DOSEN PEMBIMBING:
OLEH: KELOMPOK 2
NINDI 1810531011
JURUSAN AKUNTANSI,
FAKULTAS EKONOMI
Puji syukur kami ucapakan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Perpajakan Yayasan” ini pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat beserta salam semoga
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada Bapak Drs.
Rinaldi Munaf, MM, Ak, CPA, CA selaku dosen pembimbing pada mata kuliah perpajakan
lanjutan ini. Kami yakin masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu diharapakan kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Kami harap makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi pembaca.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUANiv
A. Latar Belakang iv
B. Rumusan Masalah vi
C. Tujuan vi
BAB II PENGKAJIAN1
A. Perpajakan 5
B. Jenis-jenisPajak6
BAB IV PEMBAHASAN7
BAB V PENUTUP16
DAFTAR PUSTAKA17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi negara semakin besar jumlah pajak yang diterima akan semakin baik keuangan
negara. Namun bagi wajib pajak, pembayaran pajak merupakan beban. Oleh karena itu,
semakin kecil jumlah pajak yang dibayar akan semakin menguntungkan. Ini sesuai dengan
salah satu sifat dasar manusia yaitu sifat ekonomis. Yang mana manusia berprinsip kalau
bisa tidak membayar, mengapa harus membayar. Kalau bisa membayar lebih kecil,
Dengan latar belakang sifat dasar manusia tersebut, maka ada kecenderungan setiap
wajib pajak untuk berusaha meminimalkan jumlah pajak yang dibayar. Bagi wajib pajak
pajak yang dibayar adalah dengan menggunakan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perpajakan (tav avoidance). Untuk melaksanakan tax avoidance secara baik dan tidak
terjebak tax evasion, maka perlu adanya suatu manajemen pajak (tax management).
Manajemen pajak adalah usaha-usaha untuk mengelola pajak yang menjadi kewajiban
wajib pajak secara baik dalam rangka meminimalkan jumlah pajak yang dibayar
secaralegal.
Saat ini di Indonesia bermunculan berbagai macam yayasan, baik yang tujuannya
utamanya adalah benar-benar untuk kepentingan sosial (nirlaba) seperti yayasan keagamaan
iv
maupun tujuannya untuk memperoleh profit (walaupun tidak dinyatakan secara jelas)
yang kemudian diubah dengan UU Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, yayasan
memiliki landasan hukum yang kuat. Pendirian yayasan di Indonesia selama ini hanya
berdasar atas kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung. Ada
kecenderungan masyarakat mendirikan yayasan dengan maksud tidak hanya sebagai wadah
memperkaya diri para pendiri, pengurus, dan pengawas. Akhirnya timbul berbagai masalah,
seperti kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan Anggaran Dasar (AD), sengketa antara
pengurus dengan pendiri, maupun yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang
diperoleh dengan cara melawan hukum. Yayasan termasuk di dalam definisi badan
sehingga merupakan Subjek Pajak Penghasilan, hal ini diatur dalam Pasal 2 ayat 1 (b) UU
PPh.
dan memberikan perlakuan yang sama bagi unit kegiatan bisnis yayasan dengan organisasi
komersial lainnya, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak nomor SE-34/PJ.4/1995 tanggal 4 Juli 1995 tentang Perlakuan
Pajak Penghasilan bagi Yayasan atau Organisasi Sejenis, yang kemudian ditindaklanjuti
lagi dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-39/PJ.4/1995 tentang
Penyuluhan Perlakuan Pajak Penghasilan bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis dan
tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya atas Dana Pembangunan Gedung dan Prasarana
Pendidikan bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis yang Bergerak di Bidang
Pendidikan, maka berdasarkan Surat Edaran dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
tersebut surplus dana dari badan hukum yayasan akan dikenakan Pajak Penghasilan dengan
vi
perlakuan yang sama dengan penghasilan neto badan hukum lainnya. Namun, untuk
yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, bila surplus dana yang diperoleh habis
digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dalam jangka waktu 4
tahun, maka atas surplus dana tersebut tidak akan dikenakan PajakPenghasilan.
Perlakuan perpajakan bagi yayasan sudah tidak dibedakan dengan badan hukum
lainnya menyebabkan yayasan juga perlu mengelola kewajiban pajaknya secara baik.
1.3 Tujuan
vi
BAB II
PENGKAJIAN
Yang dimaksud dengan pajak adalah iuran yang wajib dibayarkan rakyat kepada kas
negara yang diatur dalam undang-undang dan atas iuran tersebut, rakyat tidak mendapatkan
langsung manfaatnya saat itu juga.2Kebijakan perpajakan seperti subjek pajak, objek pajak,
tarif pajak, dan prosedur perpajakan telah diatur dalam undang-undang Pajak.3
Yang dimaksud dengan yayasan adalah badan hukum yang tidak memiliki anggota dan
kemanusiaan.4Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan
Pengawas. Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh
Yayasan berdasarkan Undang- undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung
atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan ikut serta dalam suatu badan usaha dengan
1
3) Anggota pembina, pengurus dan pengawas yayasan dilarang merangkap sebagai
anggota direksi atau pengurus dan anggota dewan komisari atau pengawas
daribadanusaha
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Perpajakan
Pajak adalah peralihan kekeayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama membiayai publicinvestment”. Melihat dari beberapa definisi dari beberapa ahli, maka
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber
banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun
intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seoerti
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain- lain.
Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-
2
B. Jenis-jenisPajak
Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib
pajak, tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak
Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Beban pajak ini dapatdilimpahkan
Pajak Subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi
wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh :
Pajak Penghasilan (PPh), dengan memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (status
dari keadaan pribadi wajib pajak tersebut, barulah menentukan besarnya penghasilan
tidak kenapajak.
Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik
kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib
Menurut Undang-undang tahun 2001 tentang Yayasan, “Yayasan adalah badan hukum
yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu
3
di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota”.
Untuk terutangnya Pajak penghasilan (PPh), haruslah dipenuhi dua syarat, yakni adanya
wajib pajak dana adanya objek pajak. Menurut pasal 1 UU PPh 1994, Pajak penghasilan
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak. Dan pasal 2 UU PPh 1994 mengatakan bahwa salah satu yang menjadi subyek pajak
adalah yayasan atau organisasi yang sejenis. Dalam penjelasan pasal 1, subyek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan dalam UU PPh disebut wajib pajak. Mulai tanggal 1
Januari 1995 berdasarkan UU PPh, yayasan adalah subyek pajak, dan atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dikenakan pajak penghasilan. Jadi jelaslah bahwa yayasan adalah
wajibpajak.
kegiatan usaha kepada pembina, pengurus dan pengawas. Berikutnyadalampasal 5 ayat 1 dan
2,kekayaan yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan
berdasarkan undang undang, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium atau bentuk lain yang dapat dinilai
1) Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, pembina dan pengawas
Kekayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang
atau barang. Selain itu kekayaan yayasan dapat diperoleh dari hal hal berikut ini:
2) Wakaf
3) Hibah
4) Hibah Wasiat
4
5) Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan dan atau
Berikut ini adalah sebagaian hak-hak yang bersifat umum yang dimiliki oleh yayasan
c. Keberatan danbanding.
wajibpajak.
5
BAB IV
PEMBAHASAN
dalam subjek pajak. Yayasan sendiri termasuk dalam definisi badan sehingga merupakan
subjek pajak penghasilan. “Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan dalem bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,
lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.”
Yayasan menjadi wajib pajak jika menerima atau memperoleh penghasilan yang
merupakan objek pajak. Namun meskipun tidak menerima atau memperoleh penghasilan yang
merupakan objek pajak, yayasan tetap menjadi wajib pajak jika memenuhi kriteria sebagai
pemotong pajak. Sebagai contoh, yayasan bertindak sebagai pemotong PPh pasal 21 atas
Secara umum pelaksanaan hak dan kewajiban yayasan sama dengan bentuk usaha lain,
kecuali hal hal khusus yang diatur sendiri. Hal umum yang perlu diperhatikan yayasan dan
1) Mendaftar sebagai wajib pajak dan memberikan penjelasan tentang tujuan kegiatan
utama, karakteristik yayasan. Hal ini untuk memastikan jenis pajak yang menjadi
kewajiban kita.
7
2) Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Ketentuan ini
dijalankan apabila usaha pokoknya melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau
berhubungan langsung dengan usaha (perhatikan pasal 6 ayat 1 dan pasal 9 ayat 1 UU
4) Yayasan atau organisasi nirlaba tidak serta merta dapat menikmati berbagai fasilitas
tentu saja berdampak bahwa “Yayasan” menjadi sekadar nama bukan sebagai bentuk
PBB tidak dikenakan terhadap objek pajak yang digunakan untuk melayani kepentingan
umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, serta
Terdapat tiga aspek yang menjadi pedoman dalam mengelola Yayasan, yaitu sebagai
berikut5
a. Aspek Managerial
Ditinjau dari aspek manajerial, agar yayasan dapat tumbuh dan berkembang
8
1. Pendiri dan pengurus harus bersedia menanggalkan kepentingan pribadi dan
secara sukarela
menyumbangkanpikirandansumberdayalainnyabagipencapaianmaksuddantujuanyay
asan.
2. Visi dan Misi yayasan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas sebagai dasar
untuk memberi arah dalam penyusunan rencana strategis dalam pencapaian maksud
dan tujuanyayasan.
3. Pengelolaanyayasanharusdijalankansecaratransparan,karenaparadonaturdankonsti
donatur dan konstituen termasuk pemerintah. Dengan citra yang positif akan
menggali sumberpendanaan.
4. Pengelolaan yayasan dilakukan secara efektif dan efisien seperti halnya suatu
5. Yayasanharusmenciptakankegiatandanprogramkreatifyangberorientasipasarkaren
tertib dan informasi keuangan yang dihasilkan tepat waktu sehingga dapat
7. PengurusharusmeningkatkanpemahamantentangAnggaranDasar(AD)danAnggara
9
nRumah Tangga (ART) yayasan serta berbagai aspek hukum lainnya yang relevan
untuk meyakinkan bahwa segala tindakan dan keputusan yayasan telah sesuai
b. Aspek Keuangan
Pokok-pokok penting UU No. 16 Tahun 2001 jo. UU No. 28 Tahun 2004 tentang
berakhirnyatahunbuku,yangmemuatsekurang-kurangnyalaporankeadaandankegiatanserta
hasilyangtelahdicapai,danlaporankeuanganyang terdiridari6:
a. Laporan posisikeuangan.
b. Laporanaktivitas.
c. Laporan aruskas.
3. Apabila yayasan memperoleh bantuan negara, bantuan luar negeri atau pihak lain sebesar
Rp 500 juta atau lebih, atau kekayaan yayasan diluar wakaf berjumlah Rp 20 miliar atau
lebih, maka:
b. LaporankeuanganyayasanwajibdiauditolehAkuntanPublik.Hasilauditdisampaikan
Dalam menyambut era keterbukaan seperti saat sekarang ini, sudah selayaknya pengurus
6Pasal49UUNo.21Tahun2001
10
1. Membenahi sistem administrasi keuangan dan sistem akuntansi agar seluruh
tepatwaktu.
2. Meningkatkansistempengendalianinternataspenerimaandanpengeluarandanaserta
atas kekayaanyayasan.
d. Aspek Perpajakan
Sehubungan dengan aspek perpajakan bagi yayasan, selama ini timbul berbagai
kesalahpahaman. Sebagai organisasi nirlaba, yayasan bebas dari pajak karena tujuan
yayasan adalah di bidang sosial, keagamaan atau kemanusiaan, yang semata-mata untuk
kepentingan umum atau sosial. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka perlu
menyangkut Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai
berikut:
kesederhanaan. Sesuai dengan prinsip keadilan, wajib pajak yang setara kemampuan
ekonominya harus memikir kewajiban pajak yang setara pula. Perkembangan kegiatan
Untuk menentukan apakah yayasan memenuhi syarat sebagai wajib pajak dan dikenakan
pajak penghasilan maka terlebih dahulu harus dilihat pengertian wajib pajak. Secara
umum yang dimaksud wajib pajak adalah subjek pajak yang memiliki objek pajak. Yang
dimaksud dengan subjek pajak adalah orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai
11
satu kesatuan, badan dan bentuk usaha tetap7. Yang digolongkan sebagai badan adalah
demikian jelas bahwa yayasan memenuhi syarat sebagai subjek pajak karena yayasan
Penerimaan yayasan dapat dibedakan menjadi penerimaan yang bukan objek pajak
dan penerimaan yang merupakan objek pajak. Adapun penghasilan yayasan yang bukan
Harta hibahan yang diterima yayasan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan yang telah tedaftar pada
instansi yang membidanginya yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
Penghasilan yayasan yang merupakan objek pajak adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun
termasuk10:
8Ali, 1999
12
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan kegiatan atau jasa
4. Keuntungan dari pengalihan harta, termasuk keuntungan pengalihan harta yang semula
Didalam aspek perpajakan pada yayasan juga dapat dikenakan pengurang penghasilan
bruto, yaitu:
Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan usaha, pekerjaan, kegiatan atau pemberian
jasa untuk mendapatkan menagih dan memelihara penghasilan atau biaya yang
sejenis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan dengan memperhatikan Pasal 9
Penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A
UU PPh.
Pengenaan pajak penghasilan bagi yayasan dapat dikenakan ketentuan dalam PP Nomor
46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima
Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Berdasarkan PP
46 Tahun 2013 tersebut, yayasan yang dikenakan tarif pajak sebagaimana dimaksud
13
dalam PP tersebut adalah yayasan dengan peredaran bruto kurang dari
Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka atas peredaran
usahanya, yayasan dikenakan PPh final dengan tarif pajak sebesar 1% x Peredaran
Bruto.
Contoh:
Yayasan Maju Bersama merupakan yayasan yang bergerak dalam bidang kesehatan
diketahui peredaran bruto dalam satu tahunnya adalah Rp4.500.000.000,00. Maka atas
peredaran usaha tersebut, Yayasan Moro Makmur dikenakan pajak PPh final sebesar 1% x
2). Tarif Pajak PPh Badan Berdasarkan Pasal 17 UU No 36 Tahun 2008. Jika suatu yayasan
mempunyai peredaran usaha diatas Rp.4.800.000.000,00 dalam setahun maka yayasan dapat
dikenakan PPh Pasal 25/29 Badan dengan tarif sebesar 25% x Penghasilan Kena Pajak.
Berikut ini adalah contoh dari pengenaan pajak yayasan dengan perlakuan berbeda:
selama empat tahun atas laba neto tersebut tidak akan terkena PPh Pasal 25/29 Badan
b. Apabila pada tahun 2014 ternyata sebagian laba neto tersebut misalnya sebesar
kepada pihak manapun. Maka atas laba neto sebesar Rp300.000.000,- dikenakan PPh
14
Badan (Pasal 25/29) untuk tahun pajak diperolehnya laba neto tersebut yaitu tahun 2013,
sehingga untuk SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2013 harus dilakukan pembetulan dan
c. Contoh ketiga apabila ternyata setelah lewat empat tahun sejak laba neto diperoleh ternyata
Yayasan Mocong Ireng tidak menggunakan laba neto sebesar Rp400.000.000,- untuk
yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun, maka atas laba neto sebesar
Rp400.000.000,- dikenakan PPh Badan (Pasal 25/29) pada tahun pajak berikutnya setelah
15
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
termasuk dalam subjek pajak dikarenakan yayasan merupakan sebuah badan. Perlakuan
perpajakan bagi yayasan ialah yayasan akan menjadi wajib pajak jika menerima penghasilan
yang merupakan objek pajak. Apabila yayasan tidak menerima penghasilan yang merupakan
objek pajak yayasan akan tetapi memenuhi kriteria sebagai pemotong pajak maka yayasan tetap
menjadi wajib pajak. Secara umum pelaksanaan hak dan kewajiban yayasan sama dengan
bentuk usaha lain, kecuali hal hal khusus yang diatur sendiri akan tetapi ada beberapa
perlakuan perpajakan khusus bagi yayasan yaitu (1) Mendaftar sebagai wajib pajak dan
memberikan penjelasan tentang tujuan kegiatan utama, karakteristik yayasan, (2) Melaporkan
usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, (3) Menyelenggarakan pembukuan
Oleh karena, yayasan termasuk kedalam wajib pajak dan harus tunduk pada
pada aspek perpajakan, menunjukkan bahwa yayasan tidak boleh hanya terpaku pada
pemenuhan kewajiban kepada para penyumbang seperti saat ini. Namun, yayasan juga harus
memberikan perhatian yang serius pada tuntutan pelaporan keuangan seseuai aturan yang
berlaku dan pada saat yang sama harus memenuhi kewajiban perpajakan. Pengelolaan
keuangan yang dibutuhkan oleh yayasan adalah perangkat pencatatan akuntansi yang dapat
menjamin akurasi, keandalan, dan ketepatan waktu dalam menyajikan laporan keuangangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta. 2003.
Alim, Setiadi, 2005. Perenanaan Pajak Penghasilan yang Bergerak di Bidang Pendidikan,
Panggabean, H.P. (2002). Praktik peradilan menangani kasus aset yayasan dan upaya
Harapan.
Binsarjono, Tugiman dan Muhammad Mansur, 2004. Tax Planning: Upaya Legal
17