Anda di halaman 1dari 13

A.

Konsep Teori

1. Maksud & Tujuan

Pedoman penanggulagan bencana ini disusun dengan maksud untuk


memberikan gambaran tentang peran semua unit jajaran kesehatan, sedangkan
tujuannya agar semua unit jajaran kesehatan tersebut dapat mempelajari,
memahami dan melaksanakan tugas penanggulangan bencana dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.

2. Pengertian

Dalam pedoman penanggulangan bencana ini yang dimaksud dengan:


a. Gawat darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang secara tiba-tiba
dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota
badannya dan jiwanya (akan menjadi cacat atau mati) bila tidak mendapatkan
pertolongan dengan segera.
b. Kedaruratan adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan
kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang
memerlukan respons intervensi sesegera mungkin guna menghindari
kematian dan atau kecatatan serta kerusakan lingkungan yang luas.
c. Kedaruratan kompleks biasanya ada motif politik, kekerasan sangat menonjol
dan lumpuhmya pelayanan pemerintahan.
d. Tanggap darurat (Emergency Respons) adalah reaksi manajemen pada tahap
awal bencana/tahap darurat berupa rescue, evakuasi (SAR) dan Rapid
Assessment.
e. Korban Massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak
oleh karena sebab yang sama den perlu mendapatkan pertolongan kesehatan
segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari
yang tersedia sehari-hari.
f. Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak/tidak
terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak
terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga
diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan
menyelamatkan korban yaitu manusia beserta lingkungannya.
g. Pengungsi (Refugees) adalah setiap orang yang berada diluar negara
tempatnya berasal dan yang diluar kemauannya atau tidak mungkin kembali
ke negeranya atau menggunakan perlindungan bagi dirinya sendiri karena :
1) Ketakutan mendasarkan bahwa dia akan dituntut karena alasan
ras,agama , kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu
atau pendapat politik; atau
2) Ancaman terhadap nyawa atau keamanannya sebagai akibat pertikaian
bersenjata dan bentuk-bentuk lain dari kekerasan yang meluas yang
sangat mangganggu keamanan masyarakat umum (UNHCR,1995).
h. Pengungsi dalam arti pengungsi setempat (Internally Displaced Persons –
IDPs) didefinisikan sebagai orang-orang yang dalam jumlah yang besar telah
dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka secar mendadak atau tanpa
diduga-duga sebagai akibat pertikaian bersenjata, perselisihan internal,
kekerasan-kekerasan sistemik terhadap hak-hak asasi manusia atau bencana
alam atau yang ditimbulkan oleh manusia dan yang berada dalam wilayah
kekuasaan negara mereka (UNHCR,1995).
i. Daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) adalah suatu dokumen
pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh sekretaris jenderal departemen
kesehatan serta disahkan oleh direktur jenderal perbendaharaan atas nama
menteri keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan
kegiatan serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.
j. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran adalah kepala pusat
penanggulanggan krisis yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran
pada departemen kesehatan.
k. Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya adalah suatu dokumen pelaksanaan
anggaran yang dipersamaan dengan DIPA dan disahkan oleh direktur
jenderal perbendarahaan atas nama menteri keuangan sebagai bendahara
umum negara, antara lain daftarisian proyek pembangunan (DIPP) dan surat
keputusan otoritas (SKO).

3. Kebijakan

Kebijakan yang ditetapkan dalam penanggulangan bencana bidang kesehatan


adalah
a. Dalam penanggulangan bencana bidang kesehatan pada prinsipnya tidak
dibentuk sarana prasarana secara khusus, tetapi menggunakan sarana dan
prasarana yang telah ada, hanya intensitas kerjanya ditingkatkan dengan
memberdayakan semua sumberdaya Pemerintah Kabupaten/Kota atau
Provinsi serta masyarakat dan unsur swasta sesuai dengan ktentuan dan
peraturan yang berlaku.
b. Dalam hal terjadinya bencana, pelayanan kesehatan dan pemenuhan
kebutuhan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan obat dan perbekalan
kesehatan yang tidak dapat diatasi oleh Dinas kesehatan Kabupaten/Kota
setempat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdekat harus memberi
bantuan, selanjutnya secara berjenjang merupakan tanggung jawab Dinas
Kesehatan Provinsi dan Pusat.
c. Setiap Kabupaten/Kota dan Provinsi berkewajiban membentuk satuan tugas
kesehatan yang mampu mengatasi masalah kesehatan pada
penanggulangan bencana di wilayahnya secara terpadu berkoordinasi
dengan Satlak PB dan Satkorlak PB
d. Dalam penanggulangan bencana agar mengupayakan mobilisasi sumber
daya dari instansi terkait, sektor swasta, LSM, dan masyarakat setempat.
e. Membentuk regionalisasi pusat bantuan penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana dalam 9 (sembilan) regional, yaitu :
1) Regional Sumatera Utara berkedudukan di Medan, dengan wilayah
pelayanan Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau,
Provinsi Kepulauan Riau, dan Provinsi Sumatera Barat.
2) Regional Sumatera Selatan berkedudukan di Palembang, dengan wilayah
pelayanan Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi, Provinsi Bangka
Belitung, dan Provinsi Bengkulu.
3) Regional DKI Jakarta berkedudukan di Jakarta, dengan wilayah
pelayanan Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat,
provinsi Kalimantan Barat, dan Provinsi Lampung
4) Regional Jawa Tengah di Semarang, dengan wilayah pelayanan Provinsi
D I Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah
5) Regional Jawa Timurdi Surabaya, dengan wilayah pelayanan Provinsi
Jawa Timur
6) Regional Kalimantan Selatan di Banjarmasin, dengan wilayah pelayanan
Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, dan Provinsi
Kalimantan Selatan.
7) Regional Bali di Denpasar dengan wilayah pelayanan Provinsi Bali,
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur
8) Regional Sulawesi Utara di Manado, dengan wilayah pelayanan Provinsi
Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo dan Provinsi Maluku Utara
9) Regional Sulawesi Selatan di Makassar, dengan wilayah pelayanan
Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Provinsi maluku dan Sub Regional Papua di
Jayapura dengan wilayah pelayanan provinsi Papua dan Provinsi Irian
Jaya Barat
f. Negara lain, organisasi internasional, lembaga sosial internasional dan
masyarakat internasional dapat memberikan bantuan kepadapara korban
bencana, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang
berlaku, tidak mengikat dan dilakukan tanpa syarat.
g. Segala bantuan yang berbentuk bahan makanan harus disertai label/petunjuk
komposisi kandungan, cara pemakaian, halal dan tanggal kadaluwarsa.
Khusus bantuan obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai dengan
kebutuhan. Memenuhi standard mutu dan batas kadaluwarsa serta petunjuk
yang jelas.
h. Bantuan-bantuan tersebut, dapat berupa bantuan teknis (peralatan maupun
tenaga ahli yang diperlukan) dan bantuan program (keuangan untuk
pembiayaan program) padatahap penyelamatan, tanggap darurat,
rehabilitasi, rekonstruksi dan repatriasi.
i. Institusi dan masyarakat dapat menolak bantuan yang sekiranya bisa
membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa korban bencana
j. Apabila bencana yang terjadi disertai gangguan keamanan dan keselamatan
petugas kesehatan, maka dimintakan bantuan TNI dan POLRI
k. Bila diperlukan angkutan udara, laut dan darat sesuai keperluan,
dikoordinasikan dengan Departemen Perhubungan, Departemen Pertahanan,
TNI, POLRI dan instansi terkait lainnya termasuk BUMN
l. Pada masa tanggap darurat, pelayanan kesehatan dijamin oleh pemerintah
sesuai ketentuan yang berlaku. Pelayanan kesehatan pasca tanggap darurat
disesuaikan dengan kebijakan Menteri Kesehatan dan Pemda setempat.

4. Perorganisasian

a. Tingkat Pusat
1) Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di tingkat
pusat adalah Materi Kesehatan dibantu oleh seluruh Pejabat Eselon 1 di
bawah koordinasi Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana (BAKORNAS PB) yaitu Wakil Presiden.
2) Pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lingkungan Depkes
dikoordinir oleh Sekertaris Jendral dalam hal ini Kepala Pusat
Penanggulangan Krisis (PPK).

b. Tingkat Propinsi
1) Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di
Provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Bila diperlukan dapat
meminta bantuan kepada Depkes. Dalam melaksanakan tugas di bawah
koordinasi Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penenggulangan Bencana
(SATKORLAK PB) yang diketahui Gubernur.
2) Pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lingkungan Dinkes
Provinsi dikoordinitir oleh unit yang di tunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan
dengan Surat Keputusan.

c. Tingkat Kabupaten/Kota
1) Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di
Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Bila
diperlukan dapat meminta bantuan kepada provinsi dalam melaksanakan
tugas di bawah koordinasi Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana
(SATLAK PB) yang diketahui Bupati/Walikota.
2) Pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lingkungan Dinkes
Kabupaten/Kota dikoordinitir oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
Kesehatan dengan Surat Keputusan.

d. Di Lokasi Kejadian
1) Penanggung jawab pelayanan kesehatan penanggulangan bencana di
lokasi kejadian adalah Kadinkes Kabupaten/Kota.
2) Pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan dalam penanggulangan
bencana di lokasi kejadian adalah Kepala Puskesmas.

5. Pelaksanaan

a. PRA BENCANA
Kegiatan dilaksanakan:
1) Tingkat Pusat
a) Membuat, menyebarluaskan dan memutahirkan pedoman
penaggulangan bencana
b) Membuat standard-standard penanggulangan bencana.
c) Membuat peta geomedik
d) Mengadakan pelatihan setiap unit dan petugas yang terlibat dalam
penanggulangan bencana, termasuk didalamnya geladi posko dan
geladi lapangan.
e) Inventarisasi sumber daya kesehatan pemerintah dan swasta
termasuk LSM.
f) Membuat standar dan mekanisme penerimaan bantuan dari dalam
dan luar negeri.
g) Inventarisasi jenis dan lokasi kemungkinan terjadinya bencana
diwilayahnya dengan mengupayakan informasi “early waening” atau
peringatan dini.
h) Membentuk tim reaksi cepat penanggulangan bencana.
i) Mengembangkan mitigasi dan kesiapsiagaan penanggulangan
bencana (sarana dan prasarana).
j) Mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
k) Mengembangkan sistem informasi dan komunikasi.
l) Koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi singkronisasi
kegiatan penanggulangan bencana dari pusat sampai daerah.

2) Tingkat Provinsi
a) Kepala dinas kesehatan provinsi melakukan kegiatan :
b) Membuat peta geomedik di daerah rawan bencana.
c) Membuat rencana kontijensi (“Contingency Plan”).
d) Menyusun dan menyebarluaskan pedoman/protab penanggulangan
bencana.
e) Inventarisasi sumber daya kesehatan pemerintah dan swasta
termasuk LSM.
f) Mengembangkan dan membentuk tim reaksi cepat.
g) Menyelenggarakan pelatihan termasuk didalamnya geladi posko dan
geladi lapangan dengan melibatkan semua unit yang terkait.
h) Membentuk pusdalop penanggulangan bencana.
i) Melengkapi sarana/fasilitas yang diperlukan termasuk
mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di daerah
tersebut.
j) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
penanggulangan kesiapsiagaan bencana.
k) Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi
sinkronisasi kegiatan penanggulangan bencana dengan pusat dan
kabupaten/kota.

3) Tingkat Kabupaten/Kota
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan kegiatan :
a) Membuat rencana kegiatan upaya pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
b) Membuat peta geomedik di daerah rawan bencana.
c) Membuat rencana kontijensi (“Contingency Plan”).
d) Menyelanggarakan pelatihan termasuk didalamnya gladi posko dan
gladi lapangan dengan melibatkan semua yang terkait.
e) Membentuk dan mengembangkan tim reaksi cepat.
f) Membentuk pusdalog penanggulangan bencana
g) Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang
mungkin terjaid :
i. Jumlah dan lokasi pukesmas
ii. Jumlah ambulans
iii. Jumlah tenaga kesehatan
iv. Jumlah RS termasuk fasilitas kesehatan lainnya
v. Obat dan pembekalan kesehatan
vi. Unit trasfusi darah.
h) Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi
sinkronisasi kegiatan penanggulangan bencana dengan provinsi dan
kecamatan.
i) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
penanggulangan kesiapsiagaan bencana.

4) Tingkat Kecamatan :
Kepala pukesmas melakukan kegiatan :
a) Membuat peta geomedik di daerah rawan bencana.
b) Membuat jalur evakuasi.
c) Mengadakan pelatihan.
d) Inventarisasi sumber daya sesuai potensi bahaya yang mungkin
terjadi.
e) Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini (Early
Waening System) untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan.
f) Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam satgas.
g) Mengadakan koordinasi lintas sektor.

b. SAAT BENCANA
1) Tingkat Pusat
a) Sekertaris jendral sebagai penanggung jawab penanggulangan
bencana, di samping itu bertanggung jawab dalam merencanakan,
mobilisasi sumber daya, dan penyediaan informasi.
b) Dirjen Bina Pelayanan Medik membantu/ mendukung pelaksanaan
pelayanan darurat medik dilapangan dan pelayanan medik rujukan di
rumah sakit.
c) Dirjen Pengadilan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP-PL)
membantu/mendukung dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi
kesehatan lingkungan dan pembatasan penyakit, logistik dan
peralatan kesehatan lapangan dalam rangka pencegahan KLB
penyakit menular ditempat penampungan pengungsi dan lokasi
sekitarnya.
d) Dirjen Bina Kefarmasian dan ALat Kesehatan membantu/mendukung
pelayanan kesehatan dasar dan gizi.
e) Dirjen bina kesehatan masyarakat mebantu/mendukung pelaksanaan
bantuan obat, bahan habis pakai dan perbekalan kesehatan yang
diperlukan.
f) Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM kesehatan
(PPSDM) membantu dalam perencanaan dan pengembangan tenaga
kesehatan.
g) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Litbangkes) membantu dalam perencanaan dan pengembangan
tenaga kesehatan.
h) Inspektur Jendral melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan
yang terkait dalam penanggulangan bencana.
i) Kepala pusat penanggulangan krisis (PPK) Depkes sebagai
pelaksana koordinasi mempunyai tugas sebagai berikut :
i. Mengaktifkan Pusdalops penanggulangan bencana.
ii. Mengadakan koordinasi lintas sektor untuk angkutan personil,
peralatan, bahan bantuan dan lain-lain.
iii. Mengkoordinasi bantuan swasta dan sektor lain.
iv. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi untuk
mempersiapkan bantuan bila diperlukan.
v. Berkoordinasi dengan Tim Indentifikasi Nasional untuk
identifikasi korban meninggal massal.
j) Departemen Kesehatan dapat memanfaatkan potensi dan fasilitas
kesehatan yang berada di wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia. ( misalnya Pertaminas, PTP, BUMN, Swasta dll)

2) Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kegiatan :
a) Melapor kepadaa Gubernur dan menginformasikan kepada PPK
Depkes tetang terjadinya bencana atau adanya pengungsi.
b) Mengaktifkan Pusdalops Penanggulangan Bencana tingkat Provisi.
c) Berkoordinasi dengan Depkes dalam hal ini PPK, bila ada kebutuhan
bantuan obat dan perbekalan kesehatan. Pengelolaan obat dan
pembekalan kesehatan menggunakan buku pedoman pengelolaan
obat dan perbekalan kesehatan.
d) Berkoordinasi dengan RS Provinsi untuk mempersiapkan menerima
rujukan dari lokasi bencaan atau tempat penampungan pengungsi.
Bila diperlukan, menugaskan Rumah Sakit Provinsi untuk
mengirimkan tenaga ahli ke lokasi bencana atau tempat
penampungan pengungsi.
e) Berkoordinasi dengan Rumah Sakit rujukan (RS Pendidikan) diluar
provinsi untuk meminta bantuan dan menerima rujukan pasien.
f) Berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
melakukan “Rapid Health Assesment” atau evaluasi pelaksanaan
upaya kesehatan.
g) Memobilisasi tenaga kesehatan untuk tugas perbantuan le daerah
bencana.
h) Berkoordinasi dengan sektor terkait untuk penanggulangan bencana.
i) Menuju lokasi terjadinya bencana atau tempat penampungan
pengungsi.

3) Tingkat Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota setelah menerima berita
terjadinya bencana dari kecamatan, melakukan kegiatan :
i. Berkoordinasi dengan anggota Satlak PB penanggulangan bencana
ii. Mengaktifkan Pusdalops penanggulangan bencana tingkat
kabupaten/kota
iii. Berkoordinasi dengan RS kabupaten atau kota termasuk RS swasta
rumkit TNI dan Polri untuk mempersiapkan peerimaan penderita yang
di rujuk dari lokasi bencana dan tempat penampungan pengungsi.
iv. Menyiapkan dan mengirim tenaga kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan kelokasi bencana
v. Menghubungi puskesmas disekitar lokasi bencana untuk
mengirimkan dokter, perawat dan peralatan yang diperlukan
termasuk ambulans kelokasi bencana.
vi. melakukan penilaian kesehatan cepat terpadu (intergrated rapid
health asesment)
vii. Melakukan penanggulangan gizi darurat
viii. Memberikan imunisasi campak di tempat pengungsian bagi anak
anak di bawah usia 15 tahun
ix. Melakukan surveilans epidemiologi terhadap penyakit potensial
wabah, mengendalikan vektor serta pengawasan kualitas air dan
lingkungan.
x. Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah kabupaten atau
kota adalah kepala dinas kesehatan provinsi.

Direktur Rumah Sakit Kabupaten /Kota melakukan kegiatan :


i. Menghubungi lokasi bencana untuk mempersiapkan instalasi gawat
darurat dan ruang perawatan untuk menerima rujukan penderita dari
lokasi bencana dan tempat penampungan pengungsi
ii. Menyiapkan instalasi gawat darurat dan instalasi rawat inap untuk
menerima rujukn penderita dari lokasi bencana atau tempat
penampungan pengungsi dan melakukan pengaturan jalan evakuasi.
iii. Menghubungi RS provinsi tentang kemungkinan adanya penderita
yang akan dirujuk
iv. Menyiapkan dan megirimkan tenaga dan peralatan kesehatan ke
lokasi bencana bila diperlukan.

4) Tingkat Kecamatan
Kepala Puskesmas dilokasi bencana melakukan kegiatan :
a) Beserta staf menuju lokasi bencana dnegan membawa peralatan
yang diperlukan untuk melaksanakan Triase dan memberikan
pertolongan pertama
b) Melaporkan kepada Kadinkes kabupaten/kota tentang terjadinya
bencana
c) Melakukan initial rapid health assesment (penilaian cepat masalah
kesehatan awal)
d) Menyerahkan tanggung jawab pada kadinkes kabupaten atau kota
apabila telah tiba dilokasi.
e) Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah kecamatan,
maka sebagai penanggung jawab adalah kepala dinas kesehatan
kabupaten atau kota.

Kepala Puskesmas disekitar lokasi bencana melakukan kegiatan :


a) Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan serta ambulans atau
alat transformasi lainnya ke lokasi bencana dan tempat
penampungan pengungsi.
b) Membantu melaksanakan perawatan dan evakuasi korban serta
pelayanan kesehatan pengungsi.

c. PASCA BENCANA
1) Tingkat Pusat
a) Koordinasi Lintas Program Untuk :
i. Evaluasi dampak bencana guna menanggulangi kemungkinan
timbulnya KLB penyakit menular.
ii. Upaya pemulihan kesehatan korban bencana .
iii. Berkoordinasi dengan program terkait dalam upaya rekonsiliasi,
khususnya untuk wilayah yang mengalami konflik dengan
kekerasan.
iv. Penyelesaiaan administrasi dan pertanggung jawaban anggaran
yang telah di keluarkan selama berlangsungnya penanggulangan
bencana.
b) Koordinasi Lintas Sektor Untuk :
i. Pemulihan (rehabilitasi) prasarana atau sarana kesehatan yang
mengalami kerusakan.
ii. Pemulihan (rehabilitasi) kehidupan masyarakat kearah
kehidupan normal.
iii. Relokasi masyarakat pengungsi.
iv. Rekonsisliasi masyarakat yang terlibat bencana konflik sosial
dengan kekerasan.
v. Pembangunan kembali (rekonstruksi) prasarana atau sarana
yang pemanen.
vi. Pemantauan, evaluasi, dan analisis dampak bencana serta
penanggulangan pengungsi.

2) Tingkat Provinsi
a) Mendudkung upaya pelayanan kesehatan dasar terutama
pencegahan KLB, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi di
tempat penampungan pengungsi maupun lokasi sekitarnya kegiatan
survei lans epidemiaologi, promosi kesehatan, penyelenggaraan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.
b) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang.
c) Melakukan evaluasi dan analisis dampak bencana terhadap
kesehatan lingkungan atau KLB.
d) Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor.
e) Membantu upaya rekorsilasi
Khusus untuk konflik dengan tindak kekerasan dapat dilakukan
rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai dengan mediasi sektor
kesehatan, yaitu kesehatan sebagai jembatan menuju perdamaian
dengan kegiatan berupa :
i. Pelatihan bersama dengan melibatkan pihak-pihak bertikai.
ii. Sosialisasi netralitas petugas kesehatan untuk menjalankan
profesinya kepada pihak yang bertikai
iii. Kerjasama petugas kesehatan dari pihak-pihak yang bertikai
dalam menyusun program kesehatan bagi korban kerusuhan.
iv. Pelayanan kesehatan terpadu antara pihak bertikai tanpa
membedakan perbedaan (Azzas Netralitas).

3) Tingkat Kabupaten/Kota
a) Mendukung upaya pelayanan kesehatan dasar terutama pencegahan
KLB besar, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi di
tempat penampungan pengngsi maupun lokasi sekitarnya, kegiatan
surveilans epidemiologi, promosi kesehatan penyelenggaraan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.
b) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujuakan dan penunjang.
c) Melakukan evaluasi dan analisis dampak bencana terhadap
kesehatan lingkungan atau KLB.
d) Menentukan strategi, intervensi berdasarkan analisis status gizi
setelah rapid asesmen dilakukan, merencanakan kebutuhan pangan
untuk suplemen gizi.
e) Menyediakan pelayanan kesehatan, pengawasan kualitas air bersih,
dan sanitasi lingkungan bagi penduduk di penampungan sementara.
f) Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor.
g) Memulihkan kesehatan fisik, mental dan psikososial korban berupa :
i. Promosi kesehatan dalam bentuk konseling (bantuan psikososial
dll) kegiatan diperlukan agar para pengungsi dapat mengatasi
psikotrauma yang dialami
ii. Pencegahan masalah psikososial untuk menghindari
psikosomatis.
iii. Pencegahan berlanjutnya psikopatologis pasca pengungsian

4) Tingkat Kecamatan
Puskesmas kecamatan tempat terjadinya bencana :
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di penampungan
dengan mendirikan post kesehatan lapangan.
b) Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih dan pengawasan
sanitasi lingkungan.
c) Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang
mungkin timbul.
d) Segera melapor kedinas kesehatan kabupaten/kota bila terjadi KLB
penyakit menular dan gizi buruk.
e) Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat
kecamatan dalam memberikan KIE kepada masyarakat luas
bimbingan pada kelompok yang berpotensi mengalami gangguan
stress pasca trauma, memberikan konseling pada individu yang
berpotensi mengalami gangguan stress pasca trauma
f) Merujuk penderita yang tidak dapat di tangani dengan konseling awal
dan membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau penanggulangan
lebih spesifik.
GLOSARIUM

No Istilah Definisi
1 BAKORNAS PB adalah singkatan dari kata Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana
2 Contingency Plan adalah sebuah rencana untuk membuat suatu
panduan dan dokumentasi atas suatu kejadian
yang tidak terduga dan sebagai dokumentasi dasar
terhadap tanggap darurat dalam upaya pemilihan
perencanaan.
3 Early Warning adalah sistem peringatan dini yang berfungsi
untuk membeitahukan akan terjadinya kejadian
alam, sistem peringatan dini ini akan
memberitahukan terkait bencana yang akan terjadi
atau kejadian alam lainnya.
4 Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan
dan penyakit serta faktor yang terkait di tingkat
populasi. Banyak penyakit mengikuti arus migrasi
penduduk, sehingga pemahaman tentang
bagaimana penduduk bergerak mengikuti musim
sangat penting untuk memahami penyebaran
penyakit tentu pada populasi tersebut.
5 Geomedik adalah peta untuk menentukan batas batas
wilayah kerja dan untuk melihat secara jelas
bagaimana penyebaran atau distribusi penyakit
yang terjadi di suatu daerah atau tempat, sehingga
kita mudah menentukan arah perencanaan dalam
menentukan intervensi yang akan dilakukan.
6 KLB Kejadian Luar Biasa. adalah salah satu status
yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu
wabah penyakit.
7 Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyebaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
8 Protap Prosedur Tetap. adalah prasyarat dan urutan
kerja yang harus dipenuhi dan dilakukan, sehingga
alat dapat difungsikan dengan baik dan
menghasilkan keluaran sesuai dengan fungsinya.
9 Psiko-Patologis adalah studi tentang penyakit mental, tekanan
mental, dan abnormal atau perilaku maladaptif.
Istilah ini paling sering digunakan dalam psikiatri
dimana patologi mengacu pada proses penyakit.
Psikologi abnormal adalah istilah yang sama
digunakan lebih sering di bidang psikologis non
medis.
10 Psikosomatis adalah menggambarkan penyakit fisik yang
diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor
mental, seperti stress dan kecemasan.
Psikosomatis terdiri dari dua kata, pikiran (psyche)
dan tubuh (soma).
11 Pusdalop adalah sebuah organisasi yang
bertanggungjawab sebagai pengelola
informasi bencana (disaster information
manager) sekaligus berfungsi sebagai pengendali
koordinasi antar instansi dan lembaga baik
pemerintah maupun mansyarakat, untuk
penanganan bencana di kabupaten/kota.
12 Rapid Health Assesment adalah kegiatan pengumpulan data dan
informasi dengan tujuan untuk menilai
kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan
dasar yang diperlukan segera sebagai respon
dalam suatu kejadian bencana.
13 Refugees (pengungsi, KBBI) disebutkan bahwa akar kata
dari istilah pengungsi adalah ungsi dan kata
kerjanya adalah mengungsi, yaitu pergi
mengungsi (menyingkirkan) diri dari bahaya
atau menyelamatkan diri (ke tempat yang
memberikan rasa aman).
14 Rehabilitasi adalah sebuah kegiatan ataupun proses untuk
membantu para penderita yang mempunyai
penyakit serius atau cacat yang memerlukan
pengobatan medis untuk mencapai kemampuan
fisik psikologis dan kemampuan maksimal.
15 Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data atau
pencatatan yang terjadi di dua tempat yang
berbeda.
16 Rekonstruksi adalah pengambilan sesuatu ke tempatnya
yang semula, penyusunan atau penggambaran
kembali dari bahan-bahan yang ada dan disusun
kembali sebagaimana adanya atau kejadian
semula.
17 Repatriasi adalah kembalinya suatu warga negara dari
negara asing yang pernah menjadi tempat
tinggal menuju tanah asal
kewarganegaraannya. Kata ini adalah gabungan
dari awalan re- (kembali) dan patria-(tanah asal).
18 SAR (Search and adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong,
Rescue) dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang
atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi
bahaya dalam musibah-musibah seperti
pelayaran.
19 Satkorlak adalah singkatan dari kata Satuan Koordinasi
Pelaksana. Satkorlak menurut Keppres memiliki
tugas mengkoordinasikan upaya
penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi di wilayahnya sesuai kebijakan yang
ditetapkan oleh Bakornas PBP
20 Surveilans adalah proses pengumpulan, pengelolaan,
analisis, dan intepretasi data secara sistemik
dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan.
21 Triase (Triage) adalah perawatan terhadap pasien yang
didasarkan pada prioritas pasien (atau korban
selama bencana) bersumber pada penyakit
atau tingkat cedera, tingkat keparahan,
prognosis dan ketersediaan sumber daya.
Dengan triage dapat ditentukan kebutuhan
terbesar pasien atau korban untuk segera
menerima perawatan secepat mungkin.

Anda mungkin juga menyukai