LANDASAN TEORI
2.1 Semen
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang bila tercampur dengan air maka
dapat mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi kesatuan kompak. Sifat
pengikat semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Bahan utama yang
dikandung oleh semen yaitu batu kapur (CaO), silikat (SiO2), ferro oksida (Fe2O3),
magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Rahadja, 1990).
Semen dalam pengertiaan umum adalah bahan yang mempunyai sifat ahesive
(merekatkan material) dan cohesive (menyatukan material), digunakan sebagai bahan
pengikat (bonding material), yang dipakai bersama-sama dengan batu krikil dan pasir.
Semen dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu :
a. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau tidak
stabil dalam air. Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam
butiran yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras bila bereaksi dengan CO2
dan udara membentuk CaCO3 kembali.
b. Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air dan dapat
menghasilkan padatan yang stabil dalam air. Oleh karena itu hidraulis bersifat dapat
mengeras bila tercampur dengan air, tidak larut dalam air, dapat mengeras walau
didalam air. Contoh semen hidraulis adalah semen portland, semen campur, semen
khusus dan sebagainya (Duda, 197)
2.2 Semen setengah jadi (clinker)
Bahan utama yang terkandung dalam raw material adalah calcium oxide
(CaO), silicon dioxide (SiO2), aluminium oxide (Al2O3), dan iron oxide (Fe2O3).
Mineral tersebut terdapat pada bahan limestone, pasir silika, tanah liat, dan pasir
besi.
Gerakan antara material dan gas panas hasil pembakaran batu bara
berlansung secara counter current sehingga terjadinya proses perubahan fisis dan
kimia pada umpan kiln. Reaksi keselurahan yang terjadi di rotary kiln sebagai
berikut:
12𝐶𝑎𝑂 + 2𝑆𝑖𝑂2 + 2𝐴𝑙2 𝑂3 + 𝐹𝑒2 𝑂3 → 2𝐶𝑎𝑂. 𝑆𝑖𝑂2 (𝐶2 𝑆) +
3𝐶𝑎𝑂. 𝑆𝑖𝑂2 (𝐶3 𝑆) + 3𝐶𝑎𝑂. 𝐴𝑙2 𝑂3 (𝐶3 𝐴) + 4𝐶𝑎𝑂. 𝐴𝑙2 𝑂3. 𝐹𝑒2 𝑂3 (𝐶4 𝐴𝐹)
Dari reaksi di atas dapat dijelaskan bahwa umpan kiln berupa campuran batu
kapur yang mengandung (𝐶𝑎𝑂) , alumina oksida pada tanah liat (𝐴𝑙2 𝑂3 ), pasir besi
(𝐹𝑒2 𝑂3 ) , dan pasir silica (𝑆𝑖𝑂2 ) dicampur melalui proses pembakaran yang ada
pada rotary kiln dan menghasilkan beberapa senyawa pembentuk clinker yaitu C2S,
C3S, C3A, dan C4AF. Berikut senyawa pembentuk clinker beserta rumus kimia
senyawa tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini
Gambar II. 3 Temperature profile and qualitative profile of the heat of reaction of
the feed along the clinker production
Tabel II. 1 Reaksi yang terjadi dalam Rotary Kiln
Q Kiln feed
Q reaksi
Q Pembakaran batu bara
Q Clinker
Q Sensible batu bara
Q Gas Buang Kiln
Q Udara Primer ROTARY KILN
Q Udara Sekunder
Q loss
Q losses konveksi
……………………………………...………………… (II.1)
Sumber: Farisha dan Hadiyanto (2013)
Dimana:
Panas reaksi yang terjadi pada pembentukan clinker yang terjadi secara endotermis
dan eksotermis
Reaksi endotermis:
Q disosiasi CaCO3 = m CaCO3. ΔHCaCO3 ……………………………………………………….……………. (II.2)
Q disosiasi MgCO3 = m MgCO3. ΔHMgCO3 …………………………………………………………………. (II.3)
Q melting material = % liquid product. ΔHmelting ………………………………………...…………. (II.4)
Reaksi endotermis:
Q C2S =% C2S . ΔHC2S …….……………………………………………………………….………….…. (II.5)
Keterangan :
m = Laju alir massa (kg/jam)
Cp = kapasitas panas spesifik (kcal/kg.K)
∆𝑇 = Perubahan Temperatur (K)
∆𝐻 = entalphi pembentukan (kcal/kmol)
GHV = Gross Heating Value (kcal/kg)
BAB III
Rotary Kiln atau tanur putar merupakan alat utama dalam proses pembuatan
semen. Dalam alat Rotary kiln inilah terjadi proses pembakaran yang mengubah
raw mill menjadi clinker atau semen setengah jadi. Rotary Kiln di PT Indocement
Tunggal Prakara berbentuk silinder dan terbuat dari baja yang dipasang secara
horizontal dengan kemiringan 3.5° berdiameter dalam 5.5 m dengan panjang 87 m
dan kecepatan putar 3.5 rpm dengan putaran yang digerakan motor berkapasitas 2
x 750 kW.
3.2 Proses-Proses Dalam Rotary Kiln
2CaO+SiO2→2CaO.SiO2…….. (C2S)
2CaO+CaO.Al2O3→3CaO.Al2O3…….. (C3A)
CaO+2CaO.Fe2O3+CaO.Al2O3→4CaO.Al2O3.Fe2O3…… (C4AF)
CaO+2CaOSiO2→3CaO.SiO2……. (C3S)
dan C3S terbentuk pada zona ini. Perubahan bentuk mineral dapat dilihat pada
gambar III.3
Panjang 87 m
Diameter dalam 5m
Kemiringan 3.5 %
Penggerak 2 motor
Neraca Energi
Q loss = 0.13%
Tabel III.1 Neraca Energi Rotary Kiln
Input (kcal/kg Output (kcal/kg
clinker) % input clinker) % output
panas kiln feed 18.481 2.240
panas pembakaran batu bara 779.516 94.467
panas udara primer 0.104 0.013
panas udara sekunder 26.103 3.163
panas sensible batu bara 0.965 0.117
panas reaksi 442.876 53.671
panas sensible klinker 232.8 28.212
panas gas buang kiln 128.691 15.596
panas konveksi 19.699 2.387
panas hilang 1.103 0.134
Total 825.169 100.000 825.169 100
Melalui persamaan II.1 dapat dihitung efisiensi panas dari hasil neraca
energi di atas sebagai berikut:
panas reaksi
ŋ𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝑥 100%
panas masuk
kcal
442.876 𝑐𝑙𝑖𝑛𝑘𝑒𝑟
kg
= 𝑥 100%
kcal
825 𝑐𝑙𝑖𝑛𝑘𝑒𝑟
kg
ŋ𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 53.67%