Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah memberi nikmat dan
karunia-Nya Kepada kita semua.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarganya yang telah membimbing manusia untuk meniti jalan lurus menuju
kejayaan dan kemulyaan.
Atas karuniaNya Kami telah dilancarkan dalam Pembuatan makalah ini yang berjudul
“DETERJEN”
Alhamdulillah makalah ini telah selesai bila tanpa bimbingan dari pihak lain
terutama guru mata pelajaran kimia yakni Ibu Siti Fatimah.
Mohon Kritik dan Saranya
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................
.............................. i
DAFTAR
ISI................................................................................
...................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang...........................................................................
......................................... 1
Rumusan
Masalah............................................................................
................................... 1
Tujuuan
penulisan .........................................................................
...................................... 1
Dampak
deterjen...........................................................................
...................................... 1
Pencegahan
deterjen...........................................................................
................................. 1
Manfaat dan Kegunaan
deterjen...........................................................................
.............. 1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Sulfatasi dan
Sulfonasi..........................................................................
............ 2
Sejarah
Deterjen...........................................................................
....................................... 4
Zat-zat yang Terdapat di Dalam
Deterjen...........................................................................
4
Penggolongan
Deterjen...........................................................................
............................ 4
Baku Pembuatan
Deterjen...........................................................................
........................ 5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................
................................................. 7
Daftar
Pustaka............................................................................
......................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
1. Sebagai bahan pencuci yang berfungsi sebagai pemerataan kebasaan dari serat
sebelum siberi warna.
2. Sebagai bahan setengah jadi/antara untuk bahan yang akan mengalami proses
selanjutnya.
3. Sebagai katalisator pada reaksi-reaksi kimia bahan organic.
Dari senyawa-senyawa pensulfonasi diatas yang paling banyak digunakan adalah asam
sulfat 93-98%, karena murah dan mudah didapat, sedang yang lainnya digunakan jika
ada tujuan-tujuan tertentu,missalnya bila menggunakan asam sulfat hasilnya kurang
baik dan secara ekonomi akan mengurangi nilai jual produksinya.
Senyawa-senyawa yang dapat dikenakan proses sulfatasi atau sulfonasi antara lain
hidro karbon ikatan tidak jenuh, pulp terutama ligninnya, minyak tumbuh-tumbuhan
atau hewani terutama minyak ikan. Contoh reaksi sulfatasi dan sulfonasi antara
lain:
1. Bahan Dasar Alefin
2. Bahan Dasar Alkohol
3. Bahan Dasar Ester
4. Bahan Dasar Senyawa Aromatik
Dari ke-4 contoh tersebut secara termodinamika dapat dituliskan sebagai berikut:
panas yang timbul dari reaksi akan menaikkan temperatur dan timbulnya H2O akan
menimbulkan pengenceran asam sulfat yang dipakai ,yang harus ditanggulangi agar
reaksi tetap berjalan.Pencegahan naiknya temperatur dilakukan pendingingan, sedang
pencegahan pengenceran dilakukan penguapan pada temperatur relative rendah.
Jika ditinjau dari segi kinetika didasarkan pada suatu persamaan yang menghubungkan
antara kecepatan reaksi ( r ) dengan besaran-besaran yang
mempengaruhinya,persamaannya bias ditulis sebagai berikut:
r =k [RH] [SO3]
dimana:
r = kecepata reaksi (mol/det)
[RH] = konsentrasi RH (mol/lt)
[SO3] = konsentrasi SO3 (mol/lt)
k = konstanta kecepatan reaksi (mengikuti orde reaksi)
Dari persamaan diatas dapat dikatakan bahwa dengan memperbesar konsentrasi masing-
masing reaktan akan diperoleh harga r yang besar,namun kemungkinan akan terjadinya
hasil samping, maka usaha yang dimungkinkan justru menaikkan harga k secara
kinetic. Arrenius memberikan persamaan:
K=A .e-E/RT ln A/k = E/RT
A= factor tumbukan persatuan luas
E= tenaga aktivitas
R= tetapan gas ideal
T= temperature (oK)
Dari persamaan Arrenius diatas ada 2 peubah yang mungkin dapat diperbaiki yaitu A
dan T.
· Harga A
Untuk memperbesar harga k dilakukan pengadukan/menambahkan pelarut.
Pengadukan bisa dilakukan dengan pengaduk listrik.
· Harga T
Pada umumnya proses sulfatasi adalah eksotermis sehingga justru harus
didinginkan, agar panas tidak naik mendadak , penambahan asam sulfat sedikit demi
sedikit sehingga memberi kesempatan panas terambil oleh pendingin (missal:air).
· Harga E
Tenaga aktivasi menunjukkan keadaan puncak, dimana reaktan yang ada dalam
campuran mampu bereaksi. Untuk mempercepat reaktan memcapai keadaan puncak umumnya
ditambahkan katalisator, missal: Hg yang banyak dipakai pada sulfatasi, peridium,
atau toluene. Disamping sebagai pemercepat, katalisator juga sebagai pengarah
(menekan reaksi samping) untuk RH yang aktif tidak diperlukan katalisator karena
mahal, kereaktifan RH tergantung pada substituent yang terikat dalam RH, semakin
banyak semakin tidak reaktif.
3. Pengepakan/ pengemasan
Karena hasilnya cairan kental maksud pengepakan adalah memasukkan dalam drum,
tangki/botol-botol yang siap dijual.
Salah satu pemanfaatan proses sulfonasi di dalam industri dapat ditemui dalam
industri pembuatan deterjen.
I.2 Sejarah Deterjen
Tetapi pada saat ini, kebanyakan deterjen adalah garam dari asam
sulfonat.
1. Cationic detergents
Deterjen yang memiliki kutub positif disebut sebagai cationic detergents. Sebagai
tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat
antikuman yang membuat mereka banyak digunakan di rumah sakit. Kebanyakan deterjen
jenis ini adalah turunan dari ammonia.
2. Anionic detergents
Deterjen jenis ini adalah merupakan deterjen yang memiliki gugus ion negatif.
Pada dasarnya, jenis parfum untuk deterjen dapat dibagi ke dalam dua jenis,
yaitu parfum umum dan parfum eksklusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah
dikenal umum di masyarakat, seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya,
produsen deterjen bubuk menggunakan jenis parfum yang eksklusif. Artinya, aroma
dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya.
Kekhasan parfum eksklusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis
parfum umum.
Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan deterjen bubuk diantaranya
bouquet, deep water, alpine,dan spring flower.
Antifoam
Cairan antifoam digunakan khusus untuk pembuatan deterjen bubuk untuk mesin
cuci. Bahan tersebut berfungsi untuk meredam timbulnya busa. Persentase keberadaan
senyawa ini dalam formula sangat sedikit, yaitu berkisar antara 0,04-0,06%.
BAB II
PEMBUATAN DETERJEN
Bahan dasarnya adalah dodekil benzena. Reaksi dilakukan dalam reaktor bersisi
kaca yang dipasang dengan mixer efisien. Dodekil benzena dimasukkan ke dalam
reaktor kaca dicampur dengan asam 22% oleum, pada suhu antara 32-46°C. Kemudian
dicampurkan pada suhu 46°C selama kurang lebih 2 jam sampai reaksi selesai. Tahapan
berikutnya netralisasi dengan NaOH yang memberikan 60% alkil aril sulfonat dan 40%
diluet (natrium sulfat).
Adapun pembuatan deterjen dengan berbagai jenis deterjen dilakukan sebagai
berikut :
a. Etilen oksida
Proses pembuatannya dengan mereaksikan senyawa yang mengandung kelompok hidrofobik
dengan etilen oksida atau propilen oksida, dilakukan pada suhu 150-220°C. Hasil
yang diperoleh dinetralkan dengan 30% asam sulfur dan asam asetat glasial.
b. Amina oksida
Proses pembuatannya dengan mengoksidasi amina tetriari. d. Detergen amfoterik
Proses pembuatannya yaitu amina lemak dasar (lauril amina) direksikan dengan metil
akrilat untuk menghasilkan ester N-lemak-amino propionik. Kemudian disaponifikasi
dengan NaOH membentuk garam natrium.
Secara umum surfaktan di bedakan menjadi 4 macam berdasarkan sifat ioniknya, yaitu:
a. Surfaktan anionik
Surfaktan ini bila terionisasi dalam air/larutan membentuk ion negatif. Surfaktan
ini banyak digunakan untuk pembuatan detergen mesin cuci, pencuci tangan dan
pencuci alat-alat rumah tangga. Surfaktan ini memiliki sifat pembersih yang
sempurna dan menghasilkan busa yang banyak. Contoh surfaktan ini yaitu, alkilbenzen
sulfonat linier, alkohol etoksisulfat, dan alkil sulfat.
b. Surfaktan nonionik
Surfaktan ini tidak dapat terionisasi dalam air/larutan sehingga surfaktan ini
tidak memiliki muatan. Dalam pembuatan detergen surfaktan ini memiliki keuntungan
yaitu tidak terpengaruh oleh keadaan air karena surfaktan ini resisten terhadap air
sadah. Selain itu juga detergen yang dihasilkan hanya menghasilkan sedikit busa.
Contohnya alkohol etoksilat.
c. Surfaktan kationik
Surfaktan ini akan terionisasi dalam air/larutan membentuk ion positif. Dalam
detergen, surfaktan ini banyak digunakan sebagai pelembut. Contohnya senyawa
amonium kuarterner.
d. Surfaktan amfoterik
Bila terionisasi dalam air/larutan akan terbentuk ion positif, ion negative atau
nonionik bergantung pada pH air/larutannya. Surfaktan ini digunakan untuk pencuci
alat-alat rumah tangga. Contoh imidazolin dan betain.
Namun detergen fosfat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Yaitu bila
bercampur dengan air, fosfat menyebabkan masalah yang besar karena ion fosfat
merupakan makanan ganggang sehingga menimbulkan eutrofikasi.
Builder lain yang digunakan saat ini yaitu sodium perborat (NaBO2.H2O2)
dan sodium metasilikat (Na2SiO3). Builder ini tidak begitu membahayakan lingkungan
tetapi builder ini membentuk larutan kaustik yang menimbulkan iritasi pada kulit.
Ketika natrium perborat bereaksi dengan air akan membentuk sebuah basa kuat dengan
reaksi sebagai berikut :
Hidrogen peroksida sebagai bahan pemutih dan pengurai yang membebaskan oksigen,
reaksinya sebagai berikut :
2H2O2 → 2H2O + O2
Ketika natrium metasilikat bereaksi dengan air juga akan membentuk larutan
basa kuat, reaksinya sebagai berikut :
a. Akibat Surfaktan
Di dalam air, sisa detergen harus mampu mengalami degradasi (penguraian)
oleh bakteri-bakteri yang umumnya terdapat di alam. Lambatnya proses degradasi ini
mengakibatkan timbulnya busa di atas permukaan air, dalam jumlah yang makin lama
makin banyak. Hal ini disebabkan oleh bentuk struktur surfaktan yang dipakai. Jika
struktur kimia berupa rantai lurus, gugus surfaktan ini mudah diuraikan.
SO3Na
Sedangkan jika struktur berupa rantai bercabang, maka surfaktan ini sulit
dipecahkan.
C
C-C-C-C-C-C-C-C-C- (terurai lambat)
C
SO3Na
Masalah yang ditimbulkan oleh gugus pembentuk yaitu gugus ini akan
mengalami hidrolisis yang menghasilkan ion ortofosfat.
Kedua gugus ini sangat berpengaruh dalam proses eutrofikasi, yang bisa
mengakibatkan tanaman alga dan tanaman air tumbuh secara liar.
Pada produksi surfaktan anionik digunakan H2SO4 encer dengan reaktor film
tipis. Terdapat dua macam limbah atau buangan utama yang harus diperhatikan yaitu
limbah air cucian dari pembersih bejana yang dinetralkan dan sisa SO3 yang tidak
bereaksi.
Air cucian biasanya sedikit mengandung bahan aktif permukaan anionik yang
biasanya diolah dengan proses biologi yang serupa dengan pengolahan limbah utama.
Degradasi bakterial pada kondisi aerob mengubah surfaktan anionik menjadi karbon
dioksida dan air. Limbah asam dari reactor dicuci dan dinetralisasi dengan air
kapur membentuk kalsium sulfat yang tidak larut. Gas sulfonat yang dihasilkan
dialirkan ke dalam siklon untuk memisahkan kabut asam dari gas-gas. Asam hasil
pemisahan di masukkan kembali ke aliran produknya dan bila gas itu masih mengandung
SO3 akan dilewatkan kembali ke zona reaksi. Gas cerobong yang mengandung SO2 dan
SO3mula-mula akan dilewatkan ke dalam pengendap elektrostatik untuk mengusir asam
sulfat dan asam sulfit yang mungkin terbentuk karena adanya uap dalam instalasinya.
Gas dari pengendapan akan dimasukkan ke dalam suatu penggosok arus, yang akan
bercampur dengan suatu larutan soda kaustik di dalam air. Proses ini digunakan
untuk mengusir semua residu SO2 dan SO3, sehingga dihasilkan udara bersiH
KESIMPULAN
Reaksi sulfatasi ialah reaksi pemasukan gugus –OSO3H ke dalam suatu senyawa,
sedangkan sulfonasi adalah reaksi pemasukan gugus -SO3H ke dalam suatu senyawa.
Salah satu contoh penerapan proses sulfonasi pada industri dapat ditemui dalam
industri deterjen. Proses pembuatan deterjen yang berbahan baku dodekil benzena
adalah sebagi berikut dimana dodekil benzena dimasukkan ke dalam reaktor kaca
dicampur dengan asam 22% oleum, pada suhu antara 32-46°C. Kemudian dicampurkan pada
suhu 46°C selama kurang lebih 2 jam sampai reaksi selesai. Tahapan berikutnya
netralisasi dengan NaOH yang memberikan 60% alkil aril sulfonat dan 40% diluet
(natrium sulfat).
Buerjen di Indonesia adalah Rinso dari Unilever. Produk yang dihasilkan antara lain
adalah Rinso Matic Top Load dan Rinso Matic Front Load, Rinso Cair dan Rinso Molto
Ultra Cair, Rinso Molto Ultra dan Rinso Color and Care, dan Rinso Anti Noda.
Produksi deterjen di Indonesia meningkat setiap tahunnya dan berdasarkan hasil
peramalan produksi deterjen di Indonesia pada tahun 2023 dan 2033 adalah 1164310,71
ton dan 1461060,71 ton.
DAFTAR PUSTAKA
http://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-
322_handout_deterjen.pdf (5 Mei 2013)
http://www.rinso.co.id/category/produk/ (5 Mei 2013)
http://www.thefreelibrary.com (5 Mei 2013)