Anda di halaman 1dari 8

LANDASAN TEORI

KONTRASEPSI SUNTIK DEPOPROGESTIN

A. Pengertian
Kontasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sel sperma tersebut (Manuaba, 1998).

B. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Depoprogestin


Pemberian suntikan depoprogestin akan menyebabkan pengentalan mukus
serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon
tersebut juga mencegah pelepasan sel telur yang dikeluarkan wanita, tanpa
pelepasan telur seorang wanita tidak mungkin hamil. Selain itu pada
penggunaan depoprogestin, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan
berkurangnya aktifitas kelenjar (Juwono, 1996).

C. Efektifitas
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik dengan
angka kegagalan kurang dari 0,1% kegagalan dari 100 orang pertahun (acuan
KB Nasional).

D. Keuntungan Kontrasepsi Depoprogestin


Kontrasepsi depoprogestin sangat efektif yakni mencapai lebuih dari 99%.
Penelitian yang dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1992
menunjukkan angka kegagalan kontrasepsi depoprogestin adalah 4 dari 500
akseptor atau hanya 0,8 per 100 tahun wanita.
Karena tidak mengandung estrogen, maka efeksamping yang berhubungan
estrogen seperti kardiovaskuler, tromboemboli, dan lain-lain lebih kecil.
Suntikan depoprogestin dirasakan lebih praktis karena hanya memerlukan
suntikan setiap 3 bulan. Obat ini bisa dipakai untuk wanita yang relatif tua
(>35 tahun) tanpa khawatir resiko efeksamping estrogen. Yang penting lagi
adalah suntika depoprogestin dapat diberikan pada wanita yang sedang
menyusui. Bahkan banyak bukti yang menyatakan bahwa depoprogestin
dapat menaikan volume Air Susu Ibu (ASI) dan memperpanjang masa laktasi.
Selain itu pada penggunaan depoprogestin, kembalinya kesuburan cukup
baik. Waktu rata-rata untuk kembali hamil yaitu 5,5 bulan setelah
penyuntikan. Suntikan depoprogestin ini sangat berguna intuk klien yang
tidak ingin hamil lagi tetapi belum ingin sterilisasi.

E. Efek samping Kontrasepsi Depoprogestin


Keluhan terbanyak para pemakai suntikan depoprogestin adalah gangguan
perdarahan, baik berupa bercak, amenorea, dan haid tidak teratur. Kenaikan
berat badan juga merupakan salah satu efeksamping yang sering dikeluhkan
para akseptor. Beberapa wanita juga mengeluh timbulnya jerawat diwajah,
pusing dan sakit kepala, mual dan muntah, perubahan tekanan darah, gelisah
dan susah tidur (Prawirohardjo, 2003).

F. Indikasi
Suntikan depoprogestin diberikan pada wanita yang menginginkan
kontrasepsi jangka panjang atau wanita yang telah mempunyai cukup anak
tetapi ia enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi. Depoprogestin
juga diberikan kepada wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap
estrogen. Selain itu juga dapat diberikan kepada ibu yang menyusui karena
progestin tidak mengganggu laktasi. Depoprogestin juga dianjurkan pada ibu
yang mendekati menopause karena tidak mengandung estrogen (Hartanto,
2002).

G. Kontraindikasi
Kontraindiksi pemakaian suntikan depoprogestin adalah kehamilan,
penyakit hati aktif, tumor hati, penyakit kuning (ikterus), hipertensi (lebih
dari 160/90 mmHg). Kelainan tromboembolik, penyakit kardiovaskuler,
perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya,, tumor (massa)
payudara, kanker genital, diabetes dan hiperlipidemia. Pada wanita yanng
menderita migran, sakit kepala yang hebat, epilepsi atau depresi pada
pemakaian kontrasepsi depoprogestin harus diawasi dengan sangat ketat
(Anwar, 2001).

H. Penatalaksanan Efeksamping Kontrasepsi Depoprogestin


1. Amenorea (tidak keluar darah haid)
Penyebab:
Karena kontrasepsi progestin menimbulkan perubahan histologi pada
endometrium sampai pada atrofi endometrium.
Penanggulangan:
a. Bila tidak menimbulkan kegelisahan dan akseptor dapat menerima
bahwa amenorea merupakan ciri khas KB suntik bukan karena
kehamilan dan tidak perlu pengobatan.
b. Bila menimbulkan kegn atau gelisahan dianjurkan untuk ketenaga
kesehatan yang akan diberi pengobatan dengan preparat estrogen
atau progesteron.

2. Spotting atau perdarahan berupa bercak tidak menentu


Gangguan ini sering terjadi ditanggulangi dengan pemberian preparat
estrogen atau progesteron atau pil kombinasi. Diberikan juga motivasi
untuk perbaikan gizi. Bila tidak berhenti juga setelah pengobatn
dianjurkan untuk ganti.

3. Kenaikan berat badan


Pemakaian KB suntik depoprogestin paling sering menyebabkan efek
kenaikan berat badan. Kenaikan sangat bervariasi, rata-rata tiap tahun
naik antara 2,3-2,9 kg. Penyebabnya belum jelas dimungkinkan karena
hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula
menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah selain itu juga
hormon progesteron menyebabkan nafsu makan meningkat dan
menurunkan akttifitas.
Penanggulangan:
Jumlah porsi makan dikurangi dengan diet, bila dengan cara diet tidak
menolong dan berat badan terus bertambah akseptor dianjurkan untuk
ganti alat kontrasepsi lain.

4. Pusing, sakit kepala, mual-muntah dan gelisah


Merupakan keluhan subjektif yang sering muncul pada pemakaian alat
kontrasepsi suntik depoprogestin.
Penyebeb: karena reaksi tubuh terhadap progesteron
Penganggulangan:
Dijelaskan bahwa keluhan tersebut bersifat sementara dan akan hilang
dalam 3 bulan setelah penyuntikan.

5. Acne atau jerawat


Jerawat yang sering muncul didaerah muka (wajah).
Penyebab:
Progestin terutama 19-norprogestin menyebabkan peningkatan kadar
lemak.

OBESITAS
A. Pengertian
Obesitas adalah peningkatan BB melebihi batas kebutuhan rangka dan
fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.
Obesitas atau kegemukan adalah ketidakseimbangan jumlah makanan
yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh.
Obesitas dapat menimbulkan berbagai penyakit serius, antara lain DM,
hipertensi dan jantung. Risiko kematian yang disebabkan oleh diabetes yakni
stroke, coronary artery disease, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi,
ginjal, dan gallbladder disorders.

B. Gejala
1. Kegemukan dan obesitas terjadi apabila total asupan kalori yang
terkandung dalam makanan melebihi jumlah total kalori yang dibakar
dalam proses metabolisme. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan
bahwa penyebab kegemukan dan obesitas bersifat multi-faktor, antara
lain adanya keterlibatan faktor genetik, ras, perubahan pola makan dan
pola aktifitas serta emosi. Keterlibatan faktor genetik relatif sulit
dibuktikan. Diduga, ada kelompok masyarakat tertentu yang proses
metabolisme tubuhnya relatif lebih lambat dibandingkan yang lainnya.
Kondisi ini menyebabkan seseorang memiliki peluang lebih besar untuk
menderita kegemukan dan obesitas. Sebuah penelitian di Amerika serikat
menunjukkan bahwa kegemukan dan obesitas lebih banyak terdapat pada
ras Afro-amerika dan Mexico-amerika dibandingkan ras lainnya.

2. Pola makanan masyarakat di lingkungan perkotaan yang tinggi kalori dan


lemak serta rendah serat, telah memicu peningkatan jumlah penderita
kegemukan dan obesitas. Masyarakat diperkotaan yang cenderung sibuk,
biasanya lebih menyukai mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan
alasan lebih praktis. Meskipun mereka mengetahui bahwa nilai kalori
yang terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan di dalam
tubuh kelebihan kalori ini akan dirubah dan disimpan menjadi lemak
tubuh.

C. Berat Badan Relatif (BBR)


BBR merupakan alternative lain untuk menentukan status gizi. BBR
adalah presentase BB (Kg) terhadap BBnormal (TB-100)
BBR = BB (Kg) X 100 % =.......%
(TB (cm)-100
Nilai standar : < 90 % : Underwight
90-110 % : Berat Normal
> 100 % : Over Weight
> 120 % : Obese

D. Indeks Masa Tubuh (IMT)


Korelasi BB dengan jumlah total lemak tubuh cukup erat, walaupun
sebagian orang dengan Lean Body Mass (kurus) yang tinggi bisa memberikan
IMT yang tinggi walaupun orang tersebut tidak gemuk
Klasifikasi Obesitas Menurut WHO (1998)

INDEKS MASA
KATEGORI
TUBUH

< 18,5 Berat badan kurang

18,5 - 24,9 Berat badan normal

25 - 29,9 Berat badan lebih

30 - 34,9 Obesitas I

35 - 39,9 Obesitas II

> 39,9 Sangat obesitas

Berat badan (Kg)


Indeks Masa Tubuh = ——————–
Tinggi Badan (m2)

E. Rumus BROCCA
BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
1. Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%.
2. Bila > 10% sudah kegemukan
3. dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas.
F. Penanganan
1. Tanpa obat
- Menyeimbangkan masukan energi dan zat gizi lainnya yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
- Mengatur frekuensi makanan, besar porsi harus sesuai dengan
kebutuhan tubuh yaitu 1 piring nasi, mangkok kecil sayur dan segelas
air putih, pada malam hari diet. Buah-buahan seperti apel, pisang
ambon dan segelas air putih, dengan semangkok sayur.
- Pembatasan konsumsi bahan makanan yang kaya kolesterol dan lemak
seperti telur, daging, susu dan mentega.
- Membatasi konsumsi makanan olahan seperti fast food, makanan
kaleng, mie instan.
- Melakukan olahraga secara teratur seperti jogging, senam aerobik.

2. Dengan obat (farmakoterapi)


Dilakukan bila :
- Indeks masa tubuh > 30
- Indeks masa tubuh > 27 disertai factor resiko hipertensi, DM tipe 2
dan penyakit jantung koroner.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1988 Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2 Jakarta : EGC

Moehji, Syahmien. 2003 Ilmu Gizi 2 Jakarta : Papas Sinar Sinanti.

Prawiroharjo, Sarwono. 2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai