Latar Belakang
Difelikefalin adalah agonis yang dibatasi secara perifer dan selektif dari reseptor opioid kappa
yang dianggap penting dalam memodulasi pruritus dalam kondisi seperti penyakit ginjal kronis.
Metode
Dilakukan dengan metode double blind, dimana menggunakan placebo sebagai control, uji coba
fase 3, dilakukan dengan menentukan pasien yang menjalani hemodialisa secara acak yang
mengalami pruritus sedang sampai berat yang akan menerima difelikefalin (dengan dosis 0,5
µg/kgBB) atau placebo selama 3x seminggu dalam kurun waktu 12 minggu. Hasil akhir utama
pada penelitian ini adalah penurunan presentase pasien setidaknya 3 poin dari poin awal pada
minggu ke 12 dalam skor rata-rata mingguan pada 24 hours Worst Itching Intensity Numerical
Rating Scale (WINRS; range skor 0 sampai 10, dimana semakin besar skor maka intensitas
pruritus semakin tinggi). Hasil selanjutnya terdiri dari perubahan standar kulaitas hidup yang
berkaitan dengan pruritus, persentase pasien dengan perubahan setidaknya 4 poin pada skor WI-
Hasil
Total 378 pasien yang diambil secara acak. Total 82 dari 158 (51,9%) pasien pada grup yang
outcome) jika dibandingkan dengan grup yang menerima placebo sebanyak 51 dari 165 (30,9%).
Perhitungan persentase pasien dengan penurunan setidaknya 3 poin skor WI-NRS sebesar 49,1%
pada populasi yang meneriman difelikefalin jika disbandingkan dengan populasi yang menerima
placebo sebesar 27,9% (P<0,001). Difelikefalin juga menunjukkan hasil perubahan secara
signifikan dari baseline ke minggu 12 dalam pruritus yang berhubungan kualitas hidup yang
diukur dengan 5-D itch scale dan Skindex-10 scale. Perhitungan persentase dari pasien dengan
penurunan 4 poin dalam waktu 12 minggu pada skor WI-NRS secara signifikan lebih besar pada
populasi yang menerima difelikefalin dibandingkan dengan populasi yang hanya menerima
placebo (37,1% [obeservasi data pada 64 dari 158 pasien] vs 17,9% [observasi data pada 35 dari
165 pasien], P<0,001). Diare, dizziness, dan muntah umumnya ditemukan pada pasien yang
Kesimpulan
Pasien yang diterapi dengan difelikefalin memiliki intensitas pruritus yang berkurang secara
signifikan dan kualitas hidup yang berubah menjadi lebih baik dibandingkan dengan pasien yang
pruritus merupakan keadaan yang umum, yang menyusahkan, dan jarang diketahui yang
mengakibatkan >60% dari pasien yang manjalani hemodialisa, dengan 20% sampai 40%
melaporkan bahwa mereka mengalami pruritus derajat sedang sampai berat. Intensitas dan gatal
yang menyeluruh secara sistemik yang dialami pasien berkaitan dengan buruknya kualitas tidur,
depresi, penurunan kualitas hidup, peningkatan resiko infeksi dan peningkatan resiko kematian.
Saat ini ada terapi untuk uremic pruritus yang belum disahkan di Amerika atau Eropa, terapi off-
label telah dilaporkan memiliki efficacy yang terbatas atau efek samping substansial sehingga
Pathogenesis dari pruritus yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis belum sepenuhnya
diketahui. Beberapa hipotesis telah diajukan, termasuk gangguan metabolic, disregulasi system
imun, dan ketidakseimbangan pada endogen system opioid, dengan reseptor opioid kappa yang
Difelikefalin (CR845) adalah agonis reseptor opioid kappa selektif yang dibatasi secara perifer
yang memberikan efek antipruritik dengan cara mengaktifkan reseptor opioid kappa pada neuron
perifer dan sel imun. Struktur hidrofilik small-peptide membatasi penyebaran pasif melewati
membrane, sehingga membatasi akses ke reseptor kappa opioid di system saraf pusat. Percobaan
fase 2 yang melibatkan pasien yang menjalani hemodialisis yang memiliki pruritus sedang
hingga berat menunjukkan penurunan yang bermakna secara klinis dalam intensitas gatal dan
peningkatan signifikan dalam kualitas hidup dan tidur terkait gatal pada pasien yang diobati
difelikefalin pada pasien dewasa yang menjalani hemodialisis yang mengalami pruritus sedang
hingga berat.
Metode
KALM-1 adalah uji coba fase 3 secara acak, double blind, menggunakan plasebo sebagai control
yang dilakukan di 56 lokasi di Amerika Serikat; fase ekstensi label terbuka untuk mengevaluasi
keamanan jangka panjang sedang berlangsung. Pasien yang memenuhi kriteria ialah pasien
dewasa (≥18 tahun), dengan end stage kidney disease yang sedang menjalani hemodialysis
setidaknya tiga kali dalam seminggu untuk 3 bulan terakhir dan memiliki pruritus derajat sedang
sampai berat. Derajat keparahan pruritus didefinisikan sebagai skor rata-rata mingguan lebih dari
4 poin pada Skala Penilaian Angka Intensitas Gatal Terburuk (Worst Itching Intensity Numerical
Rating Scale [WI-NRS]) 24 jam. Skor rata-rata dikalkulasi dengan menggunakan penilaian
harian yang dilakukan selama 7 hari periode berjalan sebelum pengacakan (lihat kriteria
kelayakan pada Lampiran B dalam Lampiran Tambahan, tersedia dengan teks lengkap dari
artikel ini di NEJM.org). WI-NRS adalah skala 11 poin yang divalidasi, dengan skor mulai dari 0
hingga 10 dan dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan intensitas gatal yang lebih besar.
Semua pasien memberikan persetujuan tertulis sebelum berpartisipasi dalam uji coba.
Setiap pasien ditentukan secara random (rasio 1:1) untuk menerima difelikefalin intravena
(dalam dosis 0,5 µg/kgBB) atau placebo tiga kali dalam seminggu dalam 12 minggu.
Difelikefalin atau placebo diberikan secara intravena secara bolus kedalam venous port dari
sirkuit dialysis setelah sesi dialysis. Dosis dihitung berdasarkan rekomendasi dry body weight
untuk dialysis (berat dimana status volume pasien tidak overhidrasi ataupun unhidrasi,
berdasarkan ketentuan dokter; masing-masing sesi dialisis, cairan dikeluarkan untuk mencoba
menurunkan berat badan pasien menjadi berat kering yang ditentukan). Jika pasien menjalani
hemodialysis tambahan saat minggu pemberian, maka dosis tambahan difelikefalin ataupun
placebo diberikan sampai dengan maksimal empat dosis. Pemberian terapi yang beriringan
dengan dosis yang seimbang untuk antihistamin, glucocorticoid, opioid, gabapentin dan
pregabalin diijinkan jika digunakan saat kunjungan screening. Pemberian obat antipruritic yang
baru setelah masa kunjungan screening dilarang. Pengacakan dilakukan dengan menggunakan
sistem respons Web interaktif dan dikelompokkan berdasarkan penggunaan awal obat
Selama 12 minggu waktu intervensi, pasien melaporkan intensitas gatal terburuk selama 24 jam
terakhir setiap hari menggunakan WI-NRS. Kualitas hidup yang berkaitan dengan pruritus
diukur dengan dua instrument yang telah tervalidasi, yaitu kuesioner multidimensional 5-D itch
dan Skindex-10. Kedua kuesioner diisi oleh pasien pada interval yang ditentukan sebelumnya
selama periode intervensi 12 minggu. Kuisioner diisi oleh setiap pasien tanpa bantuan apa pun.
Skala 5-D itch menilai lima penilaian dari pruritus (derajat, durasi, arah, disabilitas, dan
distribusi) selama recall period. Skor skala 5-D itch berkisar antara 5 sampai 25, dengan
peningkatan skor mengindikasikan buruknya kualitas hidup yang berkaitan dengan nyeri. Skala
Skindex-10 telah dikembangkan secara spesifik untuk uremic pruritus dan diukur