Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

“ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI BERMAIN GAME UNTUK MENGURANGI


KECEMASAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH AKIBAT HOSPITALI

DI SUSUN OLEH:MONALISA MUNSTER

NIM:PO7120317084

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

TA.2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKNG
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak
dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologi. Struart dan
laraia ( 2001) mengatakan kecemasaan adalah keadaan emosi yang tidak
memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini di alami secara subjektif. Salah
satu kecemasaan pada anak – anak adalah saat menjalani pengobatan di
fasilitas kesehatan. Tindakan pengobatan ( rawat jalan ) yang harus di jalani
membuat anak-anak menjadi stress dan takut. Reaksi yang sering di
munculkan saat anak-anak menjalani pengobatan di fasilitas kesehatan
adalah menagis,cemas, gelisah, dan tidak kooperatif dengan petugas
kesehatan.
Hasil riset kesehatan dasar ( Riskesdas) Indonesia tahun 2013 menujukan
bahwa proporsi balita yang menjalani rawat jalan di berbagai fasilitas
kesehatan adalah 16,9% dan merupakan kelompok dan proporsi tertinggi
yang melakukan rawat jalan. Angka cakupan pelayanan kesehatan anak
balita di provisi Aceh sebesar 68,35% cakupan pelayanan kesehatan anak
balita di kabupaten pidie adlah sebesar 55,19% yang berate belum mencapai
targey rencana strategis ( Renstra) tahun 2013 yaitu sebesar 83% (
kemenkes RI, 2013).

Ngastiyah ( 2005) menyatakan dalam bukunya perawatan Anak sakit bahwa


pemafaatan fasilitas kesehatan seperti puskesmas untuk pelayanan
kesehatan balita merupakan hal yang penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan balita tersebut. Pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan
sering menjadi pengalaman yang penuh dengan kecemasaan, baik bagi
balita maupun orang tua. Lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan penyebab kecemasaan bagi balita dan orang tua baik lingkungan
fisik fasilitas pelayanan kesehatan seperti bagunan/ ruang pengobatan, alat-
alat , bau yang khas, pakaian putih petugas fasilitas pelayanan kesehatan
maupun lingkungan social seperti sesama pasien balita ataupun interaksi dan
sikap petugas kesehatan itu sendiri sehingga perasaan takut, cemas, tegang,
nyeri dan persaan tidak menyenangkan lainnya sering dialami oleh balita.
Umumnya balita yang bertobat difasilitas pelayanan kesehatan seperti di
puskesmas peukan baro kabupaten pidie sebagian besar tidak kooperatif
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan seperti saat injeksi, dipasang
termormeter, saat perawat datang dengan membawa obat, saat diambil darah
untik dicek laboratorium sebagian besar anak mengeluarkan respon seperti
menagis, meronta- ronta, memeluk ibu, mengajak pulang, dan berteriak.
Merasa takut pada dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya.

Efek pengobatan yang dialami anak saat berobat ke fasilitas pelayanan


kesehatan perlu mendapatkan perhatian dan pemecahaan masalah agar saat
menjalani pengobatan seorang anak mengetahui dan koperatif dalam
menghadapi permasalahan yang terjadi saat pengobatan tersebut.
Reaksi kecemasaan yang ditunjukan anak yang bertindak agresif yaitu
sebagai pertahanan diri dengan mengeluarkan kata- kata medesis dan
membentak serta menutup diri dan tidak kooperatif saat menjalani
pengobatan ( Alifatin, 2003).

Balita memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaan tersebut


dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam
pengobatan. Media yang paleng efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Permainan yang terapeutik yang didasari oleh pandangan bahwa bermain
bagi anak merupakan aktifitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan
tumbuh kembang anak dan memungkinan untuk menggali,
mengekspresiakan perasaan dan pikiran serta mangalihkan perasaan nyeri
dan juga reaksi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian
integral dari pelayanan kesehatan anak di fasilitas pelayanan kesehatan (
Brennan, 1994 dalam supartini, 2004)

Terapi bermain diyakini amampu menghilangankan Batasan, hambatan


dalam diri, kecemasaan, frutasi serta mempunyai masalah emosi dengan
tujuan mangubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku
yang diharapkan dan anak sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan
mudah diajak kerjasama ketika menjalani pengobatan ( Nurjaman , 2006
dalam Mulyaman, 2008).

Kecemasaan merupakan perasaan yang paling umum yang dialami anak saat
bertobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Kecemasaan yang sering dialami
seperti menangis, dan takut pada orang baru. Respon kecemaaan anak
tergantung dari situasi saat menjalani pengobatan akan berdampak terhadap
tingkat kooperatif anak terhadap pengobatan dan perawatan yang diberiakan
apabila tidak diatasi salah satunya dengan terapi bermain ( Hurlock, 2011).

Penelitian efektifitas terapi bermain pernah dilakukan oleh Suryani, dkk


(2011), yaitu tentang pengaruh terapi bermain mewarnai dan origami
terhadap tingkat kecemasaan sebagai efek hospitalisasi pada usia pra
sekolah di RSUD dr. R Geotheng tarunadibrata purbalingga. Penelitian ini
memberikan hasil, yaitu frekuensi tingkat kecemasaan yang diderita anak usia
pra sekolah yang terbanyak dalaah dengan tingkat kecemasaan sedang
sebanyak 16 anak ( 53,3%) selanjutnya hasil Analisa bivariat diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara tingkat kecemasaan yang dialami anak sebelum
dilakukan terapi bermain ( mewarnai dan argami) dan sesudah dilakukan
terapi bermain ( mewarnai dan orgami) dan sesudah dilakukan terapi bermain
( mewarnai dan orgami ) yaitu dengan p= 0,0001 pada singnitifkan a=0,05.

Penelitiannya lainnya seperti yang dilakukan oleh handayani dan puspitari (


2008) tentang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak usia
3-5 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Pantih Rapih yongyakarta. Hasil
penelitian menujukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kooperatif yang
singifitifkan pada usia anak pra sekolah yang dirawat antara sebelum dengan
sesudah pemberian terapi bermain dengan nilai p= 0,000 dan a=0,05. Hasil
penelitian juga menujukan bahwa anak lebih kooperatif terhadap pengobatan
dan perawatan setelah diberiakan terapi bermain.
Perbedaan antara penelitian Suryati,ddk ( 2001) serta Hadayanti dan
puspitasari ( 2008) dengan penelitian ini adalah pada lokasi penelitian, yaitu
pada penelitian di atas lokasi penelitian diruang rawat inap sedangkan pada
penelitian ini dilakukan di puskesmas. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantatif dengan menggunakan desain quasi experiment melalui pendekatan
pre-post test desigen without controlling, yaitu mengatahui perbedaan tingkat
kecemasaan pada anak usia pra sekolah ( 3- 5 tahun ) sebelum dan sesudah
diberikan terapi beramain, hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan
statistic parametric, yaitu uji paired sampel test.

Berdasarkan data dari bulan Oktober 2014 sampai September 2015 jumlah
kunjungan anak usia 3 -5 tahun ke puskesmas peukan baro kab. Pidie adalah
300 anak. Melihat pentingnya terapi bermain untuk mengurangi kecemasaan
pada anak usia pra sekolah yang bertobat ke puskesmas, maka peneliti
tertarik untuk mengatahui pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
kecemasaan pada anak usia 3-5 tahun yang bertobat di puskesmas peukan
baro kabupaten padie tahun 2017.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang twlah diuraikan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah asuhan keperawatan melalui terapi mermain game untuk
mengurangi tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di
Ruang Melati RSUD Masohi

1.3. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan proposal adalah menggambarkan asuhan


keperawatan melalui terapi bermain game untuk mengurangi tingkat kecemasan
pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di Ruang MelatiRSUD Masohi

1.4. Manfaat penulisan

Penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1.4.1. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat memberikan


pengetahuan dan manfaat kepada masyarakat terutama pada anak
agar kecemasanya dapat terkontrol.
1.3.2. Bagi pembagunan ilmu dan teknologi keperawatan Menabah
keluasan ilmu dan teknologi melalui terapi bermain game untuk
mengurangi tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah akibat
hospitalisasi

Anda mungkin juga menyukai