Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Industri

Teknik Elektro sebagai suatu ilmu pengetahuan muncul dan

berkembang untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam

mengelola sistem Kelistrikan atau sistem Pengontrolan, yang melibatkan

komponen-komponen manusia, material, alat-alat listrik dan mesin/fasilitas

produksi. Disiplin Teknik Elektro juga menyangkut optimasi sistem produksi

dengan pertimbangan kelayakan teknis dan kelayakan sosio ekonomis.

Dunia Industri dan Perguruan Tinggi merupakan satu kesatuan yang

saling berkaitan. Hubungan tersebut sering disebut sebagai kemitraan. Seorang

mahasiswa yang sedang menuntut ilmu, khususnya mahasiswa jurusan Teknik

Elektro perlu memahami kondisi nyata yang ada dunia Industri. Mahasiswa

tidak hanya paham dan hafal teori saja namun juga perlu mengerti akan kondisi

perusahaan yang sesungguhnya. Perubahan teknologi dan percepatan informasi

telah mempengaruhi aspek-aspek dalam proses produksi di perusahaan.

Dengan adanya peranan perguruan tinggi, sebagai badan research and

development diharapkan mampu menjawab tantangan dalam perubahan

tersebut. Sehingga performance Elektro sebagai partner akan meningkat.

Disinilah link and match pola kemitraan yang perlu dibangun untuk

meningkatkan mutu dan produktivitas pada Sektor Industri serta Perguruan

Tinggi.

1
2

Teknik Elektro sebagai bagian dari disiplin ilmu yang banyak

mempelajari tentang kontrol industri, optimasi sistem, proses produksi,

perencanaan instalasi dan sistem informasi industri, dan sebagainya sebagai

dasar untuk memberikan kontribusi baik dalam Industri jasa maupun Industri

manufaktur. Sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas,

sebagai contoh adanya efisiensi terhadap biaya produksi maka hal ini

perusahaan akan dapat memaksimalkan keuntungan dengan menggunakan

strategi optimasi. Teknik optimasi digunakan ketika perusahaan menghadapi

adanya keterbatasan sumber daya fisik. Proses optimasi dapat membantu

seseorang untuk bekerja dengan efektif dan lancar dalam situasi keterbatasan

tersebut, yang kemudian pada akhirnya seseorang tersebut dapat mencari solusi

dari berbagai permasalahan yang timbul.

Melalui Pengalaman Lapangan Industri, mahasiswa diharapkan mampu

menemukan permasalahan, yang kemudian akan dianalisa dan dicari solusi

yang tepat. Dengan terjun langsung dan menemukan realita permasalahan yang

ada, mahasiswa dilatih agar dapat memecahkan permasalahan sesuai dengan

yang telah didapatkan di bangku kuliah. Solusi terhadap permasalahan diambil

mahasiswa dengan pendekatan sistem yang integral komprehensif, artinya

permasalahan yang ada tidak diselesaikan secara terpisah namun antara satu

dengan yang lain ada keterkaitan.

Pengalaman Lapangan Industri juga akan bermanfaat terhadap

penciptaan iklim yang saling mendukung. Peran Perguruan Tinggi sebagai

penghasil Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki tingkat kredibilitas


3

tertentu mampu berperan di dunia Elektro dengan menjadikan perusahaan

sebagai partner dalam penelitian maupun dalam memberikan masukan.

Sehingga dengan adanya Pengalaman Lapangan Industri akan tercipta

kerjasama yang saling menguntungkan dan kemitraan yang saling mendukung

antara Perguruan Tinggi dan dunia Industri.

Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri

Padang Pengalaman Lapangan Industri (PLI) merupakan salah satu mata kuliah

wajib dengan bobot 3 sks. Pengalaman Lapangan Industri merupakan mata

kuliah yang termasuk dalam Program Pengalaman Lapangan

Nonkependidikan, adalah kegiatan belajar mahasiswa yang dilakukan pada

perusahaan atau industri secara terbimbing dan terpadu dalam keahlian bidang

studi sebagai wahana pembentukan kemampuan akademik (profesi). Jangka

waktu pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri di industri berkisar antara 8

sampai dengan 10 minggu (400 s.d 500 jam kerja). Pelaksanaan PLI dilakukan

baik secara individu maupun berkelompok yang dibimbing oleh satu orang

dosen pembimbing dari jurusan dan satu orang pembimbing dari industri.

Sehubungan dengan kewajiban mahasiswa untuk melaksanakan

Pengalaman Lapangan Industri tersebut, penulis memilih PT Semen Padang

sebagai tempat melaksanakan Praktek Industri. Kami meninjau PT Semen

Padang memiliki andil yang cukup besar dalam peningkatan laju ekonomi

dalam bidang produksi semen. Adanya keterkaitan program studi yang penulis

tempuh dengan proses kegiatan di PT Semen Padang menjadi alasan bagi

penulis untuk melaksanakan kegiatan praktek industri di PT Semen Padang.


4

PT.Semen Padang merupakan salah satu industri besar yang ada di

Indonesia yang mempunyai peranan sangat penting dalam membantu

pemerintah menghasilkan generasi muda bangsa yang terbaik untuk

menjadikan bangsa Indonesia ini lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan

bekerjasama bersama lembaga pendidikan di Indonesia ini , salah satunya

adalah Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia untuk menghasilkan generasi

muda bangsa yang siap bersaing.

Pengalaman Lapangan Industri bermanfaat dalam memberikan bekal

terhadap mahasiswa tentang apa yang perlu mereka miliki nantinya kalau ingin

terjun ke dunia industri. Mahasiswa yang sukses dalam Pengalaman Lapangan

Industri lebih mudah beradaptasi dengan dunia kerja karena mereka

diasumsikan telah memahami kebutuhan industri yang diharapkan dari mereka

sebagai calon tenaga kerja.

Pada laporan Pengalaman Lapangan Industri ini, penulis membahas

tentang “Sistem Proteksi Motor Cement Mill ZIM03M1Dengan SEPAM

2000 di Pabrik Indarung II/III PT. Semen Padang”.

B. Tujuan Pelaksanaan Praktek Industri

Kegiatan PLI yang dilakukan oleh Fakultas Teknik UNP mempunyai

tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan umum:
a. Merupakan suatu sarana bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh di perkuliahan.


5

b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang dunia kerja dengan

memperhatikan, mempelajari, dan memahami proses kerja dan aturan-

aturannya.
c. Meningkatkan keterampilan dan kreativitas mahasiswa melalui

keterlibatan langsung dalam kegiatan permasalahan.


2. Tujuan khusus
a. Mengetahui secara umum proses kerja pembuatan semen pada PT.

Semen Padang.
b. Mengetahui sistem kelistrikan di PT. Semen Padang.
c. Mengetahui secara umum Penggunaan SEPAM 2000 sebagai sistem

proteksi Pada Motor Mill ZIM03M1 di Cement Mill Indarung II/III.


d. Mengetahui mekanis dan prinsip kerja dari Sistem Proteksi SEPAM 2000

Pada Motor Mill ZIM03M1 di Cement Mill Indarung II/III.


e. Sebagai persyaratan mata kuliah wajib jurusan Teknik Elektro

Universitas Negeri Padang.


C. Batasan Masalah
Dengan banyaknya kajian yang dapat dibahas di PT. Semen Padang maka

dilakukan pembatasan masalah yang akan dibahas, untuk itu laporan

pengalaman lapangan industri ini akan di khususkan dalam membahas Sistem

Proteksi Motor Mill ZIM03M1 Mengguakan SEPAM 2000 di Cement Mill

Indarung II/III dengan hal-hal sebagai berikut :


1. Gambaran Sistem Proteksi Motor Mill ZIM03M1 Dengan Menggunakan

SEPAM 2000.
2. Komponen dan Peralatan SEPAM 2000.
3. Prinsip Kerja SEPAM 2000.
4. Analisa data Sistem Proteksi Motor Mill ZIM03M1 Dengan Menggunakan

SEPAM 2000.

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri

1. Tempat Kegiatan
6

Pelaksanaan Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) ini

dilakukan di area Pemeliharaan Listrik dan Instrument Cement Mill

Indarung II/III PT. Semen Padang.

2. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Pratek Lapangan Industri (PLI) ini dilaksanakan selama 7

minggu yang dimulai dari tanggal 18 September 2017 sampai dengan

tanggal 03 November 2017.

E. Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini

adalah :

1. Studi literatur, yaitu dengan melakukan studi dari buku-buku ataupun

instruksi manual dan pustaka berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Tinjauan lapangan, yaitu melakukan pengambilan data terhadap objek

yang diteliti.

3. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan

wawancara dan konsultasi dengan pihak-pihak profesional dalam bidang

yang dipelajari guna mengantisipasi kemungkinan kesalahan yang mungkin

terjadi dalam pengolahan data untuk penulisan.

4. Diskusi dengan pembimbing dan rekan kerja praktek.

5. Pembahasan.

6. Menyimpulkan hasil pembahasan dan penyelesaian akhir.

F. Sistematika Penulisan Laporan


7

Untuk mempermudah penulisan laporan ini, maka penulis membuat suatu

sistematika pembahasan yang merupakan urutan dari pembahasan laporan.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang pelaksanaan Pengalaman Lapangan

Industri, tujuan pelaksanaan, batasan masalah, tempat dan waktu

pelaksanaan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM PT. SEMEN PADANG

Berisi tentang perkembangan kapasitas pabrik, struktur organisasi

departemen produksi II/III, struktur organisasi PLI II/III,

manajemen perusahaan, visi dan misi perusahaan, produksi PT.

Semen Padang.

BAB III SISTEM KELISTRIKAN PT. SEMEN PADANG

Berisi tentang sistem kelistrikan dan instrumentasi PT. Semen

Padang.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi pembahasan pengertian Sistem Proteksi Motor Mill

ZIM03M1 Menggunakan SEPAM 2000 spesifikasi, prinsip kerja,

peralatan dan komponen, operasi dan pemeliharaan, di PT. Semen

Padang.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran dari dari penulisan Laporan Kerja

Praktek, agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

upaya peningkatan dan pengembangan di masa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN UMUM PT. SEMEN PADANG

A. Sejarah PT. Semen Padang

PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang

didirikan oleh Belanda . Pada tahun 1896 seorang perwira Belanda yang

berkebangsaan Jerman yang bernama Ir. Carl Christophus Lau tertarik dengan

batu-batuan yang ada di bukit Karang Putih dan bukit Ngalau. Batu-batuan itu

dikirim ke Belanda dan hasil penelitian menunjukkan bahwa batu-batuan

tersebut dapat dijadikan bahan baku semen. Pada tanggal 25 Januari 1907 Ir.

Carl Christophus Lau mengajukan permohonan kepada Hindia Belanda untuk

mendirikan pabrik semen di Indarung, pada tanggal 16 Agustus 1907

permohonan itu disetujui.

Untuk melanjutkan usahanya, Lau menghimpun kerja sama dengan

beberapa perusahaan seperti Fa. Gebroeders Veth, Fa. Dunlop, Fa. Yarman &

Soon serta pihak swasta lainnya, sehingga pada tanggal 18 Maret 1910

berdirilah NV Nederlandesch Indische Portland Cement Maatschappij (NV

NIPCM) dengan akte notaris Johanes Piede Smidth di Amsterdam sebagai

pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik yang berlokasi lebih kurang 15 Km

dari pusat kota Padang ini mulai beroperasi pada tahun 1913 dengan kapasitas

22.900 ton pertahun dan pada tahun 1939 pernah mencapai produk tertinggi

172.000 ton. Ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942 sampai 1945

pabrik semen ini diambil alih oleh Manajemen Asano Cement Jepang. Ketika

proklamasi kemerdekaan pada 1945, pabrik ini diambil alih oleh karyawan

9
10

Indonesia dan selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia

dengan nama Kilang Semen Indarung.Perkembangan selanjutnya, perusahaan

melakukan peningkatan kapasitas roduksi dengan optimalisasi Indarung I dan

pembangunan pabrik baru Indarung II, II A, III B, III C, maka mulai 1 Januari

1994 kapasitas terpasang meningkat menjadi .720.000 ton semen pertahun.

Pabrik Indarung I sebagai pabrik tertua yang meggunakan proses basah

sekarang tidak dioperasikan lagi mengingat efisiensi dan angkanya suku

cadang peralatannya akan tetapi masih tetap dirawat dengan baik.

Pabrik Indarung II dibangun pada tahun 1977 dan selesai pada tahun

1980. Setelah itu berturut-turut dibangun pabrik Indarung III A (1981-1983)

dan Indarung III B (selesaitahun 1987). Pabrik Indarung III C dibangun oleh

PT. Semen Padang pada tahun 1994. Kemudian dalam perkembangannya

pabrik Indarung III A akhirnya dinamakan pabrik Indarung III sedang pabrik

Indarung III B dan III C yang menggunakan satu Kiln yang sama diberi nama

pabrik Indarung IV. Dengan diresmikannya pabrik Indarung V pada tanggal 16

Desember 1998 maka kapasitas produksi meningkat menjadi 5.240.000 ton

semen pertahun.

Pada tanggal 5 Juli 1958 pabrik diambil alih oleh pemerintah RI dalam

rangka direbut kembali Irian Barat dari tangan Belanda dengan surat keputusan

president RI No. 50/1958 yang menyatakan pabrik semen diambil alih oleh

pemerintahan Indonesia yang dikelola oleh Badan Pengelola Perusahaan

Industri dan Tambang (BAPPIT) pusat. Tanggal ini kemudian ditetapkan

sebagai ulang tahun PT. Semen Padang yang selalu diperingati sampai
11

sekarang. Pabrik semen ini berubah status menjadi perusahaan Negara setelah

dikeluarkannya PP No. 135 tahun 1961 namun dengan keluarnya akta notaris

nomor 5 pada tanggal 5 Juli 1972 status perusahaan dirubah lagi menjadi PT

(Persero) terbatas dengan modal seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah RI.

Berdasarkan Surat Menteri Keuangan nomor 5- 326/ MK.0.16/ 1995

tanggal 5 Juni 1995, Pemerintah melakukan konsolidasi atas tiga pabrik semen

milik pemerintah yaitu PT. Semen Tonasa (PT. ST), PT. Semen Padang

(PT.SP), dan PT. Semen Gresik (PT. SG) yang terealisasi pada tanggal 15

September 1995, sehingga saat ini PT. Semen Padang berada dibawah PT.

Semen Gresik Group.

B. Visi dan Misi PT. Semen Padang

Visi PT. Semen Padang ádalah :

”Menjadi Industri Semen Yang Andal, Unggul, Dan Berwawasan Lingkungan”

Misi PT. Semen Padang adalah :

1. Meningkatkan nilai perusahaan bagi stakeholder, bertumbuh dan

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan

2. Mengembangkan industri berwawasan lingkungan

3. Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten dan professional

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Semen Padang sering mengalami perubahan

sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan perusahaan. Struktur

organisasi yang akan dijelaskan berikut ini adalah struktur organisasi yang

ditetapkan oleh Surat Keputusan Direksi No. 091/SKD/DESDM/05.2004 pada


12

tanggal 13 Mei 2004. Berdasarkan struktur organisasinya, PT Semen Padang

dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang tugasnya bertanggung jawab

terhadap seluruh bidang yang ada di perusahaan.

PT. Semen Padang menggunakan struktur organisasi fungsional yang

membentuk line dan staf. Struktur organisasi PT. Semen Padang terdiri dari staf

dan pemegang saham sebagai pemilik kekuasaan tertinggi, dalam hal ini

pemerintah melalui dewan komisaris.

PT. Semen Padang memiliki lima orang direksi yang diangkat dan

diberhentikan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Struktur organisasi

PT. Semen Padang bila dikelompokkan berdasarkan tugas dan wewenang

adalah sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris dipilih dalam rapat umum pemegang saham

(RUPS). Tugas dewan ini secara umum adalah sebagai dewan pengarah

(steering committee) dan tempat berkonsultasi bagi direktur dalam

mengambil suatu keputusan.


2. Dewan Direksi
Dewan Direksi terdiri dari Direktur Utama yang dibantu oleh 4

(empat) orang Direktur yaitu Direktur Pemasaran, Direktur Produksi,

Direktur Litbang dan Operasi serta Direktur Keuangan yang diangkat

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 296/KMK.016/1995

tanggal 6 Juli 1995. Direktur Utama merupakan orang yang paling

bertanggung jawab terhadap seluruh aktifitas dan jalannya perusahaan.

Departemen yang langsung berada dibawah Direktur Utama adalah:


1. Direktur Pemasaran yang membawahi:
1) Departemen Penjualan
13

2) Departemen Perencanaan dan Pengembangan Pemasaran


3) Departemen Distribusi dan Transportasi
2. Direktur Produksi yang membawahi:
1) Departemen Tambang
2) Departemen Produksi II/III
3) Departemen Produksi IV
4) Departemen Produksi V
5) Departemen PTP
3. Direktur Litbang dan Operasi yang membawahi:
1) Departemen Pengembangan Usaha & Sistem Manajemen
2) Departemen Litbang & Jaminan Kualitas
3) Departemen Rancang Bangun & Rekayasa
4) Departemen Perbekalan
4. Direktur Keuangan yang membawahi
1) Departemen Perbendaharaan
2) Departemen Akuntansi dan Pengendalian Keuangan
3) Departemen Sumber Daya Manusia
4) Departemen Sistem Informasi
Keempat direktur ini bertindak sebagai pengelola langsung (Dewan

Direksi). Selain departemen yang tersebut diatas Dewan Direksi dibantu oleh

badan setingkat departemen yang memiliki tanggung jawab langsung terhadap

Dewan Direksi, yaitu :


1. Satuan Pengawas Intern
2. Sekretaris perusahaan
Untuk direksi dibantu oleh karyawan yang dibagi atas:
1. Karyawan tetap
a. Staf, sebagai kepala departemen, sub departemen, biro, dan kepala

bidang.
b. Non Staf, sebagai kepala regu (asisten supervisor sebagai

penanggung jawab distribusi dan kelancaran kerja di lingkungan

seksinya) beserta bawahannya.


2. Karyawan harian
Karyawan yang tidak memiliki nomor induk pegawai perusahaan dengan

masa kerja harian.


3. Karyawan honor
Karyawan yang hampir sama dengan karyawan harian tapi statusnya

lebih tinggi.
14

D. Struktur Organisasi Pemeliharaan Listrik dan Instrumentasi

Gambar 1. Struktur Organisasi Departemen Produksi II/III

Gambar 2.Struktur Organisasi Biro Pemeliharaan Listrik Instrumentasi Indarung

II/III

E. Manajemen Perusahaan

Dalam mengelola suatu perusahaan agar berjalan dengan baik dan benar

diperlukan manajemen yang terstruktur dan terprogram, dimana sistem

manajemen inilah yang nantinya akan menentukan jalannya roda perusahaan.

Sistem manajemen ditentukan oleh pengambil keputusan atau pimpinan


15

perusahaan, yang mana dari impinan inilah akhirnya akan dilahirkan

kebijaksanaan yang penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat

berjalan dengan baik.

Berdasarkan garis besarnya fungsi manajemen dapat dibagi atas:

1. Perencanaan (Planning)

Planning adalah fungsi manajemen untuk menentukan tujuan posisi

dan program perusahaan. Pada PT. Semen Padang perencanaan dibuat oleh

pemimpin sedangkan perencanaan yang bersifat kecil pada masing-masing

unit dilaksanakan oleh masing-masing unit itu sendiri.

2. Pengoperasian (Organizing)

Struktur organisasi merupakan kelengkapan yang sangat penting

bagi perusahaan dimana didalamnya tergambar tingkat tanggung jawab,

wewenang dan tugas yang jelas.

3. Penggerakan (Actuating)

Actuating adalah suatu usaha penggerakan seorang pimpinan

terhadap bawahannya. Pada PT. Semen Padang hal ini dilaksanakan dengan

cukup baik dengan adanya koperasi karyawan, siraman-siraman rohani

berkala, darma wanita perusahaan dan lain-lain.

4. Pengawasan (Controlling)

Controlling adalah tindakan yang harus dilaksanakan oleh seorang

pemimpin perusahaan untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan,

penyelewengan tugas dan wewenang dari yang telah ditentukan semula,

sehingga dapat dicapai hasil yang baik pula. Pada PT. Semen Padang
16

pengawasan dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan produksi, keuangan,

tugas, sistem dan prosedur hasil produksi.

E. Proses Pembuatan Semen

Ada dua macam produksi semen yang digunakan di PT. Semen Padang,

yaitu :

1. Proses Basah (Wet Process)

Pada proses penggilingan basah, campuran bahan mentah digiling

dalam Raw Mill dengan menambahkan air dengan kadar tertentu, biasanya

berkisar antara 30 – 37 %. Hasil penggilingan bahan mentah berupa lumpur

yang disebut dengan slurry. Agar slurry yang dihasilkan homogen, maka

dilakukan proses homogenizing, yaitu mengaduk slurry secara mekanik atau

menggunakan udara tekan di dalam bak penampungan. ). Proses basah ini

tidak lagi digunakan karena menyebabkan polusi yang sangat

berbahaya.maka digunakan pembuatan semen sekarang adalah pembuatan

semen secara kering


1.BATU
KAPUR WATER
2.BATU VAPOUR
SILIKA
3.TANAH
LIAT
4.PASIR BESI CEMMENT
RAW SLURRY KIL KLINKER MILL CEMMEN
MILL N T

1.GRINDING
AIR 1.GRINDING 2.MIXING
2.MIXING 3.COALING
3.CORRECTION
4.HOMOGENIZING

GYPSUM PACKING
RAW FUEL
FUEL
1.DRYINR
2.GRINDING
3.COMPRESSING
4.HEATING
17

Gambar 3. Flow Diagram Proses Basah ( Wet Process )

2. Proses Kering (Dry Process)

Pembuatan semen dengan menggunakan proses kering yakni

dengan melakukan proses pengeringan pada saat proses pencampuran,

sehingga diharapkan memiliki kadar air kurang dari 1 %. Berikut adalah

Flow Diagram Proses Kering (Dry Process) :

Gambar 4. Flow Diagram Proses Kering (Dry Process)

Adapun proses pembuatan semen (dry process) di PT. Semen Padang

dapat dilihat pada gambar di bawah ini, secara garis besar proses melalui

lima tahapan, yaitu:


18

Gambar 5. Proses Produksi Semen

1. Penyediaan Bahan Mentah

Penyediaan bahan mentah dimulai dari aktivitas di quarry

(penambangan), pemecahan (crushing) dan transportasi sampai bahan

mentah berada di storage pabrik.

Bahan mentah industri semen adalah berupa batu kapur, batu silika,

clay dan pasir besi (iron sand ). Biasanya pada pemasukan (penumpukan)

bahan mentah ke storage dilakukan pengaturan pencampuran awal

(preblending) bahan mentah sejenis agar kualitas bahan mentah tersebut

lebih seragam.
19

Gambar 6. Diagram Alir Operasi Pabrik Indarung II/III

2. Pengolahan Bahan Mentah

Pengolahan bahan mentah meliputi kegiatan / proses dalam hal :

a. Pencampuran sesama bahan mentah sesuai dengan perbandingannya.

b. Pemecahan dan penggilingan bahan mentah.

c. Homogenisasi.

Pada proses basah, terjadi penambahan air sewaktu proses penggilingan

sedangkan pada proses kering menggunakan udara panas untuk pengeringan

bahan mentah. Mesin penggilingan bahan mentah ini disebut dengan Raw

Mill.

Pada tahap penggilingan dan pencampuran bahan mentah yang telah

dipersiapkan dalam komposisi yang cocok digiling sampai mencapai

kehalusan tertentu. Proses ini dilakukan di dalam raw mill.

Ada beberapa fungsi raw mill yaitu :

a. Menggiling bahan mentah

b. Proses blending (pencampuran awal)

c. Proses pengeringan Raw Mix

d. Proses Homogenitas Raw Mix

Ada dua tipe Raw mill yang dipakai oleh PT. Semen Padang untuk

penggilingan bahan baku menjadi Raw Mix yaitu tipe vertikal dan tipe

horizontal. Perbedaan ini terletak pada posisi Raw Mill terhadap arah aliran

bahan baku sewaktu penggilingan.


20

Gambar 7. Raw Mill


21

3. Pembakaran Raw Mix / Slurry Menjadi Klinker.

Pada proses pembakaran ini, raw mix (slurry pada proses basah) melalui

beberapa tahapan proses yang menghasilkan produk semen setengah jadi

yang disebut dengan klinker. Tujuan utama dari proses pembakaran ini

adalah untuk menghasilkan reaksi kimia dan pembentukan senyawa di

antara oksida-oksida yang terdapat pada bahan mentah. Pembakaran ini

dilakukan sampai mencapai suhu maksimum, yaitu 1400oC.

Pada proses pembakaran ini terjadi beberapa proses, yaitu :

a. Pengeringan ( untuk proses basah ).

b. Pemanasan pendahuluan ( pre heating ).

c. Kalsinasi ( calcination).

d. Pemijaran ( sintering).

e. Pendinginan ( cooling).

Proses pembakaran dilakukan dalam sebuah alat yang disebut

dengan kiln. Kiln ini berbentuk silinder dengan diameter yang mencapai 5 m

dengan panjang mencapai 80 m dengan kemiringan 3o. Kiln ini berotasi

sebesar 3 rpm selama pembakaran agar material terbakar merata. Bahan

bakar untuk proses pembakaran ini adalah batu bara yang telah dijadikan

serbuk (fine coal). Di dalam kiln dilapisi oleh batu tahan api(fire brick)

untuk menjaga temperatur di dalam kiln.

Raw mix atau slurry yang telah mengalami pemijaran di dalam kiln

selanjutnya di dinginkan di dalam cooler. Material yang keluar dari kiln ini

disebut sebagai kilnker dengan temperatur yang mencapai 1400oC dan


22

klinker yang halus jatuh ke dalam debudged conveyor (DBC), karena di

dalam grate cooler terdapat grate plat yang digerakkan dengan motor dan

juga terdapat lobang-lobang kecil yang dapat dilalui oleh klinker yang kecil,

sedangkan klinker yang kasar langsung ke crusher dan dihancurkan/digiling

lagi baru bergabung dengan klinker yang halus dengan menggunakan screw

conveyor. Klinker yang sudah halus ditransportasikan ke CF silo klinker.

Gambar 8. Kiln

Gambar 9. Pembakaran Pada Kiln

4. Penggilingan Klinker dan Penambahan Gypsum Menjadi Semen

Jadi

Semen setengah jadi ( klinker ) yang dihasilkan selanjutnya melalui

proses penggilingan sampai dengan kehalusan tertentu. Pada tahap ini


23

klinker yang telah didinginkan di dalam silo diumpankan bersama gypsum

sekitar 4% s/d 6% ke dalam cement mill( tromol cement ). Fungsi gypsum

dalam semen adalah sebagai Retarder, yaitu sebagai bahan yang dapat

mengendalikan reaksi sewaktu pengerasan semen, sehingga semen tidak

terlalu cepat kering.

Di dalam cement mill klinker yang berukuran 1 - 40 mm 3 digiling

bersama gypsum sampai mencapai tingkat kehalusan tertentu dengan

mengunakan peralatan grinding media yang terbuat dari bola-bola baja.

Semen yang dihasilkan selanjutnya disimpan dalam Silo Cement

untuk siap dikantongkan atau ditransportasikan. Mutu dan kualitas

dilakukan di laboratorium dengan analisa sinar X (X ray) dengan

menggunakan computer quality control.

Gambar 10. Cement Mill

F. Pengantongan

Proses pengantongan dilakukan sesuai dengan distribusi yang dibutuhkan.

Jadi tidak ada penumpukan atau gudang semen yang telah dikantongkan
24

tersebut di pabrik ini. Semen yang diambil dari silo semen langsung menuju

unit pengantongan dengan menggunakan alat transportasi Air Slide Conveyor.

Setelah dikantongkan langsung dibawa dengan Belt Conveyor ke atas truck.

Gambar 11. Proses Packing Semen

Ada delapan unit packer di pabrik ini, yaitu 2 unit di Indarung I, 6 unit

di Packing Plant Indarung dan 4 unit di Teluk Bayur ( 1unit merupakan rotary

packer dengan kapasitas 80 ton per jam ).

Sistem pengantongan untuk semen kantong sack diawali dengan

pengambilan semen di silo semen. Semen melewati Pneumatic Valve di bottom

silo masuk ke air slide dan diteruskan ke Bucket Elevator. Dari elevator semen

diteruskan ke control screen (trommel screen) untuk dipisahkan dari material

asing atau gumpalan semen. Semen yang halus masuk ke Feed Tank.

Feed Tank dilengkapi dengan Nivopilot dan level indikator untuk

menjaga agar isi dalam feed tank selalu terkontrol. Jika Feed tank terisi penuh

maka pneumatic valveakan menutup secara otomatis. Dan jika feed tank

mencapai level minimum maka pneumatic valve kembali membuka. Semen


25

dari feed tankakan diteruskan ke packer tank dan masuk ke kantong dengan

dorongan udara tekan dan sistem penimbangan mekanis.

Gambar 12. Diagram Proses Pembuatan Semen

G. Kapasitas Produksi

PT. Semen Padang saat ini mempunyai kapasitas terpasang 5.240.000 ton

per tahun dengan 5 unit pabrik, antara lain :

 Pabrik Indarung I : 330.000 ton/ tahun

 Pabrik Indarung II : 720.000 ton / tahun

 Pabrik Indarung III : 780.000 ton / tahun

 Pabrik Indarung IV : 1.620.000 ton / tahun

 Pabrik Indarung V : 2.300.000 ton / tahun

 Pabrik Indarung VI : 3.000.000 ton / tahun

a. Pabrik Indarung I

Pabrik Indarung I sebagai cikal bakal pabrik semen di Indonesia dengan

proses pembuatannya dengan menggunakan proses basah (wet process).

Dalam perkembangannya melalui rehabilitasi I dan II yang masing-masing


26

selesai tahun 1973 dan 1976. Kapasitas pabrik Indarung I mencapai 330.000

ton / tahun atau sekitar 1.050 ton / hari dengan 5 buah kiln, yaitu :

Tabel 1. Hasil Produksi Pabrik Indarung I

KilnI 110 ton / hari


Kiln II 110 ton /hari
Kiln III 210 ton / hari
Kiln IV 270 ton / hari
Kiln V 350 ton / hari
Total 1.050 ton / hari
Namun sejak 1 januari 2000, pabrik indarung I tidak digunakan lagi,

karena PT. Semen Padang mengunakan jenis proses produksi kering dalam

pengolahan semen (Mengurangi Dampak Lingkungan).

b. Pabrik Indarung II

Pabrik Indarung II dengan menggunakan proses kering (dry process).

Mulai beroperasi sejak tahun 1980 dengan 1 buah kiln sistem 4 stage

suspension preheater dengan kapasitas 2.000 ton / hari atau sekitar 600.000

ton / tahun. Melalui proyek optimalisasi yang selesai tahun 1992 maka

kapasitas pabrik meningkat menjadi 720.000 ton / tahun.

Gambar 13. Pabrik Indarung II

c. Pabrik Indarung III


27

Pabrik Indarung III dengan menggunakan proses kering (dry process).

Mulai beroperasi sejak Juli 1983 dengan 1 buah kiln sistem 4 stage

suspension preheater dengan kapasitas 2.000 ton / hari atau sekitar 600.000

ton / tahun. Melalui proyek optimalisasi yang selesai tahun 1992 maka

kapasitas pabrik meningkat menjadi 780.000 ton / tahun.

Gambar 14 . Pabrik Indarung III

d. Pabrik Indarung IV

Pabrik Indarung IV yang berasal dari penggabungan Pabrik Indarung III

B dan Pabrik Indarung III C yang menggunakan proses kering (dry process).

Mulai beroperasi secara trial-run sejak Oktober 1985 dengan 1 buah kiln

sistem 4 stage suspension preheater dengan kapasitas 5.400 ton / hari atau

sekitar 1.620.000 ton / tahun. Tetapi karena terdapatnya berbagai kendala

yang dihadapi, maka operasi mulai lancar beroperasi pada akhir tahun 1986.
28

e. Pabrik Indarung V

Pabrik Indarung V mulai beroperasi pada tahun 1998 dengan

menggunakan proses kering (dry process) yang berkapasitas 7.800 ton / hari

atau sekitar 2.300.000 ton / tahun.

f. Pabrik Indarung VI

Pabrik Indarung VI mulai beroperasi pada tahun 2017 dengan

menggunakan proses kering (dry process) yang berkapasitas ton / hari atau

sekitar 3.000.000 ton / tahun.

H. Produk – produk PT. Semen Padang

PT. Semen Padang memproduksi 4 jenis semen, yaitu:

1. Portland Cement

Semua semen jenis ini merupakan perekat hidrolis yang dihasilkan dari

penggilingan terak/klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan

digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa kristal senyawa

kalsium sulfat. Semen Portland ini ada 4 tipe yaitu:

a. Portland Cement Type I

Semen tipe ini digunakan untuk keperluan konstruksi tipe umum yang

tidak memerlukan persyaratan khusus seperti ketahanan terhadap sulfat,

zat asam dan lain-lain. Tipe ini biasanya digunakan untuk bangunan

pemukiman, gedung-gedung bertingkat dan lain-lain.

b. Portland Cement Type II

Semen tipe ini digunakan untuk keperluan konstruksi bangunan yang

memerlukan ketahanan sulfat antara 0,10 – 0,20 % dan panas hidrasi


29

sedang, misalnya bangunan di pinggir laut, bangunan di bekas tanah

rawa, saluran irigasi untuk dam-dam dan landasan jembatan.

c. Portland Cement Type III

Semen tipe ini digunakan untuk keperluan konstruksi bangunan yang

memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah

pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-

bangunan bertingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak

memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.

d. Portland Cement Type IV

Semen tipe ini digunakan untuk keperluan konstruksi bangunan tanah/air

yang mengandung sulfat melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk

instalasi limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan,

pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.

2. Super Masonry Cement

Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan

dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K-255. Selain itu, dapat juga

digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, hollow brick,

paving block, tegel dan bahan bangunan lainnya.

a. Super PPC(Portland Pozzoland Cement)

Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland

SNI 15-0302-1994 dan ASTM C 595 M-95 a, dapat digunakan secara

luas, seperti:
30

1. Konstruksi beton massa (bendungan, dam, dan irigasi)

2. Konstruksi beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan

sulfat (bangunan tepi pantai dan tanah rawa)

3. Bangunan/instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi

4. Pekerjaan pemasangan dan plesteran.

b. Oil Well Cement Class G-HSR (High Sulfate Resistant)

Semen jenis ini merupakan semen khusus yang digunakan untuk

pengeboran minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak

di bawah permukaan laut dan bumi dengan kedalaman mencapai 800

kaki. OWC yang diproduksi adalah G-HSR (High Sulfate Resistant) yang

disebut juga dengan Basic OWC. Penambahan zat addictive menjadikan

semen ini dapat digunakan untuk berbagai kedalaman dan temperatur.

c. Portland Cement CEM I 42.5 R-NA

Portland Cement CEM I 42.5 R-NA adalah tipe semen dengan

kekuatan awal yang tinggi, susut relatif pada waktu mengering serta

tahan terhadap pembekuan pada iklim dingin (Frost), dan cocok dipakai

untuk pekerjaan:

1. Konstruksi terowongan/bendungan

2. Konstruksi jalan raya dan jembatan

3. Pengecoran beton pada suhu yang dingin atau pengecoran akibat

adanya rembesan air

4. Beton yang tahan terhadap alkalis reaktif


31

5. Industri beton pracetak (Presast Concrete) yang membutuhkan

kekuatan tekan awal yang tinggi

6. Konstruksi umum dan cukup workable untuk aduk pemasangan dan

plesteran dengan pengerutan/penyusutan rendah (lower shrinkage).

I. Penerapan Sistem Manajemen Mutu

Dalam menghadapi tantangan era globalisasi pasar bebas, maka PT.

Semen Padang telah mendapatkan pengakuan dan izin pemakaian tanda:

1. API Monogram, sertifikat NO. 10A-0044, dari American Petroleum

Institute-New York.

2. ISO 9002-1994, sertifikat NO. 95-97 scope : Raw Material Mining,

Cement Manufacturing and Cement Packaging and Cement Marketing,

dari Quality Certification Bureau INC.Canada (QCB).

3. ISO 9001-1994, sertifikst NO. 97-585 scope: Design Development

Production, Instalation and Servicing Equipment of Industries, dari

Quality Certification Bureau INC.Canada (QCB).

4. ISO 14001 : 1996 – SNI 19-14001-1997, dari Succofindo International

Certification Services, Organization NO. EMS 00013.

5. Certificate of Convormity. NO. 0/20/008/3, dari lembaga mutu Landes

Material Prufamt Sachsen – Anhalt (LMPA) Magdeburg, Germany.


BAB III

SISTEM KELISTRIKAN PT. SEMEN PADANG

A. Kebutuhan listrik PT. Semen Padang

PT. Semen Padang yang terdiri dari lima pabrik (Pabrik Indarung I

sampai dengan pabrik Indarung V), pertambangan dan packing plant. Dalam

operasionalnya menggunakan energi listrik yang cukup besar. Sebagian besar

energi listrik tersebut digunakan untuk proses produksi, selain itu juga

digunakan untuk penerangan dan kantor pusat.

Total energi listrik yang dibutuhkan oleh PT. Semen Padang adalah

sekitar 89,1 MW yang terdiri dari 1,2 MW untuk operasional non pabrik dan

sekitar 87,9 MW untuk operasional pabrik.

Tabel 2. Kebutuhan energi listrik PT. Semen Padang

No Pabrik Daya ( MW )
1. Pabrik Indarung I 2,1
2. Pabrik Indarung II 11,3
3. Pabrik Indarung III 12
4. Pabrik Indarung IV 26,5
5. Pabrik Indarung V 34.5
6. Pabrik Indarung VI 36,5
7. Tambang 1,8
8. Non Pabrik 1,2
TOTAL DAYA 125,9

B. Sumber Energi Listrik PT. Semen Padang

Sumber tenaga listrik yang dikonsumsi oleh PT. Semen Padang pada

awalnya di suplai oleh pembangkit sendiri berupa PLTA dan PLTD. Seiring

dengan pengembangan pabrik dan kemajuan teknologi, maka kebutuhan

34
35

tegangan listrik meningkat dengan cepat yang tidak dapat dipenuhi oleh

pembangkit sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, maka

PT. Semen Padang melakukan kerja sama (kontrak) dengan PT. PLN (persero)

yakni sebesar 90 MVA.

1. Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Konsumsi daya listrik PT. Semen Padang yang dikontrak dari PLN

saat ini sebesar 90 MVA digunakan untuk menjalankan peralatan pabrik di

Indarung I, II, III, IV, V kebutuhan tambang dan kebutuhan non pabrik.

Untuk itu PLN menyuplai tenaga listrik dari Ombilin dan Solok I yang di

transmisikan dengan menggunakan saluran udara 150 KV.

Untuk kehandalan sistem, maka kedua suplai tersebut telah di

interkoneksikan agar suplai tidak terputus jika terjadi gangguan pada salah

satu suplai tenaga tersebut. Untuk memudahkan pelayanan listrik pada PT.

Semen Padang, maka PLN mendirikan dua gardu induk, yaitu:

Gambar 15. Skema Energi Listrik PLN ke Semen Padang

2. Gardu Induk Indarung(GI Indarung)


36

GI Indarung digunakan untuk menyuplai kebutuhan daya listrik yang

ada pada pabrik Indarung I sampai dengan pabrik Indarung IV dan tambang.

GI Indarung memiliki kapasitas terpasang sebesar 2x30 MVA. Yang berasal

dari saluran transmisi 150 kV dan 2x20 MVA dari saluran transmisi 20 kV.

Kapasitas terpasang 2x20 MVA dari saluran transmisi 20 kV digunakan

sebagai cadangan atau backup bilamana kapasitas terpasang 2x30 MVA dari

saluran transmisi 150 kV mengalami ganguan.

Sebelum didistribusikan tegangan listrik sebesar 150 kV dari GI

Indarung diturunkan menjadi 6,3 kV dengan menggunakan trafo step down

150 kV/6,3 kV untuk kapasitas terpasang 2x30 MVA dan 20 kV/6,3 kV

untuk kapasitas terpasang 2x20 MVA.

3. Gardu Induk PT. Semen Padang (GI PTSP)

GI PT. SP memiliki kapasitas terpasang sebesar 2x30 MVA yang

berasal dari saluran transmisi 150 kV GI. PT. SP hanya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan tenaga listrik pabrik Indarung V, yaitu meliputi Raw

Mill dan Coal Mill DePT. Kiln DePT dan Cement Mill DePT serta tambang.

Seperti halnya GI Indarung, sebelum didistribusikan tegangan listrik sebesar

150 kV dari GI. PT. SP diturunkan menjadi 6,3 kV dengan kapasitas 3x30

MVA.

Pengaturan tegangan listrik dilakukan dengan sistem OLTC (On Load

Tap Charger) secara otomatis maupun manual, yang bertujuan untuk

menstabilkan tegangan 6,3 V yang keluar dari sisi sekunder trafo.

4. Pembangkit Sendiri
37

Sumber tenaga listrik sendiri yang dimiliki oleh PT. Semen Padang

hanya menyediakan kebutuhan listrik bagi Kiln Dept. Indarung IV, kantor

pusat, rumah sakit, Emergency/Inching kiln Dept. Indarung II/III dan Kiln

Dept. Indarung V. Sedangkan kebutuhan listrik untuk unit-unit lainnya,

seperti Raw Mill dan kebutuhan pabrik diambil dari PLN. Berdasarkan

tenaga pembangkitnya, maka pembangkit sendiri yang dimiliki oleh PT.

Semen Padang terdiri dari:

Rasak
2 unit
Bunga
generator set
PLTA
Kuranji 4 unit
generator set
PS24,3
MW
PLTD I 6 unit
generator set
PLTD
PLTD II 3 unit
generator set
a. Pembangkit
Gambar Listrik
16. Skema Tenaga
Energi Air Pembangkit
Listrik (PLTA) Sendiri
1) PLTA Rasak Bunga

PLTA Rasak Bunga memperoleh sumber air dari sungai lubuk

peraku dan sungai Air Baling. Kedua sumber ini bertemu pada Dam

Air Baling untuk di arahkan ke kanal yang panjangnya 1,5 km menuju

bak penampungan sebagi tempat pengendapan pasir dan kerikil.

Kemudian dari bak penampungan ini, air tersebut di teruskan ke

rumah pembangkit (Power House) terdiri dari turbin dan generator.


38

PLTA Rasak Bunga memiliki dua generator dengan kapasitas

2x690KVA dengan tegangan yang dibangkitkan 3kV.

2) PLTA Batu Busuk / Kuranji

PLTA Kuranji memperoleh sumber air dari Sungai Padang

Jernih dan Sungai Padang Keruh yang bertemu pada Dam Patamuan

untuk diarahkan ke kanal yang panjangnya sekitar 3,2 km menuju bak

penampungan. PLTA Kuranji memiliki 4 generator dengan kapasitas

terpasang 3x690 kVA dengan tegangan yang dibangkitkan 3kV, dan

1x5000 kVA dengan tegangan yang dibangkitkan 6 kV.

b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

PLTD adalah suatu pembangkit generatornya mendapatkan energi

mekanik dari mesin Diesel. Energi ini diperoleh dari pembakaran bahan

bakar minyak Diesel. Bahan bakar yang digunakan adalah solar, dengan

pemakaian sebanyak 80 ton per hari.

1) PLTD I (Pabrik Indarung I)

Terdiri dari enam unit generator dengan kapasitas terpasang

3x640 kVA, 1x2000 kVA dan 2x3000 kVA, dengan tegangan yang

dibangkitkan 3 kV. Data dari 6 unit generator adalah sebagai berikut:

Tabel 3.Unit-unit generator PLTD I

Generator Type I (A) Out Cos � Speed

(kVA)
39

2) PLTD II (pabrik Indarung II)

Terdiri dari tiga unti generator dengan tenaga listrik yang di

hasilkan sebesar 3x6250 kVA. Dengan tegangan yang dibangkitkan

6,3 kV. dari data tiga unit generator tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Unit-unit generator PLTD II

Generator Type I (A) Out Cos Speed

(Kwa) �
VII Y6300 630 6250 0,8 428
VIII Y6300 630 6250 0,8 428
IX Y6300 630 6250 0,8 428

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh PLTA Rasak Bunga

ditransmisikan dengan tegangan 3 kV ke rel 3 kV PLTD I dengan

panjang saluran transmisi 3100m, sedangkan tenaga listrik yang

dihasilkan oleh PLTA Kuranji dengan tegangan 3 kV dinaikkan

menjadi 20 kV dengan trafo step up 3 kV/20,9 kV. sedangkan

generator baru dinaikkan tegangannya dengan menggunakan trafo step

up 3 kV/20,9 kV menjadi 20 kV yang kemudian dihubungkan dengan

busbar 20 kV. sebelum dihubungkan dengan rel 6,3 kV PLTD II,

tegangan diturunkan dengan trafo step down 20,9 kV/6,3 kV menjadi

6,3 kV, dan selanjutnya di transmisikan ke rel 6,3 kV PLTD II dengan

panjang saluran transmisi 7,5 KM. Kemudian dari rel 3 kV PLTD I


40

tegangannya dinaikkan dengan menggunakan trafo step up 3 kV/6,3

kV menjadi 6,3 kV yang selanjutnya dihubungkan dengan rel 6,3 kV

PLTD II. Dari busbar 6,3 kV PLTD II, energi listrik didistribusikan

melalui 5 feeder, yaitu feeder I ke Indarung IIIA, feeder II ke kantor

pusat, feeder III ke Indarung II, feeder IV ke kiln IIIB dan feeder V ke

kiln IIIC.

C. Saluran Transmisi

Data dari saluran transmisi yang terdapat pada PT. Semen Padang adalah:

1. Transmisi Rasak Bungo – Indarung :


Jarak transmisi : 2,2 km
Sistem saluran : kabel bawah tanah
Tegangan : 3 kV
Bahan penghantar : Tembaga
Penampang penghantar : 3 x 70 mm
2. Transmisi Kuranji – Kuranji :
Jarak transmisi : 5,5 km
Tegangan : 20 kV
Bahan penghantar : Aluminium
Penampang penghantar : 70 mm
D. Pendistribusian Energi Listrik ke Beban

Umumnya sistem distribusi yang ada di pabrik PT. Semen Padang

memakai sistem distribusi bawah tanah yang menggunakan kabel berisolasi

Diana bahan penghantarnya adalah tembaga atau aluminium.

Sistem saluran distribusi pada pabrik PT. Semen Padang adalah sebagai

berikut:

1. Pabrik Indarung II mendapat catu daya dengan tegangan rel utama 6,3 Kv
2. Pabrik Indarung III mendapat catu daya dengan tegangan rel utama 6,3 kV
3. Pabrik Indarung IV mendapat catu daya dengan tegangan rel utama 6,3 kV
4. Pabrik Indarung V mendapat catu daya dengan tegangan rel utama 6,3 kV
41

Suplai tegangan listrik untuk pelayanan beban Indarung IV berasal dari

GI PLN dengan tegangan incoming 6,4 kV melalui HTDB (High Tension

Distribution Board) yang terdapat pada masing-masing departemen.

a. HTDB (High Tension Distribution Board)

Untuk melayani beban bertegangan tinggi berupa trafo dan motor,

maka pada masing-masing departemen digunakan HTDB 6,3 kV yang

tersusun atas beberapa cubicle yang dilengkapi dengan peralatan proteksi

baik untuk incoming maupun untuk beban.

Gambar 17. HTDB

b. MDB (Main Distribution Board)

Beban bertegangan rendah sebesar 380 V dilayani melalui MDB

dengan suplai dari HTDB yang diturunkan melalui trafo 6,3 kV/380 V.

Beban dari MDB adalah berupa MCC dan motor bertegangan rendah

dengan kapasitas daya 75 kW sampai dengan 315 kW. MDB terdiri dari

beberapa section yang berisikan peralatan proteksi untuk beban, baik motor

maupun MCC. Bentuk MDB dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :
42

Gambar 18. MDB

c. MCC (Motor Control Centre)

MCC digunakan untuk melayani beban berupa motor dengan daya

kecil dari 90 kW, welding dan penerangan. MCC terdiri dari beberapa

komponen yang berisikan peralatan proteksi untuk masing-masing beban.

Gambar 3.5 menunjukkan bentuk MCC. Jenis CB yang dipakai adalah

Miniatur Circuit Breaker (MCB)

Gambar 19. MCC

E. Sistem Instrumentasi PT. SemenPadang

Sistem instrumentasi tidak terlepas dari masalah pengontrolan. Sistem

kontrol merupakan perlengkapan yang sangat penting dalam proses produksi


43

modern. Keberadaan sistem control dalam proses produksi berpengaruh

langsung terhadap kualitas dan kuantitas produksi. Dengan adanya sistem

control, kondisi peralatan di lapangan dapat dimonitor sehingga apabila terjadi

gangguan, sistem control akan mengindikasikan gangguan tersebut pada

Operating Station. Dengan demikian, sistem control dapat menjaga agar proses

produksi dapat berjalan secara optimal.

Secara garis besar, sistem control di PT. Semen Padang dibagi atas 3:

1. Lokal
Lokal merupakan sistem kontrol lapangan yang kita mulai dengan

start dari lapangan lalu kita menghubungi operator untuk memilih

perintah/select local.
2. Manual
Sistem kontrol manual adalah sistem kontrol yang dilakukan dengan

hanya menggerakkan 1 motor.


3. Central
Central merupakan Pengontrolan area/grup yang ada dilapangan

dengan cara select central otomatis semua motor yang ada pada area/grup

tersebut akan jalan.


Pada sistem ini, semua peralatan di dalam pabrik di control oleh satu

ruang pusat pengendali atau Central Control Panel (CCP). Pengontrolan

dilakukan dengan menggunakan System Interlocking. Suatu alat yang di

interlock dapat berjalan apabila telah memenuhi syarat operasi yang benar.

Persyaratan ini meliputi alat – alat yang mendukung peralatan yang di

interlock.
Sistem interlocking yang digunakan di pabrik ada 2 macam:
a. Operasional interlock
44

Yaitu interlocking yang terjadi dalam proses. Jika ada gangguan

dalam aliran proses, maka seluruh peralatan utama dalam proses akan

terhenti.
b. Safety interlock
Yaitu interlocking yang digunakan untuk mengamankan peralatan

dari kerusakan terutama gangguan panas pada bearing, winding

temperatur dan vibrasi pada peralatan. Jika gangguan yang timbul

melewati batas setting maka peralatan tersebut akan berhenti karena

adanya operasional interlock.


F. Pemeliharaan dan Maintenance
Maintenance adalah tindakan pemeliharaan dan perawatan suatu

peralatan yang digunakan. Maintenance merupakan suatu aktivitas yang

diperlukan untuk menjaga suatu fasilitas, agar fasilitas bisa berfungsi dengan

baik dan dalam kondisi siap pakai. Pada Cement Mill Indarung II/III banyak

terdapat peralatan instrumen seperti sensor – sensor, motor, trafo dan alat

kelistrikan lainnya. Sensor – sensor yang digunakan adalah seperti sensor

temperatur, Sensor Flow, Preasure, Suara, Vibra dan Level. Tindakan

maintenance yang dilakukan adalah berupa pengkalibrasian sensor, pengecekan

trasnmitter, perawatan dan pembersihan.


Macam – macam pemeliharaan dan maintenance:
1. Predictive Maintenance (Conditional Maintenance)
Pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi

suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik

tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat

diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah

memonitor kondisi secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau

tidak beroperasi. Untuk itu diperlukan peralatan dan personil khusus untuk
45

analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi

(Condition Base Maintenance).


2. Time Base Maintenance
Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah

terjadinya kerusakan peralatan secara tiba – tiba dan untuk mempertahankan

untuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini

dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada: Instruction

Manual dari pabrik, standar – standar yang ada (IEC, CIGRE, dll) dan

pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini disebut juga dengan

pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base Maintenance).


3. Corrective Maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktu – waktu

tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau untuk kerja rendah

pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada

kondisi semula di sertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi.

Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenance, yang bisa berupa

Trouble Shooting atau penggantian part atau bagian yang rusak atau kurang

berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana.


46

4. Breakdown Maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak

yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

Adapun manfaat dilakukannya maintenance adalah:

a. Menjamin kesinambungan proses atau sistem.


b. Menjamin keselamatan pengguna dan lingkungan.
c. Meningkatkan productivities, quality dan delivery.
d. Efisiensi Coast.
BAB IV
PEMBAHASAN
SISTEM PROTEKSI MOTOR CEMENT MILL
Z1M03M1 4218 KW DENGAN SEPAM 2000 DI PABRIK INDARUNG II/III
PT. SEMEN PADANG

Motor High Tension Cement Mill adaah motor listrik dengan kapasitas daya

besar (motor besar) yang berfungsi untuk proses penggilingan material (bahan

baku semen) pada Cement Mill. Apabila terjadi gangguan pada motor tersebut

(tidak bisa beroperasi/stop) dan tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan

terhentinya proses produksi semen, bahkan apabila yang terjadi tersebut sampai

meluas keseluruh sistem akan berakibat fatal dan menimbulkan kerugian yang

besar terhadap Perusahaan. Untuk menghindari dan juga mengatasi kemungkinan

terjadi gangguan, maka diperlukanlah suatu sistem proteksi (Perlindungan) Yang

dapat melindungi Peralatan listrik dari kerusakan yang terjadi akibat gangguan

(baik gangguan dari dalam maupun gangguan dari luar seperti arus lebih,

tegangan lebih, frekuensi rendah, dsb). Sebelum kita membahas Proteksi Motor

Mill Menggunakan SEPAM 2000, terlebih dahulu akan ditinjau dasar-dasar

Sistem Proteksi, dasar-dasar motor induksi. dan Proteksi motor secara umum.

A. Dasar Dasar Sistem Proteksi

1. Pengertian Sistem

Proteksi

Sistem proteksi adalah susunan Peralalan yang direncanakan untuk

merasakan atau mcngukur adanya gangguan atau mulai merasakan adanya

ketidaknormalan pada peralatan atau bagian sistem tenaga listrik (sensor)


48
49

dan segera secara otomatis relai proteksi memberi perintah untuk membuka

pemutus tenaga untuk memisahkan peralatan atau bagian dari sistem yang

terganggu (Peralatan Switching).

Sistem proteksi tidak mencegah munculnya gangguan, namun hanya

dapat melakukan tindakan setelah terjadinya gangguan. Sistem proteksi

akan sangat diperlukan bila dapat mengantisipasi dan mencegah gangguan,

tetapi hal ini sangat tidak mungkin, kecuali bahwa tempat awal penyebab

gangguan akan membuat efek yang dapat mengoperasikan relay proteksi.

2. Bagian-bagian Sistem Proteksi

Sistem proteksi terdiri atas tiga bagian, yaitu :

a. Sensor (peralatan perasa)

Berfungsi untuk mendeteksi perubahan parameter sistem dan mengirim

data tersebut ke relai proteksi. Peralatan ini berupa CT dan PT.

b. Relay proteksi

Berfungsi untuk mengevaluasi besar perubahan parameter dan

membandingkan dengan besaran dasar yang telah ditentukan

sebelumnya. Hasilnya diteruskan ke peralatan switchgear.

c. Peralatan Switchgear (CB)

Berfungsi untuk menghubungkan dan memisahkan bagian bagian

tertentu dari sistem dengan sumber daya.


50

Secara sederhana, blok diagram suatu sistem proteksi dapat digambarkan

sebagai berikut :

Power system Switchgear Load

Sensor

Protection Relay

Supply DC

Gambar 20. blok diagram dari sistem proteksi

3. Fungsi Sistem Proteksi

Fungsi utama sistem proteksi adalah mencegah bahaya gangguan

terhadap manusia, membatasi kerusakan lebih Ianjut pada peralatan dengan

memutuskan peralatan yang terganggu dari pelayanan atau saat mulai

beroperasi pada kondisi abnormal. System proteksi bekerja dengan cara

memisahkan bagian yang terganggu dari bagian sistem lain yang tidak

mengalami gangguan, dengan tingkat keandalan yang tinggi terhadap waktu

pemutusan serta jumlah pemutusan sekecil mungkin. Sehingga fungsi utama

relay proteksi yang berkaitan dengan peralatan pemutus tenaga adalah


51

pemutusan bagian yang terganggu, pembatasan kerusakan lebih Ianjut, dan

pencegahan menjalarnya gangguan pada system yang masih normal.

Fungsi sekunder sistem proteksi (relay proteksi) adalah memberikan

indikasi tentang lokasi gangguan dan jenis gangguan. Data ini tidak hanya

membantu dalam mempercepat perbaikan tetapi juga dapat dimanfaatkan

untuk dibandingn dengan hasil pengamatan operator dan hasil pencatatan

alat pendeteksi gangguan (fault detector). Hasilnya dapat digunakan untuk

analisis efektivitas pencegahan gangguan.

Untuk melaksanakan fungsi seperti yang disebutkan di atas maka

sistem proteksi perlu memiliki persyaratan dasar sebagai berikut:

a. Selektifitas

Selektifitas suatu sistem proteksi jaringan tenaga adalah kemampuan rele

proteksi untuk melakukan tripping secara tepat sesuai rencana yang telah

ditentukan pada waktu mendesain sistem proteksi tersebut. Dalam

pengertian lain, suatu proteksi sistem tenaga harus bisa bekerja secara

selektif sesuai klasifikasi dan jeni gangguan yang harus diamankan.

b. Stabilitas

Stabilitas sistem proteksi biasanya terkait dengan skema unit proteksi

yang dimaksudkan untuk menggambarkan kemampuan sistem proteksi

tertentu agar tetap bertahan pada karakteristik kerjanya. Stabilitas dapat

didefinisikan sebagai kemampuan untuk tetap konsisten hanya bekerja

pada daerah proteksi sehingga tidak terpengaruh oleh berbagai parameter

luar yang bukan merupakan besaran yang perlu dipertimbangkan.


52

c. Sensitifitas

Sensitifitas adalah istilah yang sering dikaitkan dengan harga besaran

penggerak minimum, seperti level arus minimum, tegangan, daya dan

besaran lain dimana rele atau skema proteksi masih dapat bekerja dengan

baik. Suatu rele disebut sensitif bila parameter operasi utamanya rendah.

Artinya, semakin rendah besaran parameter penggerak maka perangkat

tersebut dikatakan semakin sensitif.

d. Kecepatan

Fungsi sistem proteksi adalah untuk mengisolasi gangguan secepat dan

sesegara mungkin. Tujuan utamanya adalah mengamankan kontinuitas

pasokan daya listrik dengan menghilangkan setiap gangguan sebelum

gangguan tersebut berkembang ke arah yang membahayakan stabilitas

dan hilangnya sinkronisasi sistem sehingga pada akhirnya dapat

e. Merusak sistem tenaga tersebut.

Keandalan Kebutuhan perangkat sistem proteksi dengan tingkat

keandalan yang tinggi merupakan salah satu faktor pertimbangan yang

sangat penting dalam perencanaan jaringan sistem tenaga listrik. Dari

berbagai pengalaman lapangan terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi keandalan sistem proteksi jaringan tenaga listrik antara

lain yaitu : perancangan, setelan rele, salah instalasi dan faktor kinerja.

Sistem proteksi tidak selamanya bisa bekerja dengan sempurna

walaupun kita sudah memilih jenis dan cara penyetingan relai yang baik,
53

adakalanya sistem proteksi masih gagal bekerja yang disebaban oleh hal-hal

berikut:

a. Kegagalan pada relainya itu sendiri.

b. Kegagalan supply arus atau tegangan ke relay, rangkaian dari trafo ke

relay tersebut terbuka atau terhubung singkat.

c. Kegagalan supply arus searah ke tripping pemutus tenaga.

Hal ini disebabkan oleh batrai atau supply DC yang kurang terawat,

terbuka atau terhubung singkatnya rangkaian arus searah.

d. Kegagalan pada pemutus tenaga.

Kegagalan ini dapat disebabkan karena kumparan trip tidak memperoleh

supply, kerusakan mekanis atau kegagalan pemutusan arus karena

besarnya arus hubung singkat melebihi kemampuan pemutus tenaganya.

Karena adanya kemungkinan kegagalan pada sistern proteksi maka

diperlukan proteksi cadangan (backup protection). Dengan dcmikian

proteksi menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi

a. Proteksi Utama (Primary Protection)

Pada umumnya selectif dan cepat.

b. Proteksi Cadangan (backup Protection)

Pada umumnya mempunyai perlambatan waktu, hal ini untuk

memberikan kesempatan pada proteksi utama untuk bekerja terlebih

dahulu dan jika proteksi utama gagal, barulah proteksi cadangan bekerja

proteksi ini tidak seselektif proteksi utama.


54

Proteksi cadangan dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

a. Proteksi cadang setempat

Berfungsi untuk menginformasikan adanya gangguan kepada seluruh

PMT yang terkait dengan kegagalan sistem proteksi sehingga pemutus

tenaganya tidak membuka.

b. Proteksi cadangan remut

Apabila terdapat kegagalan pada suatu sistem proteksi, maka proteksi di

sisi hulunya harus dapat mendeteksi dan kemudian bekerja dengan

perlambatan waktu.

Disamping hal diatas, pada sistem proteksi dikenal istilah daerah

proteksi (zone proteksi), dalam hal ini semua komponen peralatan dalam

sistem tenaga listrik harus termasuk didalam daerah proteksi, sehingga tidak

ada daerah mati.

Relay-relay proteksi yang digunakan pada motor High Tension

Cement Mill (Motor Mill ZlM03MI) telah dirangkum dalam suatu unit

peralatan proteksi yaitu SEPAM 2000 yang dikeluarkan oleh Merlin Gerin

dari Schneider Group.

4. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik

Gangguan adalah segala kondisi abnormal yang menyebabkan

penurunan atau pengurangan kekuatan isolasi dasar antar penghantar fasa-

fasa atau penghantar fasa dengan tanah.Gangguan yang terjadi pada suatu

sistem tenaga listrik akan mengalir arus yang besar menuju ke titik

gangguan.Arus gangguan tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari


55

rating arus maksimum yang diijinkan, sehingga terjadi kenaikan temperatur

pada peralatan yang dapat menyebabkan kerusakan peralatan. Gangguan

yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan beban lebih

(overload) dan gangguan hubung singkat (short circuit). Gangguan pada

sistem tenaga listrik disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam

sistem dan dari luar sistem. Penyebab gangguan yang berasal dari dalam

sistem antara lain:

a. Tegangan dan arus yang tidak normal.


b. Pemasangan rele yang kurang baik.
c. Terjadinya kesalahan mekanis karena adanya proses penuaan pada

peralatan.
d. Keruskan material seperti isolator pecah, kawat konduktor putus, atau

kabel cacat pada isolasi.


e. Beban lebih.

Sedangkan untuk gangguan pada sistem tenaga listrik yang berasal

dari luar sistem antara lain:

a. Gangguan-gangguan yang bersifat mekanis karena pekerjaan galian

saluran lain. Gangguan ini terjadi untuk sistem kelistrikan bawah tanah.
b. Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan

surja petir dapat mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat

menyebabkan gangguan hubung singkat karena tembus pada isolasi

peralatan (breakdown).
c. Pengaruh lingkungan seperti pohon, bintang dan benda-benda asing serta

akibat kecerobohan manusia.

Untuk jenis gangguan pada sistem tenaga listrik dapat dibagi

menjadi 2 jenis yaitu:


56

a. Gangguan yang bersifat permanen, yaitu untuk memperbaikinya

diperlukan tindakan perbaikan dan/atau menyingkirkan penyebab

gangguan tersebut.
b. Gangguan yang bersifat temporer, dimana gangguan dapat hilang dengan

sendirinya atau dengan bagian yang terganggu diputus secara sesaat dari

sumber tegangannya. Gangguan sementara jika tidak dapat hilang dengan

seketika, baik hilang dengan sendirinya maupun karena kerja alat

pengaman dapat berubah menjadi gangguan permanen.

5. Prinsip Operasi Relay Proteksi

Relay proteksi merupakan salah satu bagian dari sistem proteksi

yang dapat merespon kondisi sistem dan memberikan sinyal keluaran yang

dapat mentrip PMT. Prinsip operasi relay didasarkan pada pendeteksian

perubahan parameter dalam zone proteksi yang ditentukan. Misalnya,

a. OCR

Suatu relay bisa beroperasi ketika arus meningkat di atas suatu nilai

tertentu

b. Impedansi Relai

Tipe yang lain mungkin membandingkan tegangan dan arus dan

beroperasi ketika ratio VI kurang dari nilai tertentu.

B. Dasar Dasar Motor Listrik

Motor Iistrik merupakan sebuah pcralatanmcsin listrik yang dapat

mengkonversikan energi Iistrik menjadi energi mekanik. Motor induksi

merupakan suatu motor yang dicatu oleh arus bolak-balik pada statornya secara

langsung dan pada rotornya dengan imbas atau transformator dari stator.
57

Penamaan motor induksi berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor

ini tidak berasal dari suatu sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang

terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif putaran rotor dengan medan

putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. Belitan stator

yang dihubungkan pada sumber tegangan tiga fasa akan menghasilkan medan

magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron ns=120f/P. Medan putar

tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi

tegangan yang akan menimbulkan arus, dan sesuai dengan hukum Lenz,

rotorpun akan ikut berputar mengikuti medan putar rotor. Perbedaan putaran

relatif antara rotor dan stator disebut SLIP. Bertambahnya beban akan

memperbesar kopel motor yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus

induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan rotorpun akan

bertambah besar. Jadi bila beban motor bertambah putaran rotor cenderung

menurun.Motor induksi banyak digunakan karena memiliki beberapa

keistimewaan yaitu:

a. Sederhana dan kokoh

b. Kontrusinya kuat

c. Mempunyai keandalan dan daya guna yang tinggi

Komponen utama dari motor induksi adalah:

a. Stator beserta kumparannya

b. Rotor beserta porosnya

c. Bantalan poros

d. Perisai penutup pada sisi kipas


58

e. Kipas

f. Tutup kipas

1. Kontruksi Motor

Induksi

Setiap kontruksi motor tegangan tinggimotor besar, peralatan yang

dipakai harus tahan terhadap medan Iistrik, isolasi yang digunakan harus

mampu menahan arus yang besar dan gejala mekanik seperti rumah-rumah

motor harus mampu menahan berat motor yang besar dan bearing motor

tahan terhadap kopling yang kuat. Pada dasarnya kontruksi motor induksi

dapat dibagi atas dua bagian utama yaitu: Stator dan Rotor

a. Stator

Stator adalah bagian dari motor listrik yang diam, merupakan suatu

kerangka dalam rangkaian elektromagnetis yang terdiri dari inti kerangka

stator. Stator mempunyai belitan 3 Phasa dan disuplai oleh sumber 3

Phasa, belitannya digulung pada sejumlah kutup semakin rendah

putarannya dan sebalinya. Belitan stator juga disuplai oleh arus 3 fasa

dan menghasilkan fluks magnet yang harganya konstan akan tetapi

berputar pada kecepatan sinkron, seperti gambar berikut:

Gambar 21. Kontruksi Stator


59

b. Rotor

Rotor adalah bagian yang berputar dari motor. Seperti dengan stator

atas, rotor terdiri dari satu set laminasi baja beralur ditekan bersama

dalam bentuk jalur magnetik silinder dan sirkuit listrik.

Menurut jenis rotor pada motor induksi dibagi menjadi 2 (dua)

bagian, yaitu:

1) Rotor Sangkar Tupai (Squirrel Cage Rotor)

Rotor yang terdiri dari sejumlah lilitan yang berbentuk Batang

tembaga yang dihubungkan singkat pada setiap ujungnya kemudian

disatukan (di cor) menjadi satu kesatuan sebagaimana gambar 4.3

Gambar 22. Rotor sangkar Tupai

Jenis rotor sangkar tupai, yang terdiri dari satu set tembaga atau

potongan aluminium yang dipasang ke dalam slot, yang terhubung ke

sebuah akhir-cincin pada setiap akhir roror. Konstruksi gulungan rotor

ini menyerupai 'kandang tupai'.


60

Potongan alumuniun biasanya dicor mati ke dalam slot rotor,

yang membuat konstruksinya sangat kasar. Meskipun potongan rotor

aluminium berada dalam kontak langsung dengan laminasi baja,

hampir semua arus rotor melalui jeruji aluminium dan tidak di

Iaminasi. Sejumlah motor induksi yang beredar dipasaran maupun

yang banyak digunakan sekitar 90 adalah motor induksi dengan

"Rotor Sangkar". Alasan umum yang diperoleh adalah karena

konstruksi yang sederhana dan juga lebih murah harganya. Konstruksi

rotor sebagaimana gambar 22. Berikut ini, menunjukkan konstruksi

batang-batang konduktor dari bahan tembaga atau alumunium yang

dihubungkan singkat.

Sejumlah batang-batang konduktor tersebut dimasukkan ke

dalam laminasi- laminasi yang terbuat dari bahan besi silikon serta

menjadi satu dengan poros rotor. Sebagaimana konstruksi tersebut di

atas terutama batang-batang konduktor yang terhubung singkat, maka

tidak dimungkinkan untuk menambah "Tahanan Luar" (yang dipasang

secara seri) dengan rotor guna keperluan "Pengasutan".

Selain itu pula posisi dari batang-batang konduktor tembaga

posisinya dibuat tidak paralel (tidak segaris) dengan poros rotor. Posisi

batang konduktor agak dimiringkan sebagaimana terlihat pada gambar

22 di atas. Alasan diletakan posisi miring dari konduktor terhadap

poros adalah:
61

a) Memperhalus suara pada saat motor berputar (memperkecil

dengungan magnetis/suara bising)

b) Menghilangkan kecenderungan "Lock atau mengunci" yang

disebabkan karena interaksi langsung antara medan magnit stator

dan rotor. Pada motor- motor dengan kapasitas kecil, batang-batang

konduktor di cor menjadi satu bagian dengan aluminium alloy.

Selain itu pula contoh lainnya adalah ada juga yang rotornya hanya

berupa bcsi masip tanpa satupun konduktor. Jenis seperti ini

biasanya disebut sebagai "Motor Arus Eddy".

2) Rotor Belitan (Wound Rotor )

Rotor yang terbuat dari laminasi-laminasi besi dengan alur-alur

sebagai tempat meletakkan belitan (kumparan) dengan ujung-ujung

belitan yang juga terhubung singkat seperti gambar 23.

Gambar 23. Rotor belitan

Motor dengan jenis rotor belitan biasanya diperlukan pada

saat pengasutan atau pengaturan kecepatan dimana dikehendaki torsi

asut yang tinggi. Belitan-belitan yang terpasang pada rotor telah


62

diisolasi sebagaimana belitan yang terdapat pada stator. Belitan yang

ada pada rotor diletakkan juga pada alur-alur rotor dan pada setiap

ujungnya dihubungkan secara langsung pada cincin (slipring) yang

posisinya dibagian depan dari rotor serta menjadi satu dengan poros

(gambar 23). Belitan rotor ini di desain sama dengan kutub yang

dimiliki belitan statornya dan selalu dalam bentuk belitan 3 fasa

sekalipun statornya hanya 2 fasa. Pengaturan belitan/kumparan

dilakukan untuk masing-masing fase adalah sama. Sedangkan pada

ujung ujung dari masing kumparan fase yang keluar dihubungkan ke 3

buah cincin (slipring) berdasarkan jumlah fasenya. Konstruksi slip

ring terhubung secara Iangsung dengan masing-masing sikat. Dengan

demikJan, maka padajenis ini dapat dihungkan secara langsung ke

"Tahanan luar" guna keperluan pengasutan.

Pada motor Cement Mill, jenis rotornya adaiah rotor belitan.

Motor induksi jenis ini mempunyai rotor dengan belitan 3 fasa.

Kumparan stator dan rotornya juga mempunyai jumlah kutup yang

sama. Untuk menghasilkan kopel mula yang besar ditambahkan

tahanan luar. Tahanan ini dihubungkan ke rotor melalui cincin seperti

gambar 23.Selain untuk menghasilkan kopel yang besar tahanan luar

tadi diperlukan untuk membatasi arus awal yang besar saat starting.

Kemudian dengan penambahan tahanan luar kecepatan motor dapat

diatur.
63

Gambar 23. skema rangkain rotor belitan dengan tahanan luar

C. Proteksi Motor Secara Umum

1. Tipe gangguan

Tipe gangguan pada motor pada umumnya sama dengan dengan

gangguan pada generator. Pada umumnya motor diproteksi dari gangguan

sebagai berikut:

a. Gangguan Stator ( Stator Fault )

b. Gangguan Rotor ( Rotor Fault )

c. Beban Lebih ( Over Load )

d. Supply tegangan tidak seimbang ( Unbalance supply Voltage )

e. Tegangan Kurang ( Undervoltage )

f. Starting terbalik atau fasa terbuka ( Reverse or open phase starting )

g. Frekuensi Rendah ( Under Frequency )

2. Proteksi Stator ( Stator Protection )

Gangguan pada stator dapat berupa hubung singkat fasa - tanah

maupun hubung singkat antar fasa. Proteksi gangguan fasa dilakukan

dengan dua buah relay instantaneous setting tinggi; settingharus dilakukan

diatas arus starting maksimum.


64

Operasi relay pada saturasi CT selama menunjukkan arus starting

yang besar harus dihindarkan. Hal ini biasanya diselesaikan dengan

meningkatkan setting tegangan relay dengan memasukkan resistor penstabil

secara seri dengan relay.

Skema proteksi demikian pada motor induksi ditujukkan oleh gambar

24. Apabila motor beroperasi pada sistem netral tidak ditanahkan, relay

gangguan tanah seperti yang ditunjukkan pada gambar tidak digunakan.

Proteksi differensial biasanya diberikan pada motor besar dan motor

penting.

Gambar 24. Skema Proteksi Stator

3. Proteksi Rotor (Rotor Protection)

Setiap ketidak seimbangan salah satu di dalam suplai tegangan

menyebabkan arus arus urutan negatif mengalir di dalam stator yang akan

menginduksikan arus arus frekuensi tinggi di dalam rotor. Frekuensi arus

arus ini di dalam rotor adalah (2-S) kali frekuensi nominal dari suplai.

Pemanasan rotor karena komponen urutan positif dari arus stator adalah

sebanding dengan nilai tahanan dc sedangkan pengaruh pemanasan pada


65

belitan rotor dari komponen urutan negatif adalah sebanding dengan (2-S) f

atau kira kira 100 Hz. Pengaruh pemanasan dari arus urutan fasa negatif

adalah lebih besar dari arus urutan fasa positif. Proteksi motor oleh karena

itu harus mempertimbangkan hal ini jika itu adalah untuk memutuskan

secara benar apakah beban motor itu dapat mewakili suatu tingkat yang

diberikan dari ketidak seimbangan tegangan tanpa pemanasan lebih. Tipe

tipe proteksi yang diperlengkapi tegangan tegangan tidak seimbang akan

dibahas sesudah itu. Pada mesin mesin rotor belitan beberapa tingkat

proteksi terhadap gangguan gangguan di dalam belitan rotor dapat diperoleh

oleh relay arus Iebih sesaat yang mengukur arus stator.

Selain itu karena rotor langsung terhubung dengan beban, maka

persoalan mekanik dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan pada

motor terscbut. Misalnya, kopel yang terlalu besar atau berubah-ubah

maupun pengasutan kalau pengereman yang terlalu sering.

4. Proteksi Beban Lebih (Overload Protection)

Timbulnya Gangguan ini terjadi karena adanya arus yang mengalir

melebihi arus nominal yang diizinkan (I > In). Pada saat gangguan ini

terjadi arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik yang di

ijinkan. Gangguan beban lebih bukan bersifat gangguan murni, namun Bila

gangguan ini dibiarkan terus menerus, maka dapat merusak peralatan listrik

yang dialiri arus tersebut.

Keanekaragaman fungsi dan desain moror membuatnya sangat sulit

untuk mencakup semua tipe dan rating motor dengan suatu kurva
66

karakteristik yang diberikan. Proteksi beban iebih dirancang sedemikian

sehingga bisa disesuaikan dengan motor yang memiliki rancangan dan

fungsi yang berbeda. Proteksi beban lebih dirancang untuk memenuhi

sedekat mungkin kurva pemanasan mayoritas motor. Karakteristik proteksi

sebaiknya berada tepat di bawah kurva pemanasan motor yang diproteksi.

Proteksi itu sebaiknya mempunyai karakteristik yang dapat diatur sehingga

itu mungkin dipakai pada desain-desain motor yang berbeda dan tugas-tugas

yang berbeda. Proteksi itu mestinya tidak mengizinkan motor untuk distart

kembali setelah pengetripan selagi temperatur belitan masih tinggi

sebagaimana ini mungkin mempunyai konsekuensi-konsekuensi berbahaya.

Agar menjadi usaha perlindungan yang efektif, sistem proteksi ideal

diperlukan bukan hanya memenuhi karakteristik pemanasan dari motor

tetapijuga karakteristik endinginannya. Harus dipastikan pula bahwa relay

harus tidak beroperasi di bawah arus-arus starting yang besar sampai 6 kali

arus beban penuh yang dapat bertahan selama beberapa detik, setengah

menit atau bahkan lebih panjang di dalam kasus-kasus pengecualian.

Ketika menghentikan motor tanpa sengaja, suatu aruss yang sama

dcngan aliran-aliran arus starting dan mengakibatkan kerusakan serius jika

itu berlaku untuk waktu yang lebih panjang dibandingkan waktu starting.

Maka, karaktcristik penutup relai beban lebih yang disesuaikan dengan

kurva arus starting semakin baik motor bagi motor yang diproteksi dari

kerusakan tersebut.
67

Instalasi motor listrik umumnya dipasangkan pengaman khusus untuk

mengamankan beban lebih yang mungkin terjadi. Walaupun arus hubung

singkat dan arus beban lebih menyebabkan naiknya arus melebihi arus

nominal motor, tetapi karakteristik ke dua arus tersebut sangat berbeda.

Dengan demikian pengaman yang digunakan tentunya akan berbeda,

dimana arus hubung singkat diprotcksi dengan relay arus lebih (overcurrent

relay) dan arus beban lebih diproteksi dengan thermal overload relay/TOR.

TOR dipasang secara seri dengan kontak utama kontaktor magnit.

Pada gambar bimetal dialiri arus utama. Jika terjadi arus lebih, maka bimetal

akan membengkok dan secara mekanis akan mendorong kontak bantu NC

95-96. Oleh karena dalam prakteknya kontak bantu NC 95-96 disambung

seri pada rangkaian koil kontaktor magnit, makajika NC lepas, koil

kontaktor tidak ada arus, kontaktor magnit tidak aktif dan memutuskan

kontak utama. Nilai pengaman arus lebih ini bisa diset dengan mengatur

jarak pendorong kontak. Dalam prakteknya pada permukaan relay

pengaman arus lebih terdapat bidang kecil uang berbentuk lingkaran, yang

tengahnya bisa diputar dengan obeng minus. Juga terdapat tombol tekan

untuk mereset.

5. Proteksi Supply Tidak Seimbang dan Lepas Satu Fasa (Unbalance

and single phasing protection)


68

Suplai tiga fasa yang tidak seimbang menyebabkan arus urutan negatif

mengalir di dalam motor yang mungkin menyebabkan pemanasan lebih

belitan mesin. Beban-beban tidak seimbang atau pembukaan satu fasa secara

tiba-tiba dari suplai (memfasa tunggal) juga menyebabkan arus urutan

negatif mengalir ke motor tergantung pada beban yang masih bertahan pada

saat motor masih beroperasi.

6. Proteksi Tegangan Kurang ( Undervoltuge Protection )

Pengoperasian motor pada tegangan kurang secara umum akan

menyebabkan arus lebih dan dengan demikian dapat diproteksi oleh

peralatan beban lebih atau peralatan peka temperatur. Bagaimanapun, suatu

relay tegangan kurang elemen tunggal yang terpisah yang diberi tenaga

(energized) dengan fasa- tanah atau tegangan fasa-fasa dapat disediakan

untuk memproteksi terhadap jatuh tegangan tiga fasa atau suatu percobaan

men-start dengan tegangan rendah pada semua fasa. Suatu penundaan waktu

biasanya disatukan untuk mencegah pengetripan oleh jatuh tegangan

transien.

7. Proteksi Starting Fasa Terbalik/Terbuka (Reverse or open phase

starting Protection)

Arah perputaran motor berubah jika urutan fasa diubah. Dalam

beberapa aplikasi motor tipe proteksi ini boleh menjadi suatu fitur penting

dari proteksi motor. Suatu cakram induksi, relay tegangan fasa banyak

digunakan untuk memproteksi motor-motor dari starting dengan satu fasa


69

membuka atau dengan urutan fasa yang terbalik. Hubungan-hubungan relay

seperti itu ditunjukkan di dalam Gambar 13, torsinya adalah sebanding

dengan produk sinus dari kedua tegangan line-to-line. Relay itu tidak akan

menutup kontak-kontaknya dan karenanya motor itu tidak akan start kecuali

jika semua ketiga fasa ada dan dalam urutan yang benar.

8. Proteksi Frekuensi Rendah (Under Frequency Protection)

Apabila motor beroperasi dalam keadaan frekuensi rendah maka

kecepatan fan motor tersebut akan menurun sehingga sistem pendingin

motor akan terganggu dan akhirnya pemanasan berlebih akan terjadi pada

motor. Proteksi terhadap gangguan ini dapat dilakukan dengan

menggunakan tehrmal overload.

D. Data Teknis Beban Motor HT Cement Mill Indarung II/III

Data teknis Motor HT Cement Mill (Z1M03M1) Indarung II/III adalah

sebagai berikut:

a. Merk motor : ABB 3 ϕ

b. Kode motor : Z1M03M1

c. Jenis motor : Slip Ring

d. Type : AML800M12ABSTM

e. Daya (P) : 3900 Kw

f. Putaran (n) : 495 rpm

g. Cos Phi (cos ϕ) : 0,83

h. Frekuensi (f) : 50 Hz

i. Stator
70

a) Tegangan (UI) : 6000 V

b) Arus (I1) :486 A

j. Rotor

a) Tegangan (U2) : 1988 V

b) Arus (I2) : 1215 A

E. SEPAM (System Electrical Protection Automation Monitoring)

SEPAM merupakan suatu unit peralatan pengaman (proteksi) produk

Merlin Gerin yang tergabung kedalam Scheneider Group yang merangkum

semua relay proteksi. SEPAM memiliki beberapa generasi, yaitu SEPAM 12,

SEPAM 100, SEPAM 2000, dan SEPAM 1000. Untuk tipe SEPAM 2000 yang

digunakan pada Motor HT Cement Mill Indarung II/III memiliki pengaturan

besar dan kemampuan memantau yang hal ini memungkinkan karena SEPAM

2000 dilengkapi dengan Power Line Carrier dan interface untuk komunikasi

dengan sisterm kontrol pusat (CCR). Bila terjadi gangguan, SEPAM akan

memberkan informasi ke CCR dan mengalokasikan gangguan yang sedang

terjadi, sehingga operator dengan mudah mengethaui dangguan dan kondisi

peralatan dan memperoleh pengukuran yang tepat tanpa harus meninggalkan

CCR. SEPAM 2000 dapat digunakan pada:

1. Busbar 4. Generator

2. Transformator

3. Motor
71

Gambar 25. SEPAM 2000 dan SEPAM 1000 pada Z1M03M1 dan Z2M03

Sebagai dasar dari pengukuran baik tegangan ataupun arus yang tinggi

dibutuhkan trafo instrumen. Jenis trafo instrument / pengukuran yang

digunakan diantaranya adalah

a. Trafo Tegangan (Voltage Transformer/Potential I Transformer)

Digunakan untuk menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan

sesuai dengan penggunaan alat ukur. Rancangan dan cara kerjanya sana

seperti trafo daya biasa. Trafo ini bisa untuk satu fasa dan untuk tiga fasa.

Pada HTDB (High Tension Distribu,ion Board) digunakan trafo tegangan

tiga fasa. Untuk mengetahui tegangan rel 6 kV, digunakan trafo tegangan 6

kV/ll0 V, tegangan 110V digunakan untuk volt meter, KWH meter, KW

meter, frekuensi meter dan cos ϕ meter.

b. Trafo Arus (Current Transformer)

Digunakan untuk mentransformasikan nilai arus yang sangat tinggi

menjadi arus yang mampu ditahan oleh alat ukur arus (Ampermeter).

Kumparan primernya dihubung seri dengan beban yang akan diukur atau

dikendalikan. Beban inilah yang menentukan besar arus yang mengalir ke

trafo tersebut. Kumparan skundernya dibebani dengan impedansi konstan

dengan syarat tertentu, biasanya balas amper pada trafo arus berkisar antara

I A sampai 5 A.
72

SEPAM 2000 dibaca dan diset dengan menggunkan terminal "Pocket

TSM 2001". Peralatan ini terdiri dari sebuah keyboard dan empat baris

tampilan (20 karakter per baris) dan sebuah sistem tampilan. Parameter yang

dibacanya adalah: pengukuran, penyetelan, membatasi kondisi operasi

(sesuai dengan trafo instrumen diatas) dan tinjauan informasi pemeliharaan

seperti kesalahan arus, nomor operasi pemutus arah, dan lain-lain.

Gambar 26. Pengukuran dan penyetingan pada SEPAM 2000 dengan


menggunakan TSM 2001

Komunikasi SEPAM 2000 menggunakan remote control, hubungan

remote control dengan tinjauan keadaan meliputi:

1) Pengukuran variabel listrik

2) Pemberitahuan

3) Pengontrolan switchgear

4) Pembacaan dan perubahan setting

5) Diagnosa jaringan oleh:

a) Kejadian (peristiwa) b) Tampilan grafik gelombang

SEPAM 2000 dibagi kedalam beberapa tipe sesuai dengan

pengaplikasiannya. Pengaplikasian SEPAM pada transformator mempunyai


73

tipe T sedang SEPAM yang di aplikasikan pada motor mempunyai tipe M.

Pada tipe SEPAM tersebut setelah tipe akan diikuti oleh angka yang

menunjukkan relay yang tergabung di dalam SEPAM tersebut. Contohnya,

pada Cement Mill Indarung II/III terdapat 2 buah motor mill (Z2M03 dan

Z1M03M1M1). Pada motor Z2 proteksinya menggunakan SEPAM tipe

M02 dan relay di sana hanya bekerja untuk proteksi arus lebih (Over

current), sedangkan pada motor Zl yang kita bahas sekarang diproteksi

menggunakan SEPAM 2000 tipe Ml5. Pada SEPAM tipe ini relay-relaynya

lebih lengkap dari SEPAM M02. Disini ada proteksi arus lebih, tegangan

lebih, thermal, dan lain-lain.

F. Proteksi Motor HT ( ZIM03M1 ) Cement Mill lndarung II/III

Menggunakan SEPAM 2000

Untuk proteksi pada motor, fasilitas proteksi yang digunakan adalah:

1. Thermal overload protection

2. phase overcurrent protection

3. earth fault (sensitive E/F) protection

4. negative sequence/unbalance protection

5. locked rotor/excessive starting time protection

6. phase undercurrent protection

7. starts per hour protection

8. positive sequence undervoltage protection

9. direction of rotation protection

10. directional earth fault protection


74

11. reverse real power protection

12. reactive overpower protection

13. temperature set points

14. motor differential protection

Dalam aplikasinya pada motor, fasilitas proteksi yang terpasang pada

motor tersebut tidak seluruhnya bisa digunakan secara bersamaan. HaI ini

tergantung kepada tipe SEPAM 2000 yang kita gunakan. Tipe SEPAM pada

motor mill (ZIM03MI) adalah SEPAM 2000 M15. Dimana fasilitas proteksi

yang digunakan adalah:

1. Overcurrent (50)

2. Overload (51)

3. Earth Fault (50N/51N)

4. Thermal Overload (49)

5. Negative Sequence UnbaIance (46)

6. Locker Rotor Excessive Starting Time (48/51L)

7. Starts per Hour (66)

8. Positive sequence Undervoltage (27D)

1. Phase Overcurrent Protection

Overcurrent disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat yang

menimbulkan arus yang melebihi nilai nominal peralatan sehingga dapat

merusak peralatan-peralatan tersebut. Berdasarkan karateristik waktunya,

Over Current Relay (OCR) dapat dibagi atas empat kelompok yaitu:

a. OCR Instantaneous (waktu seketika)


75

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang

mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan beke,ja dalam waktu

beberapa mili detik (10 - 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah

ini. Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan

dengan relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.

Gambar 27. Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay).

b. OCR Defenite Time (waktu tertentu)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi

gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui

settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja

relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus

yang mengerjakan relay, lihat gambar dibawah ini

Gambar 28. Karakteristik Relay Arus Lebih Waklu Tertentu (Definite

Time Relay).

c. OCR Invers Time (waktu Terbalik)

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya

arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu
76

tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat

membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya

dibedakan dalam tiga kelompok:

1) Standar invers

2) Very inverse

3) Extreemely inverse

Gambar 29. Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Irtverse Relay)

d. OCR Invers Definite Minimum Time (IDMT)

OCR ini merupakan kombinasi dari OCR Definite Time dengan OCR

Invers Time. Adapun tipe tipenya adalah:

1) SIT (Standard Invers Time)

2) VIT (Very Invers Time)

3) EIT (Extremely Invers Time)

4) UIT (Ultra Invers Time)

Proteksi arus lebih fasa (Phase Overcurrent) terdiri dari 3 fasa. Relay

ini akan mulai pick up saat arus salah satu atau lebih fasa mencapai

settingnya. Relay ini diberi perlambatan waktu (time delay). Perlambatan

waktunya bisa menggunakan Definite Time (DT) atau Invers Definite

Minimum Time (IDMT).


77

1) Proteksi Definite Time

Proteksi definite time digambarkan pada kurva prinsip proteksi

definite time berikut:

Gambar 30. Prinsip proteksi definite time

Dimana Is adalah arus setting dalam ampere, dan T adalah

perlambatan waktu proteksi.

2) Proteksi IDMT

Pengoperasian proteksi IDMT didasarkan pada standar IEC 60255-

3 dan BS 142.

Gambar 31 Karakteristik Standard Inverse, Very Inverse dan Extremely Inverse

Is adalah garis singgung vertikal kurva dan T waktu tunda operasi

untuk 10 Is. Kurva tersebut didefinisikan menurut persamaan:

a) Standard inverse time (SIT)

t= .
78

b) Very Inverse Time (VIT)

t= .

c) Extremely Inverse Time (EIT)

t= .

d) Ultra Inverse Time (UIT)

t= .T

Fungsi ini juga digunakan untuk menghitung perubahan arus

selama selang waktu tunda. Untuk arus dengan amplitude yang besar,

proteksi mempunyai karakteristik definite time

a) Jika 1>20 Is, waktu trip sama dengan 20 Is

b) Jika 1>24 In, waktu trip sama dengan 24 In

Penyetingan dilakukan sebagai berikut:

a) Menentukan arus setting (Js) dan waktu tunda (T)

Definite : Is diset 0,3 In Is 24 In dalam A

T diset 50 ms T 655 s

IDMT : Is diset 0,3 In Is 24 In dalam A

T diset 100ms T 12,5 s

b) Menentukan If, arus gangguan yang lebih besar dari Is

c) Menentukan Ils dengan membagi arus gangguan dengan arus setting


79

d) Menentukan masing-masing waktu relai pick up menurut kurva IDMT

diatas, bila memakai arus sesaat maka relai tidak menggunakan waktu

tunda sehingga t=T.

2. Thermal Overload Protectian

Gangguan ini disebabkan oleh bertambahnya beban sehingga melebihi

kapasitas atau bertambahnya konsumsi daya oleh beberapa beban.

Bertambahnya beban akan menyebabkan terjadinya penarikan arus yang

besar, sehingga jika dibiarkan dalam waktu lama akan berakibat naiknya

temperatur peralatan dan kerusakan pada isolasi. Untuk itu digunakan

Thermal Overload Relay. Terdapat dua buah kurva karateristik waktu kerja

yaitu kurva dingin dan kurva panas:

a. Kurva dingin dipakai untuk kenaikan arus gangguan dari kondisi awal

dari batas panas tertentu (diasumsikan dalam besaran arus).

b. Kurva panas dipakai untuk kenaikan arus dari kondisi panas tertentu

sampai batas panas untuk membuat reIay bekerja (diasumsikan dalam

besaran arus).

Relai ini mensimulasikan kenaikan panas pada peralatan yang

diproteksi dengan menggunakan arus yang diukur dari dua fasa atau ketiga

fasanya. Relai ini akan memonitor kenaikan panas dan membandingkannya

dengan dua titik setting:

a. Titik setting yang pertama dirancang untuk memberikan sinyal alarm

(transformator, kondensator) atau pendeteksian status panas yang

digunakan oleh starts per hour (motor) : OL1 .


80

b. Titik setting yang kedua dirancang untuk proteksi (tripping) : OL2

Hal-hal yang mempengaruhi kenaikan panas pada peralatan:

a. Pengaruh harmonik

Kenaikan panas dalam peralatan tergantung bentuk gelaombang

arus yang mengalir melalui alat tersebut. Pengukuran nilai rms fasa satu

mengintegrasikan pengaruh-pengaruh harmonic hingga level 23,

mempertimbangkan bentuk gelombang untuk mengkalkulasikan

kenaikan panas dalam beban-beban tiga fasa yang seimbang.

b. Pengaruh arus urutan negatif

Arus urutan negatif adalah faktor penting dalam rnenghitung

kenaikan panas. Medan rotor yang berhubungan dengan arus urutan

negatif menimbulkan frekuensi ganda arus rotor, sehingga menimbulkan

panas pada rotor. Inilah sebabnya kenapa fungsi thermal overload

mempertimbangkan arus ekuivalen sebagai berikut:

Ieq =

Dimana:

I adalah yang terbesar dari nilai-nilai berikut: Il, I2, I3 pada Il rms;

Ii adalah arus urutan negatif dan

K adalah faktor urutan negatif

Ieq merupakan arus gangguan

c. Kalkulasi kenaikan panas

Kenaikan panas dinyatakan sebagai niIai relatif terhadap kenaikan

panas tertenlu pada pengoperasian di bawah beban tertentu. Proteksi


81

thermal overload memonitor variabel kenaikan panas. Kenaikan panas

dinyatakan sebagai nilai relatif dengan berpengaruh pada tingkat

kenaikan panas yang cocok dengan operasi di bawah rating beban.

Fungsi yang menghitung kenaikan panas peralatan E menurut model

thermal didefinisikan menurut persamaan ditferensial berikut:

dE =

E : kenaikan panas

Ib : arus dasar peralatan yang diset pada status menu

leq : arus ekuivalen

T : konstanta waktu

d. Pengaruh konstanta waktu

Konstanta waktu tergantung pada karakteristik termal peralatan.

Pendingin motor lebih efisien ketika motor sedang bekerja daripada saat

sedang berhenti karena adanya putaran fan dan ventilasinya. Konstanta

waktu diambil pada dua nilai yaitu TI dan T2 menurut kondisi motor,

apakah sedang bekerja atau sedang berhenti.

1) Konstanta waktu thermal TI adalah waktu yang dibutuhkan untuk

kenaikan panas peralatan dibawah rating beban untuk mcncapai 0,63

kali rating kenaikan panas.

2) Konstanta waktu thermal T2 adalah waktu yang diperlukan setelah

pemberhentian untuk kenaikan panas awal dalam peralatan yang

diproteksi untuk menurunkan hingga 0, 36 kali rating kenaikan panas.


82

3. Eart Fault Protection

Earth Fault atau gangguan tanah terjadi akibat arus bocor yang

mengalir ke tanah pada kawat pentanahan. Arus bocor ini dapat

membahayakan keselamatan manusia, untuk mengatasi ini digunakan relai

gangguan tanah (EFR). Eart Fault Relay (EFR) berfungsi untuk

mengamankan gangguan hubungan tanah dengan menggunakan relai arus

untuk mendeteksi arus yang melalui titik netral dengan tanah. Kerja relai ini

sangat sensitifve, karena mendeteksi gangguan hubung luarscperti sirkulasi

arus yang saling meniadakan dan juga gangguan dalam seperti sikulasi arus

yang saling menjumlahkan menyebabkan relay tersebut bekerja.

Proteksi gangguan tanah terdiri dari satu fasa. Operasi EFR mulai pick

up saat arus pada tasa meningkat dari nilai yang diset. Relay ini diberikan

perlambatan waktu boleh dengan Definite Time (DT) ataupun IDMT (SIT,

VIT, EIT, UIT).

a. Proteksi Definite Time

Proteksi definite time digambarkan pada kurva prinsip proteksi

definite time berikut:

Gambar 32. Prinsip proteksi definite time


83

Dimana Is adalah arus setting dalam ampere, dan T adalah

perlambatan waktu proteksi.

b. Proteksi IDMT

Pengoperasian proteksi IDMT didasarkan pada standar IEC 60255

-3 dan BS 142.

Gambar 33. Karakteristik Standard Inverse, Very Inverse dan Extremely

Inverse

Dimana kurva tersebut didefinisikan dengan persamaan:

t= .

Very Inverse Time (VIT)

t= .

Extremely Inverse Time (EIT)


84

t= .

Ultra Inverse Time (UIT)

t= .T

Fungsi ini juga digunakan untuk menghitung perubahan arus selama

selang waktu tunda. Untuk arus dengan amplitude yang besar, proteksi

mempunyai karakteristik definite time:

1) Jika 1>20 Is, waktu trip sama dengan 20 Is

2) Jika 1>24 In, waktu trip sama dengan 24 In

Penyetingan dilakukan sebagai berikut:

1) Menentukan arus seting (Iso) dan waktu tunda (T) yang diinginkan, perlu

diperhatikan bahwa arus gangguan tanah tersebut dapat diukur

menggunakan:

a) CSH yang melewati konduktor 3 fasa dan mendeteksi secara cermat:

Definite : Iso diset 0,05 / no Iso atau 0,1 Iso 20 A

T diset 50 ms T 655 s

IDMT : Iso diset 0,05 I no Iso I no A

T diset 100ms T 12,5 s

b) CSH 30 yang bertindak sebagai adaptor:

Definite : Iso diset 0,05 I no Iso atau 1,5 Iso 300 A


85

T diset 50 ms T 65

IDMT : Iso diset 0,05 I no Iso 10 I no A

T diset 50 ms T 655 s

c) Perbandingan CT

IDMT : lso diset 0,05 I no Iso In

T diset 100ms T 12,5s

2) Menentukan If. arus gangguan yang lebih besar dari Is

3) Menentukan I/Is dengan membagi arus gangguan dengan arus setting

4) Menentukan masing_masing waktu relai pick up menurut kurva IDMT

diatas, bila memakai arus sesaat maka relai tidak menggunakan waktu tunda

sehingga t=T.

4. Negatif Sequence Unbalance Protection

Penyebab terjadinya unbalance (ketidakseimbangan) adalah sumber

tidak mensuplai tegangan simetri tiga fasa, beban yang tidak seimbang

sehingga menyebabkan power supply menjadi instalasi unbalance, salah

satu fasa pada motor terputus, dan instalasi fasa yang terbalik. Kondisi

tersebut menyebabkan arus urutan negarif melewati rnotor yang akan

mcnyebabkan panas yang berlebih (overheating) pada kumparan mesin.

Beban tidak seimbang atau pemutusan salah satu fasa secara tiba-tiba dari

sumber tetap membuat motor beroperasi. Namun kondisi tersebut

nenyebabkan arus urutan negatif melewati motor


86

Relai negative sequence unbalance ini berfungi untuk memproteksi

peralatan dari ketidakseimbangan (unbalance), dengan cara kerja sebagai

berikut:

a. Relai mulai pick up saat komponen urutan negatif dari arus fasa lebih

besar dari nilai yang diset.

b. Memiliki karakteristik penundaan waktu, penundaan waktu dapat berupa

definite time ataupun IDMT (Inverse Definite Minimum Time)

Arus urusan negatif Ii dapat dihitung dari arus tiga fasa:

Ii = dimana a =

a. Definite time delay

Untuk Ii>Is, perlambatan waktu adalah definite (tidak bergantung

pada Ii) dan sebanding dengan T.

b. IDMT Time Delay

Untuk Ii>Is, perlambatan waktu tergantung pada nila Ii/Ib. T sesuai

dengan perlambatan waktu untuk Ii/Ib = 5

Kurva tripping didefinisikan menurut persaman:

Untuk Is/Ib Ii/Ib 0.5 t=

Untuk 0.5 t=

Untuk Ii/Ib>5 t=T


87

Fungsi tersebut dimasukkan kedalam perhitungan variasi arus

urutan negatif selama waktu tunda. Pengukuran arus urutan negatif

dinyatakan sebagai persentase arus dasar yang dapat diakses melalui

terminal pocket TSM 2001. Hal ini tersedia jika proteksi tidak sanggup.

Pada penyetelan relai unbalance ini dapat dilakukan hal hal

sebagai berikut:

a. Menentukan arus setting (Is) dan waktu tunda (T) yang diinginkan:

Definite : Is diset antara dalam A

T diset

IDMT : Is diset antara dalam A

T diset

b. Menentukan Ii, arus unbalance yang merupakan arus gangguan

sebesar arus fasa

c. Menentukan I/Ib dengan membagi arus gangguan dengan arus dasar

d. Menentukan masing masing waktu relai pick up menurut kurva yang

digunakan

5. Locked Rotor/Excessive Starting Time Protection

Bekerja berdasarkan kenaikan arus yang besar saat start awal motor,

proteksi ini menggunakan kurva kareteristik invers.

Proteksi ini terdiri dari tiga fasa, la terdiri dari dua bagian yaitu:

a. Excessive sianing time


88

Selama starting, proteksi ini akan mulai bekerja ketika arus salah

satu fasanya lebih besar dari nilai arus settingnya (Is) untuk waktu yang

lebih lama dari pada perlambatan waJctu Slarting Time (waktu starting

normal).

b. Locked Roror (Rotor Tertahan)

Pada operasi normal (setelah starting), proteksi ini mulai bekerja

ketika arus salah satu tasanya lebih besar dari nilai arus settingnya (Is)

unruk waktu yang lebih lama dari pada waktu tunda LT (Locked Time)

dengan tipe defenite time. Starting dideteksi saat arus yang diserap 5

lebih besar dari arus dasar (lb).

Pada penyetingan relay ini dapat dilakukan:

a. Menentukan arus setting Is dengan nilai antara

yang mana

b. Menentukan waktu runda ST, T start yang berhubungan dengan waktu

starting normal dengan nilai antara

c. Menentukan waktu tunda LT, T lock untuk akseterasi ulang yang tak

dideteksi sebagai suatu start ulang dengan nilai Antara

6. Starts Per Hour Protection

Proteksi ini terdiri dari tiga fasa. Ia akan mulai bekerja ketika jumlah

start mencapai batas berikut:

a. Jumlah start perjam maksimum yang diizinkan.


89

b. Jumlah start panas (hot start) secara berturut-turut maksimum yang

diizinkan.

c. Jumlah start dingin (cold start) maksimum yang diizinkan.

d. Jumlah start yang masih diperbolehkan sebelum maksimumnya, jika

proteksi tak bekerja

e. Waktu tunggu sebelum sebuah start dibolehkan, jika proteksinya tak

bekerja

Starting dideteksi ketika arus yang diserap menjadi 5% lebih besar

dari arus lb setelah lebih rendah selama penundaan waktu T. Jumlah start per

jam adalah j umlah start yang dihitung dalam 60 menit terakhir. N start

adalahjumlah start yang diijinkan perjam.

Status panas motor yang berhubungan dengan overrunning (bekerja

secara berlebihan) dari nilai pertama pada fungsi overload. Ini mungkin

dilakukan untuk menambah jumlah start dengan sebuah input data logic.

Pada penyetelan relai ini dapat dilakukan:

a. Menentukan N start, Jumlah start yang diizinkan perjam : 1-60

b. Menentukan H start, Jumlah start panas secara berturut-turut : 1-Nstart

c. Menentukan C start, Jumlah start dingin secara berturut-turut 1-Nstart

d. Menentukan T (time between start): Waktu tunggu sebelum sebuah start

selanjutnya dan dihitung :

e. Menemukan N rest, waktu tunggu : I mn - 60 mn

7. Positive Sequence Undervoltage and Phase Rotation Direction Check

a. Positive Sequence Undervoltage


90

Proteksi ini akan pick up ketika tegangan komponen utama urutan

positif Vd dari sistem tiga fasa kurang dari nilai tegangan settingnya

(Vsd), dimana:

dimana

Proteksi ini memiliki perlambatan waktu definite time T.

b. Phase Rotation Direction

Proteksi ini akan mendeteksi arah putaran fasa (phase rotation

direction). Perlatan proteksi akan menganggap arah putaran berlawanan

ketika tegangan urutan positif kurang dari 10% Un dan ketika tegangan

urutan positif melebihi 80% Un.

c. Pengukuran Tegangan Urutan Positif

Proteksi ini mendetekdi nilai tegangan urutan negatif dalam volt

atau kilovolt. Ketika arah putaran fasa berlawanan, maka akan

ditampilkan pesan berupa


91

Vd = inverse

Relay relay tersebut akan memberikan perintah untuk memutuskan

tenaga kepada pemutus tenaga (CB) apabila merasakan adanya gangguan

atau kondisi abnormal pada motor.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penulisan laporan kerja praktek ini dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Bahan pokok pembuatan semen terdiri dari :

a. Batu kapur (limestone) dengan komposisi sekitar 81%

b. Batu silika 9 %

c. Tanah liat (clay) 9%

d. Pasir besi (irond sand) 1%

e. Gypsum 3-5%

2. Sumber tenaga listrik utama untuk pabrik Cement Mill Indarung II/III

berasal dari PLN dan didistribusikan melalui saluran distribusi 6.3 Kv

melewati feeder 5 dan feeder 6.


3. SEPAM 2000 merupakan satu paket relay digital yang terdiri dari berbagai

macam relay yang telah dikoordinasikan, sehingga SEPAM 2000 mampu

melindungi Motor Mill di Cement Mill Indarung II/III dari berbagai

macam gangguan yang sering terjadi pada motor.


4. SEPAM 2000 memiliki 3 fungsi,yaitu sebagai metering,protection dan

controlling.
5. Pada motor mill Z1M03M1 SEPAM 2000 memproteksi O/C, E/F,

Thermal, LR/EST, unbalance, dan start/hour.

92
93

B. Saran

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama pelaksanaan Kerja

Praktek di PT. Semen Padang, maka penulis menyarankan hal hal sebagai

berikut:

1. Mengingat peralatan listrik merupakan aset yang sangat mahal, maka

sistem proteksi terhadap peralatan listrik tersebut harus diperhatikan secara

serius, yaitu dengan melakukan pengecekan yang teratur terhadap

peralatan proteksi, menentukan setting relay yang tepat, dan terutama

memastikan bahwa alat pemutus tenaga berfungsi dengan baik, sehingga

tidak terjadi kegagalan pemutusan tenaga apabila terjadi gangguan.


2. Untuk bisa mengetahui lebih banyak tentang penerapan teori kuliah di

lapangan kerja, sebaiknya mahasiwa PKL banyak bertanya kepada

pembimbing lapangan.
3. Pentingnya perhatian lebih terhadap keselamatan kerja karyawan maupun

non karyawan yang bekerja di lingkungan pabrik, yaitu dengan selalu

mengenakan perlengkapan K3.

Anda mungkin juga menyukai