Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era global
akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga
terus mengalami perubahan. Masalah keperawatan sebagai bagian masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat terus-menerus berubah karena berbagai
faktor yang mendasarinya juga terus mengalami perubahan. Dengan
berkembangnya masyarakat dan berbagai bentuk pelayanan profesional serta
kemungkinan adanya perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan, maka
mungkin saja akan terjadi pergeseran peran keperawatan dalam sistem pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Nursalam, 2014).
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami hal ini dan mampu memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana meliputi : menggunaan proses keperawatan dalam setiap
aktivitas asuhan keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan
berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas
kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
(Mugianti, 2016).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara
umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan
Evaluasi). Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M
(Man, Money, Material, Method, Machine). Dalam setiap kegiatan manajemen
selalu diawali dari Perencanaan dan diakhiri dengan Pengontrolan yang
merupakan suatu siklus yang berulang (Mugianti, 2016).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 1


Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional atau menajemen
layanan dan manajemen asuhan keperawatan (Mugianti, 2016).
Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi
pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas.
Jika posisi Anda sebagai seorang ketua tim, kepala ruang atau perawat pelaksana
dalam suatu bagian, Anda memerlukan suatu pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang berkualitas. Sebagai perawat profesional, Anda tidak hanya mengelola
orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat
menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta
meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju ke arah kesembuhan (Nursalam,
2014).
Ilmu manajemen mengembangkan dasar teori dari berbagai ilmu, seperti
bisnis, psikologi, sosiologi, dan antropologi. Karena organisasi bersifat kompleks
dan bervariasi, maka pandangan teori manajemen adalah bagaimana manajemen
dapat berhasil dan apa yang harus diperbaiki/diubah dalam mencapai suatu
tujuan organisasi (Nursalam, 2014).
Berdasarkan atas fenomena di atas, maka kami mahasiswa STIKes
Kendedes Malang mencoba menerapkan Model Praktik Asuhan Keperawatan
Profesional dengan metode pemberian Asuhan Keperawatan. Team Nursing,
dimana pelaksanaanya melibatkan semua pasien dan perawat yang di Ruang
Anggrek RSUD Bangil.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 2


dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dengan model asuhan keperawatan Tim di Ruang Anggrek RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan.
b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pengkajian di Ruang Anggrek
2. Mampu menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Anggrek
3. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
4. Memilih salah satu metode penugasan yang sesuai dengan keadaan
ruangan
5. Melaksanakan Asuhan keperawatan sesuai dengan salah satu model yang
telah di tetapkan.
6. Menentukan rumusan masalah
7. Menyusun rencana strategi operasional ruang berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional: (1) Desiminasi awal,
(2) Sentralisasi Obat, (3) Ronde, (4) Discharge Planning, (5) Supervisi,
(6) MAKP, (7) Timbang Terima, (8) Dokumentasi / Desiminasi awal.
8. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawtan Profesional :
(1) Desiminasi awal, (2) Sentralisasi Obat, (3) Ronde, (4) Discharge
Planning, (5) Supervisi, (6) MAKP, (7) Timbang Terima, (8)
Dokumentasi / Desiminasi awal.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Praktikan
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan di
laksanakan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 3


b. Preceptie mampu mengumpulkan data dalam penerapan MAKP di
Ruang Asoka
c. Preceptie mampu menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana dan strategi.
1.3.2 Manfaat Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan antara perawat dan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
d. Melalui praktik manajemen dapat diketahui masalah-masalah yang ada
di ruang Asoka yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP
e. Perawat menerapkan kembali MAKP yang sebelumnya kurang optimal
1.3.3 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal
b. Pelayanan kepada pasien semakin maksimal
c. Hak-hak pasien sangat dihargai
1.3.4 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruangan rawat
sehingga dapat memodifikasi MAKP yang akan dilaksanakan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Manajemen Keperawatan
2.1.1 Definisi Manajemen
Manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa latin dari asal
kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kedua
kata itu digabungkar menjadi kata kerja managere yang berarti
menangani. Maragere diterjemakan ke dalam bahasa inggris yaitu
management turunan dari kata to manage yang bererti mengurus atau
tatalaksanana. Hal ini dapat dimaknai sebagai proses pelaksanaan tujuan
tertentu. Manajemen adalah proses kerja sama antara dua orang atau lebih
untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan. Manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan
dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ismainar,
2015).
Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi (Mugianti, 2016).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah suatu kegiatan atau proses kerja sama antara dua orang atau lebih
untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

2.1.2 Definisi Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan
bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989 dalam Mugianti, 2016).
Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai.
Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 5


asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola asuhan keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan dan mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber
yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyrakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahaa
manajemen keperaata adalah suatu proses yang dilakukan oleh profesi
keperawatan dalam memberikan peayanan berdasarkan sistematik asuhan
keperawatan baik terhadap individu, kelompok maupun terhadap
masyarakat.

2.1.3 Tujuan Manajemen Keperawatan


1) Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
2) Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
3) Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada
4) Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan
bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-
sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen
keperawatan adalah:
1) Terselenggaranya pelayanan
2) Asuhan keperawatan yang berkualitas.
3) Pengembangan staf
4) Budaya riset bidang keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 6


2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan
1) Pengkajian-Pengumpulan Data
Pada tahap ini seorang manager dituntut tidak hanya
mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga
mengenai institusi (Rumah Sakit, Puskesmas dll), tenaga
keperawatan administrasi, dan bagian keuangan yang akan
mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
2) Perencanaan
Perencanaan di maksudkan untuk menyusun suatu
mperencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang
di tentukan. Perencanaan disini di maksudkan untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan
ukuran tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola
struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai
visi dan misi institusi yang telah ditetapkan
3) Pelaksanaan
Pada tahap implementasi dalam proses manajemen
keperawatan terdiri atas bagaimana manager memimpin orang lain
untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan
4) Evaluasi
Tahap akhir proses managerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi disini adalah
untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya
sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung
pelaksanaan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 7


2.1.5 Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui
fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan di berbagai tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
dalam perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan
apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini . Kepuasan pasien
merupakan point utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
a. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat
memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang
baik.
b. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 8


memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara
bawahan.
c. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang
lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
d. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah
dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip
melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer,
administrator dan bawahan seyogianya bekerja bersama-sama dalam
merencanakan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.6 Prinsip Pengorganisasian


a. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-
bagi sehingga setiap orang memilik tugas tertentu.
a) Pendidikan dan pengalaman setiap staf
b) Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
c) Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan
kedudukan dalam organisasi
d) Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya
e) Mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf
dan kepada tenaga non keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 9


b. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu.
Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan
sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti
manajemen. Selain itu dengan pendelegasian, seorang pimpinan
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih
penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga
merupakan alat pengembangan dan latihan manajemen yang
bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang lebih
besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan
untuk memegang tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya
kurangnya pendelegasian akan menghambat inisiatif staf.
c. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan
penyesuaian antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat
terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain maupun
dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi :
a) Menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada
dibangsal/bagian dan perasaan lebih penting dari yang lain.
b) Menumbuhkan rasa saling membantu
c) Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
d. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang
keperawatan mengalami kesulitan dalam mengatur dan
mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk
orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat
digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 10


a) Analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk
menentukan kategori kegiatan yang ada.
b) Memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
c) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan
perkembangannnya serta tujuan yang akan dicapai.

2.1.7 Fungsi Manajemen


Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1) Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :
a) Gambaran apa yang akan dicapai
b) Persiapan pencapaian tujuan
c) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d) Persiapan tindakan – tindakan
e) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak
saja
f) Tiap - tiap organisasi perlu perencanaan
2) Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah
rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam,
jenis, unit kerja, alat - alat, keuangan dan fasilitas.
3) Penggerak (actuating), menggerakkan orang - orang agar mau / suka
bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah,
tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
4) Pengendalian atau pengawasan (controling), merupakan fungsi
pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah
orang - orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5) Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan
perbandingan hasil - hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan,

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 11


sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi
organik administrasi dan manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah
man, money, material, methode, machine, minute dan market.

2.1.8 Fungsi Operasional Manajemen


a) Manajemen Sumber Daya Manusia
Merupakan penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk
memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis yang kita
jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang terbaik tersebut
dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas
pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.
b) Manajemen Pemasaran
Merupakan kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang
pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya
yang dibutuhkan oleh konsumen, dana bagaimana cara pemenuhannya
dapat diwujudkan.
c) Manajemen Produksi
Merupakan penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang
seefisien mungkin, dari mulai pilihan lokasi produksi hingga produk
akhir yang dihasilkan dalam proses produksi.
d) Manajemen Keuangan
Merupakan kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang
pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur
berdasarkan profit. Tugas manajemen keuangan diantaranya
merencanakan dari mana pembiayaan bisnis diperoleh, dan dengan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 12


cara bagaimana modal yang telah diperoleh dialokasikan secara tepat
dalam kegiatan bisnis yang dijalankan.
e) Manajemen Informasi
Merupakan kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang
pada intinya berusaha memastikan bahwa bisnis yang dijalankan tetap
mampu untuk terus bertahan dalam jangka panjang. Untuk
memastikan itu manajemen informasi bertugas untuk menyediakan
seluruh informasi yang terkait dengan kegiatan perusahaan baik
informasi internal maupun eksternal, yang dapat mendorong kegiatan
bisnis yang dijalankan tetap mampu beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi di masyarakat.

2.1.9 Komponen Manajemen Keperawatan


Komponen manajemen keperawatan terdiri atas:
1) Input
a) Informasi
b) Personal
c) Perawatan
d) Fasilitas
2) Proses
Kelompok manajemen dari tertinggi sampai dengan perawat pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melaksanakan
perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.
3) Output
a. Askep
b. Pengembangan staf sampai dengan riset
4) Control
a. Butget prosedur
b. Evaluasi kinerja

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 13


c. Akreditasi
5) Feed back mechanism
a. Laporan finansial
b. Audit keperawatan
c. Survei kendali mutu
d. Kinerja.

2.1.10 Unsur-unsur Manajemen


1) Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak
ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
2) Money (uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga
kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil
yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3) Materials (bahan)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,
selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab
materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan
tercapai hasil yang dikehendaki.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 14


4) Methods (metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja.
Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya
pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang
tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu
diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang
melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman
maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan
utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
5) Market (pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting
sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi
barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung.
Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai
dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

2.1.11 Fisiologi Manajemen Keperawatan


Filosofi manajemen keperawatan terdiri atas :
1) Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga. Mengerjakan hari ini lebih baik dari hari
sebelumnnya.
2) Manager keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan
3) Peningkatan mutu kinerja perawat
4) Pendidikan berkelanjutan
5) Proses keperawatan individual menunjang pasien untuk mencapai
kesehatan optimal

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 15


6) Tim keperawatan bertanggungjawab dan bertanggunggugat untuk
setiap tindakan keperawatan yang diberikan
7) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan
keperawatan yang bermutu
8) Perawat adalah advokad pasien.

2.2 Konsep Kepemimpinan


2.2.1 Definisi Kepemimpinan
Ada beberapa pengertian tentang kepemimpinan, antara lain :
1) Stogdill
Pengertian kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mau
berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Russel C
Swansburg, 2000).
2) Ordway Ted
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki
seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas
tertentu yang dipercayakan kepadanya.
3) Georgy R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya
pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang
lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Paul Hersay, Ken Blanchord
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu (H. Zaidin Ali,
2000).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 16


2.2.2 Teori Kepemimpinan
1) Georgy R. Terry
a. Teori Keadaan: Kepemimpinan yang bersifat fleksibel, yang
selalu menyesuaikan terhdap situasi.
b. Teori Supportif atau Partisipatif atau Demokratik: Pimpinan
memberikan support kepada bawahan untuk bekerja baik.
c. Teori Sosiologi: Pemimpin membantu aktivitas pengikut dan
menyelesaikan konflik organisasi dan pengikut.
d. Teori Psikologis: Pemimpin dengan berjalannya kepemimpinan
meningkatkan motivasi pengikut atau bawahan.
e. Teori Otokratis adalah Pemimpin dengan berjalannya
kepemimpinan memberikan perintah, paksaan dan tindakan
(arbiater).
2) Ki Hajar Dewantara
Trilogi kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara :
a. Ing ngarso sung tulodo: Di depan memberi teladan. Maksudnya
seorang pemimpin harus dapat menjadikan dirinya sebagai
anutan dan ikutan orang – orang yang dipimpinnya.
b. Ing madya mangun karso: Ditengah menumbuhkan karsa atau
kehendak (inisiatif), membangkitkan semangat berswakarsa dan
kreatifitas orang lain yang dipimpinnya.
c. Tut wuri handayani: Mengikuti dari belakang dengan
membimbing, bahwa seorang pemimpin harus member
kesempatan dan mendorong orang – orang yang dipimpinnya
agar berani berjalan didepan dan sanggup bertanggung jawab.
3) Teori Sifat (The Traitist theory of leadership)
a. Ordway Tead
Ada 10 sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin :
1) Memiliki kekuatan fisik dan mental,
2) Paham arah dan tujuan,

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 17


3) Antuasiasme,
4) Ramah tamah dan efektif,
5) Memiliki integritas (terpercaya),
6) Memiliki keahlian tehnis,
7) Cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan,
8) Cerdas,
9) Cakap mengajar,
10) Setia
b. Jhon D. Millet
Ada 4 sifat yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin :
1) Kemampuan melihat perusahaan (atau organisasi) secara
keseluruhan,
2) Kemampuan mengambil keputusan,
3) Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang,
4) Kemampuan menanamkan kesetiaan pada perintah.
c. George R. Terry
1) Cerdas (intelligence)
2) Inisiatif
3) Kekuatan atau pendorong (energy or drive)
4) Kematangan emosi (emotional maturity)
5) Meyakinkan ( persuasive)
6) Kemahiran berkomunikasi (communicate skill)
7) Percaya diri (self-assurance)
8) Cerdik (perceptive)
9) Kreatif (creativity)
10) Berperan serta dalam pergaulan social (social participation).
4) Shri Majapahit Gajah Mada
Panca dasa kepemimpinan Gajah Mada adalah :
a. Wijnanan: sikap bijaksana
b. Mantra Wira: sebagai pembela Negara sejati

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 18


c. Wicaksanang Naya: bijaksana dalam menganalisan dan
mengambil keputusan
d. Matanggwan: mendapat kepercayaan dari bawahan
e. Satya Bakti Haprabhu: loyal pada atasan
f. Wajnana: pandai berpidato dan berdiplomsi
g. Sajjawopasama: tidak sombong, rendah hati, manusiawi
h. Dhirottsaha: bersifat rajin, kreatif
i. Tan Lalana: bersifat gembira, periang
j. Disyacitta: jujur, terbuka
k. Tan Satrisna: tidak egois
l. Masihi Samastha Bhuwana: bersifat penyayang, cinta alam
m. Ginong Pratidina: tekun menegakkan kebenaran
n. Sumantri: sebagai abdi Negara yang baik
o. Anayakan Musuh: mampu membinasakan lawan.
5) H. Zaidin Ali, SKM.MBA.MM
a. Tegas (Firm): Selalu menegakkan peraturan dengan tegas,
member hadiah (reword) bagi yang berpartisipasi dan hukuman
(punishmant) bagi yang bersalah/ melanggar peraturan.
b. Adil (Fair): Selalu berlaku adil terhadap bawahan sesuai dengan
beban kerja dan beban tanggung jawabnya.
c. Sikap berteman (Friendly): Bersikap keterbukaan, kebersamaan,
kekeluargaan dan keakraban antara pimpinan dan bawahan (H.
Zaidin Ali, SKM, 2000).

2.2.3 Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau
karakteristik khusus dari suatu bentuk kepemimpinan . Ada 4 (empat)
gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis,
partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1996).
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 19


Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang
menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter,
melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan
keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan,
kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada
bawahan
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat
f. Prakarsa harus selalu dating dari pimpinan
g. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
h. Tugas- tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif
i. Lebih banyak kritik daripada pujian
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
k. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat
l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
m. Kasar dalam bertindak
n. Kaku dalam bersikap
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasu hanya dipikul oleh
pimpinan.
Keuntungan: kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan
bertindak, sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik.
Kerugian: suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat
berakibat lebih lanjut timbulnya ketidak puasan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 20


Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang
pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan yang
dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin yang demokratis
menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali
dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk
mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan demokratis memiliki
ciri- ciri sebagai berikut:
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak
b. Pemimpin bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada
bawahan
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
e. Komunikasi berlangsung timbale balik, baik terjadi antar
pimpinan dengan bawahan maupun bawahan dengan bawahan
f. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau
kegiatan bawahan dilakukan secara wajar
g. Prakarsa dapat dating dari pimpinan maupun bawahan
h. Banyak kesempatan bagi bawahan diberikan dengan lebih
bersifat permintaan dari pada instruktif
i. Tugas-tugas kepada bawhan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dar pada instruktif
j. Pujian dan kritik seimbang
k. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam
bats kemampuan masing-masing
l. Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar
m. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak
n. Terdapat suasana saling percaya, saling hrmat, menghormati
dan saling harga menghargai

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 21


o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama
pimpinan dan bawahan.
Keuntungan: berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinannya moral yang tinggi.
Kelemahan: keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban, rasa
tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan
keputusan yang terbaik.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama
antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara
mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan pemecahannya
kemudian mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan
mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan selanjutnya
menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan
bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire “Liberal”
Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya
“membebaskan” bawahan melakukan sendiri apa yang ingin
dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung
jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau
koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan, melakukan dan
menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat. Kepemimpinan
Liberal antara lain berciri :
a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan,
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahannya,

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 22


e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan, atau kegiata yang dilakukan para bawahan,
f. Prakarsa selalu dating dari bawahan,
g. Hampir tida pengarahan dari pimpinan,
h. Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok,
i. Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan
kelompok,
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per
orang.
Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya
kepemimpinan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam situasi tertentu tetapi
tidak efektif dalam situasi lainya.
Menurut (Gillies, 1996) Faktor yang menetukan efektifitas
gaya kepemimpinan secara situasional meliputi:
a. Kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan,
b. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas,
c. Ukuran unit organisasi,
d. Pola komunikasi dalam organisasi
e. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai,
f. Kebutuhan pegawai dan kepribadian pemimpin
Keuntungan: para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
Kelemahan: kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera
masing- masing.

2.2.4 Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan


Dalam keperawatan, pengorganisasian pelayanan keperawatan
dilaksanakan dengan cara (Burgess 1988 & Gillies 1988) :

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 23


1. Fungsional atau penugasan: Yaitu pembagian tugas untuk perawat
yang dilakukan oleh kepala ruangan masing - masing mempunyai
tugas khusus.
2. Alokasi pasien: yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk
beberapa klien atau satu klien oleh satu perawat saat berjaga.
3. Perawatan group atau team nursing: yaitu pelayanan lapangan
dimana sekelompok perawat memberikan pelayanan keperawatan
kepada sekelompok klien, kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijasah dan berpengalaman.
4. Pelayanan keperawatan utama: yaitu pengorganisasian dalam
pelayanan keperawatan sehingga satu orang primary nursing dalam
24 jam bertanggung jawab pada klien yang di bawah tanggung
jawabnya dari masuk RS sampai pulang.

2.2.5 Klasifikasi Pasien


Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas
(1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien
berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar
sebagai berikut :
1. Kategori I: self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2
jam/hari
a. kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. makanan dan minum dilakukan sendiri
c. ambulasi dengan pengawasan
d. observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e. pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
f. perawatan luka sederhana.
2. Kategori II: Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu
3-4 jam/hari
a. kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 24


b. observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c. ambulasi dibantu
d. pengobatan dengan injeksi
e. klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
f. klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
3. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6
jam/hari
a. semua kebutuhan klien dibantu
b. perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c. observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d. makan dan minum melalui selang lambung
e. pengobatan intravena “perdrip”
f. dilakukan suction
g. gelisah atau disorientasi
h. perawatan luka kompleks.

2.2.6 Ketenagaan Kerja


Dibawah ini dijelaskan beberapa tugas atau tanggung jawab Kepala
Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim; Secara umum,
masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki tanggung
jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1. Tanggung Jawab Karu :
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinan dan managemen
d. Mengorientasikan tenaga baru
e. Menjadi narasumber bagi tim
f. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset
keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 25


g. Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2. Tanggung Jawab Katim :
a. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana
keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi renpra
c. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan
oleh anggota tim
d. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3. Tanggung Jawab Anggota Tim:
a. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b. Memberikan perawatan total atau komprehensif pada sejumlah
pasien
c. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim
tidak ada di tempat
Berkontribusi terhadap perawatan: observasi terus menerus, ikut ronde
keperawatan, berinterkasi dengan pasien dan keluarga, berkontribusi
dengan ketua katim atau ketua ruangan bila ada masalah.

2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


2.3.1 Definisi
Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) merupakan suatu kerangka kerja yang mendefenisikan empat
unsure, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan
sitem MAKP. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/ jasa layananan
perawatan.
Hoffart & Woods (1996) juga menyebutkan Sistem MAKP
adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 26


2.3.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP)
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995)
mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model
yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan
Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap
suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam
penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Huston, 1998; 143) yaitu:

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi


2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP


1. Kualitas Pelayanan Keperawatan
2. Standar Praktik Keperawatan
3. Model Praktik
4. Manajerial Grid

2.3.4 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Ada beberapa metode system pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien. Mc laughin, Thomas, dan barterm (1995) mengidentiifikasi
delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
digunakan dirumah sakit adalah asuhan keperawatan total, tim, dan primer.
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian
asuhan keperawatan professional. Ada lima metode pemberian asuhan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 27


keperawatan professional ada dan akan terus dikembangkan di masa depan
dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
1. Fungsional (bukan model MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang
dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau
dua jenis intervensi kepeerawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada
semua pasien di bangsal.

Kepala Ruang

Perawat: Perawat: Penyiapan: Kebutuhan dasar


Pengobatan Merawat Luka Instrumen

Pasien

Kelebihan :
a. Manajemen klasik yang menekankan sfisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan
atau belum berpengalaman
Kelemahan :
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 28


c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja
1. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang
terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan
pada pelayanan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat
darurat.
Konsep metode tim :
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinannya
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontuinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang
Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komonikasi antar tim, sehingga konflik bisa diatasi
dan memberi kepuasan pada anggota tim
Kelemahan : komonikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya yang membutuhkan
waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk
Konsep metode tim :
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 29


b. Pentingnya komonikasi yang efektif agar kontunuitas rencana
keperawatan terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim :
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi.
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang :
a. Perencanaan:
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: Gawat, Transisi,
dan persiapan pulang, bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan apapun penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 30


mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah,serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Mmembantu membimbing peserta didik keperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Mmembuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentan kendali, kepala ruangan membawahi dua ketua
tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain –
lain
6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat
kepada ketua tim
9) Mmemberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya
c. Pengarahan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 31


1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap
4) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakn tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d. Pengawasan
a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien
b) Melalui supervisi :
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memperbaik/ mengawasi kelemahan – kelemahan
yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa, rencana keperawatan
serta catatn yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim
5) Audit keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 32


Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien Pasien Pasien

2. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini di
tandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang di tugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 33


Diagram pengembangan MAKP (Nursalam, 2009)

Tim Medis Kepala ruang Sarana RS

PPI PPI
PA I PA I
PA2 PA2

Pasien Pasien
Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis and Huston, 1998
;138)

Dokter Kepala ruang Sarana RS

Perawat Primer

Pasien/Klien

Perawat pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksan


Evening Night jika diperlukan days

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 34


Kelebihan:
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu di perbarui dan
komprehensif.
Kelemahan adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer :
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat ;
b. Ada otonomi;
c. Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer :
a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
b. Mmebuat tujuan dan rencana keperawatan;
c. Melaksanakn renca yang telah dibuat selama ia dinas;
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelyanan yang di
berikan oleh disiplin lain maupun perawat lain;
e. Mengevaluasi keberhasilan yang di capai;
f. Menerima dan menyesuaiakan rencana

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 35


g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial
1. di masyarakat
i. Membuat jadwal perjanjian klinis
j. Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala ruang atau bangsal dalam metode primer:
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten
d. Evaluasi kerja
e. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staff
f. Membuat satu sampai dua pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi
Ketenagaan metode primer:
a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada
dekat dengan pasien
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
c. Penugasan di tentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun
non professional sebagai perawat asisten
4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif dan tidak
ada jaminan bahwa pasien dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode petugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau pribadi dalam memberikan
asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensif.
Kelebihannnya:

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 36


a. Perawat lebih memahami kasus perkasus
b. Sistem evaluasi dari menejerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya:
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama

Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf perawat

Pasien Pasien Pasien

Sistem asuhan keperawatan ‘Case Methode Nursing’ (Marquis dan Huston,


1998: 138)

5. Modifikasi MAKP Tim-Primer


Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari kedua system.
Menurut Sitorus (2002) penetapan system model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan berikut:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendididkan S1 keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfrakmentasi pada berbasgai tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatn dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
kerena saat ini perawatn yang ada di RS adalah sebagian besar lulusan D3,
bimbingan tentang asuahan keperawatn diberikan oleh perawat primer

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 37


Contoh (Dikutip dari Sitorus, 2002):
Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat dengan menggunakan
model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 orang perawat primer
(PP) dengan kualifikasi ners, disamping seorang kepala ruang perawat yang
juga ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat
pelaksana terdiri atas lulusan D3 keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang).
Pengelompokan pada setiap sif jaga terlihat pada gambar berikut :

Kepala Ruang

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA
PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

2.4 Lima Unsur Dalam Metode Keperawatan


2.4.1 M1 (MAN)
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi
yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 38


makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola
dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terandung di alam menuju
tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanya yang seimbang dan
berkelanjutan.
Menurut Dessier (1997) dalam Suroso Santoso (2003) fungsi yang
dijalankan oleh manajemen pada hakikatnya merupakan dasar dari
manajemen sumber daya manusia. Fungsi dari manajemen tersebut adalah
1. Planning (P) atau perencanaan, yaitu menetapkan apa yang harus
ditetapkan
2. Organizing (O) atau pengorganisasian, yaitu penugasan kelopok kerja
serta penstafan atau penyusunan personalia.
3. Actuating (A) atau pengarahan yang terjadi atas kepemimpinan,
motivasi dan manajemen koflik.
4. Controlling (C) atau pengendalian
Mc.Leod (1995) dalam Suroso Santoso (2003) memandang
manajemen dari sudut manajemen sistem informasi dan mengelompokkan
komponen manajemen sumber daya manusia sebagai berikut:
1. Perekrutan (Recrutting)
2. Penerimaan (Hiring)
3. Pendidikan dan pelatihan ( Education and Trainning)
4. Pemutusan hubungan kerja (firing)
5. Administrasi tunjangan (Employee Benefits Administration)
6. Manajemen informasi sumber daya manusia (Human Resorce
Information Manajement).
Tujuan sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik dengan
alasan sebagai berikut:
1. Membantu organisasi mencapai tujuan.
2. Memperkrjakan karyawan berketrampilan dan berkemampuan secara
efisien.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 39


3. Menyediakan karyawan yang terlatih baik dan memiliki motivasi
tinggi
4. Meningkatkan kepuasan kerja dan aktualisasi dari karyawan
5. Mengembangkan dan memelihara kualitas kehidupan pekerja.
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu
ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peran sumber daya
(tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta
dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapi tujuan (goal) bersama
perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.
Tujuan – tujuan MSDM terdiri dari 4 tujuan yaitu :
1. Tujuan organisasional
Walaupun secara formal suatu departemen sumber daya
manusia diciptakan untuk dapat membantu para manajer, namun
demikian para manajer tetap bertanggung jawab terhadap kinerja
karyawan.
2. Tujuan fungsional
Sumber daya manusi menjadi tidak berharga jika manajemen
sumber daya manusia memiliki kriteria yang paling rendah dari tingkat
kebutuhan organisasi.
3. Tujuan sosial
Ditunjukkan untuk secara etis dan sosial merespon terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui
tindakan meminimalisasi dampak negatif terhadap organisasi
4. Tujuan personal
Tujuan personal hrus dipertimbangkan jika para karyawan
harus dipertahan kan, dipensiunkan atau dimotivasi. Jika tujuan
personal tidak dipertimbangkan, kinerja dan kepuasan karyawan dapat
menurun dan karayawan dapat meninggalkan organisasi. Pelatihan
pengembangan prestasi.
5. Pengembangan dan evaluasi karyawan (Development and evaluation).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 40


Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan
harus menguasai pekerjaan yang enjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada
dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta
menigkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses perkembangan
dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan
pada tingkat rendah maupun tinggkat tinggi.
6. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai (Compensation
and protection).
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai
secara teratur dari organisasi dari perusahaan. Kompensasi yang tepat
sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang
ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai dengan
kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenagakerjaan
dikemudian hari ataupun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi
atau perusahaan. Proteksi juga dapat diberikan pada pekerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kontribusi
pekerja tersebut dapat maksimal dari waktu ke waktu kompensasi atau
imbalan yang diberikan bermacam-macam jenisnya yang telah
diterangkan pada artikel lain pada situasi organisasi.

2.4.2 M2 (MATERIAL)
1) Definisi
Material merupakan sutu dari lima metode keperawatan yang
memiliki karakteristik:
1. (umumnya) kebutuhannya tidak pasti
2. Sangat menentukan proses kelancaran proses pelayanan.
3. Keberadaan dan ketidakberadaan atau kekurangannya
menimbulkan biaya
4. (umumnya) prosentasi tertinggi dalam neraca.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 41


Material terdiri dari setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah satu
sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
2) Tujuan, Manfaat dan Sarana
1. Memahami konssep manajemen material secara mendalam dan
terintegrasi serta perannya dalm kehidupan pelayanan.
2. Menyusun rencana kebutuhan dan rencana kegiatan pengadaan
material secara fisik maupun finansial.
3. Menyajikan informasi material untuk dipakai sebagai retensi
pengambilan keputusan
4. Mengelola pergudangan dan distribusi barang
5. Melakukan evaluasi terhadap sistem manajemen matial sehingga
bisa diketahui inti masalah yang dihadapi dan cara pemecahannya.
Tujuan manajemen persediaan (material) adalah untuk
menyediakan jumlah material yang tepat, waktu yang tepat dan biaya
rendah. Untuk itu sangat dibutuhkan pengaturan material atau bahan
baku agar biaya produksi dapat lebih optimal.
Pengertian material mempunyai pengertian sebagai suatu
pengaturan yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem
persediaan yang sekaligus system informasinya, agar dicapai system
informasinya, agar dicapai system pengadaan matrial yang tepat
waktu, tepat jumlah, tepat bahan dan tepat harga. System pengaturan
ini kemudian dikenal perencanaan kebutuhan barang baku atau dalam
istilah asing dikenal sebagai MRP (Material Requirement Plannig)
(Yammit, 1996).
Tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan baku adalah sebagi
berikut (Yamit, 1996) :

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 42


a. Menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat
dibutuhkan untuk memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin
kesediannya produk jadi bagi konsumen
b. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum
c. Merencanakan aktifitas pengiriman dan pembelian
Perencanaan material atau lebih sering dikenal dengan Material
Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang
terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang
dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk
mengurangi tingkat produktifitas. Terdapt dua hal penting dalam MRP
yaitu lead time dan beberapa jumlah material yang sebaiknya dipesan
(Johnny, et.ai.). (Jensen, 2004) MRP adalah prosedur penjadwalan
untuk proses produksi yang terdiri dari beberapa level.
Informasi yang diberikan menggambarkan kebutuhan produksi
barang jadi dalam sistem, struktur sistem produksi, inventori dan
prosedur lot sizing untuk masing-masing operasi. MRP menentukan
menetukan jadwal operasi dan pembelian bahan baku.
Teknik lot sizing merupakan teknik untuk meminimalkan
jumlah barang yang akan dipesan dan meminimalkan biaya persediaan.
Objek dari manajemen persediaan adalah ntuk menghitung tingkat
persediaan yang optimum yang sesuai dengan permintaan pasar dan
kapasitas perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan harus bisa mendefinisikan apa yang
harus dipesan, kapan haru memesan dan beberapa banyak yang harus
dipesan. Hal ini bukanlah persoalan yang mudah. Maka dari itu
manajemen harus bisa membuat keputusan untuk memesan
seekonomis mungkin barang yang dibutuhkkan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 43


2.4.3 M3 (METHODE)
1) Timbang Terima
a) Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa
istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout,
signover dan cross coverage. Handover adalah komunikasi oral dari
informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada
pergantian shift jaga.
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan
yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang
akan melanjutnya perawatan.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu
cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan
atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu
ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan
waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien,
terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.
b) Tujuan Timbang Terima
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data
fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 44


3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk
mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan
informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan
dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang terima
(handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan
mengekspresikan perasaan perawat.
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam
penetapan keputusan dan tindakan keperawatan.
c) Langkah-langkah dalam Timbang Terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang
akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung
jawab shift selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002)
d) Prosedur dalam Timbang Terima
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 45


2. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima
kepada masing-masing penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau
operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana
tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih
muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang
lainnya, dalam persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap
hal-hal yang kurang jelas. Penyampaian pada saat timbang
terima secara singkat dan jelas

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 46


f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung
pada buku laporan ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2002).
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan
melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor informasi
yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
2. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu
terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah
antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift
yang datang.
3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang
tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien langsung.
e) Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional
adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan
kondisi secara umum

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 47


d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait
status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover Menurut
Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover
yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk
mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga
baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh
berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada
kondisi pasien secara khusus. Bedside handover juga tetap
memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit
atau persepsi medis yang lain
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan
diantaranya:
1. Menggunakan Tape recorder Melakukan perekaman data tentang
pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga
selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication
2. Menggunakan komunikasi oral atau spoken Melakukan
pertukaran informasi dengan berdiskusi

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 48


3. Menggunakan komunikasi tertulis–written. Melakukan
pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja
atau media tertulis lain. Berbagai metode yang digunakan
tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah
sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety,
menyusun pedoman implementasi untuk timbang terima,
selengkapnya sebagai berikut:
1) Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang
untuk adanya pertanyaan dari penerima informasi tentang
informasi pasien
2) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date
meliputi terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta
yang harus diantipasi
3) Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi
oleh perawat penerima dengan melakukan pengecekan
dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi
4) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit,
termasuk perawatan dan terapi sebelumnya
5) Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk
meminimalkan kegagalan informasi atau terlupa.
f) Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
g) Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang
sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 49


layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan
adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur
malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu
istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan
gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono
(1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada
siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja
malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial.
Menurunnya bahwa kinerja dapat mengakibatkan kemampuan
mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan
pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja dapat menyebabkan gangguan
gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 50


tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita
diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam
Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)
dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.
Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan
tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat
suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.
h) Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan
dalam komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim
kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif dan
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan
akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara
lain:
a. Identitas pasien
b. Diagnosa medis pesien
c. Dokter yang menangani
d. Kondisi umum pasien saat ini
e. Masalah keperawatan
f. Intervensi yang sudah dilakukan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 51


g. Intervensi yang belum dilakukan
h. Tindakan kolaborasi
i. Rencana umum dan persiapan lain
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga
kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan
kepada pasien.
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena
berbagai informasi mengenai pasien telah dicatat. (Suarli &
Yayan B, 2009)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 52


i) Skema Timbang Terima

Pasien

Diagnose Diagnose
medis masalah keperawatan

Rencana
tindakan

Yang telah Yang akan


dilakukan dilakukan

Perkembangan
keadaan pasien

Masalah:

Teratasi

Belum

Sebagian

Gambar 1.1: Skema timbang terima (Nursalam, 2008)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 53


j) Mekanisme Kegiatan Timbang Terima
Tabel 1.2 : Mekanisme kegiatan timbang terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Pra Timbang a. Kedua kelompok dinas 10 menit Nurse Station Karu, PP, PA
Terima sudah siap dan berkumpul
di Nurse Station.
b. Karu mengecek kesiapan
timbang terima tiap PP.
c. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet), PP
yang akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima & nursing kit.
d. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa.
Pelaksanaan PP dinas pagi melakukan 20 menit Nurse Station Karu, PP, PA
Timbang timbang terima kepada PP
Terima dinas sore.
Hal-hal yang perlu
disampaikan PP pada saat
timbang terima :
a. Identitas klien dan
diagnosa medis termasuk
hari rawat keberapa atau
post op hari keberapa.
b. Masalah keperawatan.
c. Data yang mendukung.
d. Tindakan keperawatan
yang sudah/belum
dilaksanakan.
e. Rencana umum yang perlu
dilakukan: Pemeriksaan
penunjang, konsul,
prosedur tindakan tertentu.
f. Karu membuka dan Disamping
memberi salam kepada tempat tidur
klien, PP pagi klien
menjelaskan tentang klien,
PP sore mengenalkan
anggota timnya dan
melakukan validasi data.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 54


g. Lama timbang terima
setiap klien kurang lebih 5
menit, kecuali kondisi
khusus yang memerlukan
keterangan lebih rinci
Post timbang Klarifikasi hasil validasi data 5 menit Nurse station Karu, PP, PA
terima oleh PP sore.
a. Penyampaian alat- alat
kesehatan
b. Laporan timbang terima
ditandatangani oleh kedua
PP dan mengetahui Karu
(kalau pagi saja).
c. Reward Karu terhadap
perawat yang akan dan
selesai bertugas.
d. Penutup oleh karu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1) Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau
penanggung
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume
yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu
yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya
tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2008).
k) Evaluasi dalam Timbang Terima

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 55


a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang
telah tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan
kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin
kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift
yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift
sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang
akan mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke
perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup
jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah
dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada.
Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian
jaga shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien.
Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 56


Kerangka Teori
Berdasarkan teori di atas, gambaran pelaksanaan timbang
terima di Rawat Inap Ruang Anak RSUD Bangil di pengaruhi oleh
mekanisme kegiatan timbang terima, metode timbang terima, serta isi
timbang terima sehingga mempengaruhi kesiapan perawat dalam
melaksanakan timbang terima.

Kesiapan perawat dalam


Faktor yang mempengaruhi melaksanakan timbang
timbang terima: terima

1. Mekanisme kegiatan
dalam timbang terima Dimensi Kesiapan
2. Metode dalam 1. Mekanisme
timbang terima kegiatan dalam
3. Isi pada saat timbang timbang terima.
terima 2. Ketepatan metode
timbang terima.
3. Kesesuaian
menyampaikan isi
timbang terima

2) Sentralisasi Obat
1. Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada
perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat (Nursalam, 2011).
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan
konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat sehingga perlu
dilakukan dalam suatu pola yang sistematis, sehingga penggunaan
obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko
kerugian secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir.
2. Tujuan sentralisasi obat

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 57


Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2011).
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering
mengapa obat perlu disentralisasikan:
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek.
3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti, dibuat hanya untuk
mencoba.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan.
5) Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa.
6) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau
panas.
7) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak
pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri
(Nursalam, 2011).
3. Teknik pengelolaan sentralisasi obat
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara optimal dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol
penggunaan obat.
3) Penerimaan obat
a) Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang
diperlukan kepada depo farmasi.
b) Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari
untuk dosis sehari (ODD) dalam kemasan 1 kali
pemberian (UDD).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 58


c) Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat,
dan jumlah (sediaan) dalam format pemberian obat dan
meminta tanda tangan petugas farmasi.
d) Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya
disimpan oleh perawat dalam kotak obat
e) Keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan informasi
bila mana obat tersebut akan habis (Nursalam, 2011).
4) Pembagian obat
a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
lembar daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan
oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar pemberian obat, dengan terlebih
dahulu di cocokkan dengan terapi di dalam advis dokter.
c) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat, efek samping obat.
Pantau adanya efek samping pada pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh
kepala ruangan/petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam format pemberian obat pada
kolom sisa.
e) Penambahan obat baru :
Bila ada penambahan/perubahan jenis, dosis atau
perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam format pemberian obat pada kolom
terima.
5) Obat khusus
a) Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang
cukup mahal, menggunakan rute pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 59


b) Pemberian obat khusus didokumentasikan di format
pemberian obat khusus.
c) Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga yaitu
nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek
samping obat.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 60


Alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2011)

Dokter Resep
PP

Pendekatan perawat
Surat persetujuan
sentralisasi obat,
Resep
PASIEN/ KELUARGA

FARMASI/APOTIK

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN


Lembar serah
OLEH PETUGAS FARMASI terima obat,
buku serah
terima obat

PENERIMAAN, PENDISTRIBUSIAN,
PENYIMPANAN OLEH PERAWAT

PASIEN / KELUARGA

OBAT HABIS

Keterangan :

: Garis Komando

--> : Garis Koordinasi

Gambar: 1.2 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 61


Pengorganisasian peran
1) KARU
a) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan
malpraktik.
b) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2) PP
a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program
terapi.
d) Melakukan pendelegasian tentang pemberian obat kepada
PA.
3) PA
a) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana.
b) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.
c) Melaksanakan program medis pemberian obat dengan penuh
tanggung jawab.
d) Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat
selama klien dirawat.
Instrumen dalam pelaksanaan sentralisasi obat
1) Lemari/kotak sentralisasi obat.
2) Surat persetujuan dilakukan sentralisasi obat.

3) Ronde Keperawatan
1. Definisi Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 62


perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim. Ronde
keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik untuk mentransfer dan
mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam peraktik
keperawatan secara langsung. Karakteristik ronde keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
4. Konsuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet, perawatp rimer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah.
2. Tujuan Ronde Keperawatan
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.
3. Peran dalam Ronde Keperawatan
A. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2. Menjelaskan masalah keperawata utama
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 63


4. Menjelaskan tindakan selanjutnya
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
B. Peran Ketua Tim Lain dan atau Konselor
Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota
tim) dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa
disebutkan antara lain:
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2. Menjelaskan masalah keperawatan utama
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan tindakan selanjtunya
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler:
1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan reinforcement
3. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
4. Mengarahkan dan koreksi
5. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
4. Langkah-langkah Ronde Keperawatan
1) Persiapan
1. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
2. Pemberian inform consent kepada klien atau keluarga.
2) Pelaksanaan
1. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 64


3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat
konselor atau kepala ruangan tentang masalah klien serta
tindakan yang akan dilakukan.
4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah
dan yang akan ditetapkan.
3) Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien
tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
5. Kelemahan Ronde Keperawatan
Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa
kurang nyaman serta privasinya terganggu. Masalah yang biasanya
terdapat dalam metode ini adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada prosedur keperawatan
2. Persiapan sebelum praktek kuarang memadai
3. Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde
keperawatan
4. Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan.
6. Alur Ronde Keperawatan
Alur yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut:

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 65


Tahap Pra Ronde
PP

Penetapan pasien Proposal

Persiapan pasien

1. Inform consent
2. Hasil pengkajian
dan intervensi data

1. Apa yg menjadi masalah


2. Periksa kembali data
3. Apa yang menyebabkan
Penyajian masalah masalah tersebut
4. Bagaimana pendekatan
(proses sop)

Tahap ronde pada bed pasien Validasi data

Diskusi karu, pp, perawat


konselor

Analisa data
Tahap ronde pada bed pasien

Masalah teratasi Aplikasi hasil analisa dan


diskusi

Keterangan:
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
b. Menentukan tim ronde

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 66


c. Mencari sumber atau literatur mempersiapkan pasien
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung,
asuhan keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama
perawatan.
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencanan tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau epala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
4) Supervisi Keperawatan
1. Pengertian
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian
yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari
pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk
perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai
tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini
merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan
dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto,
2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 67


memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian
motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap
proses keperawatan.
Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan
variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008). Pelaksana Supervisi
Keperawatan Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan
uraian tugas dari masing-masing staf perawat pelaksana yang
disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan. Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil
atau bagian yang bertangguung jawab antara lain (Suyanto,2008):
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi
pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang
perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik
secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan
metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan
tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan
metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi
secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli
dan Bahtiar, 2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di
bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas
yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan
keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang
keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab
melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 68


melalui para pengawas keperawatan. Mengusahakan seoptimal
mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan
efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah
mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama
pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan,
memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar
menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan
pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan
bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuahan keperawatan.
2.Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang
disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek
dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta
bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai
sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi
langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan
pekerjaan disebut supervisi tidak langsung.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009) Sasaran
yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:
pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan
ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian
tugas dan wewenang, penyimpangan atau penyeleengan kekuasaan,
kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008).
3. Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil
sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para
supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan
mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 69


mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam
(Suyanto, 2008):
1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan
pelaksanan keperawatan.
3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada
staf dan pelaksanan keperawatan.
4. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
7. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang
diberikan lebih baik.
4. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan
1. Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses
pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk
menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang
bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama
dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui
kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan
keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan
malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan
(Arwani,2006). Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi
langsung dan tak langsung.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 70


a. Teknik Supervisi Secara Langsung: supervisi yang dilakukan
langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pada
waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan
agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara
memberikan supervisi efektif adalah :
1) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami
2) Menggunakan kata-kata yang tepat
3) Berbicara dengan jelas dan lambat
4) Berikan arahan yang logis
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
6) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami
7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau
perlu tindak lanjut supervisi lansung dilakukan pada saat
perawat sedang melaksanakan pengisian formulir
dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi akan
dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan
mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen
dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung
(Wiyana, 2008):
1) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi. Lakukan supervisi
asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil
pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang
mendokumentasikan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 71


2) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan
asuhan keperawatan pakai yaitu menggunakan form A
Depkes 2005
3) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing
perawat yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang
menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan
sesuai form A dari Depkes
4) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen
supervisi.
b. Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan
melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor
tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga
memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik
dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana,
2008. Langkah-langkah Supervisi tak langsung:
1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat
hasil dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah
sakit yaitu form A dari Depkes.
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di
supervisi dengan memberikan tanda bila ada yang masih
kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
5) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak
lengkap atau sesuai standar.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 72


5. Prinsip Supervisi Keperawatan
Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan
kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-
prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat
antara lain didasarkan atas hubungan professional dan bukan
hubungan pribadi, kegiatan harus direncanakan secara matang,
bersifat edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana
dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis.
Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi
adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu
terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif,
fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-
masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam
mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi
harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan (Arwani, 2006). Ada
beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursallam, 2007) antara lain:
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan,
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana.
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana
yang spesifik
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreatifitas dan motivasi

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 73


g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat dan manajer.
6. Kegiatan Rutin Supervisor
Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif,
para supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan
tugas dan kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang
melibatkan supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan.
Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan
pekerjaan yang dilkukan orang lain. Supervisor yang efektif
menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan dalam
supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
a. Persiapan. Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:
1) Menyusun jadwal supervisi,
2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman
pen dokumentasian).
3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat
pelaksana
b. Pelaksanaan supervisi. Kegiatan kepala ruangan (supervisor)
pada tahap pelaksanaan supervisi meliputi :
1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi
2) Membuat kontrak waktu atau kesepakatan waktu supervisi
pendokumentasian dilaksanakan
3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan
pendokumentasian untuk masing-masing tahap
4) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat
dalam pedokumentasian asuhan keperawatan
5) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada
masing-masing tahap

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 74


6) Memberikan bimbingan atau arahan pendokumentasian
asuhan keperawatan
7) Mencatat hasil supervisi.
c. Evaluasi. Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap
evaluasi meliputi:
1) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang
baru saja di arahkan,
2) Memberikan reinforcement pada perawat,
3) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi
7. Model-model Supervisi Keperawatan
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model
supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain
(Suyanto, 2008):
a. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung
untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian
asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi
kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas.
Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana
sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun
keberhasilan yang telah dilakukan
b. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah
direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau
masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan
model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan
secara berkesinambungan atau berkaitan, dilakukan dengan
prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku,

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 75


menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan
umpan balik dan bimbingan.
c. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga
penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn
keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis
melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar
keperawatan.
d. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan
personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat
diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan
demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga
hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dan
mempermudah proses supervise.

5) Discharge Planning
1. Pengertian
Discharge Plalnning merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistemik dari penilaian. Persiapan serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan
dan playanan sosial sebelm dan sesudah pulang. (Carpenito, 1990).
2. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge Planning yang
efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan disaat keadaan
yang penuh dengan stress. Bertujuan untuk peningkatan kontinuitas

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 76


perawatan, meningkatkan kwalitas perawatan dan memaksimalkan
manfaat sumber pelayanan kesehatan.
3. Manfaat
Menurut Spatin (2003) perencanaan pulang mempunyai manfaat:
a. Dapat memerikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran
kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit
b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis dan digunakan
untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengindentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru
d. Membatu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
perawatan rumah
e. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan dan biaya pengobatan
f. Bahan pendokumentasian perawatan

2.4.4 M4 (MONEY)
1. Pengertian Budget
Budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara
sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan
dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu untuk
(periode) tertentu yang akan datang.
Dari pengertian diatas nampaknya bahwasuatu budget mempunyai 4
unsur yaitu :
a. Rencana
b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
c. Dinyatakan dalam unit
d. Jangka waktu tertentu yang akan dating

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 77


Dalam pengertian budgeting yang telah diuraikan diatas, dapatlah
diketahui bahwa budget merupakan hasil kerja (output) yang terutama
berupa tafsiran – tafsiran yang akan dilaksanakan di waktu yang akan
datang. Sedangkan yang dimaksudkan dengan budgeting adalah proses
kegiatan yang menghasilkan budget tersebut sebagai hasil kerja (outout),
serta proses kegiatayang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja, ala pengkordinasian dan alat
pengawasan. Secara lebih proses kegiatan yang tercakup dalam
budgeting antara lain:
a. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun
budget
b. Pengolaan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk
mengadakan tafsiran-tafsiran dalam rangka menyusun budget.
c. Menyusun budget serta menyajikan secara teratur dan sistematis
d. Pengkordinasian pelaksanaan budget
e. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan,
yaitu untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan
budget.
f. Pengolaan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan
interpretasi dan memperoleh kesimpulan – kesimpulan dalam
rangka mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah
dilaksanakan serta menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai
tindak lanjut (follow up) dari kesimpulan-ksimpulan tersebut.
2. Manfaat budget
Manfaat budget terdiri dari 3 pokok yaitu:
a. Sebagai pedoman kerja
Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan
serta sekaligus memberikan target-taget yang harsu dicapai perusahan
diwaktu yang akan datang
b. Sebagai alat pengawasan kerja

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 78


Budget berfungsi juga sebagai tolak ukur, sebagai alat
pembanding untuk mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti.
Dengan membandingkan apa yang tertuang di dalam bajet dengan
apa yang dicapai realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah
perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses bekerja.
c. Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Budget berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasi kerja
agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat
saling menunjang. Saling berkerja sama dengan baik untuk menuju
kesasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran
jalannnya perusahaan akan lebih terjamin.
3. Faktor-faktor interna
Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam
perusahaan sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:
a. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalaah
harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran
distribusi dan sebagainya.
b. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan
c. Tenaga kerja yang dimilik perusahaan, baik jumlahnya (Kuantitatif)
maupun keterampilan dan keahlian (Kualitatif)
d. Model kerja yang dimiliki perusahaan
e. Fasilitas lain yang dimiliki perusahaan
f. Kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksaaan
fungsi-fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran, dibidang
produksi, dibidang pembelanjaan, dibidang administrasi maupun
personalia. Faktor-faktor eksterna yaitu data, informasi dan
pengalaman yang terdpat di luar perusahaan, tetapi dirasa
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Faktor –
faktor tersebut antara lain berupa :
1. Keadaan persaingan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 79


2. Tingkat pertumbuhan penduduk
3. Tingkat penghasilan masyarakat
4. Tingkat pendidikan masyarakat
5. Tingat penyebaran penduduk
6. Agama, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat
7. Berbagai kebijakan pemerintah, baik di bidang politik,
ekonomi, sosial,budaya, maupun keamanan
8. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional,
kemajuan teknologi dan sebagainya.
4. Prosedur Penyusun Budget
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau
menyusun serta pelaksaan kegiatan Budgeting lainnya, ada di tangan
pimpinan tertinggi perusahaan. Namun demikian tugas menyiapkan dan
menyusun budget serta kegiatan budgetting lainnya tidak harus
ditangani sendiri oleh pemimpin etrtinggi perusahaan, melainkan dapat
di delegasikan kepada :
a. Bagian administrasi, bagian perusahaan yang kecil, hal ini
disebabkan karena bagi perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan
perusahaan tidak terlalu kompleks dengan ruang lingkup yang
terbatas
b. Panitia budget, bagian peusahaan yang besa. Hal ini sebabkan
karena bagi perusahaan yang besar, kegiatan-kegiatan perusahaan
yang besar cukup kompleks. Beraneka ragam dengan ruang lingkup
yang cukup luar. Di dalam panitia budget inilah dilakukan
pembahasan-pembahasan tentang rencana-rencana kegiatan yang
akan datang, sehingga budget yang tersusun nanti merupakan
kesepakatan bersama, sesuai dengan kondisi, fasilitas, serta
kemampuan masing-masing bagian secara terpadu
c. Baik bajet yang disusun oleh bagian administrasi (Perusahaan
kecil), maupun yang disusun oleh panitia bajet (Perusahaan besar).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 80


Barulah merupakan rencana budget atau draf budget (relative
budget). Rancangan budget inilah yang diserahkan kepada
pimpinan tertinggi untuk disahkan serta ditetapkan sebagai budget
yang definitif
d. Setelah disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka
rancangan budget tersebut telah menjadi budget yang definitif.

2.4.5 M5 (MARKET)
1. Definisi
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi
menyebarluaskan (Memasarkan) produknya. Penguasaan pasar dalam
arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka harga harus sesuai dengan
selera konsumen dan daya beli (Kemampuan konsumen).
2. Faktor kunci keberhasilan dari pemasaran
Faktor kunci keberhasin dalam rencana strategi pemasaran
rumah sakit adalah
a. Adanya subbag marketting dalam struktur organisasi suatu rumah
sakit
b. Adanya visi dan misi
c. Status rumah sakit yang profit
d. Adanya upaya pemasaran yang telah dilaksanakan di suatu rumah
sakit
e. Jumlah spsialisasi yang memadai
f. Tersedianya fasilitas medik dan non medik yang memadai
3. Pengumpulan data dan analisa SWOT
a. Data internal
Data interna dapat diperoleh pada suatu rumah sakit merupakan
sumber daya yang ada yaitu mengcakup:
1. Struktur organisi yang dilengkapi subbag marketting

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 81


2. Jumlah dan mutu sdm yang memadai
3. Srana dan pra-sarana
4. Jumlah pelayanan klinik yang cukup banyak
5. Upaya pemasaran yang dilakukan
6. Menejemen rumah sakit negeri murni
7. Menciptakan suasana yang serasi dan bertanggung jawab
8. Meningkatkan kerja sama karyawan
b. Data eksternal
Untuk mendapatkan data eksternal adalah dapat diperoleh di
lingkungan, di luar umah sakit yang meliputi:
1. Kebijakan atau politik penetapan suatu rumah sakit sebagai
RS swasta atau negeri, direktur ada di bawah yayasan atau
pemerintahan.
2. Sosial atau pendidikan: semakin tinginya kesadaran
masyarakat akan membuat masyarakat semakin kritis
terhadap kebutuhan kesehatannya
3. Adanya kerja sama antar rumah sakit sebagai rumah sakit
swasta sebagai rumah sakit rujukan
4. Ekonomi
5. Budaya: masyarakat mencari pelayanan yang murah
6. Tekhnologi: adanya tekhnologi komputerisasi
7. Persaingan bisnis adanya rumah sakit swasta yang lebih baik
fasilitasnya sebagai pesaing.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 82

Anda mungkin juga menyukai