Penyusun :
1. Mahatir Farhan
2. Ni Nyoman Ani
3. Novitria Puspita
4. Putri Era Santi
5. Rara Rista Putri
6. Retno Anggraeni
7. Rizki Purnama Sari
8. Robiyun
10. Sukardi
11. Sukma Romadhon
12. Umu Wafika Rohmah
13. Via Indri Lestari
Fakultas Kedokteran
Program Stadi S1 Farmasi
Universitas Malahayati Bandar Lampung
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Teknologi Bahan Alam ini
dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengalami kesulitan dan kendala yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan wawasan kami.
Namun berkat keyakinan, keinginan, dan usaha dengan sungguh-sungguh
hambatan tersebut dapat diatasi.
Tidak lupa kami berterimakasih kepada rekan-rekan yang telah saling membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..........................................................................
1.2 Rumusan masalah ....................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori ..............................................................................
2.2 Standarisasi Simplisia ..............................................................
2.3 Standarisasi Ekstrak .................................................................
2.4 Parameter Non Spesifik ...........................................................
2.5 Metode Destilasi ......................................................................
2.6 Mwtode Grafimetri ..................................................................
2.7 Cemaran Mikroba ....................................................................
2.8 Parameter Spesifik ...................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat jumlah simplisia yang semakin banyak digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan obat tradisional atau obat bahan alam, maka untuk menjamin
bahwa kualitas herbal sama pada setiap produksinya dan memenuhi standar
minimal harus dilakukan standarisasi terhadap bahan baku tersebut, baik yang
berupa serbuk simplisia maupun yang berbentuk ekstrak. Persyaratan mutu
ekstrak terdiri dari berbagai parameter standar umum dan parameter standar
spesifik. Dengan standarisasi, pemerintah melakukan fungsi pembinaan dan
pengawasan serta melindungi konsumen untuk tegaknya trilogi “mutu, keamanan
dan manfaat”. Standarisasi juga menjamin mahwa produk akhir mempunyai nilai
parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula)
terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud standarisasi
b. Apakah yang dimaksud standarisasi simplisia?
c. Apa saja yang termasuk kedalam parameter standarisasi simplisia?
d. Apakah yang dimaksud standarisasi ekstrak?
e. Apa saja yang termasuk ke dalam parameter standarisasi ekstrak?
C. Tujuan
f. Untuk mengetahui tentang simplisia dan standarisasinya.
g. Untuk mengetahui tentang simplisia dan standarisasinya.
h. Untuk mengetahui tentang parameter standarisasi simplisia.
i. Untuk mengetahui tentang ekstrak dan standarisasinya.
j. Untuk mengetahui tentang parameter standarisasi ekstrak.
BAB II
PEMBAHASAN
Standarisasi
1. Kebenaran simplisia
1. Pre-Farm
Teknologi produksi benih / bibit unggul tumbuhan obat, secara
konvensional ataupun bioteknologis.
2. On-Farm
Teknologi budidaya tumbuhan obat yang mengacu pada GAP
3. Off-Farm
Teknologi panen yang memperhatikan kandungan senyawa aktif
berkhasiat obat maupun parameter kualitas lainnya yang dipersyaratkan.
a. Teknologi pasca panen / pengolahan yang menghasilkan simplisia
yang memenuhi persyaratan.
b. Teknologi ekstrak standar untuk mendapatkan ekstrak yang
tervalidasi kandungan senyawa aktif.
c. Teknologi pengujian khasiat dan toksisitas pada tingkat pre klinik
yang memenuhi persyaratan validitas (Herbal Terstandar).
d. Teknologi pengujian khasiat dan toksisitas pada tingkat klinik
yang memenuhi persyaratan validitas (Fitofarmaka).
2.3 Standarisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang dibutuhkan
sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
1. Hitung bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25°C.
2. Atur suhu ekstrak ± 20°C, masukkan dalam piknometer. Atur suhu piknometer
hingga 25°C, buang kelebihan ekstrak cair yang ditimbang.
3.Kurangkan bobot piknometer kosong dari berat piknometer yang telah disini.
Bobot jenis ekstrak adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot ekstrak
dengan bobot air dalam piknometer suhu 25°C
- Kadar air
Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang
diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).
Menggunakan Metode Titrasi, Destilasi dan Gravimetri.
1.Metode Titrasi
2. Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi
3.Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik akhir tercapai
4.Masukkan zat dengan cepat yang telah ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 10 – 50 mg air kedalam labu titrasi, aduk selama 1 menit
5. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang telah diketahui kesetaraan airnya
6. Hitung jumlah air dalam mg dengan rumus V × F, V adalah volume pereaksi
Karl Fischer pada titrasi kedua, F adalah Faktor Kesetaraan air
2.5 Metode Destilasi
1. Masukkan ekstrak yang telah ditimbang seksama yang mengandung 2-4 ml air
kedalam labu kering
2. Masukkan ± 200 ml toluen kedalam labu. Hubungkan alat. Tuang toluen
melalui alat pendingin. Panaskan labu selama 15 menit
3. Setelah toluen mulai mendidih, suling dengan kecepatan ± 2 tetes per detik,
hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4
tetes per detik.
4. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen.
Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Dinginkan tabung hingga suhu kamar.
5. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar air
dalam persen. %Kadar air = (V/W) x 100%
-Residu Pestisida
Prinsip dalam metode ini adalah untuk menentukan sisa kandungan pestisida yang
mungkin saja pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan simplisia
pembuatan ekstrak (Depkes RI, 2000). Tujuannya memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena
berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000) Metode : KLT dan
kromatografi gas cair.
- Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang besifat non polar relatif kecil
seperti pada ekstrak yang diperoleh dengan penyari air atau etanol berkadar
kurang dari 20% menggunakan metode KLT secara langsung tanpa melalui tahap
pembersihan lebih dahulu atau menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat
kandungan kimia dengan unsur N (klorofil, alkaloid dan amina non polar lain)
- Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar tinggi dan tidak
mengandung senyawa nitrogen non polar bisa menggunakan metode KLT atau
kromatografi gas secara langsung tanpa pembersihan
- Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya kandungan kimia pengganggu
dapat dilakukan pengujian sesuai metode baku.
- Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada masalah analisis dapat
dilakukan penomoran dan perincian terhadap analisis disesuaikan dengan buku
aslinya.
-ALT (Angka Lempeng Total) digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang
ada pada suatu sampel. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT
aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan
cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
Langkah-langkah :
1. Siapkan 5 tabung atau lebih yang telah diisi dengan 9 ml pengenceran PDF.
2. Hasil homogenisasi dipipet pengenceran 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung
yang berisi pengenceran PDF pertama hingga pengenceran 10-2 , dikocok hingga
homogen.
3. Buat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan yang diperlukan.
4. Setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat duplo.
5. Tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (45±1o C), cawan petri
digoyang dan diputar hinggan suspense tersebar merata.
6.Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji blangko (kontrol).
7. Satu cawan hanya diisi 1 ml pengenceran dan media agar, dan cawan yang lain
diisi pengencer dan media.
8. Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-37o C selama 24-
48 jam dengan posisi terbalik.
9. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
- Uji Konfirmasi
1.Tabung yang menunjukkan uji prakiraan positif dipindahkan 1 sengkelit ke
dalam tabung berisi 10 ml BGLB yang telah dilengkapi tabung durham.
2.Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37o C selama 24-48 jam, dilakukan
pengamatan terhadap pembentukan gas.
3.Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan hasil pengamatan tersebut dirujuk ke
table Nilai Duga Terdekat (NDT)/ Minimal Presumtif Number (MPN), angka
yang diperoleh pada table MPN menyatakan jumlah bakteri coliform dalam tiap
gram.
Langkah-langkah:
1.Kultur aspergillus flavus hasil isolate dan identifikasi dari ekstrak
diinokulasikan pada permukaan media YES.
2.Tabung diinokulasikan pada suhu 25o C selama satu minggu dalam posisi
miring untuk mendapatkan permukaan yang luas. Biakan diautoklaf pada suhu
121o C selama 15 menit, biakan dibiarkan sampai dingin.
3.Ambil media biakan menggunakan pipet Pasteur dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kecil atau vial.
- Organoleptik
Parameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa
menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan
seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).
- Kadar sari
Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa
kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji
bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari
simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas
farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,1995).
- Pola kromatogram
Pola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal
komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian
dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI,
2000).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Standarisasi adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya
merupakan unsur – unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian
memenuhi syarat standar (kimia, biologi dan farmasi).
2. Parameter standarisasi simplisia adalah kebenaran simplisia, parameter spesifik dan
parameter non spesifik.
3. Standarisasi ekstrak meliputi parameter spesifik dan non spesifik
4. Parameter non spesifik ekstrak adalah:
a. Susut pengeringan
b. Bobot jenis
c. Kadar air
d. Kadar abu
e. Sisa pelarut
f. Residu pestisida
g. Cemaran logam berat
h. Cemaran mikroba
i. Cemaran kapang, khamir dan aflatoksin
5. Parameter spesifik ekstrak adalah:
a. Identitas
b. Organoleptik
c. Kadar sari
d. Pola kromatogram
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, DepKes RI, Jakarta
Anonim, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, DepKes RI, Jakarta
Anonim. 2005. Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Indonesia, Salah Satu Tahapan Penting
Dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Badan Pengawasan Obat Tradisional
Anonim. 2009. Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia