Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA HASIL DAN KOMPONEN HASIL PADA TANAMAN

BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) GENERASI F2

RELATIONSHIP BETWEEN YIELD AND COMPONENT OF YIELD IN COMMON


BEAN (Phaseolus vulgaris L.) F2 GENERATION
*)
Dewi Amaliatur Rizqiyah , Nur Basuki dan Andy Soegianto

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Mlang 65145 Jawa Timur, Indonesia
*)
E-mail :de_rainbow2288@yahoo.com

ABSTRAK ABSTRACT

Buncis merupakan tanaman hortikultura Common beans are known horticultural


yang dikenal sebagai sayuran buah. Keber- crops as fruits vegetables that contain high
hasilan usaha untuk memperoleh ta-naman protein and antioxidants. The success of
buncis yang memiliki kualitas dan kuantitas efforts to obtain a bean plant that has a
hasil yang baik sangat ditunjang oleh ke- good quality and quantity is supported by
mampuan pemulia tanaman untuk mem- the ability of breeders to obtain superior
peroleh genotip-genotip unggul dalam ta- genotypes in the selection process. This
hapan seleksi. Tujuan penelitian adalah me- research aims to determine the relationship
ngetahui keeratan hubungan antara ka- between character components of yield and
rakter komponen hasil dengan hasil pada yield of six common bean F2 po-pulation
enam populasi F2 buncis hasil persilangan from crosses of local and introduced va-
varietas intro-duksi dan lokal dan menge- rieties and know the characters that can be
tahui karakter yang dapat digunakan untuk used to increase the weight of pods per
meningkatkan bobot polong per tanaman. plant.The This research was conducted in
Penelitian dilaksanakan di Dusun Junwatu, May-July 2013 in Junwatu Hamlet, Junrejo
Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Village, Batu-Malang. Experiments using a
Batu-Malang pada bulan Mei–Juli 2013. single plant observation method by planting
Percobaan menggunakan metode pe- 6 F2 populations from crosses between lo-
ngamatan single plant dengan menanam 6 cal varieties and introduced varieties has
populasi F2 hasil persilangan varietas lokal purple and yellow color of pod. The number
dengan varietas introduksi berpolong ungu of plants in each F2 population of 200
dan kuning. Jumlah tanaman pada masing- plants. The results showed that the positive
masing populasi F2 sebanyak 200 tana- phenotypic correlation There are significant
man. Hasil penelitian menunjukkan bahwa to the character of the number of clusters
terdapat perbedaan nilai keeratan hubung- per plant, number of pods per cluster, num-
an pada enam populasi F2. Jumlah polong ber of pods per plant, weight per pod with
per tanaman dan bobot per polong ber- the yield on all the F2 populations. As well
korelasi positif-sangat nyata dan memiliki as the number of pods per plant, num-ber of
nilai pengaruh langsung positif serta besar- clusters per plant, weight per pod, number
nya hampir sama maka perbaikan sifat of pods per cluster, and long pods can be
bobot polong per tana-man pada enam used as selection cri-teria because it can
populasi F2 buncis hasil persilangan antara increase yields through direct influence.
varietas lokal dengan varietas introduksi
dapat di-tekankan pada perbaikan jumlah Keywords: Common beans, F2 populations,
polong per tanaman dan bobot per polong. correlation, path analysis

Kata kunci :buncis, populasi F2, korelasi,


sidik lintas
331

Rizqiyah, dkk, Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil ...

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE


Buncis merupakan tanaman hortikul- Penelitian dilaksanakan di Dusun
tura yang dikenal sebagai sayuran buah. Junwatu, Desa Junrejo, Kecamatan Jun-
Penduduk Indonesia mengkonsumsi buncis rejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, ter-
karena baik untuk kesehatan. Kandungan letak pada ketinggian ± 800 m dpl. Peneliti-
gizi dalam 100 gram buncis adalah 89,6 g an dilaksanakan pada bulan Mei–Juli 2013.
air, 34 kal energy, 2,4 g protein, 0,3 g le- Percobaan ini menggunakan metode pe-
mak, 7,2 g karbohidrat, 1,9 g serat, 1,9 g ngamatan single plant yaitu dengan me-
abu, 101 mg kalsium, 42 mg fosfor, 0,7 mg nanam semua tanaman di lingkungan perta-
zat besi, 8 mg natrium, 250 mg kalium, 550 naman yang sama tanpa ulangan. Alat yang
ug karoten total, 0,05 mg tiamin, 0,4 ribo- digunakan meliputi, cangkul, lanjaran, tali
flavin, 2,8 mg niasin, dan 11 mg vitamin C rafia, tugal, mulsa hitam perak, label, peng-
(PERSAGI, 2009). Permintaan konsumen garis, timbangan analitik, jangka sorong,
terhadap sayur buncis lebih tinggi di- alat tulis, dan kamera digital. Bahan yang
bandingkan dengan produksi buncis di In- digunakan adalah enam populasi F2 hasil
donesia. Varietas lokal yang saat ini persilangan tetua introduksi (Purple queen
dibudidayakan belum mencukupi banyak- dan Cherokee sun) dan tetua lokal (Mantili,
nya permintaan, sehingga perlu dikembang- Gogo kuning, dan Gilik ijo), serta pupuk
kan varietas yang memiliki produksi dan NPK 5 gram/tanaman, fungisida berbahan
kualitas yang lebih baik. Penggabungan an- aktif carbofuran dan insektisida berbahan
tara varietas buncis lokal dengan varietas aktif Beta siflutrin. Jumlah individu yang di-
introduksi diharapkan dapat membuat kuali- tanam pada masing-masing populasi F2 se-
tas tanaman hasil persilangan memiliki ku- banyak 200 tanaman. Pengamatan dilaku-
alitas tanaman yang lebih baik dari tetuanya kan pada masing-masing individu dalam po-
sehingga dapat memenuhi kebutuhan kon- pulasi.pengamatan meliputi umur awal
sumen. berbunga (hst), jumlah cluster per tanam-
Keberhasilan usaha untuk mempero- an,dan jumlah polong per cluster pada ma-
leh tanaman buncis yang memiliki kualitas sa pertumbuhan. Pada saat panen yang di-
dan kuantitas hasil yang baik sangat ditun- amati adalah umur awal panen (hst),jumlah
jang oleh kemampuan pemulian tanaman polong per tanaman, panjang polong (cm),
untuk memperoleh genotip-genotip unggul diameter polong (cm), bobot per polong (g),
dalam tahapan seleksi. Dalam pelaksana- dan bobot polong pertanam-an. Data hasil
an seleksi, pemulia tanaman sering di- pengamatan dianalisis dengan melakukan
hadapkan pada maslah dalam menentukan perhitungan varian dan dilanjutkan dengan
pilihan terhadap ciri-ciri yang dianggap ung- perhitungan peragam yang digunakan untuk
gul, oleh karena itu perlu diketahui dengan analisis korelasi.
pasti hubungan antara komponen hasil de-
ngan hasil yang ada pada tanamn tersebut. Nilai ragam dihitung menurut rumus:
Melalui analisis korelasi, maka derajat ke-
2
eratan hubungan tersebut dapat ditaksir dan xi − x
selanjutnya taksiran ini dapat diuraikan σ2 =
n−1
menjadi hubungan langsung dan tidak lang- Keterangan:
sung melalui sidik lintas sehingga program xi =nilai karakter x
seleksi yang efektif dapat dirumuskan. x=rata-rata x
Tujuan penelitian adalah menge-tahui n= banyaknya tanaman dalam populasi
keeratan hubungan antara karakter σ=nilai keragaman
komponen hasil dengan hasil pada enam Nilai kovarian dihitung menurut rumus:
populasi F2 buncis hasil persilangan varie-
tas introduksi dan lokal dan mengetahui X Y
karakter yang dapat digunakan untuk me- Kovarian= XY-
n
ningkatkan bobot polong per tanaman.
332

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 4, April 2014, hlm. 330-338

Keterangan:
XY=Jumlah nilai kali karakter X dengan Y Adapun persamaan yang diperoleh
X=Jumlah total karakter X 𝑟 𝑥1 𝑦 = 𝑃1𝑦 + 𝑟 𝑥1 , 𝑥2 𝑃2𝑦 + 𝑟 𝑥1 , 𝑥3 𝑃3𝑦
Y=Jumlah total karakter Y Secara tidak langsung persamaan diatas
n = banyaknya tanaman dalam populasi dapat ditunjukkan dalam sebuah matrix
sebagai berikut:
Korelasi fenotipik dihitung menurut rumus 𝑟𝑥1 𝑦 𝑟𝑥1 𝑥1 𝑟𝑥1 𝑥2 𝑟𝑥1 𝑥3 𝑎
berikut: 𝑟𝑥2 𝑦 = 𝑟𝑥2 𝑥1 𝑟𝑥2 𝑥2 𝑟𝑥2 𝑥3 𝑏 𝐴𝑡𝑎𝑢 𝐴
Kovfenotip (XY)
rfenotip XY = 𝑟𝑥3 𝑦 𝑟𝑥3 𝑥1 𝑟𝑥3 𝑥2 𝑟𝑥3 𝑥3 𝑐
varf X varf Y
Kemudian dilanjutkan dengan uji nyata = 𝐵. 𝐶
Koefisien korelasi: Penyelesaian untuk vektor C dapat
diperoleh dari perkalian kedua sisi yaitu
-1 -1 -1
r n-2 invers dari matrik B; B atau B A = B B C
thit = -1
=> B A = C
1-r2

r merupakan koefisien korelasi, nmerupa- HASIL DAN PEMBAHASAN


kan banyaknya tanaman (Sastrosupadi, Analisis Korelasi
1999). Korelasi antara karakter komponen
Analisis koefisien lintas dilakukan dengan hasil dan hasil disajikan pada tabel 1, 2, 3,
mencari pengaruh tidak langsung dan 4, 5, dan 6. Berdasarkan hasil analisis kore-
pengaruh langsung, dapat dihitung dengan lasi yang telah dilakukan dapat diketahui
rumus: bahwa antara hasil dengan karakter kom-
ponen hasil menunjukkan adanya korelasi
σx1
=P1y pengaruh langsung karakter I positif dan korelasi negatif meskipun nilai
σy
terhadap hasil korelasi tersebut tidak semuanya menunjuk-
σx2 kan hubungan yang nyata. Korelasi positif
=P2y pengaruh langsung karakter II
σy terjadi sebagai akibat dari gen-gen
terhadap hasil pengendali antara karakter-karakter yang
σx3
=P3y pengaruh langsung karakter III berkorelasi sama-sama meningkat, sedang-
σy
terhadap hasil. kan korelasi negatif bila yang terjadi ber-
lawanan.

Tabel 1 Nilai Korelasi Fenotipik antara Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Cherokee
Sun x Gogo Kuning
UB UP CT PC PT PP DP BP BT
UB 1
UP 0,85** 1
CT -0,22* -0,15 1
PC -0,04 -0,01 0,02 1
PT -0,22* -0,15 0,90** 0,34** 1
PP -0,17 -0,16 -0,02 0,04 -0,01 1
DP -0,12 -0,11 0,11 0,11 0,15 -0,33** 1
BP -0,16* -0,12 -0,06 0,07 -0,03 0,69** 0,01 1
BT -0,26 -0,17 0,86** 0,36** 0,97** 0,14 0,17 0,19 1
Keterangan: - * nyata pada taraf 5%; ** nyata pada taraf 1%.
- UB (Umur awal berbunga); UP (Umur awal panen); PC (Polong per cluster); CT (Jumlah
cluster per tanaman); PT (Jumlah polong per tanaman); PP (Panjang polong); DP
(Diameter polong); BP (Bobot per polong); BT (Bobot polong per tanaman).
333

Rizqiyah, dkk, Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil ...

Tabel 2 Nilai Korelasi Fenotipik antara Komponen Hasil dengan Hasil Pada Populasi Cherokee
Sun xMantili
UB UP CT PC PT PP DP BP BT
UB 1
UP 0,84** 1
CT -0,30** -0,26** 1
PC -0,22* -0,22* -0,09 1
PT -0,35** -0,31* 0,94** 0,22* 1
PP -0,26* -0,23* 0,23* -0,04 0,22* 1
DP 0,27** 0,22* -0,11 -0,04 -0,14 0,19 1
BP -0,07 -0,11 0,09 0,04 0,11 0,57** 0,56** 1
BT -0,35** -0,32** 0,90** 0,22* 0,96** 0,33** -0,0005 0,37** 1
Keterangan: - * nyata pada taraf 5%; ** nyata pada taraf 1%.
- UB (Umur awal berbunga); UP (Umur awal panen); PC (Polong per cluster); CT (Jumlah
cluster per tanaman); PT (Jumlah polong per tanaman); PP (Panjang polong); DP
(Diameter polong); BP (Bobot per polong); BT (Bobot polong per tanaman).

Tabel 3 Nilai Korelasi Fenotipik antara Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Cherokee
Sun x Gilik Ijo
UB UP CT PC PT PP DP BP BT
UB 1
UP 0,76** 1
CT 0,06 -0,03 1
PC -0,16 -0,24 -0,05 1
PT 0,01 -0,10 0,90** 0,33** 1
PP 0,13 0,08 0,08 0,02 0,08 1
DP 0,25* -0,06 0,27* -0,06 -0,07 0,31* 1
BP 0,16 0,03 0,27* 0,02 0,05 0,73** 0,44* 1
BT 0,04 0,85** -0,03 0,32* 0,96** 0,27* 0,02 0,30* 1
Keterangan: - * nyata pada taraf 5%; ** nyata pada taraf 1%.
- UB (Umur awal berbunga); UP (Umur awal panen); PC (Polong per cluster); CT (Jumlah
cluster per tanaman); PT (Jumlah polong per tanaman); PP (Panjang polong); DP
(Diameter polong); BP (Bobot per polong); BT (Bobot polong per tanaman).

Pada ke enam populasi F2 nilai Gopalvar dan Ghasemi (2006) dan Karasu
korelasi positif-sangat nyata pada jumlah (2010) juga melaporkan bahwa ter-dapat
cluster per tanaman dan jumlah polong per korelasi positif yang sangat nyata antara
tanaman dengan bobot polong per jumlah cluster dengan jumlah polong per
tanaman. Jumlah cluster yang banyak pada tanaman. Hal ini juga dilaporkan oleh Kulaz
suatu tanaman akan menambah banyaknya (2013) dan (Siddhartha et al., 2003) bahwa
pasangan po-long dalam cluster karena jumlah cluster per tanaman dan jum-lah
cluster merupa-kan tempat tumbuh dan polong per tanaman berkorelasi fenoti-pik
berkembangnya polong, sehingga ketika positif-sangat nyata terhadap hasil. Korelasi
jumlah polong per cluster meningkat maka negatif-sangat nyata pada umur awal
jumlah polong per tanaman meningkat yang berbunga dan umur awal panen terha-dap
kemudian akan meningkatkan hasil bobot bobot polong per tanaman. Semakin la-ma
per tanaman. Ha-sil penelitian yang sama umur awal panen dan umur awal panen
juga disampaikan oleh Mohammed (1997) akan menyebabkan penurunan bobot po-
bahwa jumlah clus-ter per tanaman long per tanaman. Bunga yang muncul lebih
berkorelasi positif-nyata de-ngan bobot awal akan menghasilkan polong lebih cepat
polong per tanaman karena jumlah cluster dan lebih banyak, karena pada tanaman
merupakan komponen utama yang buncis saat panen masih tetap bermunculan
mempengaruhi hasil dari kultivar bun-cis. bunga sehingga panen dapat dilakukan
334

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 4, April 2014, hlm. 330-338

berkalikali setiap dua hari sekali dan me- sehingga bobot polong per tanaman pun
ningkatkan hasil bobot polong per tanaman. juga meningkat. Seperti yang dikemukakan
Korelasi fenotipik negatif-sangat nyata pada Gardner et.al., (1991) yang menyebabkan
karakter umur awal berbunga dan umur a- perkembangan dan morfogenenesis tana-
wal panen terhadap hasil juga dilaporkan man merupakan akibat dari pembelahan,
(Bhushan et al., 2007). Hubungan antara pembesaran dan diferensiasi sel. Korelasi
waktu awal panen dengan hasil yang ber- positif-nyata antara karakter bobot per po-
korelasi negatif ini juga pernah dilaporkan long dengan bobot polong per tanaman, se-
oleh Peksen dan Gulumser (2005). makin besar bobot per polong maka akan
Korelasi positif-sangat nyata karakter meningkatkan bobot total polong per tana-
jumlah polong per cluster dengan bobot po- man. Jumlah polong per cluster, jumlah po-
long per tanaman pada semua populasi F2 long per tanaman, rata-rata panjang polong,
kecuali populasi Purple queen x Gogo ku- dan rata-rata bobot polong secara fenotipik
ning (PQxGK) dan Purple queen x Mantili berkorelasi positif-sangat nyata dengan
(PQxM) yang menunjukkan korelasi positif hasil, hal ini juga dilaporkan oleh Mishra et
namun tidak nyata. Cluster merupakan tem- al., (1996) serta Mehra dan Singh (2012).
pat tumbuh dan berkembangnya polong, se- Korelasi negatif-sangat nyata
hingga ketika jumlah polong per cluster me- terdapat pada karakter panjang polong
ningkat maka jumlah polong per tanaman terhadap dia-meter polong. Hal ini
meningkat yang kemudian akan meningkat- menunjukkan semakin panjang polong
kan hasil bobot per tanaman. Korelasi maka diameter polong ter-sebut akan
positif-sangat nyata juga terlihat pada semakin kecil, karena hasil foto-sintat lebih
karakter panjang polong terhadap hasil ditujukan kepada salah satu dari panjang
kecuali populasi Cherokee sun x Gogo ku- polong atau diameter polong. Umur
ning (CSxGK), Purple queen x Gogo ku- berbunga berkorelasi sangat nyata dengan
ning (PQxGK), dan Purple queen x Gilik ijo umur awal panen, karena semakin cepat u-
(PQxGI) yang menunjukkan korelasi positif mur berbunga maka polong yang terbentuk
namun tidak nyata. Polong yang panjang cepat matang yang kemudi-an umur awal
akan meningkatkan bobot per polong kare- panen semakin cepat.
na volume dari polong tersebut meningkat,

Tabel 4 Nilai Korelasi Fenotipik antara Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Purple
Queen X Gogo Kuning
UB UP CT PC PT PP DP BP BT
UB 1
UP 0,86** 1
CT -0,04 -0,04 1
PC -0,05 -0,02 0,17* 1
PT -0,02 -0,01 0,87** 0,55** 1
PP 0,06 0,01 -0,42** -0,44** -0,55** 1
DP 0,03 0,01 -0,14 -0,25** -0,22** 0,44** 1
BP 0,002 -0,04 -0,31** -0,40** -0,44** 0,77** 0,66** 1
BT -0,03 -0,01 0,87** 0,50** 0,96** -0,40** -0,10 -0,24** 1
Keterangan: - * nyata pada taraf 5%; ** nyata pada taraf 1%.
- UB (Umur awal berbunga); UP (Umur awal panen); PC (Polong per cluster); CT (Jumlah
cluster per tanaman); PT (Jumlah polong per tanaman); PP (Panjang polong); DP (Diameter
polong); BP (Bobot per polong); BT (Bobot polong per tanaman).
335

Rizqiyah, dkk, Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil ...

Tabel 5 Nilai Korelasi Fenotipik antara Komponen Hasil dengan Hasil Pada Populasi Purple
QueenxMantili
UB UP CT PC PT PP DP BP BT
UB 1
UP 0,83** 1
CT -0,36 -0,34 1
PC 0,19 0,13 -0,50** 1
PT -0,29 -0,30 0,75** 0,14 1
PP -0,15 -0,32 0,36 0,003 0,38 1
DP -0,11 -0,17 0,12 -0,12 0,03 0,71** 1
BP -0,34 -0,40* 0,29 -0,27 0,18 0,65** 0,67** 1
BT -0,32 -0,35 0,76** -0,05 0,96** 0,54** 0,21 0,43** 1
Keterangan: - * nyata pada taraf 5%; ** nyata pada taraf 1%.
- UB (Umur awal berbunga); UP (Umur awal panen); PC (Polong per cluster); CT (Jumlah
cluster per tanaman); PT (Jumlah polong per tanaman); PP (Panjang polong); DP
(Diameter polong); BP (Bobot per polong); BT (Bobot polong per tanaman).

Tabel 6 Nilai Korelasi Fenotipik antara Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Purple
Queen X Gilik Ijo
UB UP PC CT PT PP DP BP BT
UB 1
UP 0,84** 1
PC -0,13* -0,05 1
CT -0,28** -0,24** -0,32** 1
PT -0,31** -0,22** 0,25** 0,78** 1
PP -0,005 -0,09 0,04 -0,10 -0,02 1
DP 0,27** 0,24** 0,04** -0,24** -0,21* 0,38** 1
BP 0,08 0,08 -0,02 -0,08 -0,08 0,59** 0,54** 1
BT -0,26** -0,18* 0,25** 0,70** 0,92** 0,14 -0,02 0,26* 1
Keterangan: - * nyata pada taraf 5%; ** nyata pada taraf 1%.
- UB (Umur awal berbunga); UP (Umur awal panen); PC (Polong per cluster); CT (Jumlah
cluster per tanaman); PT (Jumlah polong per tanaman); PP (Panjang polong); DP (Diameter
polong); BP (Bobot per polong); BT (Bobot polong per tanaman.

Sidik Lintas nilai pengaruh langsung positif yang cukup


Hasil sidik lintas pengaruh langsung besar setelah jumlah polong per tanaman.
dan tidak langsung fenotipik disajikan pada Korelasi antara kedua karakter tersebut
gambar diagram 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Ber- juga memiliki nilai positif yang sangat nyata
dasarkan hasil analisis lintas pada ke enam maka sesuai dengan pernyataan Singh dan
populasi F2 dapat diketahui bahwa karakter Chaundhary (1979), apabila koefisien kore-
jumlah polong per tanaman memiliki pe- lasi antara peubah bebas dengan peubah
ngaruh langsung yang sangat besar ter- tetap positif dan besarnya hampir sama
hadap hasil dengan nilai positif. Pengaruh dengan pengaruh langsungnya, maka ke-
langsung tersebut didukung oleh nilai terangan korelasi tersebut menyatakan hu-
korelasi antara keduanya yang menunjuk- bungan yang benar, selanjutnya seleksi
kan korelasi positif-sangat nyata. Demikian langsung melalui karakter tersebut efektif.
pula dengan bobot per polong yang memiliki
336

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 4, April 2014, hlm. 330-338

Gambar 1 Diagram Sidik Lintas Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Cherokee sun x
Gogo Kuning

Gambar 2 Diagram Sidik Lintas Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Cherokee sun x
Mantili

Gambar 3 Diagram Sidik Lintas Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Cherokee sun x
Gilik Ijo

Jumlah cluster per tanaman pada po- nilai korelasi tersebut disebabkan oleh pe-
pulasi Cherokee sun x Gogo kuning ngaruh tidak langsung. Pada keadaan de-
(CSxGK) dan populasi Cherokee sun x Gilik mikian, pengaruh tidak langsung dari faktor-
ijo (CSxGI) memiliki pengaruh langsung ne- faktor penyebab perlu dipertimbangkan.
gatif yang cukup besar, namun nilai korelasi Namun pada populasi yang lain menunjuk-
positif-sangat nyata, sesuai dengan pernya- kan pengaruh positif rendah dan nilai kore-
taan Singh dan Chaundhary (1979) diduga lasi positif-sangat nyata.
337

Rizqiyah, dkk, Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil ...

Gambar 4 Diagram Sidik Lintas Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Purple queen x
Gogo Kuning

Gambar 5 Diagram Sidik Lintas Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Purple queen x
Mantili

Gambar 6 Diagram Sidik Lintas Komponen Hasil dengan Hasil pada Populasi Purple queen x
Gilik Ijo
338

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 4, April 2014, hlm. 330-338

KESIMPULAN Kulaz, H. 2013. Relationships among Yield


Components and Selection Crite-ria
Terdapat korelasi fenotipik positif
for Seed Yield Improvement in Bush
sangat nyata pada karakter jumlah cluster
Bean (Phaseolus vulgaris L.). Journal
per tanaman, jumlah polong per cluster,
of Agriculture Science 18 (2012) :
jumlah polong per tanaman, bobot per
257-262.
polong dengan hasil pada semua populasi
Mehra D dan D.K Singh. 2012. Path analy-
F2.Jumlah polong per tanaman, jumlah
sis for pod yield in French bean
cluster per tanaman, bobot per polong,
(Phaseolus vulgaris L.). Vegetable
jumlah polong per cluster, dan panjang
Science 39(2):192-194.
polong dapat dijadikan kriteria seleksi
Mishra HN, Killadi B dan Mishra RC,
karena dapat meningkatkan hasil melalui
1996. Character association and path
pengaruh langsung.
coefficient analysis in pole type
French bean. Environ Ecol 14: 103-
DAFTAR PUSTAKA
106.
Bushan K.B, B.P. Singh, R.K Dubey dan Mohammed 1997. Screening of some
H.H. Ram. 2007. Correlation analysis common bean (Phaseolus vulgaris L.)
for seed yield in French bean cultivars for production in Sout-hern
(Phaseolus vulgaris L.). Pa-ninagar Egypt and path coefficient analysis
Journal of Research 5 (1): 104-106. for green pod yield. Assiut J AgricSci
Gardner, F.P, R.B Pearce, dan R.L. 28: 91-106.
Mittchell. 1991. Fisiologi Tana-man Peksen E dan Gulumser A. 2005.Rela-
Budidaya (Diterjemahkan oleh tionships between seed yield and
Herawati dan Subiyanto). Universitas yield components and path analy-sis
Indonesia Press. Ja-karta. in some common bean (Phase-olus
Gopalvar A.R dan Ghasemi-pirbalouti A. vulgaris. L.) genotypes. On dokuz
2006. Indirect selection for genetic Mayyus University Journal of Faculty
improvement of seed yield and of Agriculture 20 (3): 82-87.
biological nitrogen fixation in Iranian PERSAGI. 2009. Daftar Komposisi Bahan
common bean genotypes (Phaseolus Makanan. Persagi. Jakarta.
vulgaris L.). Pakistan Journal of Siddhartha, K.R, A. Karim, A.K.M.M.
Biological Science 9(11):2097-2101. Islam. 2003. Relationship bet-ween
Karasu, A. 2010.A Study on Coefficient yield and its component characters of
Analysis and Association Between bush bean (Phaseo-lus vulgaris L.).
Agronomical Characters in Dry Bean South Pacific Studies 27 (1): 13-23
(Phaseolus vulgaris L.). Bul-garian Singh, R.K dan B.D. Chaundhary. 1979.
Journal of Agriculture Science 16 (2): Biometrical Methods in Quantitative
203-211. Genetic Analysis. Kalyani Publisher.
New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai