Anda di halaman 1dari 9

PATOFISIOLOGI.

Penggunaan obat-obatan dapat berpengaruh buruk terhadap proses


pertumbuhan dan perkembangan fisik yang merupakan ciri-ciri masa pubertas. Misalnya, seperti remaja
putri yang menggunakan heroin menderita amenores sekunder, bahkan dalam keadaan tidak ada penurunan
berat badan. Jumlah penderita ketidaknormalan haid yang tinggi pada remaja pengguna heroin mungkin
merupakan akibat dari hyperchalamic-pituitary-ovarian axis yang lebih peka pada individu yang berada
pada proses pendewasaan. Eksperimen dengan nalokson, antagonis dan opium, menunjukkan bahwa opium
endogen menghalangi pelepasan hormone pelepas gonadotoprin. Amfetamin mempengaruhi tahap ke-4 dari
tidur dan dapat mengganggu kaitan yang erat antara tidur dan tambahan sekresi gonadotropin selama awal
masa remaja. Proses menghasilkan kalori dari etanol selama puncak pertumbuhan pubertas menghilangkan
protein dari tubuh. Protein penting untuk pertumbuhan otot secara normal.
Metabolism obat-obatan dengan resep tertentu dipengaruhi oleh penyalahgunaan obat terlarang
atau alcohol (table 105-2). Induksi reticulum endoplasma halus hati dengan barbiturate atau alcohol dapat
mempercepat metabolisme dan meningkatkan ekskresi bahan-bahan yang diperlukan dalam proses
glukuronisasi. Sebagai akibat dari metabolism ini, penggunaan barbiturate atau alcohol yang menggunakan
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dapat menjadi rapuh pada kehamilan. Sebaliknta, penggunaan
estrogen meningkatkan resiko intoksikasi alcohol sebagai akibat dari penurunan metabolism etanol. Potensi
adanya interaksi alcohol dan barbiturate juga harus diperhatikan ketika meresepkan obat antikonvulsan.
Timbul sakit perut dan muntah apabila metronidazole dikonsumsi oleh remaja penyalah guna alcohol,
karena adanya efek antagonis alcohol terhadap asetaldehid.
Tabel 105-2 Interaksi antara Alkohol dan Obat-Obatan dengan resep

Aditif Toleransi Silang Antagonistik


Asetaminofen Antikoagulan (intoksikasi Kafein
kronis)
Antihipertensi Sefalosporin
Digoksin-digitoksin
Antikoagulan (intoksikasi akut) Kloramfenikol
Eter
Antihistamin Griseofulvin
Anestetik difluorinasi
Barbiturat Ketokonazol
Imipramine
Benzodiazepine Fenformin
Propranolol
Nonsteroid obat-obatan anti
radang Tetrasiklin

Kontrasepsi oral

Fenotiazin

Propoksifen

Salisilat
SEKUELE PSIKOSOSIAL. Remaja dapat terlibat dala perampokan, penyeludupan, penjualan
obat-obatan, atau pelacuran dengan tujuan untuk mendapatkan uang untuk membeli obat-obatan atau
alcohol. Penggunaan obat-obatan apa saja secara tertur pada akhirnya akan menurunkan kemampuan untuk
berfungsi cukup di sekolah, untuk menangani pekerjaan, atau untuk mengendarai sepeda motor. Pada
pengguna marijuana kronis ditemukan sindrom “amotivasional” yaitu kehilangan ketertarikan pada tingkah
laku yang sesuai dengan umurnya.
PENCEGAHAN. Model pencegahan yang relevan dengan masalah penggunaan obata atau
alcohol oleh remaja adalah model yang mempertimbangkan coba-coba menggunakan obat-obatan atau
alcohol yang dilakukan oleh remaja pada saat-saat tertentu pada perkembangan normalnya dan yang
berusaha menunda saat-saat tersebut selama mungkin, untuk membuat penggunaannya sesedikit mungkin
dan sesingkat mungkin, dan untuk mencegah secara total penggunaan obat-obatan selama mengendarai
sepeda motor. Usaha-usaha pendidikan berdasarkan teknik menakut-nakuti telah terbukti tidak berhasil,
sedang pendidikan yang disampaikan secara tidak emosional, pemberian informasi tentang masalah
kesehatan yang timbul karena penggunaan obat-obatan telah memberikan pengaruh. Strategi-strategi yang
mengajari remaja muda untuk menolak tekanan lingkungan untuk merokok, dengan menggunakan teknik
bermain suatu peranan dengan pembimbing lingkungan yang terlatih, berdasarkan sejumlah studi telah
secara nyata menurunkan jumlah perokok.
PENANGANAN. Penanganan akut untuk tiap-tiap agen akan dibahas pada seksi berikutnya.
Terdapat banyak program penanganan kronis, baik dengan rawat inap maupun rawat jalan. Secara umum,
program-program ini belum cukup dievaluasi. Hal-hal penting yang mendukung keberhasilan penanganan
jangka panjang untuk remaja adalah evaluasi medis secara terus-menerus setelah detoksifikasi dan
tersedianya system pendukung psikososial yang sesuai untuk perkembangannya.
105.1 Opium
Penyalahgunaan opium oleh remaja turun selama tahun 1080-an, namun besarnya dan berbagai
ancamannya terhadap kesehatan menyebabkannya terus meminta perhatian. Lebih lagi dengan munculnya
penggunaan opium dalam hubungannya dengan “crack cocain”.
FARMOKOLIGI. Heroin menimbulkan euphoria dan analgesia. Heroin dihidrolisis menjadi
morfin, yang mengalami konjungsi hepatis dengan asam glukuronat sebelum ekskresi, biasanya 24 jam
setelah penggunaan. Heroin dapat dideteksi dalam urin dengan kromatografi lapis tipis hingga 48 jam
setelah penggunaan.
Cara penggunaan mempengaruhi waktu mulainya bekerja. Apabila obat dihirup (“snorting”), efek
yang diinginkan akan muncul setelah hamper 30 menit. Dengan cara subkutan (“skinpopping”), efek
dicapai dalam beberapa menit, dan bila diinjeksikan intravena (“main-lining”), efek diperoleh dengan
segera. Dosis yang lebih besar dapat digunakan secara intravena. Toleransi dikembangkan pada efek
euphoria dan hanya jarang pada efek penghambatan pada otot polos, yang menyebabkan konstpasi dan
miosis.
MANIFESTASI KLINIK. Manifestasi klinik ditentukan oleh efek farmakologi dan heroin atau
turunannya, dikombinasikan dengan kondisi dan cara penggunaan.
Neuromuskular. Efek serebral meliputi euoforia, penggunaan rasa sakit, dan pola
elektroensefalogram seperti dalam keadaan tidur. Efek pada hipotalamus ditandai dengan menurunnya suhu
tubuh. Myelitis transversal dari segmen toraks telah dilaporkan pada penderita yang menggunakan lagi
heroin setelah berpantang selama jangka waktu tertentu, menunjukkan kemungkinan adanya reaksi
hipersensitif. Sindrom Guillain-barre dan amblyopia toksik merupakan efek yang jarang, amblyopia toksik
diperkirakan merupakan akibat dari aditif kina, yang ada pada pecandu heroin. Pleksitis brakhialis dan
lumbosakralis dan polineuropati serta mononeuorpati, yang terakhir ditampakkan dengan persendian kaki
atau persendian tangan yang lunglai, merupakan tanda neurologis peripheral yang paing sering ditemukan.
Rhabdomiolisis akut dengan mioglobinuria dapat timbul setelah injeksi heroin intravena (IV) dan
dimanifestasikan dengan kelemahan otot secara umum, edema, dan kelemahan yang nyata. Fasiitis
nekrotikans merupakan komplikasi yang jarang terjadi setelah injeksi heroin subfasial yang dilakukan
dengan tidak hati-hati. Komplikasi-komplikasi lain yang jarang terjadi adalah kontraktur jari-jari akibat dari
injeksi dan jaringan parut sendi interfalangs medial sampai proksimal pasca injeksi kedalam vena-vena
halus di tangan.
Kardiovaskular. vasodilasi merupakan manifestasi kardiovaskular yang utama yang berkaitan
dengan metode pemasukan obat. Komplikasi yang terjadi sebagai akibat pemberian heroin parenteral adalah
fistua arteriovenosa, thrombosis arteri dan vena, embolisme, arteritis nekrotikans, dan aneurisma mikotik.
Pernapasan. Depresi pernapasan dipengaruhi secara sentral dan ditandai oleh kurang ventilasi
alveolus. Partikel serat katun atau turunan heroin yang tidak larut yang merupakan akibat dari injeksi yang
tidak sengaja menyebabkan granulomotasis dan fibrosis paru, yang dapat berakibat terjadinya hipertensi
pulmonal dan penurunan kapasitas volume dan difusi paru-paru. Edema paru adalah lazim pada kematian
karena sindroma overdosis, tetapi dapat juga sebagai temuan rontgenologis yang kebetulan pada remaja
penyalah guna heroin yang tidak bergejala. Infeksi paru bukan suatu penemuan yang menonjol pada
kelompok usia ini.
Dermatologis. Lesi dermatologis yang biasanya timbul adalah “jejak”, parut linier hipertropik
yang mengikuti jalur pembukuh darah besar. Parut perifer terputus-putus yang lebih kecil, seperti bekas
gigitan serangga, dapat dilihat dengan mudah. Remaja yang menyuntikkan heroin subkutan, dapat
menderita nekrosis berlemak, lipodistrofi, dan atrofi pada bagian-bagian tungkai. Usaha untuk menutupi
stigmata ini termasuk dibuatnya tato secara amatir di tempat yang tidak umum. Biasa ditemui abses
sekunder sebagai akibat dari penggunaan obat dengan teknik yang tidak steril.
Genitourinaria. Ada kehilangan libido; mekanisme tidak diketahui. Pengguna heroin wanita,
untuk membiayai penggunaan heroin, dapat melakukan pelacuran, sehingga meningkatkan risiko terkena
penyakit kelamin (termasuk virus HIV), kehamilan, dan bahaya lain. Retensi urin dapat akibat dari
penurunan tonus otot detrusor.
Gastrointestinal. Konstipasi sebagai akibat dari berkurangnya kontraksi mendorong otot polos dan
meningkatnya tonus sfingter ani. Cara-cara menyembunyikan heroin dalam kondom atau balon yang di
telan daoat menyebabkan gangguan intestinal atau overdosis yang tiba-tiba (sering kali fatal) apabila
kondom atau balonnya sobek. Pada pengguna heroin, aktivitas enzim hati sering meningkat, mayoritas
adalah pada mereka yang secara serologi menunjukkan infeksi virus hepatitis B. elemen hepatitis agresif
kronis pada biopsy dan adanya ketidaknormalan enzim yang terus-menerus menyebabkan prognosis yang
buruk pada beberapa penderita.
Infeksi. Tidak adanya teknik steril pada injeksi dapat menyebabkan mikroabses atau endocarditis
otak, biasanya disebabkan oleh Staphylococus aureus. Komplikasi penggunaan heroin yang lain adalah
infeksi HIV.
105.2 Halusinogen
Beberapa bahan-bahan alamiah dan sintetis telah digunakan remaja karena khasiat
halusinogeniknya. Asam lisergik dietlamida (LSD), yang sangat popular pada tahun 1970-an, tetapi muncul
lagi akhir-akhir ini. Kembalinya LSD menakutkan mungkin diaktifkan lagi dengan demam. Di antara
halusinogen yang popular saat ini, PCP, jamur tertentu, dan rumput jimson dapat menyebabkan keracunan
yang serius dan bahkan kematian.
Pensiklidin
(PCP, Sternil, Debu Malaikat, “Hog”, pil perdamaian, lembaran-lembaran).
PCP adalah suatu arilsikloheksalamin yang kepopulerannya sebagian berkaitan dengan
kemudahannya disintesis pada laboratorium di rumah-rumah. Salah satu hasil samping dari sintesis di
rumah-rumah menyebabkan kejang-kejang, diare, dan hematemesis. Obat ini diduga berpotensi
menimbulkan efek adrenergic dengan menghambat pengambilan kembali katekolamin syaraf. PCP tersedia
dalam bentuk tablet, cairan, atau bubuk, yang dapat digunakan sendirian atau dicampurkan pada rokok.
Bubuk dan tablet biasanya mengandung 2 – 6 mg PCP, sedangkan gabungan rata-rata mengandung 1 mg
tiap 150 mg daun tembakau, atau kira-kira 30 – 5- mg per gabungan.
MANIFESTASI KLINIK. Manifestasi klinik berkaitan dengan dosis. Euphoria, nystagmus,
ataksia, dan kelabilan emosi timbul dalam 2-3 menit setelah merokok 1-5 mg dan berlangsung selama
berjam – jam. Halusinasi dapat meliputi distorsi yang aneh dari tubuh, sering kali berupa reaksi panic.
Dengan dosis 5-15 mg dapat timbul psikosis toksik dengan disorientasi, hipersalivasi, dan meracau selama
lebih dari 1 jam. Setelah penggunaan oral 15 mg atau lebih, penderita biasanya menjadi pingsan dalam
waktu 30-60 menit, yang berganti-ganti dengan periode sadar, sikap distonik, kekakuan otot, atau kejang
mioklonik. Hipotensi, serangan mendadak, dan aritmia jantung biasanya timbul pada kadar 40-200 µg/Dl.
Telah dilaporkan adanya kematian selama delirium psikotik, dari hipetensi, hipotensi, hipotermia, kejang-
kejang, dan trauma. Koma karena PCP dapat dibedakan dengan koma karena opium. Pada koma karena
PCP tidak ada depresi pernapasan; adanya kekakuan otot, hiper-refleksia, dan nystagmus; dan tidak ada
respon terhadap nalokson. Psikosis PCP sikar dibedakan dengan schizophrenia. Tanpa adanya riwayat
penggunaan, untuk diagnosis harus dilakukan analisis urin.
PENGOBATAN. Pengobatan penderita intoksikasi PCP meliputi pemasukan penderita ke dalam
ruangan yang gelap, sepi, beralas lantai, aman dari jejas. Diazepam, dengan dosis 10-20 mg yang diberikan
secara oral atau 10 mg secara intramuscular setiap 4 jam, dapat membantu apabila penderita gelisah dan
tidak koma. Ammonium klorida, 500 mg setiap 6 jam, dapat diberikan secara oral atau dengan tabung
nasogastric, untuk mempertahankan pH urin pada 5,5 – 6, yang meningkatkan kebersihan urin terhadap
PCP. Terapi pendukung untuk penderita yang koma adalah dengan memberikan perhatian khusus terhadap
hidrasi, yang dapat terjadi karena diuresis akibat PCP.
Jamur
Jamur menyebabkan efek kolinergik dan antikolinergik, selain euphoria dan halusinasi. Sebagian
besar efek yang merugikan yang berkaitan dengan penggunaan jamur biasanya terbatas dan tidak
memerlukan terapi. Jamur yang mengandung psilosibin dan indol yang berkaitan dengan antiserotonergik
menyebabkan reaksi seperti pada LSD dan agitasi, serta mungkin memerlukan pengobatan dengan
diazepam. Karena sebagian besar remaja pencari-halusinasi bukan ahli mikologi, jamur dengan efek racun
yang lain dan berefek fatal mungkin dapat termakan tanpa sengaja. Penanganannya adalah dengan
menginduksi agar terjadi muntah dana rang aktif.
Jimson
(Datura stramonium)
Rumput jimson juga dikenal sebagai “rumput setan”, “rumput gila”, “rumput busuk”, dan apel
berduri yang tumbuh liar di seluruh Amerika Serikat. Bijinya, yang muncul pada musim gugur,
mengandung alkoid antara lain hioslamin dari satu buah, ekuivalen dengan 6 mg atropine. Konsumsi biji
atau bagian lain dari tanaman ini menimbulkan efek SSP dan antikolinergik lainnya yang berkisar dari
kegelisahan, disorientasi, dan pada dosis rendah menimbulkan halusinasi yang diinginkan sampai kelesuan
(letargi) dan koma; jika digunakan dalam dosis yang lebih tinggi dapat menimbulkan kejang, meskipun
jarang. Adanya mulut yang kering, kulit panas dan kering, demam, midriasis, sikloplegia, retensi urin, dan
takikardia sinus, bersamaan dengan delirium serta halusinasi visual dan pendengaran, harus membuat dokte
waspada akan kemungkinan intoksikasi rumput Jimson.
Disamping perawatan penunjang, fisotigmin salisilat, suatu antikolinesterase, terindikasi untuk
penanganan hipertensi, kejang, halusinasi yang parah, atau takiaritmia supraventricular. Zat ini diberikan
secara IV dengan perlahan-lahan selama 2-5 menit pada dosis awal 1-2 mg. dosis iini dapat diulang dalam
waktu 20 menit. Jika gejala kolinergik muncul sebagai akibat dari pemberian fisotigmin, dapat diberikan
atropine sulfat dalam dosis 0,5 mg untuk tiap milligram fisostigmin.
105.3 Bahan-bahan yang Mudah Menguap
Praktek penghirupan berbagai bahan-bahan pembuat euphoria telah sangat popular di kalangan
remaja sejak berabad-abad. Dokumetasi pertama yang menggambarkan dengan baik fenomena ini adalah
penggunaan oleh remaja Irlandia pada abad ke-19, ketersidiaan dan harga yang murah dari bahan-bahan
semacam ini seperti perekat pesawat, Freon, tiner cat, butan pengisi korek api, darr minyak yang telah
tersedia bagi remaja dengan potensi halusinogen yang luas. Bahan-bahan tersebut juga bertanggung jawab
akan berbagai kisaran komplikasi, yang berkaitan dengan keracunan kimia, sampai metode pemberian
(misalnya, di kantung plastic, yang menyebabkan mati lemas), dan dengan tempat penghirupan yang
berbahaya (misalnya, inner-city roof tops).
Perekat pesawat sangan popular dikalangan remaja pada akhir 1960-an dan awal 1970-an dan terus
menjadi masalah di beberapa daerah di AS. Bahan utama dari perekat peawat, toluene, diekskresikan
dengan cepat dalam urin sebagai asam hipurat, dalam serum residunya terdeteksi dengan kromatografi gas.
Perekat ini menimbulkan relaksasi dan halusinasi yang menyenangkan selama lebih dari 2 jam. Dapat
timbul toleransi dan ketergantungan fisik. Toksisitasnya akut dan kronis. Kematian pada fase akut
merupakan akibat dari edema otak atau paru atau berkaitan dengan mikardium. Penggunaan kronis dapat
menyebabkan hipertensi pulmonal, kerusakan paru-paru terbatas atau penurunan kapasitas difusi, neuropati
perifer, rhabdomiolisis akut, hematuria, asidosis tubular, dan kemungkinan atrofi serebral dan serebelar.
Penghriupan bensin popular di kalangan remaja pendesaan dan pemuda indian Amerika dan dapat
menyebabkan ataksia, nausea, dan kehilangan kesadaran. Euphoria diikuti dengan kegembiraan yang amat
sangat dan koma dapat merupakan akibat dari penghirupan yang lama waktunya atau cepat dalam
penghirupannya. Efek jangka panjang dalam penggunaan kronis mengcakup ensefalopati yang tidak
reversible, aplasia sumsum tulang (dari benzena), dan enselopati timah hitam jika bensim mengandung
timah tetraetil.
Penghirupan produk-produk aerosol, seperti penyemprot rambut, deodorant, pelumas tempat
penggorengan, dan pendingin gelas koktail, juga menjadi popular. Penggunaan Freon juga berakibat buruk
pada jantung yang peka terhadap epinefrin, yang mengakibatkan aritmia dan kematian.
Berbagai nitrit yang mudah menguap (volatile), seperti amil nitrit, butyl nitrit, dan senyawa-
senyawa sejenis yang dipasarkan sebagai pengharum ruangan, digunakan sebagai bahan euphoria,
meningkatkan kepekaan terhadap musikm dan bahan afrodisiak di kalangan remaja yang lebih tua dan
dewasa muda. Penggunaan bahan ini dapat mengakibatkan sakit kepala, sinkop, dan rasa ringan di kepala;
hipotensi yang parah dan kulit memerah yang diikuti dengan vasokonstriksi dan takikardia; inversi
gelombang T sementara dan depresi segmen ST pada elektrokardiogram; methemoglobinemia, peningkatan
iritasi bronkus, dan peningkatan tekanan intraokuler.
105.4 Marijuana
Marijuana dan alcohol, bahan-bahan yang paling popular untuk disalahgunakan di kalangan remaja,
menyebabkan sejumlah akibat psikofarmakologis yang sama. Keduanya melemahkan ingatan jangka
pendek dan koordnasi halus, memperpanjang waktu reaksi, dan menimbulkan “pengkabutan mental”,
sekitar 300 mg kanabis ekuivalen dengan 70 g alcohol.
FARMAKOLOGI. Marijuana (THC, ”pot”, “weed”, “hash”, “grass”) disintesis dari resin tanaman
Cannabis sativa, yang tumbuh baik pada iklim sedang dan panas yang kering. Fraksi tetrahidrokanabinol
(THC) merupakan bagian dari resin yang mempunyai sifat halusinogenik dan senyawa ini telah disintesis
(-9-THC). THC diserap dengan cepat melalui hidung atau mulut, menghasilkan puncak efek subyektif pada
10 menit bila melalui hidung, dan 1 jam bila melalui mulut. Marijuana biasanya dikonsumsi sebagai “rokok
morfin (refeer)” atau gabungan, dibuat dengan melintingkan cacahan tanaman pada kertas. Meskipun isinya
berbeda-beda, secara umum tiap rokok marijuana mengandung 1 g marijuana atau 20 mg -9-THC.
MANIFESTASI KLINIK. Selain efek-efek yang diinginkan seperti kegembiraan dan euphoria,
marijuana dapat menyebabkan pelemahan ingatan jangka pendek, kinerja yang buruk dalam mengerjakan
tugas yang membutuhkan perhatian yang terbagi (misalnya mengemudi), kehilangan penilaian kritis, dan
disporsi dalam persepsi waktu. Meskipun jarang, halusinasi visual perasaan distorsi tubuh kadang terjadi,
namun dengan pengaruh marijuana dapat timbul kembali halusinasi.
105.5 Kokain
Kokain, obat hirup paling mahal, sebelum tahun 1980-an tidak digunakan secara luas oleh remaja.
Namun sekarang karena ketersediaannya yang meningkat dan penurunan harga menyebabkan
popularitasnya meningkat pada kelompok umur ini.
FARMAKOLOGI. Alkaloid yang diekstrak dari daun Erythroxylon coca dari Amerika Selatan
ini, dipasok dalam bentuk garam hidroklorida dalam bentuk Kristal. Kokain diabsorbsi secara cepat di
mukosa nasal, didetoksifikasi di hati, dan diekskresi di dalam urin sebagai benzoil ekgonin. Waktunya
sedikit lebih dari 1 jam, kebiasaan sosialseringkali memaksa untuk menggunakannya terus-menerus setiap
15 menit. Efek “menghirup” kokain yang dirasakan dapat dipengaruhi oleh berbagai campuran yang
ditambahkan atau sebenarnya menggantikan obat (heroin, amfetamin, PCP, dan pengisi seperti mannitol
atau kina).
Merokok alkaloid kokain (“free basing”) dengan pipa atau rokok, dicampur dengan tembakau,
marijuana, parsley (daun pewangi), atau dalam bentuk pasta, telah terjadi metode penggunaan yang popular.
Efek merokok dengan cara ini tampaknya lebih hebat daripada dengan cara lain. Kebakaran merupakan
komplikasi yang potensial terjadi pada praktek ini.
MANIFESTASI KLINIK. Kokain menyebabkan euphoria, meningkatnya aktivitas gerak,
berkurangnya rasa lelah, dan kadang-kadang paranoid. Sifat-sifat simpatomimetiknya menyebabkan
takikardia, hipertensi, dan hipertermia. Pola penggunaan yang berlebihan biasa dilakukan. Penggunaan
dalam kelompok dikaitkan dengan berhubungan seksual dengan banyak pasangan dan meningkatnya risiko
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Pemakai kronis dapat mengembangkan toleransi
terhadap efek fisiologis ini, dan dapat timbul ketergantungan psikologis. Tidak ada sindroma putus zat pada
saat menghentikan penggunaan kokain. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada masalah ketergantungan
fisik. Remaja hamil yang menggunakan kokain mempunyai risiko bayinya lahir premature dan komplikasi
bayi dengan berat badan lahir rendah, mungkin terjadi adalah malformasi kongenital dan gangguan
perkembangan.
PENGOBATAN. Terapi pendukung yang intesif diarahkan pada manifestasi klinik intoksikasi
akut. Lihat bab 105.1 (pengobatan) untuk penanganan kronis.
105.6 Merokok Sigaret
Lebih dari 13% remaja merokok, dan angka perokok wanita terus meningkat, diduga karena adanya
efek pengurangan nafsu makan bila merokok. Keparahan ateroksklerosis berhubungan dengan lamanya
merokok, dan risiko ini semakin besar bagi mereka yang mulai merokok sejak remaja. Selain itu, efek
merugikan merokok terhadap kesehatan dapat timbul pada masa remaja. Efek merugikan ini mencakup
meningkatnya kerentanan terhadap batuk kronis, produksi dahak, dan serak. Merokok selama hamil
menyebabkan penurunan berat bayi rata-rata 200 mg; keadaan ini diperburuk lagi dengan kecilnya bayi
yang dilahirkan oleh remaja, meningkatkan morbiditas dan mortalitas dan perinatal. Merokok
dikombinasikan dengan penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung ekstrogen yang menyebabkan
meningkatnya resiko infark miokard. Asap tembakau mengimbas reticulum endoplasma halus, hati, dan
sebagai akibatnya, dapat juga mempengaruhi metabolisme obat-obatan dan metabolism hormone yang
diproduksi secara endogen. Fenasetin, teofilin, dan imipramine merupakan beberapa contoh obat-obatan
yang dipengaruhi cara ini. Selain itu, hasil uji laboratorium dapat di pengaruhi oleh merokok, misalnya,
angka sel darah putih, hemoglobin, hemtokrit, rata-rata volume korpuspuler, dan agregasi trombosit
meningkat, serta serum kreatinin, albumin, globulin (pada wanita) serta asam urat (pada pria) menurun.
TEMBAKAU TAK BERASAP. Tembakau punya dapat mengakibatkan lesi, terutama pada
lipatan mandibular, mulko-bukal. Penggunaan kronis dapat menyebabkan lesi ini menjadi ganas.
105.7 Alkohol
Konsumsi alcohol oleh remaja telah meningkat selama decade yang lalu dan merupakan ancaman
bagi fungsi normal remaja seperti ancaman terhadap kehidupan mereka yang berpotensi untuk
dikacaubalaukan oleh pengendara yang mabuk. Peningkatan yang biasa terjadi adalah dari bir ke anggur ke
liquor keras, meskipun pola ini mungkin berbeda pada daerah yang berlainan. 4 ons liquor keras (dengan
kadar 86) yang dikonsumsi dalam perut yang kosong menghasilkan kadar etanol plasma kira-kira 65 mg /
Dl, pada dewasa pria dengan berat badan rata-rata dan 80 mg/dl, pada wanita premestruasi dengan berat
badan orang dewasa. Definisi resmi dari intoksikasi adalah kadar etanol darah 100mg/dl (0,08% atau
0,10%).
FARMAKOLOGI DAN PATOFISIOLOGI. Alcohol (etil alcohol atau etanol) diarbsrobsi dari
perut dengan cepat, disalurkan ke hati, dan dimetaboliems dengan dua jalur. Jalur primer meliputi
pemindahan 2 atom hydrogen untuk membentuk asetaldehid, suatu reaksi yang dikatalisasi oleh alcohol
dehydrogenase melalui reduksi kofaktor nikotinamid-adenim dinukleotid. Pemindahan atom alcohol
menghasilkan energy (7,1 kkal/g alcohol) dan berperan dalam sintesis trigliserida yang berlebihan, suatu
fenomena yang bertanggung jawab dalam menyebabka perlemakan hati, bahkan pada mereka yang pola
maknnya baik sekalipun. Kelahapan hepatosit terhadap lemak menyebabkan netrosis, memicu proses
peradangan (hepatitis alkoholik), yang diikuti dengan fibrosis, tanda utama sirosis. Keterlibatan hati sejak
awal dapat mengakibatkan meningkatnya – glutamil transpeptidase dan glutamate-pirufat transaminase
serum; sirosis telah dilaporkan pada remaja amerika asli. Jalur metabolisme yang kedua, yang digunakan
pada kadar alcohol serum tinggi, melibatkan system microsomal di hati, dimana kofaktor nya adalah
nikotinamid-adenin dinukleotida fosfat tereduksi. Akibat dari aktifnya jalur ini adalah menurunnya
metabolism obat-obatan dan terjadi akumulasi obat-obatan. Hal ini menyebabkan efeknya dan
kemungkinan keracunan (misalnya minum alcohol dan mengkonsumsi obat penenang, keduanya menjadi
berpotensi).
MANIFESTASI KLINIK. Alcohol terutama bekerja sebagai penekan CNS. Alcohol
menimbulkan euphoria, grogi, cerewet, dan terganggunya ingatan jangka pendek, dan juga meningkatkan
ambang kenyerian dan pada pemakai yang sedang mengemudi, dapat menyebabkan waktu yang diperlukan
untuk menginjang rem meningkat. Alcohol juga dapat menyebabkan vasodilatasi dan hipotermia. Pada
kadar serum yang sangat tinggi, timbul depresi pernapasan. Efek hambatan terhadap pelepasan hormone
antidiuretic pituitaria bertanggung jawab atas efek diuretiknya.
Komplikasi gastrointestinal yang paling lazim yang terjadi pada penggunaan alcohol adalah
gastritis erosive akut, yang manifestasikan dengan nyeri epigastrium, anoreksia, muntah, dan tinja guaiac-
positif. Yang kurang lazim terjadi adalah muntah, dan nyeri midabdominal yang mungkin disebabkan oleh
pankreatitis alkoholik akut; diagnosis dipastikan dengan adanya peningkatan amilase serum dan aktiftas
lipase.
Ketergantungan fisiologis terhadap alcohol dapat timbul pada remaja yang mengkonsumsinya
sehari-hari selama berminggu-minggu. Pada individu semacam itu, penghentian konsumsi alcohol
menimbulkan sindrom penarikan atau sindrom berpantang, yang manifestasinya pada remaja biasanya
ringan, timbul pada 8 jam setelah konsumsi yang terakhir dan berlangsung tidak lebih dari 48 jam pada
penderita yang tidak di rawat. Gejala-gejala yang umum adalah kecemasan, tremor, insomnia, dan
iritabilitas. Meskipun jarang, reaksi yang parah kadang ditemukan pada remaja yang lebih tua yang telah
minum terus-menerut selama 1 tahun atau lebih; gejala-gejala ini meliputi halusinasi pendengaran atau
penglihatan, hipertermia, delirium, dan serangan mendadak yang timbul 48 jam atau lebih setelah minum
yang terakhir.
DIAGNOSIS. Sindrom overdosis alcohol harus dicurigai pada setiap remaja yang tampak
disorientasi, lesu, atau koma. Aroma alcohol yang nyata dapat membantu diagnosis, juga dianjurkan untuk
memastikannya dengan analisi darah. Ada korelasi yang tinggi antara hasil yang diperoleh dengan serum
dan analis nafas, jadi metode analisi nafas merupakan metode yang dapat dipercaya. Pada kadar yang lebih
besar dari 200mg/dl, remaja tersebut mempunyai risiko akan kematian, dan kadar lebih besar dari 500mg/dl
(dosis letal median) biasanya berkaitan dengan akibat yang fatal. Apabila tingkat depresi yang ada sangat
lebih besar tidak sesuai dengan kadar darah yang dilaporkan, harus dipertimbangkan kemungkinan adanya
factor-faktor yang lain yaitu trauma kepala atau konsumsi obat-obatan lain.
PENANGANAN. Mekanisme yang umum dari kematian karena sindrom overdosis alcohol adalah
depresi pernapasan, dan dukungan ventilasi artifisial harus disediakan sampai hati dapat mwngurangi
sejumlah alcohol yang cukup dari tubuh. Pada penderita tanpa alkoholisme, dibutukan waktu 20 jam untuk
mengurangi kadar alcohol dalam darah dari 400mg/dl ke 0. Penggunaan dialysis harus dipertimbangkan
jika kadar darah lebih dari 400mg/dl.
105.8 Steroid anabolic
Penyelidikan bertahun-tahun untuk meningkatkan penampilan atletis mengarah pada fenomena
penggunaan steroid anabolic oleh atlet kompetitif baik pria maupun wanita. Diperkirakan 3-5% siswa
sekolah lanjutan menggunakannya, dengan prevalensi 10% pada atlet remaja pria. Persepsi bahwa agen ini
meningkatkan massa dan kekuatan otot tidak didukung oleh data yang obyektif, namun jelas ada efek
samping yang merugikan. Efek fisik yang merugikan antara lain ketidaknormalan hati (misalnya,
hepatokarsinoma, peliosis hepatis, kolestatis); efek endokrin (misalnya; pada pria ginekomastia,
menurunnya kadar plasma testoteron dan gonadotoprin, atrofi testikuler; pada wanita, hirtutisme,
kebotakan, suara menjadi berat, atrofi payudara, pembesaran klitoris, jerawat, penghambatan ovulasi,
ketidaknormalan mestruasi, alopesia). Efek terhadap factor-faktor risiko kardiovaskular (misalnya,
meningkatnya kadar kolesterol lipoprotein densitas rendah dan menurunnya kadar kolesterol densitas
tinggi); dan retensi cairan. Selain efek yang timbul pada semua usia, remaja mempunyai risiko untuk
mengalami hambatan pertumbuhan karena kemungkinan pencepatan penutupan epifisis. Efek psikologis
yang serius telah dilaporkan pada penggunaan agen ini dengan dosis tinggi (sringkali 100 kali dosis
terapetik). Efek psikologis ini antara lain marah yang tidak terkendali, mania, fluktuasi suasana hati, dan
perubahan libido.

Anda mungkin juga menyukai