Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PREPARAT APUSAN DARAH

MANUSIA
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Laboratorium
Dosen pengampu Suhara,Drs.,M.Pd

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Biologi B
1. Khoirunnisa (195040054)
2. Novi Rahayu (195040074)
3. Fadilla Anandya R. (195040086)
4. Adethia Septi C. (195040089)
5. Alvint Rovino M. (195040093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2019
A. Judul : Praktikum apusan darah manusia.

B. Tujuan :
1. Membuat preparat apus darah manusia dengan metode apus dan metode
pewarnaan Giemsa.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah manusia dengan
metode apus dan metode pewarnaan Giemsa.

C. Metode : Pewarnaan Giemsa


- Hari kamis, 12 Desember 2019
- Waktu praktikum dari pukul 07:00 – 08:40 WIB
- Tempat di Laboratorium Biologi lantai 2 FKIP UNPAS

D. Landasan Teori :
Darah adalah suatu suspensi dan pragmen sitoplasma yang dapat dianggap
sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya darah terdiri atas
unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari
darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh.
Darah manusia bisa dijadikan suatu preparat untuk diamati, presedur yang paling
sering dilakukan dalam pembuatan preparat atau jaringan sediaan histology atau
irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Dibawah
mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui berkas cahaya yang menembus jaringan.
Karena jaringan dan organ biasanya terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan
tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis yang translusendan kemudian
diletakkan diatas kaca objek sebelum jaringan tersebut diperiksa.
Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit,
dan trombosit. Plasma darah mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat
terlarut/tersuspensi didalamnya.
Jenis sel darah:
1. Eritrosit, berbentuk seperti cakram bulat bikonkaf dengan diameter sekitar 7,2
μm tanpa memiliki inti.
2. Leukosit, mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Berdasarkan ada
tidaknya butir-butir dalam sitoplasma dibedakan:
a) Granulosit yaitu adanya butir-butir spesifik yang mengikat zat wana dalam
sitoplasma.
- Neutrofil, berlobus berjumlah 2-5 lebih, berwarna biru atau ungu.
- Eusinofil, inti terdiri atas dua lobi, berwarna merah atau oren.
- Basofil, separuh sel dipenuhi inti, bewarna biru tua dan kasar memenuhi
sitoplasma.
b) Agranulosit, tidak mempunyai butir-butir spesifik.
- Limfosit, inti gelap berwarna ungu.
- Monosit, inti berbentuk oval seperti tapal kuda.
- Trombosit, berbentuk seperti kepingan-kepingan sitoplasma berukuran 2-
5 μm.
Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut
metode oles (metode semiar) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles
atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan
diatas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai
dan ditutup dengan cover glass.
Untuk melihat struktur sel darah dengan menggunakan mikroskop cahaya pada
umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk
mempelajari bentuk masing-masing sel darah, tetapi juga dapat digunakan untuk
menghitung perbandingan antara masing-masing jenis sel darah.
Pewarna Giemsa sebagai pewarna yang umum digunakan dalam pembuatan
sediaan apus, agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga
pewarnaan Romanowsky. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari
morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk indentifikasi parasit-parasit darah
misalnya dari jenis protozoa. Giemsa ini memberikan warna biru.

E. Alat dan Bahan


Alat:
- Mikroskop
- Blood lancet
- Kapas
- Pinset
- Object glass
- Kertas label
- Stopwatch
- Gelas beaker
- Pipet mikro
- Pipet tetes
Bahan:
- Sample darah manusia
- Metilen blue
- Alkohol 70%
- Alkohol 95%
- Aquadet
F. Prosedur Kerja
Preparat ini dapat digunakan untuk mengetahui bermacam-macam sel darah.
Prosedur pembuatannya adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan jari kelingking tangan kanan dengan alkohol 70% dan biarkan
sampai kering. Dengan menggunakan blood lancet yang telah dibersihkan
dengan alkohol 70% tusukkan pada jari kelingking. Darah yang pertama kali
keluar dibersihkan dengan kapas.
2. Teteskan secara langsung darah yang keluar pada salah satu sisi kaca objek
yang bersih dari debu dan lemak. Dengan menggunakan kaca objek lain
buatkan apusan ke arah sisi lain (dijelaskan saat pembuatan).
3. Biarkan apusan darah sampai kering.
4. Rendam apusan darah tersebut ke dalam metil alkohol 95% selama 5-10 menit,
kemudian keringkan.
5. Rendam apusan darah ke dalam larutan buffer zat warna giemsa selama 20
menit.
6. Cuci dengan air kran yang mengalir.
7. Amati dibawah mikroskop, jika warnanya kurang bagus, rendam lagi dan
biarkan selam 10-20 menit, kemudian bilas dan kering anginkan.
G. Hasil Pengamatan

(Hasil praktikum yang asli)


H. Pembahasan
Preparat apus darah adalah preparat yang cara pembuatannya dengan cara diapus atau
dibuat film yang tipis kemudian difiksasi menggunakan metil alkohol dan diwarnai
menggunakan pewarna Giemsa. Tujuan dari pembuatan preparat apus darah adalah untuk
melihat struktur sel penyusun cairan darah juga untuk mengetahui berbagai parasit yang
biasanya berhubungan dengan diagnosis suatu penyakit.
Fiksatif yang digunakan dalam pembuatan preparat apus darah adalah fiksatif
sederhana, hanya menggunakan satu macam fiksatif yang metil alkohol (metanol). Fiksasi
pada sel darah bertujuan untuk mematikan elemen-elemen sel dengan mempertahankan
bentuk, struktur, maupun ukuran sel. Zat warna yang digunakan dalam pembuatan
preparat apus darah adalah giemsa 3% yang akan mewarnai membran sel dan inti sel
darah, namun dengan tingkat yang berbeda. Inti sel akan mempunyai daya ikat yang lebih
tinggi terhadap zat warna giemsa dibandingkan dengan daya ikat membran sel darah.
Hasil pengamatan preparat apus darah di bawah mikroskop, ditemukan sel-sel darah
yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) jenis neutrofil dan limfosit.
Eritrosit yang ditemukan mempunyai bentuk cakram bulat bikonkaf tanpa inti sel dan
dibatasi oleh membran plasma dibagian luarnya yang berfungsi untuk mencegah koloid
yang ada didalamnya keluar dari dalam sel. Kenampakan sel-sel eritrosit dibawah
mikroskop tampak seperti bulatan-bulatan putih pipih dengan cekungan dibagian
tengahnya. Eritrosit ini tidak terwarna dengan baik oleh giemsa, karena struktur anatomi
sel eritrosit tidak mempunyai inti sel, sedangkan didalam inti sel terkandung benang-
benang kromatin yang sifatnya mampu berfungsi untuk menyerap pewarna Giemsa
dengan baik. Karena tidak ada bagian sel yang berfungsi untuk menyerap pewarna giemsa
dengan baik akibatnya sel eritrosit hanya terwarna pada bagian membrannya saja.
Sel darah putih (leukosit) yang ditemukan adalah jenis neutrofil dan limfosit.
Neutrofil berbentuk bulat dengan inti dibagian tengah-tengahnya, terwarna baik dan
menunjukkan adanya inti sel yang berlokus-lokus sebanyak 3 lokus, limfosit yang
ditemukan berbentuk bulat dengan inti sel tunggal yang tampak gelap yang memenuhi
seluruh isi sel. Inti sel tampak berwarna gelap karena kromatin yang terkandung di
dalamnya berkelompok dan memadat sehingga tidak nampak adanya nukleolus.Secara
keseluruhan sel darah putih (leukosit) yang ditemukan, intinya kurang terwarna dengan
baik oleh giemsa, sehingga praktikan sedikit kesulitan untuk menentukan jenis leukosit
yang ditemukan. Kurang terwarnanya sel leukosit disebabkan karena waktu pewarnaan
apus darah yang kurang lama, sehingga inti sel leukosit belum mengikat kuat zat warna
giemsa, akibatnya jenis leukosit yang satu dengan yang lainnya sulit untuk dibedakan.
Selain itu, kemungkinan inti leukosit belum terwarna dengan baik karena pewarna giemsa
yang diigunakan sudah dalam kondisi kurang baik (tidak baru).
Tahap pencucian apus darah dari pewarna giemsa dilakukan dengan mengalirkan air
matang yang sudah didinginkan, hal ini bertujuan agar preparat apus darah yang dibuat
tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang mungkin hidup pada air mentah. Pada air
matang, sebagian besar mikroorganisme yang dikandungnya telah dibunuh selama proses
perebusan.
Tampakan secara keseluruhan dari preparat apus darah belum menunjukan bagian-
bagian penyusun cairan darah secara baik. Pada pengamatan, sel-sel darah yang terlihat
sudah terpisah-pisah antara sel yang satu dengan sel-sel yang lain, tetapi masih ditemukan
bagian-bagian sel yang menumpuk, terutama eritrosit. Hal ini disebabkan karena
prektikan kurang sempurna dalam melakukan pengapusan, sehingga sel-sel darah masih
tumpang tindih satu dengan yang lain. Pewarnaan belum dilakukan dengan sempurna, hal
ini terlihat dengan membran sel dan inti sel belum menyerap zat warna dengan sempurna,
sehingga kenampakan sel belum terlihat jelas. Inti sel-sel leukosit belum terlalu kuat
menyerap zat warna sehingga jenis leukosit cukup sulit untuk diidentifikasi. Namun
secara umum, preparat apus darah sudah baik karena sel-sel penyusun cairan darah sudah
kontras dan dapat dipisahkan serta dibedakan satu dengan yang lainnya.

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik simpulan :

1. Preparat apus darah manusia teah berhasil dibuat oleh praktikan


2. Secara fisik preparat apus darah masih memperlihatkan sel-sel darah yang menumpuk
terutama sel darah merh (eritrosit), selain itu membran sel dan inti sel belum
menyerap zat warna secara sempurna pada sel darah putih (neutrofil)
3. Hasil pembuatan preparat apus darah manusia ditemukan sel-sel penyusun darah yaitu
: sel darah merah (eritrosit) dengan ciri tidak mempunyai inti sel dan berbentuk
cakram bulat bikonkaf, sel darah putih (leukosit) yaitu jenis netrofil yang intinya
berlobus 3 dan limfosit yang intinya bulat penuh.

J. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat direkomendasikan diatas
adalah:
1. Teknik pengapusan darah sebaiknya dilakukan dengan sempurna. Pada saat
menggesekkan kedua gelas benda dilakukan dengan cepat dengan kecepatan
konstan dan benar-benar membentuk sudut 45˚ agar preparat apus yang
dihasilkan tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal.
2. Pewarnaan dengan giemsa sebaiknya dilakukan merata pada seluruh
permukaan apus darah. Selain itu, waktu pewarnaan juga perlu diperhatikan,
jangan terlalu lama atau terlalu sebentar. Bertujuan agar preparat dapat
terwarna dengan optimal dengan kontras yang baik, sehingga penyusun cairan
darah dapat dibedakan antara sel satu dengan sel lainnya. Selain itu pewarna
giemsa yang digunakan sebaiknya dalam keadaan baik (baru
K. Daftar pustaka

Budiono, Djoko. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya: IKIP


Surabaya.
Rudyatmi, Ely, 2013. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Soemadji. 1995. Zoologi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
L. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai