Anda di halaman 1dari 8

Hilirisasi Industri Bisa Gaet Investasi dan Genjot Ekspor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita ingin


mendorong hilirisasi industri yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan
baku di dalam negeri.

Oleh karena itu, pihaknya perlu mendukung implementasi kebijakan larangan ekspor mineral
mentah.

“Kebijakan itu yang memang ditunggu oleh Kemenperin. Sebab, dengan larangan itu bisa
memacu kinerja di sektor industri hulu, sekaligus juga diharapkan dapat mengundang
investasi sektor tersebut masuk ke Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima
Kompas.com, Minggu (2/2/2020).

Agus juga mengatakan bahwa Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam yang dapat
diolah sebagai bahan baku industri. Selain mineral, komoditas lainnya yang cukup potensial
adalah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

“Memang CPO merupakan komoditas yang sedang dioptimalkan menjadi kebutuhan


domestik, karena kita sedang membangun program B30 dan dalam dua tahun ke depan akan
dikembangkan menjadi B100,” paparnya.

Oleh karena itu, pemerintah optimistis terhadap hilirisasi industri yang dinilai dapat menjaga
kekuatan perekonomian nasional agar tidak mudah terombang-ambing di tengah fluktuasi
harga komoditas.

Dalam hal ini, industri pengolahan di dalam negeri perlu dipacu pertumbuhan dan
pengembangannya karena berperan penting meningkatkan nilai tambah sumber daya alam
untuk dibuat sebagai barang setengah jadi hingga produk jadi.

“Makanya, kita harus fokus pada hilirisasi industri, yang tentunya akan membawa lompatan
kemajuan bagi ekonomi kita. Selama ini, hilirisasi industri telah memberikan multiplier effect
yang luas, baik itu penerimaan negara melalui ekspornya maupun penyerapan tenaga kerja
yang bertambah,” ungkapnya.
Dorong Ekspor dengan Memaksimalkan Peran Atase Perdagangan Kemenlu dan ITPC
Kemendag

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR RI Komisi VI, Nevi Zuairina meminta kepada
pemerintah untuk meningkatkan ekspor dan investasi dengan memaksimalkan peran atase
perdagangan di Kementerian Luar Negeri dan ITPC (Indonesian Trade Promotion Center)
Kementerian Perdagangan untuk mencari pangsa pasar baru di luar negeri.
Hal ini dia sampaikan pada Rapat Kerja dengan Menteri Perdagangan beserta jajaran
membahas rencana pengesahan Protokol Pertama untuk mengubah Persetujuan Tentang
Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Antar Negara-Negara Anggota ASEAN dan Jepang di
Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (30/1/2020).
“Peran Atase Perdagangan di Kemlu dan ITPC Kemendag sangat strategis. Keberadaannya
harus optimal untuk membentuk kontribusi peningkatan neraca dagang kita,” kata Nevi.
Legislator PKS ini secara khusus menyoroti peran atase perdagangan agar pandai
bernegosiasi untuk berdagang di luar negeri, menjalin kerja sama yang baik dengan
menciptakan pangsa pasar baru sehingga ekspor meningkat dan izin impor dikurangi.
Regulasi yang baik akan sangat diperlukan berupa peraturan pemerintah untuk memberikan
iklim yang baik pada perdagangan internasional kita.
Pada saat ini, lanjut Nevi, salah satu produk andalan negara kita, yakni sawit mendapat ujian
pada perdagangan di Eropa.
“Ekspor Sawit kita ditolak beberapa negara di Eropa. Selain perjuangan agar pada
perundingan Indonesia EU CEPA produk sawit bisa dimasukkan, secara bersamaan kita tidak
boleh terpaku pada pasar Eropa. Perlu dicari upaya untuk mencari pasar lain di luar Eropa
sehingga produk sawit dan turunannya dapat diterima di pasar non tradisonal seprti Afrika,
Timur Tengah, Eropa Timur, Amerika Latin , dan Asia Selatan", Ujar Nevi.
Anggota DPR asal Sumatera Barat II ini menekankan kepada pemerintah agar neraca
perdagangan mampu menjadi surplus (ekspor - impor). Peningkatan ekspor dan pengendalian
impor dapat dilakukan disertai dengan membuka akses pasar, melakukan perjanjian-
perjanjian perdagangan dengan mitra dagang Indonesia dan meminimalisir hambatan tarif
dan non tarif.
Menurutnya, promosi produk-produk Indonesia baik di dalam maupun luar negeri juga harus
menjadi prioritas pemerintah sehingga iklim usaha dan perdagangan luar negeri kita benar-
benar mendapat sokongan dari negara.
Anggota Panja Perdagangan di Komisi VI ini melihat kinerja perdagangan jasa Indonesia-
Jepang selama 6 tahun (2013-2018) Indonesia selalu mengalami defisit neraca perdagangan
jasa. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan industri jasa dalam
negeri agar makin banyak sektor jasa yang bisa masuk ke Jepang sehingga bisa meningkatkan
kinerja perdagangan jasa.
Catatan yang diterima Nevi, industri manufaktur merupakan penyumbang terbesar Produk
Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2019 yaitu sebesar 19,62 persen dari PDB. Ia juga
meminta kepada pemerintah agar Indonesia terus memperhatikan industri manufaktur
berbahan baku lokal. Industri manufaktur mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 18,93 juta
orang tenaga kerja per Agustus 2019.
"Saya meminta kepada pemerintah agar dapat sekuat tenaga berpihak pada pelaku usaha
dalam negeri. Adanya komitmen perdagangan internasional tidak boleh membuka keran yang
terlalu luas kepada pemilik modal asing untuk menguasai sebagian besar modal pada
perdagangan jasa, pemerintah harus dapat memproteksi sektor jasa strategis seperti jasa
keuangan baik Bank maupun Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)," tutup Nevi
Zuairina.(fri/jpnn)
DPR Singgung Kasus Jiwasraya Mulai Gerogoti IHSG, Anjlok Hampir 5 Persen

Suara.com - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyinggung kasus


skandal gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mulai menggerogoti sendi-
sendi ekonomi nasional, termasuk juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
pekan lalu anjlok hampir 5 persen.

Hal tersebut dikatakan Herman dalam sebuah diskusi di Kawasan Wahid Hasyim,
Jakarta, Minggu (2/2/2020).

Herman tak menampik, kasus gagal bayar yang dialami perusahaan plat merah tersebut
karena kesalahan investasi yang dilakukan manajemen, baik saham maupun reksadana
yang berkinerja buruk di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Kok bisa, Jiwasraya bisa tempatkan di saham dan reksa dana berkinerja buruk," ujar
Herman sembari bertanya.

Yang lebih konyol lagi, kata Politisi Partai Demokrat ini, manajemen Jiwasraya juga
berinvestasi di saham yang memiliki bisnis pembudidayaan ikan arwana, tak
tanggung-tanggung kata Herman nilai investasi Jiwasraya di perusahaan tersebut
mencapai Rp 6 triliun.

"Ada juga penempatan saham di bidang (pembiakan) ikan arwana capai Rp 6 triliun
dan ada 55.000 transaksi yang saat ini sedang didalami Kejaksaan Agung," katanya.

Tak heran kata dia, kasus Jiwasraya ini mulai menggerogoti sendi-sendi ekonomi
nasional, seperti IHSG.

"Kemudian dalam sepekan ini IHSG terjadi perlambatan 5 persen lebih dan apa
berpengaruh ke nilai tukar? Tentu silakan pemerintah bicarakan ini secara serius,"
katanya.

"Apakah Jiwasraya bisa berdampak terhadap turunnya IHSG atau perlambat investasi
baru, dan terhadap nilai tukar rupiah. Kalau pengaruhi sendi -sendi keuangan yang
topang ekonomi negara ini bahaya," sambung Herman.

Sebelumnya, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan


terakhir boleh dibilang tak begitu baik, karena IHSG anjlok hampir 5 persen.
Mengutip data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) IHSG mengalami perubahan
sebesar 4,87 persen menjadi 5.940,048 dari 6.244,109 pada penutupan perdagangan
pekan sebelumnya.

Kemudian, nilai kapitalisasi pasar selama sepekan juga mengalami perubahan sebesar
4,86 persen menjadi Rp 6.864,267 triliun dari Rp 7.214,773 triliun pada penutupan
perdagangan minggu lalu.

Untuk rata-rata volume transaksi harian mengalami perubahan sebesar 20,91 persen
menjadi 6,457 miliar unit saham dari 8,164 miliar unit saham pada pekan sebelumnya.

Kemudian, untuk rata-rata nilai transaksi harian mengalami perubahan sebesar 1,88
persen menjadi Rp 6,325 triliun dari Rp 6,446 triliun pada pekan sebelumnya.

Sementara, rata-rata frekuensi transaksi harian mengalami peningkatan sebesar 2,04


persen menjadi 418,443 ribu kali transaksi dari 410,077 ribu kali transaksi pada pekan
sebelumnya.

Investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp 1,852 triliun, sedangkan
sepanjang tahun 2020, beli bersih asing tercatat sebesar Rp 33,58 miliar.
Mau Dapat Pembiayaan Ultra Mikro di Bawah Rp 10 Juta? Ini Syaratnya

SERANG, KOMPAS.com — Sejak beberapa tahun lalu, pemerintah memperkenalkan


program pembiayaan Ultra Mikro ( UMi). Program ini memungkinkan para pelaku usaha
mikro mendapatkan pembiayaan di bawah Rp 10 juta tanpa melalui bank. Kini program
tersebut sudah bisa menyentuh pelaku usaha mikro di kampung-kampung atau desa-desa,
mulai ibu-ibu warung hingga tukang jamu. Baca juga: Pembiayaan Ultra Mikro Sentuh Ibu-
ibu Warung hingga Tukang Jamu "Kami harap UMi ini dapat menggerakkan ekonomi
masyarakat," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat kunjungan ke Serang, Banteng, Jumat
(15/3/2019). Bagi para pelaku usaha mikro yang tertarik mengajukan pembiayaan UMi, ada
sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Pertama, warga negara Indonesia (WNI) dibuktikan
dengan nomor induk kependudukan elektronik. Bagi yang belum punya e-KTP, para pelaku
usaha mikro masih bisa mengajukan UMi. Baca juga: Pembiayaan Ultra Mikro, Tukang Jamu
Bisa Dongkrak Ekonomi Keluarga Kedua, tidak sedang dibiayai oleh lembaga keuangan atau
koperasi. Para pelaku usaha yang punya utang ke bank atau koperasi dipastikan tak akan
diberikan UMi. Pemerintah ingin agar pelaku usaha tersebut terlebih dahulu fokus
merampungkan utangnya. Ketiga, memiliki izin usaha atau keterangan usaha dari instansi
pemerintah dan atau surat keterangan usaha dari penyalur. Baca juga: Sri Mulyani Minta
Koperasi Salurkan Pembiayaan Kredit Ultra Mikro Syarat-syarat tersebut disampaikan
kepada lembaga penyalur. Pemerintah sudah menunjuk sejumlah lembaga untuk penyalur
UMi. Para penyalur tersebut ialah Kreasi UMi (PT Pegadaian), Mekaar (PT Permodalan
Nasional Madani), dan Koperasi (PT Bahana Artha Ventura).
Sejak 2018, DKI Terbitkan 8.348 Izin Usaha untuk Peserta OK OCE

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) DKI Jakarta telah menerbitkan 19.795 izin usaha mikro kecil (IUMK) sejak
2018 hingga Maret 2019. Dari jumlah tersebut, 8.348 IUMK diterbitkan kepada peserta
program kewirausahaan OK OCE (One Kecamatan One Center for Entrepreneurship). "Dari
total 19.795 IUMK, sebanyak 8.348 IUMK diterbitkan dengan kategori UMK binaan
perangkat daerah melalui program pengembangan kewirausahaan terpadu atau program OK
OCE," ujar Kepala DPMPTSP DKI Jakarta Benni Aguscandra lewat keterangan tertulis,
Jumat (22/3/2019). Baca juga: Gerai Pelayanan Publik Dibuka di Plaza Cibubur, Bisa Urus
Izin Usaha hingga Paspor Benni menyebut, jumlah peserta OK OCE yang mengantongi
IUMK bisa saja melebihi angka 8.348. Sebab, data tersebut dicatat saat pelaku usaha
mengajukan IUMK. Menurut Benni, ada kemungkinan pelaku usaha baru bergabung dengan
program OK OCE setelah mengantongi IUMK. Baca juga: Izin Usaha Industri Akan Dicabut
jika Cemari Situ dan Sungai di Depok "Data kami merupakan data awal saat pemohon
mengajukan izin. Namun, dapat memungkinkan ketika pemohon sudah memiliki izin usaha,
lalu bergabung dengan program pengembangan kewirausahaan terpadu atau program OK
OCE tersebut," katanya. Selain IUMK, DPMPTSP DKI Jakarta juga menerbitkan 25.369
izin lainnya bagi pelaku UMKM, yakni surat izin usaha perdagangan (SIUP) mikro dan SIUP
kecil, sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SP-PIRT), dan surat keterangan
usaha (SKU). Baca juga: Pemprov DKI: Sepeda Listrik Migo Tak Kantongi Izin Usaha dan
Sertifikasi Kemenhub Dengan demikian, ada 45.164 izin bagi pelaku UMKM yang
diterbitkan DPMPTSP DKI Jakarta. "Kami mencatat 45.164 izin/non izin terkait usaha mikro
dan kecil berhasil diterbitkan oleh DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta sepanjang 2018 sampai
awal Maret 2019 ini," ucap Benni. Berdasarkan data tersebut, lanjut Benni, telah lahir
sebanyak 45.164 pengusaha baru yang mengembangkan usaha mikro dan kecil di Jakarta
sejak 2018 hingga awal Maret 2019.
Tahun Depan, Dana Pembiayaan Usaha Mikro Capai Rp 3 Triliun

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus menambah dana untuk pembiayaan Usaha


Mikro (UMi). Pada 2019 nanti, dana pembiayaan yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha mikro
akan mencapai Rp 3 triliun. "Selama ini yang menerima adalah mereka para pengusaha yang
sangat kecil dengan ukuran kredit Rp 5 juta dan maksimum Rp 10 juta," ujar Menteri
Keuangan Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (11/12/2018). Perempuan yang kerap disapa Ani itu
mengatakan, besaran dana UMi tahun depan lebih besar dari dana tahun 2018 yang hanya Rp
2,5 triliun. Dana tersebut berasal langsung dari APBN. Baca juga: Usaha Mikro dan Kecil,
Wajah Sesungguhnya Ekonomi Indonesia Sementara itu Direktur Jenderal Perbendaharaan
Marwanto Harjowiryono mengatakan, realisasi penyaluran UMi hingga November 2018 baru
mencapai Rp 1,67 triliun. "Itu diberikan kepada lebih dari 608.000 pelaku usaha mikro," kata
Marwanto. Berbeda dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), penyaluran pembiayaan UMi tidak
melalui perbankan, namun dilakukan melalui kerja sama dengan BUMN pembiayaan dalam
hal ini PT Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani, PT Bahana Artha Ventura serta 18
koperasi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Pembiayaan UMi disalurkan melalui
badan layanan umum Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dengan nilai pembiayaan paling
banyak Rp 10 juta per debitur. Baca juga: Maksimalkan Pembiayaan Mikro, PT KAI
Gandeng PT PNM Dalam pelaksanaannya, pembiayaan UMi tidak hanya menyediakan
pembiayaan yang mudah dan cepat bagi usaha mikro, tetapi juga memberikan pendampingan
usaha bagi debitur.

Anda mungkin juga menyukai