1. Bakteri yg digunakan
Bakteri yg berada dilapangan tersebut dengan syarat tahan P dan T tinggi dan
dapat merubah sifat fisik minyak
2. Bedanya polycrylamide dan polysaccharide
Polycrylamide ialah polymer alam sedangkan polysaccharide polymer buatan
3. Huff n puff dengan penginjeksian selain thermal
Bakteri pada meor dapat diinjeksikan lalu ditutup selang beberapa waktu
kemudian baru diproduksikan (seperti huff n puff pada thermal)
4. Cara kerja meor
Bakteri yg diinjeksikan akan bermetabolisme dan menghasilkan enzim yg dapat
menurunkan viskositas oil dan menghasilkan CO2 sehingga minyak mudah
mengalir
5. Koreksi doang, keasaman itu bukan salinity
IN SITU COMBUSTION
1. Apa itu harga saturasi gas kritis
Saturasi gas kritis ialah saturasi gas minimum agar WOC tidak naik yg dapat
menimbulkan liquid blocking (perfo ketutup air)
2. Reaksi kimia penyalaan spontan
Reaksi oksidasi, reaksi alkali dengan air
3. Jenis2 ignitor
Ignitor alat: electrical heater, downhole burner
Ignitor non alat: reaksi kimia
4. Cara mengetahui volume udara injeksi
Dengan mengetahui jari2 pembakaran dikalikan tebal reservoir, software
eclipse
5. Bagaimana proses steam assisted gravity drainage
Peningkatan proses temperature yang mengakibatkan minyak berat viskositas
turun dan mengalir ke sumur produksi
In-situ combustion atau pembakaran di tempat atau sering disebut juga fire-flood merupakan
suatu metode peningkatan perolehan minyak dengan cara mendistribusikan panas ke dalam
reservoir melalui sumur injeksi.
Pembakaran dilakukan dengan memasukkan sebuah ignitor (pemantik) ke dalam sumur
injeksi tersebut. Pemakaian in-situ combustion memerlukan biaya relatif lebih besar
dibandingkan metode EOR lainnya, oleh karena itu diharapkan peningkatan yang lebih cepat
dan lebih besar.
Oksigen diinjeksi ke dalam reservoir, minyak yang ada dalam reservoar dinyalakan /
dibakar, sebagian dari minyak tersebut kemudiandibakardalam formasi untuk menghasilkan
panas. Peningkatan temperature dapat menyebabkan penurunan viskositas minyak yang
menyebabkan minyak mudah mengalir ke permukaan.
1
Sumur injeksi harus didesain tahan terhadap temperatur tinggi. Sumur produksi juga harus
tahan temperatur tinggi khususnya pada interval produksi. Juga harus sumur-sumur didesain
tahan terhadap korosi.
2. Penyalaan
Tahap penyalaan ditetapkan setelah harga saturasi gas ditetapkan. Daerah penyalaan
yang diinginkan adalah daerah di sekitar sumur injeksi sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk mendapatkan nyala relatif singkat. Penyalaan yang terjadi di daerah yang jauh dari
sumur injeksi menyebabkan terjadinya pembakaran balik (reverse combustion).
Terdapat beberapa metode penyalaan untuk mendapatkan penyalaan yang
diinginkan. Pemilihan metode penyalaan ini disesuaikan dengan keadaan di reservoir.
Strange (1964) mengelompokkan metode penyalaan yang ada sebagai berikut:
a. Penyalaan Spontan
Penyalaan yang mengandalkan reaksi oksidasi antara oksigen dengan crude oil.
Panas hasil oksidasi diharapkan dapat mencapai titik nyala crude oil, sedangkan
penyalaan butana membutuhkan bantuan untuk mencapai titik nyala.
2
b. Penyalaan Buatan
Penyalaan buatan mencakup metode electrical heater, downhole burner, hot
fluid injection dan chemical.
3. Penyalaan Lanjutan
Tahapan ini cenderung berfungsi untuk melakukan penyebaran terhadap luas area
yang telah dibakar, tujuannya adalah untuk memperbesar jangakaun pembakaran,
melakukan peningkatan temperature sehingga semakin banyak minyak yang dapat
terangkat ke permukaan
A. Burned Zone
Merupakan zona yang telah terbakar, zona ini memiliki kandungan udara dan sedikit
material padatan yang terbentuk akibat dari peningkatan temperature yang terjadi.
Seiring dengan penginjeksian gas yang dilakukan temperature mengalami
peningkatan dari zona ini ke zona berikutnya
B. Combustion Front
Merupakan zona dengan temperature tertinggi. Pada zona ini terjadi reaksi antara
oksigen yang diinjeksikan dengan crude oil.
C. Cracking / Vaporization Front
Pada zona ini minyak mentah yang bersifat berat mulai mengalami perubahan
karakteristik akibat dari temperature tinggi yang dihasilkan pada zona sebelumnya
3
Yaitu proses pembakaran yang dilakukan seiring dengan arah injeksi gas dari
permukaan, pembakaran dilakukan mulai dari sumur injeksi dan melakukan
pemindahan fluida minyak ke arah sumur produksi. Selama proses ini, temperature
tinggi dapat menyebabkan panas terjebak di formasi batuan. Injeksi gas mengalami
kontak secara langsung dengan formasi dan menyerap sedikit panas dimana
mayoritas panas akan tertinggal di reservoir. Umumnya metode ini dilakukan apabila
terdapat minyak berat di sekitar sumur produksi
2. Dry Forward Combustion
Merupakan jenis teknik insitu combustion dimana jenis material injeksi hanya berupa
gas saja (oksigen), tanpa perpaduan lainnya. Hal ini cenderung dapat mengakibatkan
peningkatan resiko korosif pada peralatan karena uap kering dan temperature tinggi
dapat memicu fenomena korosi yang lebih cepat
3. Wet Forward
Combination of forward combustion and waterflooding merupakan sebuah teknik
injeksi, dimana injeksi yang dilakukan ialah bergantian antara uap panas dengan air,
hal ini dilakukan untuk menghindari panas tertinggal di matriks batuan sehingga
panas dapat lebih menyebar pada zona- zona yang mengandung minyak dan
pengangkatan minyak menjadi lebih efektif.
4. Reverse Combustion
Yaitu metode insitu combustion dimana pembakaran dilakukan berlawanan dengan
injeksi udara. Mekanisme awal metode ini adalah dengan menginjeksikan udara
pemicu pada sumur produksi kemudian membakarnya, lalu ketika sudah terbakar
bagian zona yang terbakar akan bergerak menuju sumur injeksi sementara udara di
injeksikan melalui sumur injeksi (dengan arah berlawanan) untuk mendorong minyak
5. Toe To Heel Air Injection dan Steam Assisted Gravity Drainage
Merupakan metode insitu combustion yang dilakukan untuk menangani produksi
minyak berat, yaitu dengan membakar minyak secara vertikal (pada bagian atas
terlebih dahulu kemudian relative bergerak ke bagian bawah)
Micro-Macro
1. Faktor apa yang mempengaruhi macroscopic dan microscopic efficiency
4
3. Lebih bagus macroscopic efficiency atau microscopic efficiency
Tidak ada yang lebih bagus karena keduanya sama-sama mempengaruhi laju
sweep efficiency
4. Pengaruh tekanan kapiler terhadap microscopic efficiency
Pengaruh tekanan kapiler dalam macroscopic displacement ialah tekanan kapiler
berfungsi mendorong fluida reservoir untuk dapat diproduksikan pada sumur
produksi
5. Perbedaan tekanan kapiler dan tegangan permukaan
Sebenarnya tegangan permukaan itu berhubungan dengan tekanan kapiler,
tegangan permukaan adalah gaya elastic yang dapat membatasi suatu permukaan
fluida, lalu tekanan kapiler adalah perbedaan 2 tegangan permukaan fluida (yang
berbeda jenis seperti minyak dan air) yang menyebabkan fluida tersebut tidak
saling bercampur. Ini berarti dapat mendorong fluida reservoir dengan fluida
injeksi dikarenakan densitas fluida injeksi lebih besar daripada fluida reservoir
Miscible Hydrocarbon
1. Mengapa miscible hydrocarbon memakai hydrocarbon yang ringan
Dipakai hidrokarbon yang ringan agar mudah mencapai MMP
2. Apa yang dimaksud dengan zat terlarut dan pelarut
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven.
3. Apa kerugian yang timbul dari penggunaan LPG (miscible hydrocarbon)
Miscible hydrocarbon flooding memiliki kerugian yaitu karena metode ini masih
baru dikembangkan, maka probabilitas gagalnya masih besar. Selain itu miscible
flooding juga membutuhkan waktu untuk riset yang cukup lama. Penggunaaan
LPG itu sendiri harganya cukup mahal, untuk kerugian di reservoirnya sendiri tidak
ada jadi hanya keekonomisannya yang lebih diperhitungkan
4. Bagaimana letak penempatan sumur injeksi dan sumur produksi pada miscible EOR
5
Microscopic Displacement
1. Pada microscopic displacement, persamaan tekanan kapiler berfungsi untuk distribusi
ukuran pori, maksud dari distribusi ukuran pori itu apa?
Maksud dari distribusi ukuran pori yaitu fluida yg melewati atau atau didistribusikan
hanya dapat melalui pori-pori batuan. Jadi fluida yg mengalir atau didistribusikan
diharapkan dapat menyapu fluida yg ada di reservoir secara micro atau lebih detail tetapi
tergantung dari fluida yg didistiribusikannua kalau gas sangat dapat melewati pori-pori
batuan dengan mudah.
Jadi untuk menentukan metode eor perlu adanya pengamatan dari microscopic
displacement dan macroscopic displacement.
Beberapa metode eor dapat merubah wetabilitas yg awalnya oil wet menjadi water wet
CO2 Injection
1. Berapakah nilai MMP pada injeksi CO2?
Penentuan nilai MMP tergantung pada karakteristik reservoir yang diinjeksikan,
kemudian karakteristik fluida yang terkandung di dakam reservoir juga harus diperhatikan
sehingga pelaksanaan injrksi co2 hisa maksimum dan mrnambah nikai cadangan terambil.
Contoh parameter penentuannua adalah tekanan reservoir, temperature reservoir,
komposisi hidrokarbon terkandung (molecular weight) dsb
2. Apa maksud dari ekstraksi sebagian komponen minyak?
Sifat CO2 yang terpenting adalah kemampuan untuk mengekstraksikan sebagian
komponen minyak. Hasil dari penelitian Nelson dan Menzile menunjukkan bahwa pada
135 °F dan pada tekanan 2000 Psi minyak dengan gravity 35 °API mengalami ekstraksi
lebih besar dari 50 %.
Dari komposisi hidrokarbon yang terekstraksi selama proses pendesakan CO2,
menunjukkan fraksi menengah (C7-C30) hampir semuanya terekstraksi. Sedangkan pada
fraksi ringan (C2-C6), juga fraksi berat harga ekstraksi sangat kecil.
3. Dari segi ekonomi, injeksi CO2 itu seperti apa?
6
Biaya pembelian CO2 dari berbagai sumber:
CO2 alamiah: $14/t
Anthropogenic CO2 dari tanaman kimia : $18/t
CO2 yang terpoduksi dari lapangan batu bara : $18-54/t
Efisiensi penggunaan CO2 : 4~8 Mscf/bbl (0.2~0.5t/bbl)
Biaya transportasi : $0.5~1.2/Mscf
Biaya operasi : $2-3/bbl
Pembelian co2 sebagai sumber injeksi memang tergolong lebih murah dibandingkan
dengan sumber lainnya tetapi, akibat tekanan yang diinjeksikan tinggi, maka facilities
yang digunakaan harus lebih kuat (lebih bagus kualitasnya). Ada baiknya pula jika facilities
dilapisi oleh corrosion inhibitor ataupun dengan teknik coating atau wrapping.
4. Selain miscible, ada metode injeksi CO2 seperti apa lagi?
Selain miscible terdapat metode immiscible. Dimana kalau untuk miscible digunakan saat
tekanan reservoir lebih rendah dari MMP, sedangkan immiscible digunakan saat tekanan
reservoir lebih besar dari MMP.
7
• Miscibility diperoleh dengan melakukan injeksi gas hidrokarbon (solute) seperti gas
yang berada di hidrocarbon yang dapat larut dalam minyak (solvent), minyak
(swelling) yang kemudian membantu pembentukan bank minyak yang dapat
mendorong minyak ke sumur produksi
CONTOH
• LPG Slug Process – an LPG Slug is driven by dry natural gas
• Condensing Gas Drive – LPG enriched natural gas designed to be multiple contact
miscible with oil
• Vaporizing Gas Drive – dry natural gas at multiple contact miscible conditions
Miscibility diketahui sebagai kemampuan dimana suatu fluida untuk bercampur
dengan fluida yang lainnya dan dapat membentuk suatu fasa yang homogen sehingga
tidak terlihat batas dari fasa fluida tersebut. Tercapainya miscibility CO2 dengan minyak
akan ditandai dengan mengecilnya tegangan permukaan hingga mendekati nol.
Perubahan sifat kimia fisika yang dikarenakan oleh adanya injeksi CO2 adalah sebagai
berikut :
Pengembangan volume minyak
Kenaikan densitas
Penurunan viskositas
Penggunaan CO2 untuk dapat meningkatkan perolehan minyak mulai banyak
menarik perhatian karena beberapa alasan kelebihan utama sehingga dilakukannya
injeksi CO2 yaitu :
Injeksi CO2 dapat mengembangkan minyak dan menurunkan viskositas
Injeksi CO2 merupakan sebagai solution gas drive walaupun fluida tidak
bercampur sempurna
Permukaan fluida campur (miscible front) jika rusak akan memperbaiki diri.
CO2 mudah larut di air menyebabkan air mengembang dan menjadikannya
bersifat agak asam.
Membentuk fluida yang bercampur dengan minyak karena ekstraksi dan
penguapan.
Ketercampuran atau miscibility dapat dicapai pada tekanan diatas 1500 psi pada
beberapa reservoir
CO2 dapat diperoleh dari gas buangan atau dari reservoir yang mengandung CO2
CO2 adalah zat yang tidak berbahaya, gas yang tidak mudah meledak dan tidak
menimbulkan masalah lingkungan jika hilang ke atmosfir dalam jumlah yang
relatif kecil.
Sedangkan beberapa kekurangan injeksi CO2 adalah sebagai berikut :
CO2 dengan air akan membentuk asam karbonik yang sangat korosif.
8
Kelarutan CO2 di air dapat menaikkan volume yang diperlukan selama bercampur
dengan minyak.
Diperlukan injeksi dalam jumlah yang besar.
Sumber CO2 biasanya tidak diperoleh ditempat yang berdekatan dengan proyek
injeksi CO2 sehingga memerlukan pemipaan dalam jarak yang panjang.
NITROGEN FLOODING
Gas nitrogen (N2) sangat menarik untuk digunakan membanjiri reservoir karena
dapat diproduksi di situs dengan biaya kurang dari alternatif lain.
Karena dapat diekstraksi dari udara dengan pemisahan kriogenik, ada sumber yang
tak terbatas, dan menjadi benar-benar noncorrosive.
Syarat
1. Reservoir minyak harus kaya etana sampai heksana (C2-C6) atau hidrokarbon
ringan. Minyak mentah ini dicirikan sebagai "minyak ringan" yang memiliki gravitasi
API lebih tinggi dari 35 API.
2. Minyak harus memiliki faktor formasi-volume tinggi, kemampuan menyerap gas
ditambahkan di bawah kondisi reservoir.
3. Minyak harus undersaturated atau rendah metana (C1).
4. Reservoir harus minimal 5.000 kaki dalam untuk menahan tekanan injeksi yang
tinggi (lebih dari 5.000 psi) diperlukan untuk minyak untuk mencapai miscibility
dengan nitrogen tanpa patah pembentukan memproduksi.
Kelebihan
1. Nitrogen Flooding tidak mudah terbakar.
2. N2 flooding tidak korosif.
3. Gas memiliki kandungan panas yang lebih tinggi daripada air, sehingga efisiensi
pendesakan lebih efektif.
4. Recovery lebih besar dibandingkan dengan injeksi air panas untuk jumlah input
energi yang sama.
5. Proses injeksi uap tidak menyebabkan pecahnya minyak, sehingga tidak
menghasilkan bahan bakar gas yang merusak lingkungan.
Kekurangan
1. Nitrogen tidak dapat mengembang maximal.
2. Tidak dapat di pakai disumur bertekanan tinggi.
9
3. Reservoir harus memiliki faktor volume formasi yang tinggi agar dapat menyerap
gas.
4. Reservoir harus minimal 5.000 kaki dalam untuk menahan tekanan injeksi yang
tinggi (lebih dari 5.000 psi).
5. Terjadinya kehilangan gas di seluruh transmisi, sehingga perlu pemasangan isolasi
pada pipa.
6. Spasi sumur harus rapat, karena ada kemungkinan menguap dan hilang dari
formasi
Pengenalan EOR
1. Batasan minyak yang terbakar pada insitu combution
Jawaban: saat ini tidak dapat dipastikan batasan minyak yang terbakar, ada suatu
perhitungan tersendiri dimana disesuaikan dengan lapangan, yang pasti
pembakaran tersebut menyebabkan viskositas minyak berkurang sehingga dapat
terproduksikan
5. Apakah metode huff and puff dapat diaplikasikan pada metode MEOR?
Jawaban : sepertinya tidak bisa, karena dua metode ini berlainan, MEOR
menggunakan bakteri, dan huff and puff menggunakan fluida stimulasi.
SURFAKTAN
10
Sodium Sulfonate, untuk jenis surfaktan lain kami tidak menemukan sumber yang
dapat menjawabnya.
9. Bagaimana jika digunakan pada minyak dengan API lebih dari 25 API?
Jawaban : tentunya metode ini tidak efektif dalam meningkatkan nilai RF. Dapat
digunakan metode lain.
Chemical Flooding (Injeksi Kimia) adalah salah satu jenis metode pengurasan minyak tahap
lanjut (EOR) dengan jalan menambahkan zat-zat kimia ke dalam air injeksi untuk menaikkan
perolehan minyak sehingga akan menaikkan efisiensi penyapuan dan atau menurunkkan
saturasi minyak sisa yang tertinggal di reservoir.
Beberapa faktor yang dirasakan penting dalam menentukan keberhasilan suatu injeksi kimia
ialah:
Kedalaman
Tingkat heterogenitas reservoir
Sifat-sifat petrofisik
Kemiringan
Mekanisme pendorong
Cadangan minyak tersisa
Saturasi minyak tersisa
Viskositas minyak
11
Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang ditinggalkan oleh
water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan kapiler, sehingga tidak dapat
bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan surfactant. Percampuran
surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan kapiler. Setelah
minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak yang tertinggal. Pada
surfactant flooding kita tidak perlu menginjeksikan surfactant seterusnya, melainkan diikuti
dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air yang dicampur dengan polymer untuk
meningkatkan efisiensi penyapuan dan akhirnya diinjeksikan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya surfactant pada permukaan air/minyak
antara lain:
Jenis asam organik yang terkandung
Komposisi kimiawi minyak mentah
Kadar wax,
dan sebagainya
Dasar pertimbangan yang diguankan untuk memilih metoda pendesakan surfactant pada
suatu reservoir, yang diperoleh dari data empiris diantaranya meliputi Sifat fisik fluida
reservoir yang terdiri dari:
gravity minyak,
viskositas minyak,
komposisi dan kandungan kloridanya.
Sifat fisik batuan reservoir yang terdiri dari: saturasi minyak sisa, tipe formasinya, ketebalan,
kedalaman, permeabilitas rata-rata dan temperaturnya.
Kriteria seleksi untuk injeksi surfactant yang diharapkan dapat menghasilkan perolehan
optimum adalah sebagai berikut :
1. Kualitas crude oil
Gravity : > 25 API
Viskositas : < 30 cp
Permeabilitas rata-rata (mD) : < 250
Kandungan klorida : < 20000 ppm
Saturasi minyak sisa : > 20
Jenis batuan : Sandstone
Komposisi diutamakan minyak menengah ringan (Light Intermediate)
2. Surfactant dan polimer
Ukuran dari slug adalah 5 – 15% dari volume pori (PV) untuk sistem surfactant
yang tinggi konsentrasinya sedangkan untuk yang rendah besarnya 15 – 50% dari
volume pori (PV).
Konsentrasi polimer berkisar antara 500 – 2000 mg/i Volume polimer yang
diinjeksikan kira-kira 50% dari volume pori.
12
3. Kondisi reservoir
Saturasi minyak >30% PV
Tipe fomasi diutamakan sandstone
Ketebalan formasi > 10 ft
Permeabilitas > 20 md
Kedalaman < 8000 ft
Temperatur < 175F
4. Batasan lain
Penyapuan areal oleh water floding sebelum injeksi surfactant diusahakan lebih besar
dari 50% Diusahakan formasi yang homogen Tidak terlalu banyak mengandung
annydrite, pysum atau clay. Salinitas lebih kecil dari 20000 ppm dan kandungan ion
divale (Ca dan Mg) lebih kecil dari 500 ppm.
POLIMER
Chemical Flooding (Injeksi Kimia) adalah salah satu metode Enhanced Oil Recovery dengan
menambahkan zat-zat kimia ke dalam air injeksi untuk menaikkan perolehan minyak.
Sehingga akan menaikkan efisiensi penyapuan dan menurunkan saturasi minyak sisa yang
tertinggal di reservoir.
Polimer berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata yaitu Poly dan meros. Poly artinya
banyak dan Meros berarti unit atau bagian. Polimer merupakan senyawa yang besar
terbentuk dari hasil penggabungan banyak unit-unit molekul yang kecil. Unit molekul kecil
pembentuk senyawa ini disebut monomer. Ini artinya senyawa polimer terdiri dari banyak
monomer.
Polimer bisa tersusun dari beribu-ribu atau bahkan dari jutaan monomer, sehingga dapat
disebut sebagai senyawa makromolekul.
Injeksi Polimer meliputi penambahan bahan pengental (thickening agent) ke dalam air
injeksi untuk meningkatkan viskositasnya. Bahan pengental yang biasa dipakai adalah
polimer.
13
Penambahan polimer ke dalam air injeksi dimaksudkan untuk memperbaiki sifat
fluida pendesak. Injeksi polimer dapat meningkatkan perolehan minyak yang cukup
tinggi dibandingkan dengan injeksi air konvensional.
Jika minyak reservoir lebih sukar bergerak dibandingkan dengan air pendesak, maka air
cenderung menerobos minyak, hal ini akan menyebabkan air cepat terproduksi, sehingga
effisiensi pendesakan dan recovery minyak rendah.
Pada kondisi reservoir seperti di atas, injeksi polimer dapat digunakan. Polimer yang
terlarut dalam air injeksi akan mengentalkan air, mengurangi mobilitas air dan
mencegah air menerobos minyak.
Reservoir minyak terdiri atas banyak lapisan dengan sifatnya yang beragam. Dalam
EOR, permeabilitas reservoir merupakan faktor utama yang penting di samping
rekahan. Variasi permeabilitas dan rekahan dapat berpengaruh besar terhadap
aliran fluida dalam reservoir, sehingga mempengaruhi perolehan minyak.
Polimer dapat mengurangi pengaruh yang merugikan dari variasi permeabilitas dan
rekahan, sehingga dengan demikian dapat memperbaiki efisiensi penyapuan vertikal
dan horizontal.
Effisiensi penyapuan dapat menjadi rendah karena adanya perbandingan mobilitas
yang tidak menguntungkan. Mobilitas fluida dalam reservoir didefinisikan sebagai
permeabilitas media terhadap fluida dibagi dengan viskositas fluida.
Rasio mobilitas merupakan parameter yang sangat penting dalam proses perpindahan. Ini
mempengaruhi baik areal dan sapuan vertical.
M <1 then perpindahan yang menguntungkan
M >1 then perpindahan yang tidak menguntungkan
Temperatur reservoir
Untuk polyacrylamide adalah lebih kecil dari 200 oF dan untuk xanthan gum lebih
kecil dari 160 oF.
Viskositas minyak
Viskositas minyak yang sesuai adalah <200cp.
Saturasi
Besarnya saturasi minyak yang bergerak (% PV) adalah lebih besar 10. Hal ini
merupakan pertimbangan ekonomis.
Kedalaman reservoir
Kedalaman reservoir yang diharapkan untuk injeksi ini adalah reservoir dengan
kedalaman sedang.
Karakteristik polimer diantaranya terdiri dari
Kimiawi polimer
14
Ukuran polimer.
Ada dua tipe dasar polimer yang saat ini banyak digunakan untuk EOR yaitu :
polysacharide
poliacrylamide.
Perolehan minyak tambahan yang dapat diharapkan dari injeksi polimer adalah
sebesar 5% dari residual oil reserves. Sedangkan untuk sumur-sumur produksi
reservoir minyak dengan solution gas drive, perolehan minyak bertambah kira-kira
25% dan untuk sumur-sumur produksi dengan water drive, injeksi gas atau gravity
drainage perolehan minyak yang dapat dihasilkan sekitar 15%. Perolehan minyak ini
lebih besar daripada mengunakan injeksi air konvensional.
STEAM FLOODING
Metode pemulihan termal di mana uap yang dihasilkan di permukaan diinjeksikan
ke dalam reservoir melalui sumur injeksi. Saat uap memasuki reservoir, dia
memanaskan minyak dan mengurangi viskositasnya.
Minyak yang sudah diturunkan viskositasnya bergerak ke arah sumur produksi dan
diproduksi oleh artificial lifting.
Efisiensi produksi dengan menggunakan injeksi uap bisa mencapai 50-70 % OIP.
Kesuksesan peningkatan produksi minyak pada injeksi uap disebabkan oleh
besarnya pengaruh suhu pada minyak berat yang terkandung di dalam reservoir.
Peningkatan suhu pada daerah panas yang terbentuk dalam reservoir
mengakibatkan penurunan viskositas minyak secara tajam pula.
Recovery lebih besar dibandingkan dengan injeksi air panas untuk jumlah input
energi yang sama.
Efisiensi pendesakan sampai 60 % OOIP.
15
Proses injeksi uap tidak menyebabkan pecahnya minyak, sehingga tidak
menghasilkan bahan bakar gas yang merusak lingkungan.
Kerugian-kerugian dalam injeksi uap antara lain :
Terjadinya kehilangan panas di seluruh transmisi, sehingga perlu pemasangan isolasi
pada pipa.
Spasi sumur harus rapat, karena ada panas yang hilang di formasi.
16
Meningkatkan kelarutan karbon monoksida dalam air
Mengubah porositas batuan
Menghasilkan gas
Berukuran kecil
Kuat terhadap tekanan,suhu tinggi
Dan tidak berbahaya bagi manusia
Keuntungan
Biaya murah
SCREENING
• Screening adalah proses pemilihan proses EOR yang akan dipakai untuk suatu
lapangan tertentu.
• Perlu dilakukan screening sebelum proses EOR agar dapat melakukan EOR yang
tepat untuk mendapatkan hasil optimal pada produksi lapangan dengan EOR.
• Parameter Batuan: Kedalaman, Heterogenitas, Anistropi, Lempung, ukuran butir
• Parameter Fluida: Viskositas, Komposisi, API
• Parameter EOR: Mobilitas, Tekanan kapiler, Wettability, Swc/So, Gravitasi
• Proses Screening
1. Pendeskripsian geologis.
2. Review dari tekanan dan produktivitas.
3. Memperikirakan ultimate primary recovery, infill drilling dan potensi stimulasi.
4. Melihat dibutuhkan atau tidaknya EOR.
17
5. Memperkirakan masalah dibandingkan dengan kondisi reservoir.
6. Pemilihan awal jenis EOR yang dipakai.
7. Memperkecil pemilihan proses EOR menjadi satu atua dua.
8. Membuat simulasi model secara geolgis.
9. Analisa keekonomisan.
10. Melakukan tes pada formasi namun sekala kecil.
18