Kamaruzzaman
Universitas Sumatera Utara
rkamaruz@gmail.com
Abstrak
Pengembangan kelompoktani dewasa ini mengalami kemerosotan karena pengaruh
globalisasi dan otonomi daerah. Selain itu, terjadi diskomunikasi antara Penyuluh pertanian
dengan kelompoktani menyebabkan penerapan metode penyuluhan tidak efektif. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode komunikasi
penyuluhan pertanian yang efektif Kelompoktani Gemah Rifah I Desa Jamur Labu
Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini menggunakan studi kasus
karena faktor karakteristik, geografis dan latar belakang petani berbeda dengan daerah lain.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan metode komunikasi oleh penyuluh pertanian dominan dengan cara
pendekatan kelompok dengan cara membuat pertemuan rutin. Metode komunikasi
penyuluhan pertanian dengan pertemuan kelompok dianggap lebih efektif karena
karakteristik kelompoktani dengan kekompakan sangat tinggi dan mudah berkumpul.
Temuan penting lainnya dalam penelitian ini dimana pada kelompoktani dengan kelas
kelompok tinggi, maka metode penyuluhan dengan pendekatan kelompok dalam dengan
cara pertemuan kelompok rutin sangat efektif untuk pengembangan usaha agribisnis petani.
Abstract
The existence of Kelompoktani has been declined due to the effects of globalization and
regional autonomy. Besides, discommunications between agricultural extension agent with
Kelompoktani led to ineffective adoption of extension methods. Therefore, this study aims to
determine the implementation of effective communication methods in agricultural extension
of Kelompoktani Gemah Rifah I Jamur Labu Village Rantau, Aceh Tamiang. This research
used a case study because of different characteristics, geographical and background of the
peasants. There are 6 respondents in this study. The results of this study indicate that the
implementation of communication methods by dominant agricultural extension is by
approaching the group- making regular meetings. This method of communication was
considered more effective because Kelompoktani characteristics were very bonding and
easy to assemble. Other key findings in the study is that the kelompoktani with high-grade
group, the extension method by group appraoach in the way of regular group meetings are
very effective for the development of peasants agribusiness.
212
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
213
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
214
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
215
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Rifah I, alat bantu dan alat peraaga dalam
Adapun metode yang berhasil peneliti menunjang kegiatan penyuluhan adalah
indentifikasi yang merupakan proses sebagai berikut;
komunikasi efektif dalam kelompoktani 1. Lembaran persiapan penyuluhan
kususnya di Kelompoktani Gemah Rifah I. Berupa lembar persiapan menyuluh
(LPM), lembar persiapan latihan (LPL),
Persiapan Penyuluhan Kelompoktani lembar persiapan kerja (LPK) dan Laporan
Gemah Rifah I Hasil Menyuluh (LHM)
Persiapan kegiatan penyuluhan di 2. Alat tulis
Kelompoktani Gemah Rifah I telah PPL yang bertugas di Kelompoktani
dilaksanakan dengan pertimbangan Gemah Rifah I membawa alat tulis yang
berbagai jenis metode penyuluhan yang beragam warna baik itu kapur berwarna,
tepat, efektif dan efisien guna mendukung pensil berwarna, bolpen dan spidol dsb.
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh 3. Projektor
Tamiang dalam pembangunan sumber daya Jenis projektor yang digunakan oleh
manusia (SDM) petani. Seluruh rangkaian PPL yang bertugas di Kelompoktani Gemah
metode penyuluhan dirancang menjadi Rifah I yaitu Movie projektor, untuk
menarik agar dapat menjadi daya tarik memproyeksikan film penyuluhan.
anggota kelompoktani untuk selalu 4. Peta Singkap
mengikuti penyuluhan. Perihal Metode Peta singkap adalah sekumpulan poster
penyuluhan merupakan suatu hal yang ikut selebar kertas koran, yang digabungkan
berperan dalam mempengaruhi kecepatan menjadi satu. Peta singkap yang sering
adopsi dan difusi inovasi. Penggunaan dibawakan oleh PPL adalah peta singkap
metode yang efektif akan mempermudah padi, jagung dan kedelai. Penyebaran
untuk dipahami oleh petani. Metode materi menggunakan peta singkap ini
penyuluhan sangat diperlukan agar pesan bertujuan untuk menjelaskan suatu proses
inovasi dari kegiatan penyuluhan dapat atau rangkaian kegiatan yang berkaitan
diterima dan diaplikasikan oleh target atau dengan pertanian secara
penerima manfaat (Musyafakat, 2005). sistematis.Penyebaran materi penyuluhan
Belajar dari pengalaman, fenomena melalui peta singkap ini akan efekif, bila
di lapangan masih menggambarkan disampaikan kepada kelopoktani dengan
lemahnya proses komunikasi dalam anggota antara 5-35 orang.
penyuluhan pertanian dilihat dari dampak Metode penyebaran penyuluhan
yang ada. Purwanto (2009) menyampaikan melalui petasingkap ini mempunyai
bahwa ada empat masalah yang keunggulan. Keunggulan dari peta singkap
menghambat komunikasi dalam penyuluhan ini diantaranya adalah ; 1) Dapat
pertanian, baik oleh pengirim pesan menjelaskan kepada hadirin tanpa
(penyuluh pertanian) dan penerima pesan membelakangi; 2) Bisa membangun cerita
(petani). Empat faktor tersebut adalah: (a) yang menarik melalui gambar sehingga
masalah dalam penyampaian pesan; (b) lebih mudah difahami; 3) Dapat
masalah dalam pengembangan pesan; (c) menampilkan proses/kegiatan secara
masalah dalam menerima pesan; dan (d) terpisah-pisah; 4) Mudah digunakan tanpa
masalah dalam menafsirkan pesan. bantuan peralatan lain.
Bedasarkan hasil wawancara dengan
informan adalah PPL Kelompoktani Gemah
216
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
217
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
penelitiannya menunjukkan bahwa petani setempat justru PPL akan dibenci oleh
berada pada usia produktif dan pengalaman petani tersebut. Seperti hal nya dalam
agribisnis cukup lama, namun belum penelitian ini terdapat pertanyaan tentang
ditunjang oleh pendidikan formal dan non foktor yang mempengaruhi penentuan
formal yang tinggi serta belum didukung penerapan metode penyuluhan yang terjadi
oleh luas penguasaan lahan pertanian yang di kelompoktani Gemah Rifah I.
memadai dan tingkat kinerja penyuluh Ban, van den, dkk (1980),
pertanian dalam memberdayakan petani menyatakan dalam masyarakat multiras,
relatif belum baik (kategori “cukup”), hal kelompok etnis harus ditargetkan terpisah
ini disebabkan oleh faktor-faktor yang karena karakteristik sosial dan budaya yang
berpengaruh nyata terhadap kinerja. berbeda. bahasa, jenis makanan, dan agama
Sedangkan temuan penting dalam adalah beberapa karakteristik etnis. Dalam
penelitian ini adalah dimana pada hal dimana terdapat kelompok etnis berbeda
kelompoktani dengan kelas kelompok di wilayah kerja penyuluhan pada wilayah
tinggi, maka metode penyuluhan dengan atau zona yang sama, program penyuluhan
pendekatan kelompok dengan cara harus mencerminkan perbedaan ini.
pertamuan rutin sangat efektif untuk Pemilihan metode penyuluhan
pengembangan agribisnis. Dasar dari pertanian yang dilakukan oleh PPL
pertimbangan pernyataan ini bahwa Kelompok Gemah Rifah I dengan berbagai
kelompoktani Gemah Rifah I berada pada pertimbangan sehingga tujuan yang ingin
kelas kelompok utama, dimana secara dicapai berhasil. Mengingat alat bantu dan
umum anggota kelompoktani memiliki alat peraga penyuluhan terbatas di BPP,
pengalaman usaha tani yang cukup lama, maka ini menjadi salah satu faktor teknis
dan pendidikan formal tidak begitu tinggi. yang selalu dipertimbangkan.
Peningkatan wawasan agribisnis dan Perkembangan kemampuan
pengetahuan lain didapat dari pendidikan keterampilan anngota kelompoktani Gemah
informal dari PPL dan pihak lain dan dapat Rifah I juga menjadi pertimbangan. Yang
meningkatkan pengembangan usahataninya. paling utama model pendidikan penyuluhan
adalah pendidikan orang dewasa. secara
Faktor Pemilihan Metode dan konten nonformal maka cara-cara komunikasi
materi Penyuluhan Kelompoktani persuasif dikedepankan. Hal ini seperti
Gemah Rifah I dikatakan oleh Suwandi, (2006). Metode
Masyarakat tani Indonesia terdapat penyuluhan pertanian partisipatif yaitu
berbagai macam suku, adat, budaya dan masyarakat berpartisipasi secara interaktif,
agama. Keragaman ini mendorong analisis-analisis dibuat secara bersama yang
terjadinya pemilihan metode penyampaian akhirnya membawa kepada suatu rencana
informasi teknologi pertanian dengan tindakan. Partisipasi di sini menggunakan
melihat faktor-faktor keragaman diatas. proses pembelajaran yang sistematis dan
Sedikit saja kesalahan dalam pemilihan terstruktur melibatkan metode-metode
metode penyuluhan dengan mengabaikan multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut
faktor kerangaman latar belakang petani, mengontrol keputusan lokal.
maka terjadi komunikasi yang tidak efektif.
Bisa dibayangkan jika metode dan konten Metode Berdasarkan Pendekatan
materi yang disampaikan tidak sesuai Perorangan
dengan nilai-nilai norma masyarakat
218
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
219
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
kegiatan yang berkaitan dengan pertanian mengalami distorsi (Van den Ban dan
secara sistematis.Penyebaran materi Hawkins, 1999).
penyuluhan melalui peta singkap ini akan Berdasarkan hasil wawancara dan
efekif, bila disampaikan kepada kelopoktani observasi, dari beberapa metode
dengan anggota antara 5-35 orang. penyuluhan pertanian yang dijelaskan
diatas, metode pendekatan kelompok dinilai
Metode Berdasarkan Pendekatan Massal lebih efektif dari pada metode pendekatan
Metode pendekatan massal atau mass perorangan dan massal.
approach. cara ini dapat menjangkau Efektifnya metode pendekatan
sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. kelompok dipandang oleh semua informan
PPL yang bertugas di Kelompoktani Gemah karena dalam pertemuan kelompok disana
Rifah I melaksanakan metode ini tidak terjadi proses interaksi komunikasi
begitu sering. Karena metode ini sedikit langsung antara pihak yang terlibat dalam
membutuhkan dana dalam pengadaan alat pertemuan kelompok. Interaksi antara PPL
dan medianya. Karena terbatas dana yang dalam menyampaikan materi dan
didukung oleh Pemda Aceh Tamiang, meperagakan cara perlakuan teknologi
metode ini hanya dilaksanakan pada saat anjuran pemerintah dengan semua anggota
program yang dianggarkan oleh Pemerintah kelompoktani. Interaksi juga terjadi antara
Daerah. sesama anggota kelompok dalam
Pemutaran film membutuhkan dana menyampaikan tanggapan dan berdiskusi
banyak karena kegiatan ini laksanakan pada sesama dalam rangka menyatukan sikap,
malam hari di lapangan bola desa Jamur prilaku dan keterampilan dalam usaha tani.
Labu. Biaya yang dikeluarkan adalah untuk Sebagian anggota kelompok yang belum
menyewa sound sistem, biaya makan tau menjadi tau setelah mendengar dan
minum penyuluh dan undangan para bertanya baik kepada PPL dan kepada
Pejabat Kecamatan. Pemuran Film anggota lain. Sebagaimana pendapat
penyuluhan di lapangan membutuhkan Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2004),
tenaga lebih dari satu PPL saja minimal 5 komunikasi dalam kelompok sebagai
orang PPL. seperti penjelasan informan interaksi secara tatap muka antara tiga
bahwa pemutaran film dilakukan pada saat orang atau lebih, dengan tujuan yang telah
sosialisai program baru Pemerintah seperti diketahui, seperti berbagi informasi,
Padi Jagung dan Kedelai (PAJALE) baru- menjaga diri, pemecahan masalah, yang
baru ini dilaksanakan diseruluh mana anggota-anggotanya dapat mengingat
kelompoktani dan pengenalan tehnologi karakteristik pribadi anggota-anggota yang
baru. Kegiatan semacam ini dilaksanakan lain secara tepat.
dan dianggarkan oleh Pemda.
Ditinjau dari segi penyampaian
informasi, metode pendekatan massa cukup KESIMPULAN
baik, namun terbatas hanya dapat
menimbulkan kesadaran dan keingintahuan Berdasarkan pengumpulan dan analisis
semata. Hal ini disebabkan karena pemberi data yang telah dilakukan, maka dapat
dan penerima pesan cenderung mengalami disimpilkan;
proses selektif saat menggunakan media 1. Proses penerapan metode penyuluhan
massa sehingga pesan yang disampaikan pertanian oleh PPL di kelompoktani
Gemah Rifah I dimulai dari: Persiapan
220
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
221
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
222
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 2/Oktober 2016
Ayam Ras Pedaging. Disertasi (S3). Van den Ban. A.W. dan H.S Hawkins,
Bogor: Institut Pertanian Bogor. (2011). Penyuluhan Pertanian.
Suprapti Supardi, Djiwandi, Priyo Prasetyo, Yogyakarta: Kanisius.
(1991). Pengantar Ekonomi Wijianto, Arif. (2005). Metode dan Teknik
Pertanian: Departemen Pendidikan Penyuluhan Pertanian. Surakarta:
Dan Kebudayaan Republik Fakultas Pertanian UNS.
Indonesia, Surakarta: Universitas Wiraatmaja, Sukandar. (1983). Penyuluhan
Sebelas Maret. Pertanian. Jakarta: Departemen
Suryana, A. dan Ketut, K. (2008). Ekonomi Pendidikan dan Kebudayaan.
Padi Asia: Suatu Tinjauan Berbasis Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu
Kajian Komparatif. Jurnal Vol 25. Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.
Bogor: Balai Besar Pengembangan Wolf, Erik. (1985). Petani Suatu Tinjauan
dan Pengkajian Tekhnologi Antropologis. Jakarta: Rajawali.
Pertanian. Yin, Robert, K (2003). Applications of
Suriatna, S. (1987). Metode Penyuluhan Case Study Research 2nd
Pertanian. Jakarta: PT Medyatama Thousand Oaks, CA: Sage
Sarana Perkasa Publications edition.
Suwandi. (2006). Penyuluhan Partisipatif. Zulkifli. (2009 Januari 9). Analisis Efisiensi
Bogor: Cekza Blog. Penggunaan Faktor Produksi pada
Sumardjo. (1999). Transformasi Model Usahatani Jagung Studi Kasus
Penyuluhan Pertanian Menuju Petani Jagung di Kel, Panreng Kec.
Pengembangan Kemandirian Petani Sidrap Tabloid Sinar Tani.
(Kasus di Propinsi Jawa Barat).
Disertasi (S3). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Suriapermana S, N Indah, dan Y Surdianto.
(2000). Teknologi budidaya padi
dengan cara tanam legowo pada
lahan sawah irigasi. Jurnal Vol. 125-
135. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Soewardi, Herman. (1976). Sikap
masyarakat Desa Terhadap
Modernisasi produksi Pertanian,
terutama padi. Jawa Barat : Gajah
Madha University Press.
Slamet, Margono. (2001). Perspektif Ilmu
Penyuluhan Pembangunan
Menyongsong Era Tinggal Landas
dalam Penyuluhan Pembangunan di
Indonesia: Menyongsong Abad 21.
Jakarta: PT Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.
223