Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI KETERPADUAN ANTARMODA TRANSPORTASI

DI KOTA GORONTALO

EVALUATION OF INTERMODAL TRANSPORT INTEGRATION


IN GORONTALO

Win Akustia
Puslitbang Manajemen Transportasi Multimoda
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110, Indonesia
email: win.akustia@yahoo.com
Diterima: 10 Februari 2016; Direvisi: 25 Februari 2016; disetujui: 21 Maret 2016

ABSTRAK
Peran moda angkutan umum di kota Gorontalo saat ini masih minim (kurang dari 10%), akibat adanya
trend peningkatan motorisasi serta merebaknya layanan bentor. Hal ini juga disebabkan belum baiknya
kondisi keterpaduan antarmoda transportasi penumpang di Kota Gorontalo. Meskipun sejak Tahun
2009 sudah dioperasikan BRT Trans Hulonthalangi, yang disusul dengan pengoperasian bus pemadu
moda di Bandara Djalaluddin, namun optimalisasi peran angkutan umum belum dapat dicapai akibat
masih rendahnya tingkat keterpaduan antarmoda di sejumlah simpul utama di Gorontalo, yakni:
Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo, Terminal Leato, dan Bandara Djalaluddin. yang dipengaruhi
oleh instrument input berupa peraturan dan environmental input. Makalah ini menggunakan metode
analisis Isi (Content Analysis), Analisis Deskripsi (Descriptive Analysis), Analisis Kesenjangan (Gap
Analysis), Pemetaan Permasalahan (Problem Mapping) & Six Sigma Analysis, menggunakan 3 indikator
utama (keterpaduan prasarana, keterpaduan jaringan, dan keterpaduan pelayanan). Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa hampir semua persyaratan keterpaduan antarmoda tidak dapat dipenuhi yang
menjustifikasi masyarakat untuk lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi serta bentor. Sehingga
disarankan untuk dilakukan upaya peningkatan keterpaduan antarmoda pada simpul utama di Kota
Gorontalo diantaranya melalui penyediaan berbagai fasilitas alihmoda, peningkatan integrasi jaringan
trayek serta sistem layanan.
Kata kunci: keterpaduan moda, prasarana, jaringan, pelayanan

ABSTRACT
The role of public transport modes in the city of Gorontalo is still minimal (less than 10%), due to the
trend of increasing motorization and widespread bentor services. This is also due to not good integration
of intermodal passenger transport in the city of Gorontalo. Although since 2009 the BRT Trans
Hulonthalangi has been operated, followed by the bus operation integrator modes in Djalaluddin
Airport, but optimizing the role of public transport can not be achieved due to the low level of integration
of intermodal in a number of the primary node in Gorontalo, namely: Seaport Crossing Gorontalo,
Leato Terminal and Djalaluddin Airport. Influenced by the instrument input in the form of regulations
and environmental input. This paper uses Content Analysis, Descriptive Analysis, Gap Analysis, Problem
Mapping & Six Sigma Analysis method, using three main indicators (the integration of infrastructure,
the integration of the network, and the integration of services). The results showed that nearly all of
the requirements of intermodal integration of justifying the public to prefer using private vehicles as
well as bentor. So it is advisable to increase the integration of intermodal on the primary node in the
city of Gorontalo including the provision of various facilities of transfer modes, increasing route network
and system of integration services.
Keywords: integration modes, infrastructure, network, service

PENDAHULUAN (sprawl) tanpa dukungan sistem angkutan umum yang


Transportasi perkotaan di Gorontalo sudah mulai memadai, menyebabkan pertumbuhan motorisasi dan
berkembang, mencerminkan tumbuhnya kota ini dari penggunaan kendaraan pribadi menjadi sangat besar,
klasifikasi kota sedang menuju kota besar. serta menjadi media bagi tumbuhnya angkutan
Pertumbuhan permintaan perjalanan sangat cepat informal, yakni bentor (becak motor) di Kota
sebagai akibat langsung dari bertambahnya jumlah Gorontalo.
penduduk dan meningkatnya perekonomian kota. Belum tertatanya pengembangan sistem
Struktur ruang kota yang berkembang secara acak transportasi di Kota Gorontalo menyebabkan

Evaluasi Keterpaduan Antarmoda Transportasi di Kota Gorontalo -


Win Akustia | 31
munculnya gejala awal dari permasalahan transportasi prasarana. Konsepsi mengenai keterpaduan
perkotaan yang khas Indonesia, yakni rendahnya daya antarmoda transportasi dalam Sistranas
saing dan peranan dari sistem angkutan umum serta merupakan salah satu wujud keterpaduan
terganggunya kelancaran lalu lintas di kawasan pusat pelayanan, jaringan pelayanan, dan jaringan
kota (central business district). Dalam jangka panjang, prasarana transportasi. Adapun pengertian dari
hal ini akan berdampak pada perekonomian kota yang keterpaduan di setiap komponen tersebut serta
sangat bergantung pada efisiensi distribusi barang dan aspek yang perlu diperhatikan dalam
jasa serta menurunnya daya dukung kota sebagai pusat penyelenggaraannya disampaikan pada tabel 1.
aktivitas masyarakat.
Trans Hulonthalangi di Kota Gorontalo yang B. Variabel dan Kriteria Penilaian Keterpaduan
melayani 3 koridor (Koridor 1 Lapangan Taruna Antarmoda Transportasi
Remaja-Terminal 42 Andalas, Koridor 2 Terminal 42 Untuk dapat melakukan evaluasi terhadap
Andalas-Terminal Pusat Kota, dan Koridor 3 Terminal keterpaduan antarmoda transportasi di suatu
42 Andalas-Terminal Leato) dioperasikan tahun 2009. simpul transportasi, maka diperlukan serangkaian
Selanjutnya pada Tahun 2014 PT. Damri variabel (indikator) serta kriteria penilaian yang
mengoperasikan bus pemadu moda yang dapat menggambarkan kondisi (1) keterpaduan
menghubungkan Bandara Djalaluddin dan Pelabuhan jaringan prasarana transportasi, (2) keterpaduan
Penyeberangan Gorontalo dengan pusat kota. jaringan pelayanan transportasi, dan (3)
Sayangnya, pengoperasian kedua jenis layanan bus keterpaduan pelayanan transportasi. Dalam kajian
tersebut belum mendapatkan sambutan yang ini, variabel dan kriteria yang digunakan untuk
menggembirakan dari masyarakat pengguna, di mana evaluasi keterpaduan antarmoda transportasi
okupansinya masih di bawah 60%. Adapun keberadaan mengacu pada variabel dan kriteria pada tabel 2.
angkot di Kota Gorontalo sudah sangat tersisih dengan
adanya layanan bentor (Dishubkominfo Kota C. Jaringan Multimoda
Gorontalo 2015). Hal yang paling mendasar dari komponen
Upaya peningkatan peran angkutan umum di multimoda adalah tersedianya jaringan yang
Kota Gorontalo dilakukan melalui pengintegrasian terpadu antara moda-moda (Nes, 2002).
berbagai sistem layanan yang ada (Trans Karakteristik utama dari jaringan multimoda
Hulonthalangi, Bus Damri Pemadu Moda, Angkutan adalah memiliki jaringan yang tersambung antar
Kota) baik dari sisi penyediaan prasarana, jaringan jenis moda dan mengenal adanya perbedaan level
pelayanan, maupun sistem pelayanannya. Dengan atau jenjang dari jaringan. Jaringan level tertinggi
demikian, diharapkan dapat tercipta aksesibilitas adalah untuk kecepatan tinggi dan akses terbatas,
layanan angkutan umum yang optimal dengan kinerja sedangkan tingkatan terendah adalah untuk jarak
layanan (biaya, waktu, kenyamanan, dan keselamatan) pendek, adanya akses ke jaringan yang lebih
sesuai standar pelayanan yang ditetapkan. tinggi. Faktor utama yang mempengaruhi angkutan
Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk multimoda adalah panjangnya trip, daerah yang
mengevaluasi kondisi dan kinerja dari jaringan dituju dan maksud perjalanan (Dr. Erika Buchori,
transportasi eksisting di Kota Gorontalo, khususnya 2008).
pada simpul Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo dan
Terminal Leato, yang dilayani oleh Trans Hulonthalangi METODE PENELITIAN
dan bus pemadu moda. Evaluasi dilakukan terhadap Secara akademis, konteks kegiatan ini pada
3 aspek keterpaduan antarmoda transportasi, yakni: dasarnya adalah untuk mengevaluasi keterpaduan
(1) keterpaduan prasarana, (2) keterpaduan jaringan antarmoda transportasi di Kota Gorontalo (di simpul
pelayanan, dan (3) keterpaduan layanan. Dari hasil Pelabuhan Penyeberangan dan Terminal Leato) serta
evaluasi diharapkan dapat disusun sejumlah menyusun rekomendasi bagi perbaikan fasilitas alih
rekomendasi tindak lanjut dalam rangka peningkatan moda serta pengembangan keterpaduan transportasi
keterpaduan antarmoda transportasi penumpang di antarmoda. Proses evaluasi dilakukan dengan
Kota Gorontalo. menggunakan pendekatan analisis gap (gap analysis).
Pendekatan ini diaplikasikan dengan membandingkan
TINJAUAN PUSTAKA antara kondisi eksisting (actual) keterpaduan
A. Konsep Keterpaduan Antarmoda Transportasi antarmoda transportasi wilayah kajian dengan kriteria
Keterpaduan antarmoda transportasi (dalam keterpaduan antarmoda transportasi (seperti pada tabel
Sistranas KM 49/ 2005) meliputi 3 komponen, 2) yang dianggap sebagai kondisi yang diinginkan
yakni (1) keterpaduan pelayanan, (2) keterpaduan (ideal). Perbandingan tersebut menghasilkan
jaringan pelayanan, dan (3) keterpaduan kesenjangan (gap) antara kondisi aktual vs kondisi

32 | Jurnal Penelitian Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 01/Maret/2016 | 31 - 40


Tabel 1. Aspek Keterpaduan Antarmoda Transportasi
Komponen Keterpaduan Antarmoda Transportasi
Ketepaduan Jaringan Ketepaduan Jaringan Ketepaduan Pelayanan
Prasarana Transportasi Pelayanan Transportasi Transportasi
Pengertian Interkoneksi antarfasilitas Keterpaduan pada pelayanan Keterpaduan dalam hal
Keterpaduan dalam terminal transportasi transportasi antarmoda pelaksanaan pelayanan
antarmoda, yaitu simpul perkotaan, transportasi kepada pengguna jasa
transportasi yang berfungsi antarmoda antarkota, dan (kapasitas, jadwal, tingkat
sebagai titik temu antarmoda transportasi antarmoda luar pelayanan (LOS), system
transportasi yang terlibat, negeri, keterpaduan pada tiket dan kriteria
yang memfasilitasi kegiatan rute dan trayek untuk pelaksanaan pelayanan
alih muat, yang dari aspek mewujudkan pelayanan lainnya).
tatanan fasilitas, fungsional, transportasi antarmoda
dan operasional, mampu secara berkesinambungan.
memberikan pelayanan Jaringan trayek dan rute dari
antarmoda secara berbagai moda angkutan
berkesinambungan yang berbeda harus
terintegrasi dan saling
melengkapi satu dan lainnya
untuk mendukung
keterpaduan transportasi
antarmoda
Aspek • Integrasi Ruang Lalu Lintas • Integrasi Jaringan Integrasi Pelayanan dan
Keterpaduan • Integrasi Prasarana Pelayanan angkutan Operasional
Perpindahan Moda Umum antarmoda (Moda
Lain)
• Integrasi Jaringan
Pelayanan angkutan
Umum antarmoda (Moda
Yang Sama)
Sumber: Puslitbang Multimoda (2013)

Tabel 2. Variabel dan Kriteria Penilaian Keterpaduan Antarmoda Transportasi


Keterpaduan Aspek Variabel Kriteria Penilaian
Jaringan Integrasi ruang Ketersediaan simpul transportasi sesuai Jumlah, jenis dan kelas
Prasarana lalu lintas klasifikasi kota simpul yang tersedia
Integrasi Ketersediaan fasilitas dan peralatan Jalan penghubung, ruang
prasarana pendukung kegiatan peralihan moda di tunggu, informasi, ticketing
perpindahan simpul transportasi
moda Hirarki jalan penghubung antar simpul Fungsi jalan primer (AP,
transportasi antarkota dalam suatu wilayah KP, LP) sebagai
aglomerasi penghubung
Hirarki jalan penghubung antar simpul Fungsi jalan sekunder (AS,
transportasi di dalam kota KS, LS) sebagai
penghubung
Jaringan Integrasi Ketersediaan trayek dan rute angkutan Ada/tidak
Pelayanan jaringan umum moda lain di simpul transportasi,
pelayanan yang melayani pergerakan antar simpul
angkutan umum transportasi di dalam kota
antarmoda Hirarki jaringan trayek angkutan umum Angkutan pemadu moda
(moda lain) moda lain yang melayani pergerakan antar perkotaan (trayek utama,
simpul transportasi di dalam kota feeder, lingkungan dan
trayek langsung, KA
komuter)
Jenis kendaraan trayek angkutan umum Jenis armada (KA, bus
moda lain yang melayani pergerakan antar besar, bus sedang, bus kecil)
simpul transportasi di dalam kota dan daya angkutnya
(pnp/hari)
Lanjutan tabel di halaman berikutnya

Evaluasi Keterpaduan Antarmoda Transportasi di Kota Gorontalo -


Win Akustia | 33
Tabel 2. Variabel dan Kriteria Penilaian Keterpaduan Antarmoda Transportasi
Lanjutan tabel
Keterpaduan Aspek Variabel Kriteria Penilaian
Jaringan Integrasi jaringan Ketersediaan trayek dan rute angkutan umum Ada/tidak
Pelayanan pelayanan moda lain di simpul transportasi, yang melayani
angkutan umum pergerakan antar simpul transportasi antar kota
antarmoda (moda dalam suatu aglomerasi
lain) Hirarki jaringan trayek angkutan umum moda Angkutan pemadu moda
lain yang melayani pergerakan antar simpul antar kota : AKAP, AKDP,
transportasi antar kota dalam suatu aglomerasi rute KA
Jenis kendaraan trayek angkutan umum moda lain Jenis armada (KA, bus besar,
yang melayani pergerakan antar simpul bus sedang)
transportasi antar kota suatu aglomerasi
Integrasi Jaringan Ketersediaan trayek dan rute angkutan umum Ada/tidak
Pelayanan moda yang sama di simpul transportasi, yang
angkutan Umum melayani pergerakan antar simpul transportasi di
antarmoda (Moda dalam kota
yang sama) Hirarki jaringan trayek angkutan umum yang Angkutan pemadu moda
sama yang melayani pergerakan antar simpul perkotaan (trayek utama,
transportasi di dalam kota feeder, lingkungan dan trayek
langsung, KA komuter)
Jenis kendaraan trayek angkutan umum yang Jenis armada (KA, bus besar,
sama yang melayani pergerakan antar simpul bus sedang, bus kecil) dan
transportasi di dalam kota daya angkutnya (pnp/hari)
Ketersediaan trayek dan rute angkutan umum Ada/tidak
moda yang sama di simpul transportasi, yang
melayani pergerakan antar simpul transportasi
antar kota dalam suatu aglomerasi
Hirarki jaringan trayek angkutan umum yang Angkutan pemadu moda
sama yang melayani pergerakan antar simpul antar kota : AKAP, AKDP,
transportasi antar kota dalam suatu aglomerasi rute KA
Jenis kendaraan trayek angkutan umum yang Jenis armada (KA, bus besar,
sama yang melayani pergerakan antar simpul bus sedang)
transportasi antar kota suatu aglomerasi
Pelayanan Integrasi Ketersediaan jadwal dan frekuensi angkutan Jadual tetap/tidak berubah-
Pelayanan dan umum yang sudah pasti ubah
Operasional Kesesuaian jadwal dan frekuensi antar moda Kesesuaian jadwal angkutan
angkutan umum utama dengan pemadu moda
Pelaksanaan sistem tiket dan tarif yang Tiket
terintegrasi
Ketersediaan informasi rute dan jadwal di simpul Peta rute, time table, call
transportasi center
Sumber: Puslitbang Multimoda (2013)

ideal yang dapat disimpulkan sebagai permasalahan akhir berupa konsep keterpaduan antar moda serta desain
(problems) yang perlu disusun alternatif awal penyediaan fasilitas alih moda di simpul yang dikaji.
penanganannya (solutions) dengan berbagai kebijakan
teknis operasional maupun penyediaan fasilitas alih HASIL DAN PEMBAHASAN
moda. Secara umum pendekatan teknis pelaksanaan Kota Gorontalo memiliki luas wilayah sekitar
analisis gap dalam mengevaluasi keterpaduan 79,03 km2 , jumlah penduduk pada tahun 2014 sekitar
antarmoda transportasi disampaikan pada gambar 1. 190.492 jiwa (dengan laju pertumbuhan sekitar 2,61%
Data kondisi eksisting (actual) diperoleh dari survei primer per tahun), sedangkan PDRB-ADHB perkapita sekitar
maupun sekunder yang dengan metoda analisis deskriptif Rp 13,53 juta/tahun (dengan laju pertumbuhan sekitar
(desriptive analysis) disajikan secara terstruktur 7,88 % per tahun (Data BPS Tahun 2014). Hal ini
informasinya. Adapun kondisi yang diharapkan (ideal) menunjukkan bahwa kota Gorontalo sedang
diperoleh dari proses analisis isi (content analysis) bertransformasi menjadi suatu kota besar dengan laju
terhadap dokumen perencanaan dan peraturan pertumbuhan penduduk dan perekonomian yang
perundangan yang terkait. Analisis gap (gap analysis) cukup pesat, sehingga berimbas terhadap tingkat
diterapkan dengan membandingkan antara kondisi aktual motorisasi dan permintaan perjalanan di wilayah kota
vs kondisi ideal untk mendapatkan gambaran awal Gorontalo.
mengenai permasalahan dan alternatif solusinya. Struktur tata ruang kota Gorontalo sesuai RTRW
Selanjutnya dilakukan worskhop dengan melibatkan Kota Gorontalo (Perda 40/2011) disokong oleh
stakeholders terkait untuk mendapatkan masukan lebih keberadaan 4 PPK (Pusat Pelayanan Kota), yakni:
lanjut sebagai dasar dalam merumuskan rekomendasi PPK 1 Bili’u sebagai kawasan pusat perdagangan dan

34 | Jurnal Penelitian Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 01/Maret/2016 | 31 - 40


Gambar 1. Pendekatan Teknis Pelaksanaan Evaluasi Keterpaduan Antarmoda Transportasi.

B AN D AR A
D J AL AL U D D IN

TER M IN AL 4 2
J alu r P e m ad u AN D AL AS (T IP E A )
M o d a (D am ri )
P P K 3 B A N TH A Y O L O L IP U
R E N C AN A TER M IN AL
D U N G IN G I (T IP E A )

P P K 4 U TA ’EY A
TER M IN AL
P U S AT K O TA
(T IP E B ) TER M IN AL
M O O D U (TI P E B )

P P K 1 B IL I’U

Ja lu r Tr an s
H u l o n th al an gi (K o rid or
3)

P EL AB U H AN L AU T
G O R O N TAL O P P K 2 P EN TA D U

TER M I N AL
L EATO (TI P E B )
P EL AB U H AN
P EN YEB ER AN G AN
G O R O N T AL O

Gambar 2 Deskripsi Wilayah Kajian


(Sumber: Dipetakan Dari Berbagai Sumber, 2015)

Angkot/angkudes 1,012%

Bendi 0,048%

Bus BRT/Sekolah 8,279%

Mobil pribadi 8,761%

Sepeda motor 38,624%

Bentor 43,275%

0% 10% 20% 30% 40% 50%

% pemilihan moda

Gambar 3. Perbandingan Pemilihan Moda Transportasi di Kota Gorontalo.


(Sumber: hasil survei dan analisis, 2015)

Evaluasi Keterpaduan Antarmoda Transportasi di Kota Gorontalo -


Win Akustia | 35
jasa skala pelayanan regional di Kecamatan Kota ongkos bentor, karena bus digratiskan), dan yang
Selatan, PPK 2 Pentadu yang meliputi kawasan pusat paling murah menggunakan sepeda motor (Rp.
kegiatan pelabuhan nasional dan pelabuhan 2.696).
penyeberangan di Kecamatan Dumbo Raya, PPK 3 Pelaku perjalanan yang memilih menggunakan
Banthayo lo Lipu sebagai kawasan pusat kegiatan Trans Hulonthalangi hanya sedikit (9%),
perkantoran pemerintahan di Kecamatan Sipatana, sedangkan yang paling tinggi penggunaannya
serta PPK 4 Uta’eya yang meliputi kawasan pusat justru bentor (53%) disusul oleh pengguna sepeda
kegiatan terminal penumpang Tipe A di Kecamatan motor (21%), dan mobil pribadi (17%);
Dungingi. Data tersebut menunjukkan bahwa pemilihan
Terdapat 4 lokasi terminal penumpang yang ada penggunaan moda transportasi dari/ke Pelabuhan
di Kota Gorontalo, yakni: Terminal 42 Andalas (tipe Penyeberangan tidak sepenuhnya berkaitan
A), Terminal Pusat Kota (tipe B), Terminal Moodu dengan biaya transportasi, tetapi juga faktor waktu
(tipe B), dan Terminal Leato (tipe B), serta 1 rencana perjalanan (termasuk waktu tunggu), kenyamanan
lokasi terminal tipe A di Dungingi. Selain itu terdapat dan kemudahan (conveniency) karena sebagian
pula 3 simpul transportasi utama yang menjadi sumber besar pelaku perjalanan membawa bagasi yang
pergerakan orang di Kota Gorontalo, yakni: Bandara cukup besar, termasuk faktor sosial setempat
Djalaluddin, Pelabuhan Laut Gorontalo dan Pelabuhan yang masih mengganggap bus sebagai moda
Penyeberangan Gorontalo. angkutan bagi kelas bawah.
Terminal Leato dan Pelabuhan Penyeberangan 2. Karakteristik Perjalanan dari/ke Bandara
Gorontalo adalah 2 simpul transportasi yang berdekatan Djalaluddin ke/dari Pusat Kota (gambar 5)
(jarak kurang dari 100 meter, dengan pintu masuk Biaya transportasi untuk jarak sekitar 35 km
hampir berhadapan), sehingga sangat potensial untuk (Bandara-Pusat Kota) yang paling tinggi adalah
dijadikan sebagai pusat alihmoda penumpang para dengan menggunakan taksi gelap (charter 1 mobil
pengguna transportasi penyeberangan (rute Gorontalo- sekitar Rp 250.000, sedangkan tarif per kursi
Pagimana dan Gorontalo-Ampana) ke/dari Pusat Kota sekitar Rp. 75.000), disusul dengan menggunakan
atau Bandara Djalaluddin menggunakan Koridor 3 Damri pemadu moda yang dilanjutkan bentor
Trans Hulonthalangi (yang melewati simpul Terminal sebagai feeder (Rp. 35.000 plus Rp. 5.000),
42 Andalas, Terminal Leato, Pelabuhan Laut dan kemudian menggunakan mobil pribadi dan sepeda
Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo) dan serta bus motor (Rp. 24.225 dan Rp. 8.420).
pemadu moda Damri (Bandara Djalaluddin-Pusat Pelaku perjalanan yang memilih menggunakan
Kota-Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo). Bus Pemadu Moda Damri hanya sedikit (8%),
Pada gambar 3 disampaikan perbandingan sedangkan yang paling tinggi penggunaannya
pemilihan moda transportasi (modal share) penumpang justru taksi gelap (charter maupun per kursi
perkotaan di Kota Gorontalo. hingga 54%) disusul oleh pengguna mobil pribadi
Dari data yang disampaikan pada gambar 3 dapat (27%), dan sepeda motor (11%).
diketahui bahwa, preferensi pemilihan moda yang Data tersebut menunjukkan bahwa faktor utama
paling utama di Kota Gorontalo adalah bentor pemilihan moda transportasi dari/ke Bandara
(43,275%) dan sepeda motor (38,624%), sedangkan Djalaluddin tidak hanya ditentukan oleh biaya
angkutan umum (angkot/angkudes, bus BRT/sekolah, transportasi, tetapi cenderung kepada faktor
dan bendi) sekitar 9,339%, dan mobil pribadi sekitar waktu perjalanan (termasuk waktu tunggu),
8,761%. Ini menunjukkan bahwa peran moda kenyamanan, dan kemudahan (conveniency)
angkutan umum bertrayek di Kota Gorontalo masih karena sebagian besar pelaku perjalanan
sangat minim, kalah bersaing dibandingkan dengan membawa bagasi yang cukup besar, termasuk
bentor dan sepeda motor. faktor sosial setempat yang menempatkan moda
bus sebagai kasta terendah dalam layanan
A. Karakteristik Perjalanan Pada Koridor angkutan.
Pengamatan Fakta tersebut juga membuktikan bahwa upaya
1. Karakteristik Perjalanan dari/ke Pelabuhan untuk untuk mengalihkan pelaku perjalanan untuk
Penyeberangan ke/dari Pusat Kota (gambar 4) menggunakan moda angkutan umum (massal)
Biaya transportasi untuk jarak sekitar 8 km tidak terbatas hanya pada penyediaan sarana
(Pelabuhan-Pusat Kota) yang paling tinggi adalah angkutan, tetapi juga perlu ditambah dengan
dengan menggunakan bentor (sekitar Rp 15.000), upaya untuk menciptakan keterpaduan antarmoda
disusul dengan menggunakan mobil pribadi (Rp. transportasi sedemikian sehingga aksesibilitas,
7.080), Trans Hulonthalangi yang dilanjutkan kenyamanan, kemudahan, serta keselamatan
menggunakan feeder bentor (Rp. 5.000 (hanya dapat ditingkatkan, sekaligus untuk

36 | Jurnal Penelitian Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 01/Maret/2016 | 31 - 40


Gambar 4. Karakteristik Perjalanan Antara Pelabuhan Penyeberangan
ke Pusat Kota Gorontalo.
(Sumber: hasil survei dan analisis, 2015)

Gambar 5. Karakteristik Perjalanan Antara Bandara Djalaludin ke Pusat Kota Gorontalo.


(Sumber: hasil survei dan analisis, 2015)

meminimalkan biaya dan waktu perjalanan. Hal utama nasional pelabuhan penyeberangan
yang spesifik terjadi di Indonesia (termasuk di Gorontalo dan terminal Leato;
kota Gorontalo) adalah tidak adanya dis-insentif 3. Masih minimnya fasilitas untuk pejalan kaki seperi
bagi para pengguna kendaraan pribadi (instrumen jalur pejalan kaki dan fasilitas selasar untuk pejalan
pajak dan tarif serta traffic restriction belum kaki terutama di Terminal Leato;
dimanfaatkan optimal). 4. Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo maupun
Terminal Leato belum mempunyai sistem
B. Kondisi Keterpaduan Antarmoda di Simpul pelayanan angkutan lanjutan yang terpadu, baik
Pengamatan dari sisi ketepaduan dalam penjadualan maupun
Dari hasil pengumpulan data dan analisis yang sistem ticketing;
dilakukan ada beberapa temuan penting Meskipun sudah tersedia angkutan pemandu
diantaranya : moda dari Bandara (DAMRI) dan pelabuhan
1. Belum tersedia prasarana/fasilitas pendukung antar penyeberangan (Trans Hulonthalangi) akan tetapi
moda yang memadai sesuai standar yang berlaku, masih belum optimal perannya, karena jadual
terutama: lokasi/halte alih moda di dalam kawasan layanan belum tetap, masih bersifat temporer
pelabuhan, papan informasi dan ticketing, ruang (belum tetap dan teratur) dan belum terpadu
tunggu, serta jalan penghubung; dengan jadual penerbangan/penyeberangan.
2. Akses jalan ke pelabuhan penyeberangan relatif Fasilitas alih moda (khususnya aksesibilitas) ke
sempit, di bawah standar teknis jalan Arteri lokasi angkutan pemadu moda di lokasi pelabuhan/
Primer, yang seharusnya menghubungkan simpul bandara masih belum memadai, sehingga

Evaluasi Keterpaduan Antarmoda Transportasi di Kota Gorontalo -


Win Akustia | 37
menyulitkan pengguna dalam melakukan proses memenuhi kriteria yang ditetapkan, sedangkan 5
alih moda (sementara sebagian pengguna variabel terkait dengan keterpaduan jaringan
membawa bagasi dengan volume yang cukup prasarana dan keterpaduan pelayanan belum
besar). memenuhi kriteria keterpaduan yang
Belum terpadunya transportasi antarmoda di Kota dipersyaratkan;
Gorontalo menyebabkan masyarakat lebih 2. Dari hasil evaluasi tersebut cukup jelas bahwa
memilih bentor serta sepeda motor sebagai sarana konsep keterpaduan antarmoda transportasi di
angkutan dalam melakukan perjalanan dalam simpul Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo dan
kota. Sepeda motor serta layanan bentor bisa Terminal Bus Leato belum didesain dan
door-to-door dan fleksibel, lebih dapat diimplementasikan dengan baik, sehingga
menyesuaikan dengan karakteristik tata ruang dan kepastian layanan serta kenyamanan dalam alih
aktivitas masyarakat. moda tidak dapat dihadirkan. Hal ini akan cukup
Biaya perjalanan menggunakan sepeda motor berpengaruh terhadap pilihan pengguna untuk
serta bentor dengan waktu perjalanan yang lebih angkutan lanjutan (yang umumnya lebih memilih
cepat relatif bersaing dibandingkan dengan layanan bentor, sepeda motor, atau kendaraan pribadi,
angkutan umum (karena tidak ada waktu tunggu dibandingkan dengan menggunakan BRT Trans
dan tanpa ketidakpastian jadual). Hulonthalangi).

C. Evaluasi Keterpaduan Antarmoda di Simpul D. Perkembangan Fasilitas Alih Moda


Pengamatan Untuk meningkatkan keterpaduan antarmoda di
Tabel 3 menyajikan hasil evaluasi keterpaduan Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo dan
antarmoda pada lokasi simpul yang diamati, yakni Terminal Leato, maka perlu membangun fasilitas
Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo dan alih moda di simpul transportasi, diantaranya:,
Terminal Bus Leato, dengan menggunakan jalan penghubung, informasi dan ticketing, dan
variabel dan kriteria pada tabel 2. Dari hasil ruang tunggu. Rekomendasi tentang lay-out
evaluasi tersebut dapat disampaikan bahwa: pengembangan fasilitas alih moda di pelabuhan
1. Dari 7 variabel keterpaduan antarmoda penyeberangan Gorontalo disampaikan pada
transportasi, hanya 2 variabel pada aspek gambar 6, adapun lay-out rencana pengembangan
keterpaduan jaringan pelayanan (penyediaan rute Terminal Leato yang telah mempertimbangkan
angkutan umum lanjutan pada trayek perkotaan keterpaduan antarmoda disampaikan pada gambar
serta trayek antar kota) yang sudah mendekati 7.

Terminal Leato

Gambar 6. Lay-out Pengembangan Fasilitas Keterpaduan Antarmoda


di Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo.
(Sumber: hasil analisis, 2015)

38 | Jurnal Penelitian Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 01/Maret/2016 | 31 - 40


Gambar 7. Lay-out Pengembangan Terminal Leato.
(sumber: Dinas Perhubungan Kota Gorontalo, 2015)

Gambar 8. Perspektif dan Lay-out Rencana Jalan Penghubungan


Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo dengan Terminal Leato.
(sumber: Dinas Perhubungan Kota Gorontalo, 2015)

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah: 4. Rencana jalan penghubung Terminal Leato
1. Penyediaan jaringan pelayanan angkutan umum dengan Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo
dalam kota maupun antar kota dengan trayek/ dengan membangun fasilitas pejalan kaki under-
rute dari dan menuju pelabuhan penyeberangan ground perlu dipandang sebagai upaya pemaduan
Gorontalo dan Terminal Leato; moda yang state-of-the art untuk wilayah
2. Memadukan sistem layanan dengan angkutan perkotaan yang sedang berkembang di Indonesia.
pemadu moda, khususnya dalam hal jadual (time- Ilustrasi pengembangan fasilitas jalan penghubung
table) yang tetap dan teratur, integrasi dan tersebut disampaikan pada gambar 8.
reservasi ticketing; Untuk mendukung peningkatan layanan angkutan
3. Penyesuaian lebar jalan menuju terminal Leato umum dan sistem antarmoda transportasi di
dan Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo sesuai Gorontalo direkomendasikan untuk:
dengan persyaratan teknis jalan arteri primer; 1. Segera merealisasikan pengembangan jaringan

Evaluasi Keterpaduan Antarmoda Transportasi di Kota Gorontalo -


Win Akustia | 39
trayek orang dengan kendaraan bermotor umum UCAPAN TERIMA KASIH
di Kota Gorontalo yang terdiri dari trayek utama Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
dan trayek cabang, sehingga sistem layanan lebih kasih tak terhingga kepada narasumber Bapak M.
tertata, efisien, dan teratur; Isnaeni, ST, MT. Penulis juga mengucapkan terima
2. Melakukan regulasi atas penyediaan bentor di kasih kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan
wilayah Gorontalo agar memenuhi persyaratan Transportasi Antarmoda atas kesempatan yang
teknis dan berfungsi sebagai angkutan pendukung/ diberikan sehingga tulisan ini dapat diterbitkan.
lingkungan dengan wilayah operasi yang terbatas;
3. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait DAFTAR PUSTAKA
serta operator angkutan untuk menciptakan BPS Kota Gorontalo, 2014, Gorontalo Dalam Angka
keterpaduan antar moda di simpul-simpul Dinas Perhubungan Kota Gorontalo, 2015, Data-Data
transportasi di Gorontalo. Penyediaan Sarana, Prasarana, dan Operasional
Angkutan Umum (Un-published)
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2010
KESIMPULAN
tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/
Keterpaduan antarmoda transportasi di simpul Multimoda Tahun 2010-2030
Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo belum didesain Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2005
dan diimplementasikan dengan baik, sehingga Tentang Sistem Transportasi Nasional
kepastian layanan serta kenyamanan dalam alih moda (SISTRANAS)
tidak dapat dihadirkan. Hal ini akan cukup berpengaruh Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003
terhadap pilihan pengguna untuk angkutan lanjutan tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di
(yang umumnya lebih memilih bentor, sepeda motor, Jalan
atau kendaraan pribadi, dibandingkan dengan Peraturan Daerah Kota Gorontalo Nomor 40 Tahun 2011
menggunakan BRT Trans Hulonthalangi). tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Gorontalo 2010-2030
Pemilihan penggunaan moda transportasi dari/ke
Peraturan Pemerintan Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Pelabuhan Penyeberangan tidak sepenuhnya berkaitan Jalan
dengan biaya transportasi, tetapi juga faktor waktu Puslitbang Multimoda, 2013, Studi Penyusunan
perjalanan (termasuk waktu tunggu), kenyamanan dan Pedoman Penilaian Tingkat Keterpaduan
kemudahan (conveniency) karena sebagian besar Transportasi Antarmoda.
pelaku perjalanan membawa bagasi yang cukup besar, SNI 03-7094-2005 tentang Rambu-Rambu di Terminal
termasuk faktor sosial setempat yang masih Bandar Udara Sebagai Standar Wajib
mengganggap bus sebagai moda angkutan bagi kelas Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor 687
bawah. Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum
Erika Buchari, “Angkutan Umum Multimoda, Alternatif
SARAN
Perencanaan Yang Sustainable”, Jurnal Khusus
Dalam jangka pendek perlu perubahan rute FSTPT, vol 8 edisi khusus No.3 Okt 2008.
dengan cara memasukkan bus Trans Hulonthalangi Nes , 2002, Multimodal Network.
ke dalam areal Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo
yang dari dan ke Terminal Leato, terutama pada waktu
kedatangan dan keberangkatan kapal.

40 | Jurnal Penelitian Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 01/Maret/2016 | 31 - 40

Anda mungkin juga menyukai