Anda di halaman 1dari 8

Paradigma yang akan digunakan dalam pengembangan Learning Management

System (LMS) dan digital content dalam pembelajaran berbasis e-learning adalah
student-centered, dimana titik fokus sistem pembelajaran adalah pada mahasiswa.
Karakteristik dari student centered adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran, staf pengajar berperan


sebagai fasilitator (coach) yang memandu proses pembelajaran.

2. Mahasiswa bebas menentukan road pembelajaran serta cara dia mencapai target
pembelajaran.

3. Interaksi sosial (dalam hal ini diskusi) merupakan hal yang sangat penting dalam
memperoleh pengetahuan dalam lingkungan pembelajaran student centered.

Dalam rancangan pembelajaran jarak jauh berbasis web, terdapat dua model
umum, yaitu full online dan dual mode. Model full online, semua aktivitas
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media Internet. Model dual mode,
semua aktivitas online hanya bersifat sebagai penunjang aktivitas pembelajaran
konvensional. Model pendekatan dual mode sangat bergantung pada sarana
komunikasi, karena mahasiswa mengharapkan untuk bisa berkomunikasi secara
langsung baik dengan sesama mahasiswa ataupun dengan staf pengajar. Untuk
meningkatkan intensitas dan kualitas komunikasi , maka perlu dirancang perangkat
komunikasi yang cukup memadai dalam LMS.

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model dual mode, sehingga
efektivitas penggunaan LMS dapat dicapai dengan adanya keterlibatan staf
pengajar dalam diskusi online. Namun paradigma yang digunakan adalah student
centered maka prosentase keterlibatan staf pengajar diupayakan seminimal
mungkin, sifatnya hanya sebagai pemicu, menyediakan resource serta memberikan
umpan balik secara proporsional.
Pengembangan bahan e-learning secara garis besar setelah analisis, terbagi menjadi
tiga fase, yaitu:

(1) (2) (3)


Design Development Deployment

Gambar 1. Fase implementasi

4.1 Fase Perancangan


4.1.1 Perancangan bahan

Perancangan bahan merupakan kegiatan untuk menghasilkan bahan yang


digunakan dalam elearning. Perancangan bahan ajar untuk elearning tidak
sesederhana perancangan bahan ajar konvensional karena tidak cukup hanya
menggunakan tulisan. Bahan untuk elearning, berbasis pada multimedia dan harus
bisa secara otomatis menganalisa perkembangan dari mahasiswa. Dalam
pengembangan bahan ajar e-learning, pengajar membutuhkan kerjasama dengan
pihak lainnya seperti instructional design dan developer. Hubungan antara
Subject
Expert
pengajar (Subject expert) dan kedua pihak ahli dapat dilihat dalam gambar 2.

Content Development

Developer
Instructional
designer
Gambar 2. Skema Perancangan Content

Bahan ajar dalam elearning harus dirancang oleh pengajar dengan sangat cermat
karena kondisi kemampuan mahasiswa yang mengikuti kuliah elarning sangat
beragam. Ada yang sudah baru memahami materi tersebut, ada yang sudah
memahami materi tersebut atau bahkan ada belum mengetahui sama sekali. Untuk
mengakomodasi keragaman kondisi mahasiswa tersebut, perlu diperhatikan
penyajian materi yang diberikan, dan dalam penelitian ini materi kuliah tersebut
akan dibagi menjadi tiga level:

1. Level 1: materi dalam bentuk power point

Materi yang digunakan berformat power point. Tipe materi ini mendukung
seorang mahasiswa ang sudah mengetahui materi tersebut, namun ingin sekedar
melihat-lihat materi tersebut dengan cepat. Untuk mendorong mahasiswa agar
lebih aktif mencari/ membaca referensi maka tidak semua materi diberikan keada
mahasiswa, tetapi hanya point penting saja agar mahasiswa terdorong untuk
mencari referensi lain atau setidaknya mau membaca textbook. Setiap materi
dalam power point diberikan referensinya dan latihan.

2. Level 2: materi power point+narasi

Materi ini diberikan dalam bentuk powerpoint dan narasi. Narasi yang diberikan
berupa suara (audio), animasi, grafis, video ataupun notes. Pemberian narasi
sebagai pengganti penjelasan pengajar ketika menjelaskan materi di kelas pada
sistem pembelajaran konvensional. Materi level ini cocok digunakan untuk
mahasiswa yang baru pertama kali mendapatkan materi tersebut.

3. Level 3: Referensi

Referensi merupakan materi yang berisi tentang background suatu materi untuk
memberikan pengetahuan tambahan kepada mahasiswa yang ingin memperdalam
suatu materi. Materi ini sangat membantu bagi mahasiswa yang belum pernah
mengetahui sama sekali tentang suatu materi. Materi ini bisa berupa file dokumen,
power point atau lainnya.

Pembuatan elearning, khususnya terkait dengan penyebaran isi suatu buku


referensi, gambar, animasi, dll; akan sangat rentan terhadap issue plagiarism,
sehingga perlu diperhatikan copyright dalam penyusunan materi dan isi dari
elearning.

4.1.2 Perancangan Learning Management System (LMS)

Secara sederhana LMS dapat didefinisikan sebagai sistem yang mengatur


bagaimana proses kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai fasilitas yang dapat
digunakan baik oleh mahasiswa, pengajar serta administrator sistem. LMS yang
akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah berbasis sistem open source
Moodle modular Object Oriented Dynamic Learning Environment). Strategi
pengembangan utamanya antara lain: integrasi dengan sistem perpustakanan
digital, Learning Object manager, serta path matakuliah dan pat assesment.

Berikut ini adalah analisis kebutuhan akan sistem eleraning untuk mendukung
paradigma belajar student centered:

a. Content Management

Fitur ini memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan pengajar (atau fasilitator)
untuk menyiapkan dan mengatur perkuliahan termasuk menyiapkan materi, aturan
dan mengatur mahasiswa yang mana sajakah yang diperbolehkan mengikuti
matakuliah tersebut.

b. Material management

Pada bagian ini akan ditampilkan materi apa saja yang diambil oleh mahasiswa.
Informasi kuliah berisi RPS; Learning Path yang menunjukkan gambaran
keterhubungan antar topik/ materi dalam perkuliahan tersebut; upcoming event,
menampilkan aktivitas terdekat apa saja ang akan berlangsung dalam perkuliahan.

c. User management
Modul ini digunakan untuk administrasi pengguna sistem. Implementasina dapat
mengunakan sistem akses dengan mekanisme authentikasi (authentication)
pengguna.

d. Communication Tools

Terdapat dua jenis alat bantu komunikasi dalam hal ini, yaitu:

-Asynchrounous Type, komunikasi dengan sarana tipe ini dilakukan secara tidak
langsung oleh pengguna, sebagai contoh fasilitas email, dan forum diskusi.

-Synchronous Type, komunikasi tipe ini memberikan fasilitas pengguna untuk


melakukan komunikasi secara real time atau secara langsung, sebagai contoh
fasilitas chat dan teleconference.

e. Evaluation Tool

Fitur ini digunakan untuk melakukan evaluasi kegiatan belajar menggunakan LMS.

f. Digital Library

Fitur ini memfasilitasi pengguna untuk mencari koleksi yang ada diperpustakaan
yang menyediakan sarana akses online. Untuk melakukan penelusuran koleksi,
pengguna cukup memasukkan kata atau istilah yang berkaitan degan koleksi,
kemudian sistem akan menampilkan koleksi-koleksi ang berkaitan dengan istilah
tersebut.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal pemanfaatan LMS pada proses belajar
mengajar, maka diperlukan peran serta yang optimal dari berbagai pihak,
khususnya administrator, pengajar dan mahasiswa.

Peran administrator adalah sebagai berikut:

1. Mengorganisasikan fasilitas-fasilitas dalam LMS secara umum.

2. Melakukan setting up matakuliah ang akan berjalan pada semester tertentu dan
memberikan akses kepada dosen untuk matakuliah tersebut.

Peran dari pengajar adalah sebagai berikut:


1. Memantau pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mengunakan elearning pada
semester berjalan.

2. Membuat path learning dan Path assessment.

3. Membuat Satuan Acara Pembelajaran untuk semester berjalan.

4. Membuat materi pembelajaran yang dapat diakses mahasiswa melalui LMS.

Peran mahasiswa adalah sebagai berikut:

Salah satu tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar adalah kekativan siswa
dalam mengakses bahan ajar dan diskusi yang dilakukan baik dengan teman atau
dengan pengajar. Mahasiswa dianjurkan untuk terlibat secara aktif dalam
memanfaatkan LMS.

Selain dibuatkan perbedaan peran pada pengguna, dalam hal ini mahasiswa, dosen
dan administrator, maka perlu dibut pula metode pengaksesan terhadap LMS.
Pemberian hak akses diberikan untuk menentukan mana pihak yang dapat dan
tidak dapat mengakses suatu fitur dalam LMS. Untuk menjamin kenamanan dan
keamanan, dosen dapat mengeluarkan mahasiswa yang terdaftar dalam
matakuliahnya di LMS tetapi secara administratif tidak terdaftar pada matakuliah
tersebut. Bagi mahasiswa baru, mereka diberikan account LMS sehingga dapat
mengakses bahan ajar dan perkuliahan yang diselenggarakan melalui LMS.

4. 1.3 Perancangan Evaluasi.

Identifikasi Pengumpulan Desain dan Ujicoba dan Finalisasi


masalah data dan literatur implementasi Analisis Hasil
Instrumen
Gambar 3. Fase pengembangan instrumen Evaluasi

Selain berbagai kemudahan dalam mengakses materi dan berkomunikasi,


pembelajaran dengan e-Learning harus dirancang secara hati-hati, dipantau dan
dievaluasi secara kontinu. Di sinilah kemudian diperlukan adanya instrumen
evaluasi. Evaluasi adalah prosedur sistematis sejauh mana mahasiswa mencapai
tujuan pembelajaran. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria tertentu untuk
mengetahui sejauh mana perubahan perilaku mahasiswa sesuai dengan tujuan
program. Hasil evaluasi ini merupakan masukan berharga bagi mahasiswa, dosen,
dan institusi. Hasil evaluasi inilah yang nantinya akan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan, misalnya memodifikasi aktivitas pengajaran. Selain itu,
hasil evaluasi dapat dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan mahasiswa dalam
aktivitas belajar secara online.

Pentingnya pembuatan instrumen evaluasi ini antara lain sebagai berikut:

1. Instrumen yang dihasilkan dapat dipakai sebagai feedback bagi instruktur


perkuliahan untuk meningkatkan kualitas pengajarannya. Feedback dapat
juga dipakai untuk mengukur keberhasilan program.
2. Hasil evaluasi dapat dipakai sebagai tolok ukur dan pertanggungjawaban
Fakultas pada masyarakat tentang pelaksanaan program.
3. Hasil evaluasi penting bagi pengelola program dalam menetapkan kebijakan.
4. Dengan adanya evaluasi pembelajaran yang transparan, masyarakat
terlindungi dari praktek pembelajaran yang tidak bertanggung-jawab.
4.2 Pengembangan
4.2.1 Pengembangan Isi
Sebagaimana dijelaskan dalam perancangan bahan, maka setia sesi akan
diimplementasikan berdasarkan outline perkuliahan. Materi akan berisi text,
gambar, animasi, audio dan video.

4.2.2 PengembanganLMS
Akan diimpelemntasikan sistem elearning berbasis web dengan semua fitur
yang dijelaskan dalam fase perancangan

4.2.3 Pengembangan Evaluation


Intrumen evaluasi akan dikembangkan pada tiap sesi/ topik dengan
menambahkan UTS dan UAS. Dan instrumen evaluasi tersebut akan ditest terlebih
dahulu sebelum digunakan.

5.3 Deployment (Penyebaran)

Anda mungkin juga menyukai