
katan, meningkatnya kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam peren-
canaan, pelaksanaan dan pengendali mendorong peningkatan part isipasi
swadaya gotong royong masyarakat dan pembangunan serta mendorong pening-
katan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat.

B. Saran
Di sini saya selaku mahasiswa yang berasal dari Desa Onozikho Kecamatan
Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli ingin memberi saran dan masukan agar proses
perencanaan dan penggunaan alokasi anggaran dana desa bisa dilaksanakan dengan
transparan,terbuka dan jujur agar tidak terjadi penyalah gunaan dana desa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso, Wignyo. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam


Pemberdayaan Masyarakat. Surabaya: ITS Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Dwipayana, Aridan Suntoro Eko. 2003. Membangun Good Governance di
Desa.Yogyakarta: Institute of Research and Empowerment

Mardiasmo. 2004. Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:


Penerbit Andi

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Siwastiono, Sadu. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokus Media

Tjokroamidjojo, Bintoro. 2000. Good Governance (Paradigma Baru


ManajemenPembangunan). Jakarta: UI Press

Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Unik (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2003), 3.

Anda mungkin juga menyukai