Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Ridho Dwi Anggoro
030.14.165
Pembimbing:
dr. Arifiyah, Sp.A
1
PENGESAHAN
Penyusun:
Ridho Dwi Anggoro
030.14.165
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSU Kardinah Kota Tegal
Periode 2 Desember - 8 Februari 2020
2
STATUS PASIEN LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
A. IDENTITAS PASIEN
Pendidikan - SD SD
Asuransi BPJS
No. RM 944453
3
B. ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Pasien tampak pucat dan cepat merasa lemas sejak
satu minggu SMRS
1 tahun yang lalu ibu pasien sempat membawa anaknya ke bidan dengan
keluhan sering merasa lemas, kemudia dari bidan tersebut menyarankan ibu
pasien untuk membawa anaknya ke Rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut, Saat setelah sampai di IGD, ibu pasien mengatakan pasien sempat
dilakukan pemeriksaan darah dan didapatkan Hb pasien sebanyak 4 g/dL, di
sarankan untuk rawat inap serta melakukan transfusi darah dan di konsulkan ke
dokter spesialis anak. Dokter anak mengatakan jika pasien mengidap penyakit
thalassemia Mayor dan disarankan untuk rutin melakukan transfuse darah.
Ibu pasien mengatakan rutin memeriksakan kesehatan di poli anak RSU
4
Kardinah dan rutin mendapatkan Transfusi Darah sejak januari 2019. Sudah 6
kali dilakukan transfusi berjeda setiap 2 bulan.
Ibu pasien mengaku tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan
serupa. Tidak anggota keluarga yang menderita penyakit kelainan darah atau
thalasemia. Keluarga tidak ada yang menderita hipertensi, diabetes mellitus,
asma, penyakit paru dan jantung disangkal.
Pasien tinggal di rumah milik peninggalan orang tua dari ibu pasien.
Rumah tersebut berukuran ±10 x 7 m2, memiliki 3 kamar tidur dengan 1 kamar
mandi dan 1 dapur, beratap genteng, berlantai semen, berdinding tembok,
memiliki jendela dan ada 4 pintu. Di rumah tersebut tinggal orang tua pasien
dan pasien. Rumah rajin dibersihkan setiap hari dari mulai disapu sampai
membersihkan debu-debu ruangan. Cahaya matahari dapat masuk ke dalam
rumah, lampu tidak perlu dinyalakan pada siang hari. Jika jendela dibuka maka
udara dalam rumah tidak pengap. Sumber air bersih berasal dari sumur dengan
jarak arak septic tank dengan wc ± 10 m.
5
• Riwayat Kehamilan dan Pemeriksaan Prenatal
Panjang lahir: 48 cm
Kelahiran
Lingkar kepala: ibu pasien tidak ingat
6
antenatal baik, neonatus aterm, bayi berat lahir cukup, lahir
normal, bayi dalam keadaan bugar.
Ibu dengan P1A0., pasien adalah anak pertama yang berusia 15 tahun
berjenis kelamin perempuan.
a) Pertumbuhan
➢ Berat badan lahir : 3200 gram
➢ Panjang badan lahir : 48 cm
➢ Berat badan sekarang : 36 kg
➢ Tinggi badan sekarang : 150 cm
b) Perkembangan :
➢ Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
➢ Motorik Kasar
o Tengkurap : 4 bulan
o Duduk tanpa bantuan : 7 bulan
o Berdiri : 9 bulan
o Berjalan : 12 bulan
o Mengucapkan satu kata : 7 bulan
➢ Motorik halus
o Mencoret-coret : 1 tahun
o Menggambar : 3 tahun
Selebihnya ibu pasien lupa.
7
➢ Bahasa
o Berbicara lancar : 2,5 tahun
Selebihnya ibu pasien lupa.
➢ Personal sosial
o Makan sendiri : 8 bulan
o Membuka pakaian : 1,5 tahun
o Memakai baju sendiri : 2 tahun
0–2 ASI - - -
2–4 ASI - - -
ASI + Susu
6-8 Buah Bubur Tim -
formula
ASI + Susu
8 – 10 Buah Bubur Tim Nasi Tim
Formula
ASI +Susu
10-12 Buah Bubur Tim Nasi Tim
Formula
b) Food recall
8
Daging 1 kali/minggu 1 potong
Riwayat Imunisasi
VAKSIN Dasar Ulangan
BCG 1 bln
Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. K
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 28 tahun 25 tahun
Pendidikan terakhir SD SD
Suku Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
9
• Silsilah Keluarga
Perempuan
Laki-Laki
Meninggal
Pasien
Tingal serumah
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 27 Desember 2019, pukul 11.00 WIB, di
Kamar D Ruang Puspanidra RSU Kardinah Tegal
I. Keadaan Umum
Compos mentis, tampak Sakit sedang
10
III. Data Antropometri
Berat badan sekarang : 36 kilogram
Berat Badan 3 bulan sebelumya : 36 kilogram
Tinggi badan sekarang : 150 cm
Lingkar Kepala sekarang : 55 cm
Lingkar lengan atas : 20 cm
IV. Status Generalis
• Kepala : Normosefali
o Paru :
▪ Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan – kiri. Sternum dan iga
dalam batas normal. Retraksi (-). Gerak napas simetris, tidak ada
hemithotax yang tertinggal.
11
▪ Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-),
gallop (-)
• Abdomen :
• Ekstremitas:
12
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium Darah
13
MCV 73.9 U 80 – 96
MCH 25.6 Pcg 28 – 33
MCHC 34.6 g/dl 33 – 36
E. PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Data antropometri
Anak Perempuan usia 15 tahun
Berat badan sekarang : 36 kilogram
Tinggi badan sekarang : 150 cm
Lingkar Kepala sekarang : 55 cm
Lingkar lengan atas : 20 cm
14
c. Pemeriksaan Status Gizi (Kurva CDC)
Kurva Longitudinal
15
d. Marshall dan Tanner menyusun tahap perkembangan pubertas anak perempuan
seperti pada tabel di bawah ini :
F. RESUME
Pasien perempuan usia 15 tahun datang ke Poli anak pada hari Jum’at, Tanggal
27 desember 2019 diantar oleh ibunya dengan keluhan pasien tampak pucat dan
cepat merasa lemas sejak 1 minggu SMRS. Lemas sering dirasakan apabila anak
sedang melakukan aktifitas ringan di sekolah maupun saat bermain dengan teman-
temanya.
Pada tanggal 27 desember 2019, saat ibu membawa pasien ke poli, disarankan
untuk melakukan pemeriksaan darah dan didapatkan hasil Hb 5.5 g/dL, disarankan
untuk rawat inap. Satu tahun yang lalu pasien sempat di bawa ke IGD dengan
16
keluhan sering merasa lemas, dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis anak dan
didapatkan hasil diagnosis bahwa pasien menderita penyakit thalassemia Mayor,
pasien sudah 6 kali melakukan transfuse darah selama tahun 2019.
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 28 Desember 2019, pukul 11.00 WIB.
Keadaan Umum : Compos mentis, tampak Sakit sedang, Tekanan darah : 110/70
mmHg, Nadi : 75 x/menit reguler, kuat, isi cukup, Laju nafas: 21 x/menit reguler
Suhu: 36,7oC, diukur pada Axilla, SpO2 : 98 %, Berat badan sekarang: 36 kilogram,
Tinggi badan sekarang : 150 cm, Lingkar Kepala sekarang: 55 cm, Lingkar lengan
atas : 20 cm.
G. DAFTAR MASALAH
Subjektif
a. Lemas dan pucat
b. Penurunan nafsu makan
c. Riwayat Thalassemia mayor (+)
Objektif
d. Konjungtiva anemis
e. Facies cooley
f. Hepatomegali (3 jari dibawah arcus costae)
g. Splenomegali (Schuffner II-III)
h. Anemia
i. Penurunan hematokrit
17
H. DIAGNOSIS BANDING
I. DIAGNOSIS KERJA
- Thalasemia
J. PEMERIKSAAN ANJURAN
• Pemeriksaan ferritin
• Hb Elektroforesis
• Analisis DNA
K. PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa
• Rawat inap di bangsal untuk monitor tanda vital dan keadaan umum
• Tirah baring (bed rest)
• Edukasi menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit pasien,
pengobatan dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi.
b. Medikamentosa
• Infus NaCl 0.9% 10 Tetes per menit
• Transfusi PRC 3x
- I. 250 mL dalam 4 jam
- II. 250 mL dalam 4 Jam
-III. 250 mL dalam 4 jam
• Inj. Furosemid 15 mg (tiap post Transfusi)
• P.O Exjade 1x1 tab
18
L. PROGNOSIS
M. Follow Up
1) Tanggal 27 Desember 2019 [POLI → PUSPANIDRA] Pukul 12.15
HP : 2 Hari HS : 7 Hari BB : 36 kg
S Pucat (+) 7 hari , lemas (+),demam (-) muntah (-) batuk (-) nafsu
makan menurun, BAK & BAB normal,
Keadaan Umum : compos mentis, tampak sakit sedang
TD : 110/70 mmHg HR : 75 x/menit SpO2 : 98 %
RR : 21 x/menit T : 36,7˚C
Status Generalis
Kepala: Normosefali
19
2) Tanggal 28 Desember 2019 [PUSPANIDRA] Pukul 09.00
HP : 2 Hari HS : 8 Hari BB : 36 kg
S Pucat (+) , lemas (+),demam (-) muntah (-) batuk (-) nafsu
makan menurun, BAK & BAB normal,
Keadaan Umum : compos mentis, tampak sakit sedang
TD : 110/80 mmHg HR : 85 x/menit SpO2 : 98 %
RR : 22 x/menit T : 37,2˚C
Status Generalis
Kepala: Normosefali
20
3) Tanggal 30 Desember 2019 [PUSPANIDRA] Pukul 08.30
HP : 4Hari HS : 10 Hari BB : 36 kg
S Pucat (+) , lemas (berkurang),demam (-) muntah (-) batuk (-)
nafsu makan membaik, BAK & BAB normal,
Keadaan Umum : compos mentis, tampak sakit sedang
TD : 110/80 mmHg HR : 79 x/menit SpO2 : 98 %
RR : 21 x/menit T : 36,9˚C
Status Generalis
Kepala: Normosefali
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Thalssemia
Thalassemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh
kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna.
Tubuh tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah
merah mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah
anemia.
Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna
merah pada eritrosit. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan
globin. Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin adalah suatu protein yang terdiri
dari rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2 rantai
alfa (α) dan 2 rantai beta (β) yang meliputi HbA (α2β2 = 97%), sebagian lagi
HbA2 (α2δ2 = 2,5%) sisanya HbF (α2ƴ2 = 0,5%).
22
kelainan maka disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat
thalassemia tampak normal atau sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen
dalam keadaan normal dan dapat berfungsi dengan baik dan jarang memerlukan
pengobatan. Kelainan gen globin yang terjadi pada kedua kromosom,
dinamakan penderita thalassemia mayor yang berasal dari kedua orang tua yang
masing-masing membawa sifat thalassemia. Proses pembuahan, anak hanya
mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya.
Satu dari orang tua menderita thalasemia trait/bawaan maka kemungkinan 50%
sehat dan 50% thalasemia trait. Kedua orang tua thalasemia trait maka
kemungkinan 25% anak sehat, 25% anak thalasemia mayor dan 50% anak
thalasemia trait.
II. Klasifikasi
Thalassemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu
thalasemia alfa dan thalasemia beta.
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin
rantai alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :
a. Silent Carrier State
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak timbul gejala
sama sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang
tampak lebih pucat.
23
b. Alfa Thalasemia Trait
c. Hb H Disease
24
- Silent Carrier Thalassemia-α
Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya
ditemukan secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-
Amerika. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen α yang terletak
pada kromosom 16.
Pada tipe silent carrier, salah satu gen α pada kromosom 16 menghilang,
menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara hematologis,
hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit yang rendah dalam beberapa
pemeriksaan.
Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan
elektroforesis Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih. Bisa
juga dicari akan adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga ( misalnya
orangtua) untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah lengkap pada salah
satu orangtua yang menunjukkan adanya hipokromia dan mikrositosis tanpa
penyebab yang jelas merupakan bukti yang cukup kuat menuju diagnosis
thalasemia.
- Trait Thalassemia-α
Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah
merah yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen α pada satu
kromosom 16 atau satu gen α pada masing-masing kromosom. Kelainan ini
sering ditemukan di Asia Tenggara, India dan Timur Tengah.
Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (γ4) dapat
ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak
terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.
25
- Penyakit Hb H
Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin α, merepresentasikan
thalassemia-α intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali,
ikterus dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah
tepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah
merah yang diinklusi oleh rantai tetramer β (Hb H) yang tidak stabil dan
terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball.
Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz bodies.
• Thalassemia-α Mayor
Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen
globin-α, disertai dengan tidak ada sintesis rantai α sama sekali. Karena Hb F,
Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai α, maka tidak satupun dari Hb
ini terbentuk. Hb Barts (γ4) mendominasi pada bayi yang menderita dan karena
γ4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi itu mengalami hipoksia
berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb embrional normal (Hb
Portland = ζ2γ2) yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen.
Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang
lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik,
dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang dapat hidup
dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat bergantung
dengan transfusi.
26
• Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai
globin beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :
a. Beta Thalasemia Trait
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi.
Penderita mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang
mengecil (mikrositer).
b. Thalasemia Intermedia.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa produksi sedikit rantai
beta globin. Penderita mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari
derajat mutasi gen yang terjadi.
c.Thalasemia Mayor.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi
rantai beta globin. Gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa
anemia yang berat. Penderita thalasemia mayor tidak dapat membentuk
hemoglobin yang cukup sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan
ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan akan menyebabkan kekurangan O2, gagal
jantung kongestif, maupun kematian. Penderita thalasemia mayor memerlukan
transfusi darah yang rutin dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.
27
juga dapat terlihat, tergantung pada mutasi genetik yang mendasarinya.
Manifestasi klinis thalassemia-β minor biasanya ringan, dan umumnya pasien
memiliki kualitas hidup yang baik. Anemia secara klinis tidak signifikan dan tidak
memerlukan perlakuan khusus, kadang-kadang dilaporkan adanya splenomegaly,
perubahan tulang ringan, ulkus pada kaki atau cholelithiasis¹⁹. Kedua orang tua
yang memiliki pembawa sifat β-thalassemia, maka akan melahirkan ana-anak 25%
normal, 25% βthalassemia mayor dan 50% β-thalassemia trait¹⁹˒³⁰
2. Thalassemia-β Intermedia
28
kegagalan dalam pertumbuhan ,kurus yang tidak dapat kembali seperti semula
kecuali apabila dilakukan transfusi reguler sebelum umur 6 atau 7 tahun.
29
Gambar 7. Splenomegali pada thalassemia
Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat
atau tidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang
disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung,
termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh
siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal.
Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia-β° homozigot
yang tidak ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan mikrositosis
berat, banyak ditemukan poikilosit yang terfragmentasi aneh (sel bizarre) dan
sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi, terutama
setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik yang merupakan presipitasi
kelebihan rantai α, juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun secara cepat
menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat transfusi. Kadar serum besi tinggi dengan
saturasi kapasitas pengikat besi (iron binding capacity). Gambaran biokimiawi
yang nyata adalah adanya kadar HbF yang sangat tinggi dalam eritrosit.
III. Epidemiologi
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari
thalassemia. Fakta ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit
turunan yang terbanyak menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat
pada hampir seluruh negara di dunia. Beberapa tipe thalassemia lebih umum
terdapat pada area tertentu di dunia. Thalassemia-β lebih sering ditemukan di
negara-negara Mediteraniam seperti Yunani, Itali dan Spanyol. Banyak pulau-
pulau Mediterania seperti Ciprus, Sardinia, dan Malta, memiliki insidens
thalassemia-β mayor yang tinggi secara signifikan. Thalassemia-β juga umum
ditemukan di Afrika Utara, India, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Sebaliknya,
30
thalassemia-α lebih sering ditemukan di Asia Tenggara, India, Timur Tengah,
dan Afrika.
Usia
Meskipun thalassemia merupakan penyakit turunan (genetik), usia saat
timbulnya gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan klinis
pada pasien dengan kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik pada
pembawa (carrier) tampak jelas pada saat lahir. Ditemukannya hipokromia dan
mikrositosis yang tidak jelas penyebabnya pada neonatus, digambarkan di
bawah ini, sangat mendukung diagnosis.
32
tersebut dikategorikan sebagai thalassemia-β intermedia. Situasi ini biasanya
terjadi jika pasien mengalami mutasi yang lebih ringan.
IV. Patofisiologi
Thalassemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari
gangguan produksi rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai
globin tertentu (α,β,γ,δ) akan menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan
ketidakseimbangan dengan terjadinya produksi rantai globin lain yang normal.
Karena dua tipe rantai globin (α dan non-α) berpasangan antara satu
sama lain dengan rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan
terjadi produksi berlebihan dari rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi
rantai tersebut di dalam sel menyebabkan sel menjadi tidak stabil dan
memudahkan terjadinya destruksi sel. Ketidakseimbangan ini merupakan suatu
tanda khas pada semua bentuk thalassemia. Karena alasan ini, pada sebagian
besar thalassemia kurang sesuai disebut sebagai hemoglobinopati karena pada
tipe thalassemia tersebut didapatkan rantai globin normal secara struktural dan
juga karena defeknya terbatas pada menurunnya produksi dari rantai globin
tertentu.
Tipe thalassemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi.
Reduksi bervariasi dari mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama
sekali (complete absence). Sebagai contoh, apabila rantai β hanya sedikit
diproduksi, tipe thalassemia-nya dinamakan sebagai thalassemia-β+, sedangkan
tipe thalassemia-β° menandakan bahwa pada tipe tersebut rantai β tidak
diproduksi sama sekali. Konsekuensi dari gangguan produksi rantai globin
mengakibatkan berkurangnya deposisi Hb pada sel darah merah
(hipokromatik). Defisiensi Hb menyebabkan sel darah merah menjadi lebih
kecil, yang mengarah kegambaran klasik thalassemia yaitu anemia hipokromik
mikrositik. Hal ini berlaku hampir pada semua bentuk anemia yang disebabkan
oleh adanya gangguan produksi dari salah satu atau kedua komponen Hb : heme
atau globin. Namun hal ini tidak terjadi pada silent carrier, karena pada
penderita ini jumlah Hb dan indeks sel darah merah berada dalam batas normal.
Pada tipe trait thalassemia-β yang paling umum, level Hb A2 (δ2/α2)
biasanya meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan rantai
δ oleh rantai α bebas yang eksesif, yang mengakibatkan terjadinya kekurangan
33
rantai β adekuat untuk dijadikan pasangan. Gen δ, tidak seperti gen β dan α,
diketahui memiliki keterbatasan fisiologis dalam kemampuannya untuk
memproduksi rantai δ yang stabil dengan berpasangan dengan rantai α, rantai δ
memproduksi Hb A2 (kira-kira 2,5-3% dari total Hb). Sebagian dari rantai α
yang berlebihan digunakan untuk membentuk Hb A2, dimana sisanya (rantai α)
akan terpresipitasi di dalam sel, bereaksi dengan membran sel, mengintervensi
divisi sel normal, dan bertindak sebagai benda asing sehingga terjadinya
destruksi dari sel darah merah. Tingkat toksisitas yang disebabkan oleh rantai
yang berlebihan bervariasi berdasarkan tipe dari rantai itu sendiri (misalnya
toksisitas dari rantai α pada thalassemia-β lebih nyata dibandingkan toksisitas
rantai β pada thalassemia-α).
Dalam bentuk yang berat, seperti thalassemia-β mayor atau anemia
Cooley, berlaku patofisiologi yang sama dimana terdapat adanya substansial
yang berlebihan. Kelebihan rantai α bebas yang signifikan akibat kurangnya
rantai β akan menyebabkan terjadinya pemecahan prekursor sel darah merah di
sumsum tulang (eritropoesis inefektif).
34
dibentuk dari α2γ2 dan Hb dewasa primer (Hb A) dibentuk dari α2β2. Hb
fisiologis yang ketiga, Hb A2, dibentuk dari rantai α2δ2.
Patofisiologi Seluler
Kelainan dasar dari semua tipe thalassemia adalah ketidakseimbangan
sintesis rantai globin. Namun, konsekuensi akumulasi dari produksi rantai
globin yang berlebihan berbedabeda pada tiap tipe thalassemia. Pada
thalassemia-β rantai α yang berlebihantidak mampu membentuk Hb tetramer
terpresipitasi di dalam prekursor sel darah merah dan, dengan berbagai cara
menimbulkan hampir semua gejala yang bermanifestasi pada sindroma
thalassemia-β, situasi ini tidak terjadi pada thalassemia-α.
Rantai globin yang berlebihan pada thalassemia-α adalah rantai γ pada
tahun-tahun pertama kehidupan dan rantai β pada usia yang lebih dewasa.
Rantai-rantai tipe ini relative bersifat larut sehingga mampu membentuk
homotetramer yang, meskipun relatif tidak stabil, mampu tetap bertahan
(viable) dan dapat memproduksi molekul Hb seperti Hb Bart (γ4) dan Hb H
(β4). Perbedaan dasar pada dua tipe utama ini mempengaruhi perbedaan besar
pada manifestasi klinis dan tingkat keparahan dari penyakit ini.
Rantai α yang terakumulasi di dalam prekursor sel darah merah bersifat
tidak larut (insoluble), terpresipitasi di dalam sel, berinteraksi dengan membran
sel (mengakibatkan kerusakan yang signifikan), dan mengganggu divisi sel.
35
Kondisi ini menyebabkan terjadinya destruksi intramedular dari prekursor sel
darah merah. Sebagai tambahan, sel-sel yang bertahan yang sampai ke sirkulasi
darah perifer dengan intracellular inclusion bodies (rantai yang berlebih) akan
mengalami hemolisis; hal ini berarti bahwa baik hemolisis maupun eritropoesis
inefektif menyebabkan anemia pada penderita dengan thalassemia-β.
Kemampuan sebagian sel darah merah untuk mempertahankan produksi
dari rantai γ, yang mampu untuk berpasangan dengan sebagian rantai α yang
berlebihan untuk membentuk Hb F, adalah suatu hal yang menguntungkan.
Ikatan dengan sebagian rantai berlebih tidak diragukan lagi dapat mengurangi
gejala dari penyakit dan menghasilkan Hb tambahan yang memiliki
kemampuan untuk membawa oksigen.
Selanjutnya, peningkatan produksi Hb F sebagai respon terhadap
anemia berat, menimbulkan mekanisme lain untuk melindungi sel darah merah
pada penderita dengan thalassemia-β. Peningkatan level Hb F akan
meningkatkan afinitas oksigen, menyebabkan terjadinya hipoksia, dimana
bersama-sama dengan anemia berat akan menstimulasi produksi dari
eritropoetin. Akibatnya, ekspansi luas dari massa eritroid yang inefektif akan
menyebabkan ekspansi tulang berat dan deformitas. Baik penyerapan besi dan
laju metabolisme akan meningkat, berkontribusi untuk menambah gejala klinis
dan manifestasi laboratorium dari penyakit ini. Sel darah merah abnormal dalam
jumlah besar akan diproses di limpa, yang bersama-sama dengan adanya
hematopoesis sebagai respon dari anemia yang tidak diterapi, akan
menyebabkan splenomegali masif yang akhirnya akan menimbulkan terjadinya
hipersplenisme.
Apabila anemia kronik pada penderita dikoreksi dengan transfusi darah
secara teratur, maka ekspansi luas dari sumsum tulang akibat eritropoesis
inefektif dapat dicegah atau dikembalikan seperti semula. Memberikan sumber
besi tambahan secara teori hanya akan lebih merugikan pasien. Namun, hal ini
bukanlah masalah yang sebenarnya karena penyerapan besi diregulasi oleh dua
faktor utama : eritropoesis inefektif dan jumlah besi pada penderita yang
bersangkutan. Eritropoesis yang inefektif akan menyebabkan peningkatan
absorpsi besi karena adanya downregulation dari gen HAMP yang
memproduksi hormone hepar yang dinamakan hepcidin, regulator utama pada
36
absorpsi besi di usus dan resirkulasi besi oleh makrofag. Hal ini terjadi pada
penderita dengan thalassemia intermedia.
Dengan pemberian transfusi darah, eritropoesis yang inefektif dapat
diperbaiki, dan terjadi peningkatan jumlah hormon hepcidin; sehingga
penyerapan besi akan berkurang dan makrofag akan mempertahankan kadar
besi.
Pada pasien dengan iron overload (misalnya hemokromatosis), absorpsi
besi menurun akibat meningkatnya jumlah hepsidin. Namun, hal ini tidak
terjadi pada penderita thalassemia-β berat karena diduga faktor plasma
menggantikan mekanisme tersebut dan mencegah terjadinya produksi hepsidin
sehingga absorpsi besi terus berlangsung meskipun penderita dalam keadaan
iron overload.
Efek hepsidin terhadap siklus besi dilakukan melalui kerja hormon lain
bernama ferroportin, yang mentransportasikan besi dari enterosit dan makrofag
menuju plasma dan menghantarkan besi dari plasenta menuju fetus. Ferroportin
diregulasi oleh jumlah penyimpanan besi dan jumlah hepsidin. Hubungan ini
juga menjelaskan mengapa penderita dengan thalassemia-β yang memiliki
jumlah besi yang sama memiliki jumlah ferritin yang berbeda sesuai dengan
apakah mereka mendapat transfusi darah teratur atau tidak. Sebagai contoh,
penderita thalassemia-β intermedia yang tidak mendapatkan transfusi darah
memiliki jumlah ferritin yang lebih rendah dibandngkan dengan penderita yang
mendapatkan transfuse darah secara teratur, meskipun keduanya memiliki
jumlah besi yang sama.
Kebanyakan besi non-heme pada individu yang sehat berikatan kuat
dengan protein pembawanya, transferrin. Pada keadaan iron overload, seperti
pada thalassemia berat, transferrin tersaturasi, dan besi bebas ditemukan di
plasma. Besi ini cukup berbahaya karena memiliki material untuk memproduksi
hidroksil radikal dan akhirnya akan terakumulasi pada organ-organ, seperti
jantung, kelenjar endokrin, dan hati, mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
organ-organ tersebut (organ damage).
37
V. Gejala klinis
Penderita thalasemia memiliki gejala yang bervariasi tergantung jenis rantai asam
amino yang hilang dan jumlah kehilangannya. Penderita sebagian besar mengalami
anemia yang ringan khususnya anemia hemolitik.
Keadaan yang berat pada beta-thalasemia mayor akan mengalami anemia karena
kegagalan pembentukan sel darah, penderita tampak pucat karena kekurangan
hemoglobin. Perut terlihat buncit karena hepatomegali dan splenomegali sebagai akibat
terjadinya penumpukan Fe, kulit kehitaman akibat dari meningkatnya produksi Fe, juga
terjadi ikterus karena produksi bilirubin meningkat. Gagal jantung disebabkan
penumpukan Fe di otot jantung, deformitas tulang muka, retrakdasi pertumbuhan,
penuaan dini.
VI. Diagnosis
Penderita pertama datang dengan keluhan anemia/pucat, tidak nafsu makan dan
perut membesar. Keluhan umumnya muncul pada usia 6 bulan, kemudian dilakukan
pemeriksaan fisis yang meliputi bentuk muka mongoloid (facies Cooley), ikterus,
gangguan pertumbuhan, splenomegali dan hepatomegali. Pemeriksaan penunjang
laboratorium yang dilakukan meliputi : Hb bisa sampai 2-3 g%, gambaran morfologi
eritrosit ditemukan mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan
makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-
Jolly, poikilositosis dan sel target. Pemeriksaan khusus juga diperlukan untuk
menegakkan diagnosis meliputi : Hb F meningkat 20%-90%, elektroforesis Hb.
-Index Mentzer
Ketepatan diagnosis yang tinggi dalam membedakan Thalassemia dengan anemia
defisiensi besi adalah indeks RDW (88.14%), dan diikuti oleh indeks Mentzer
(86,85%). Indeks Mentzer didapat dari hasil hitung darah lengkap (Complete Blood
Count/ CBC). Jika Indeks Mentzer (MCV/ RBC) <13 maka diindikasikan sebagai
thalassemia minor, tapi jika hasilnya ≥13 maka diindikasikan sebagai anemia defisiensi
besi.
38
Diagnosis thalassemia ditegakkan berdasarkan kriteria:
• Anamnesis
Dalam mendiagnosa thalassemia sangat penting mengetahui tentang
riwayat penderita dan keluarga, karena ada beberapa populasi dengan ras
etnik tertentu memiliki frekuensi yang tinggi untuk jenis gen abnormal
thalassemia.
• Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita thalassemia dapat dijumpai adanya
tanda pucat yang menunjukkan adanya anemia, ikterus adanya pembesaran
organ seperti splenomegali, hepatomegali, dan skeletal formation³⁰˒³⁴.
• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi, pemeriksaan darah lengkap
(complete blood count/CBC), khususnya memeriksa nilai eritrosit rerata
seperti Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean corpuscular hemoglobin
(MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC), Red
Blood Cell Distribution Width (RDW). Pada pasien thalassemiaα maupun
thalassemia-β menunjukan nilai MCV dan MCH yang rendah (Mikrositer
hipokrom) dan mengalami anemia. Pada kasus β-thalassemia trait
mengalami anemia yang ringan³⁵˒³⁶. Pemeriksaan laboratorium pada
thalassemia diperlukan juga evaluasi sediaan hapusan darah tepi, badan
inklusi HbH serta analisa hemoglobin dengan pemeriksaan hemoglobin
elektroforesis dengan menilai kadar HbA2 dan kadar HbF. Kuantitasi
HbA2 yang meningkat >3,5% mengidentifikasi suatu β-thalassemia trait ¹⁰.
Analisa hemoglobin selain hemoglobin elektroforesis yaitu dengan
menggunakan HPLC. Mutasi yang terjadi sehingga mengakibatkan
diagnosis negatif palsu, maka pemeriksaan analisa genetik sangat
diperlukan.
VII. Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan
lanjut setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak
diberikan kecuali memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera
dihentikan apabila nilai Hb yang potensial pada penderita tersebut telah
39
tercapai. Diperlukan konseling pada semua penderita dengan kelainan genetik,
khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga yang berisiko untuk terkena
penyakit thalassemia berat.
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen
transfusi darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup.
Transfusi darah harus dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami
gejala dan setelah periode pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat
mempertahankan nilai Hb dalam batas normal tanpa transfusi.
1. Transfusi Darah
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada
level 9 - 9.5 gr/dL sepanjang waktu. Pada pasien yang membutuhkan
transfusi darah reguler, maka dibutuhkan suatu studi lengkap untuk
keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut meliputi fenotip sel darah
merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan hepatitis. Darah
yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit, 10-15 mL/kg PRC dengan
kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen
yang adekuat untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan.
Pertimbangkan pemberikan asetaminofen dan difenhidramin sebelum
transfusi untuk mencegah demam dan reaksi alergi.
Metode Rule of Five jika Hb 5-7 g/dL transfusi 5 ml/kgBB/kali selama
3-4 jam dengan kecepatan 5 ml/kgBB/jam. Selang waktu 12 jam diberikan
transfusi 10-15 ml/kgBB/kali dalam 2 jam.
a. Komplikasi Transfusi Darah
Komplikasi utama dari transfusi adalah yang berkaitan dengan transmisi
bahan infeksius ataupun terjadinya iron overload. Penderita thalassemia
mayor biasanya lebih mudah untuk terkena infeksi dibanding anak normal,
bahkan tanpa diberikan transfusi. Beberapa tahun lalu, 25% pasien yang
menerima transfusi terekspose virus hepatitis B. Saat ini, dengan adanya
imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang. Virus Hepatitis C (HCV)
merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia di atas 15 tahun
dengan thalassemia. Infeksi oleh organisme opurtunistik dapat menyebabkan
demam dan enteriris pada penderita dengan iron overload, khususnya
mereka yang mendapat terapi khelasi dengan Deferoksamin (DFO). Demam
40
yang tidak jelas penyebabnya, sebaiknya diterapi dengan Gentamisin dan
Trimetoprim-Sulfametoksazol.
41
c. Hemosiderosis
d. Hemokromatosis
42
kerusakan hati. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hepatomegali,
pada stadium lanjut dapat terjadi sirosis yang ditandai dengan splenomegali,
ikterus, asites dan edema. Sirosis dapat mengakibatkan kanker hati. Penderita
thalasemia lebih beresiko terkena hemokromatosis sebagai akibat dari
penimbunan zat besi pada hati.
43
4. Terapi Bedah
Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan
pada pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar
besi nontoksik (yaitu fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan
perusakan sel darah merah dan distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu
dipertimbangkan sebelum memutuskan melakukan splenektomi.. Limpa
berfungsi sebagai penyimpanan untuk besi nontoksik, sehingga melindungi
seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan limpa yang terlalu dini dapat
membahayakan. Sebaliknya, splenektomi dibenarkan apabila limpa menjadi
hiperaktif menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan
dengan demikian meningkatkan kebutuhan transfusi darah, menghasilkan lebih
banyak akumulasi besi.
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih
dari 200-250 mL/kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr /
dL karena dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.
44
5. Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal dengan suplemen sebagai
berikut : asam folat, asam askorbat dosis rendah dan alfa-tokoferol. Sebaiknya
zat besi tidak diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari.
Kopi dan teh diketahui dapat membantu mengurangi penyerapan zat besi di
usus.
6. Skrining
Dapat dilakukan skrining premarital dengan menggunakan pedigree.
Atau bisa juga dilakukan pemeriksaan terhadap setiap wanita hamil berdasar
ras, melalui ukuran eritrosit, kadar Hb A2 (meningkat pada thalassemia-β). Bila
kadarnya normal, pasien dikirim ke pusat yang bisa menganalisis rantai α.
7. Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia.
Seperti dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat
bervariasi dari ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
45
DAFTAR PUSTAKA
46