A. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Sjamsuhidayat & De Jong
dalam Nurarif, (2015).
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan mukulo-aponevrotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia dapatan atau akuisita.
B. Klasifikasi
1. Hernia menurut Letaknya:
a. Hernia hiatal
Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorok turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada/ thoraks).
b. Hernia Epigastrik
Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian tulang rusuk di
garisan tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan
lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut
yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak
dapat di dorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar)
yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari
satu centimeter) hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap
sebelum usia 2 tahun.
d. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya
menyebutnya “turun bero” atau hernia. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah
melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan.
e. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia
ini muncul sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot
sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
g. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram
tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus invertebralis
yang menyerang goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan
mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi
diskus invertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). HNP
umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.
D. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak napas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.
Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi
atau mengalami kelemahan.
F. Pathway
Hernia
Henia Inguinalis
Pembedahan
Nyeri
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus (ileus)
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis
4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.
5. USG untuk menilai massa hernia inguinal
H. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga
dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di
daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar dari
cavum peritonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik yang dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulata
d. Hernia incarserata
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Terdapat benjolan keluar masuk / keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha. adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
3. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang
Perawat menentukan kapan gejala mulai timbul. Apakah gejala timbul,
perawat juga menanyakan tentang durasi gejala, perawat mencatatkan
informasi spesifik seperti: letak, intensitas dan kualitas gejala.
Riwayat penyakit dahulu
Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat kesehatan masa lalu
memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat
mengkaji apakah klien dirawat di rumah sakit atau pernah mengalami
operasi. Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tuberkulosis
dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif.
Riwayat penyakit keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang
hubungan keluarga langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah
untuk menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit-penyakit yang
bersifat genetik atau famtikal dan untuk mengidentifikasi area tentang
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga
memberikan informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang
mungkin berguna dalam merencanakan asuhan.
Riwayat psikososial
Riwayat psikososial yang lengkap mewujudkan siapa sistem pendukung
klien, termasuk pasangan, anak-anak, anggota keluarga lain atau teman
dekat. Riwayat psikososial termasuk informasi tentang cara-cara yang
biasanya klien dan anggota keluarga gunakan untuk mengatasi stress.
Peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan,
serta perlunya informsi prabedah.
4. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
5. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia
atau retensi urin.
6. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
7. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia,
nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
9. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
10. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia.
Pada surveu umum pasien hernia reponibel berada pada kondisi optimal.
Sedangkan pada pasien hernia inkarserata dan strangulata pasin terlihat lemah
dan kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan gejala
dehidrasi. Suhu badan pasien akan naik ≥ 38,5 oC dan tejadi takikardi.
Insfeksi: secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipatan paha.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka
dengan pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan
aktivitas peningkatan intra abdominal, serta mengedan untuk menilai
adanya penonjolan pada lipatan paha.
Palpasi: turgor kulit < 3 detik menandaka gejala dehidrasi, palpasi pada
kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tanga sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditemukan. Kantong hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, (seperti karet), atau
ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingkingan, pada anak
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah ini hernia
dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Apabila ujung jari menyentuh henia, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya,
berarti hernia inguinalis medialis. Sjamsuhidayat dalam muttaqin,
(2013).
Perkusi: nyeri ketuk dan timpani terjadi akibat adanya flatulen,
menandakan sekunder dari adanya obstruksi intestinal atau hernia
srangulasi.
Auskultasi: penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan
gejala obstruksi intestinal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
muntah.
3. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah/operasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Wajah klien rileks
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya, faktor yang memeperberat
karakteristik.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi pengalihan seperti
megobrol, mendengarkan musik dan menonton tv.
- Berikan posisi yang nyaman (semifowler).
- Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan klien
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kalor,
fungsiolaesa).
- Observasi tanda-tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu
tubuh.
- Lakukan ganti balutan tiap hari.
- Pertahankan perawatan luka dengan teknik steril, aseptik dan
antiseptik.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Monitor leukosit.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2013. Gangguan gastrointestinal Aplikasi
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidayat, R & De Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC