Anda di halaman 1dari 7

Pati Talas (Colocasia Esculenta… (N. Aryanti*,Y. A. Kusumastuti, W.

Rahmawati)

PATI TALAS (Colocasia Esculenta (L.) Schott) SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PATI
INDUSTRI

Nita Aryanti*,Yovita Asih Kusumastuti dan Wida Rahmawati


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Kampus Undip Tembalang, Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, 50275
*
Email: nita.aryanti@che.undip.ac.id

Abstrak
Kandungan pati dalam talas mencapai 13-29% dengan karakteristik yang baik. Penelitian ini
difokuskan pada ekstraksi pati dari umbi talas, tepung talas dan modifikasi pati dengan
hidrolisa asam. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh metode ekstraksi dan
modifikasi pati talas terhadap karakteristik produk serta sifat amilograf pati talas. Tahapan
penelitian yang dilakukan terdiri dari pembuatan pati dari umbi talas dan tepung talas,
modifikasi pati talas, analisis hasil pati dan karakterisasi pati. Karakterisasi pati meliputi
kadar air, kadar pati, kadar amilosa, kadar amilopektin dan karakterisasi fisik. Sedangkan
karakterisasi fisik yang dilakukan adalah bentuk dan ukuran granula pati (berdasarkan hasil
Scanning Electron Microscopy), serta sifat amilografi pati. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa yield pati yang diperoleh dari umbi talas lebih besar dari yield pati yang diperoleh dari
tepung talas yaitu sebesar 46,67%. Karakterisasi pati talas menunjukan bahwa kadar air pati
modifikasi menunjukkan nilai yang paling rendah yaitu 5.3%. Pati dari umbi talas memiliki
kadar pati dan amilopektin paling tinggi dibandingkan dengan pati hasil penelitian lainnya
dengan nilai kadar pati 80% dan kadar amilopektin 74,45%. Sedangkan kadar amilosa pati
hasil penelitian lebih rendah dibandingkan dengan kadar amilosa pati komersial lainnya.
Temperatur gelatinisasi paling tinggi terjadi pada pati dari umbi talas yaitu, 70 oC. Hasil SEM
pada pati talas menunjukan bahwa bentuk pati talas cenderung bulat dengan ukuran granula
mendekati pati jagung dan pati beras.

Kata kunci: pati, talas, modifikasi, asam

PENDAHULUAN cabang -D-(1-6) yang terbentuk setiap 24-30


Pati (starch) merupakan salah satu jenis unit glukosa.
karbohidrat yang banyak terdapat di alam, dan Salah satu sumber pati di Indonesia yang
dapat diperoleh dari berbagai bagian tubuh belum banyak dimanfaatkan sebagai pati
tanaman seperti biji, akar, batang maupun industri adalah talas (Colocasia esculenta L.
sereal. Pati merupakan sumber salah satu Schott). Talas mengandung 13-29% pati,
karbohidrat primer dan merupakan bahan baku kelembaban 63-85% dan beberapa residu
dalam industri pangan, farmasi maupun seperti riboflavin, vitamin C, abu, dll
kosmetik. Beberapa pati industri yang banyak (Karmakar et al.., 2014). Pati talas sebenarnya
digunakan adalah pati singkong, jagung, sangat potensial sebagai pati industri. Pati talas
kentang dan gandum (Deka and Sit, 2016). mempunyai swelling power dan peak viscosity
Pati termasuk suatu biopolimer semi- yang tinggi (Alam and Hasnain., 2009), serta
kristalin berupa polisakharida yang terbentuk dapat membentuk struktur gel yang halus
dari unit-unit glukosa yang berikatan dengan karena ukuran granul yang kecil (Tattiyakul et
ikatan glikosida. Secara spesifik, ikatan al., 2006).
glikosida dalam pati adalah (1-4)-glikosida, Beberapa penelitian telah dilakukan
yaitu suatu ikatan kovalen yang untuk pengambilan pati dari talas. Ekstraksi pati
menggabungkan 2 molekul monosakharida. talas dapat dilakukan dari tepung talas dengan
Berdasarkan dari sumber tanamannya, pati ekstraksi sederhana menggunakan air, proses
mengandung 20-25% amilosa dan 75-80% wet milling (Ahmed and Khan 2013) dan
amilopektin (Karmakar et al.., 2014). Amilosa proses sentrifugasi (Zeng et al.., 2014). Selain
merupakan rantai linier primer dari unit D- itu, pati asli (tanpa proses modifikasi)
glukosa yang dihubungkan oleh ikatan  (1-4)-. mempunyai keterbatasan dalam pengolahan
Sedangkan amilopektin adalah polimer dari unit pangan karena mempunyai jarak peak
glukosa yang bercabang, yang dihubungkan viscositynya sempit, kurang jernih, ketika
dengan ikatan glikosida -D-(1-4)- dengan dipanaskan membentuk pasta yang lemah dan

46 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal. 46-52 ISSN 0216-7395

elastis serta menghasilkan gel yang tidak talas dihancurkan/ digiling sehingga dihasilkan
diinginkan ketika didinginkan atau selama tepung talas. Tepung talas yang diperoleh
penyimpanan karena retrogradasi dan diekstrak patinya sesuai dengan metode
presipitasi (Abbas et al.. 2010, dan Sharma et pembuatan pati dari umbi talas.
al.., 2015). Sifat fungsional dari pati asli dapat
ditingkatkan dengan modifikasi melalui metode
fisika, kimia maupun enzimatis (Deka and Sit, Modifikasi Pati Talas
2016). Proses modifikasi pati dilakukan
Penelitian ini difokuskan pada ekstraksi berdasarkan metode yang digunakan oleh Thys
pati talas dari umbi talas, tepung talas dan et al.. (2013) dengan beberapa modifikasi.
modifikasi pati talas dengan proses hidrolisa Sejumlah 10 g/40 ml (b/v) pati talas yang
asam. Selama ini, penelitian tentang pengaruh diperoleh dari umbi talas ditambahkan larutan
metode ekstraksi pati talas dan modifikasi pati HCl 0.1 M dan dipanaskan dalam water bath
talas terhadap karakteristik produk serta sifat dengan temperatur 44 oC dengan pengadukan
amilograf pati talas belum pernah dilakukan. konstan 150 rpm selama 6 jam. Setelah 6 jam,
Selain itu, hasil pati talas yang diperoleh dari pH ditur menjadi 5.5 dengan penambahan
umbi talas maupun tepung talas serta pati secara lambat larutan NaOH 0.05 M. Slurry
modifikasi selanjutnya dikarakterisasi serta kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2000
dibandingkan dengan pati komersial yang ada rpm selama 10 menit dan dibilas dengan air
di pasaran. Hal inilah yang merupakan bersih sebanyak 40 ml dan dilanjutkan dengan
kebaruan dari penelitian yang dilakukan. sentrifugasi. Supernatan didekantasi dan
endapan dikeringkan dengan oven pada
METODE PENELITIAN temperatur pada temperatur 45 oC sampai
Pembuatan Pati dari umbi Talas beratnya konstan dan dihaluskan.
Pembuatan pati dari umbi talas dilakukan
berdasarkan metode dari Widowati dkk. (1997) Analisis
dengan modifikasi proses dari Omojola et Tepung talas dan pati talas yang
al.(2011). Umbi talas dicuci bersih dengan air, diperoleh dihitung yieldnya dengan perhitungan
dikupas dan dipotong-potong, kemudian yield pada persamaan (1), (2), (3).
direndam dalam larutan CaCO3 20% selama 12
jam. Selanjutnya umbi talas dibilas dengan air (1)
bersih dan diparut. Parutan umbi talas direndam
air selama 30 menit. Setelah perendaman,
campuran diperas dan disaring sehingga Yield pati yang diperoleh dari umbi talas dapat
menghasilkan suspensi, ampas dan air. Suspensi dihitung dengan persamaan:
ditambahkan NaOH 0,05 N dan didiamkan agar
mengendap selama 2 x 24 jam, selanjutnya (2)
supernatan didekantasi. Hasil endapan yang
diperoleh dibilas dengan air bersih selama 3 Sedangkan yield pati yang diperoleh dari
kali, dan diendapkan. Endapan pati talas yang tepung talas dapat dihitung dengan persamaan:
diperoleh dikeringkan dengan oven pada
temperatur 45 oC sampai beratnya konstan dan (3)
dihaluskan.

Pembuatan Pati dari Tepung Talas Karakterisasi pati yang dilakukan


Pembuatan tepung talas dilakukan meliputi kadar air, kadar pati, kadar amilosa
berdasarkan metode dari Jane et al.. (1992) dan kadar amilopektin, karakteristik fisik yang
dengan modifikasi proses dari Widowati dkk. meliputi bentuk dan ukuran granula pati serta
(1997). Umbi Talas dicuci bersih dengan air, sifat amilografi pati. Analisis kadar pati
dikupas dan dipotong tipis-tipis. Potongan umbi dilakukan dengan metode Metode AOAC,
Talas yang sudah dipotong direndam dalam kadar amilosa ditentukan dengan metode IRRI
larutan CaCO3 20% selama 12 jam. Kemudian dan analisis kadar air dilakukan berdasarkan
irisan talas dibilas dengan air, ditiriskan dan Metode oven. Sedangkan kadar amilopektin
dikeringkan dengan oven dengan temperatur 60 relatif dihitung berdasarkan selisih antara kadar
o pati dan amilosa. Untuk sifat amilografi
C sampai beratnya konstan. Selanjutnya irisan

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 47


Pati Talas (Colocasia Esculenta… (N. Aryanti*,Y. A. Kusumastuti, W. Rahmawati)

ditentukan berdasarkan temperatur dan waktu dengan nilai derajat putih minimal 85%
gelatinisasi. Penentuan waktu dan temperatur (Widowati, dkk., 1997). Namun demikian,
gelatinisasi dilakukan dengan metode yang kadar air pati yang diperoleh cukup baik karena
digunakan oleh Iwuoha and Kalu (1995). masih memenuhi standar mutu industri pati di
Karakteristik fisik berupa bentuk dan Indonesia yaitu kurang dari 14 %. Apabila
ukuran granula ditentukan dari hasil Scanning dibandingkan dengan data pati komersial
Electron Microscopy/ SEM (FEI Type Inspect- lainnya seperti pati jagung, pati singkong dan
S50). Ukuran granula diprediksi dari gambar pati beras, nilai kadar air yang diperoleh juga
yang diperoleh dari SEM menggunakan masih memenuhi standar pati industri.
software ImageJ. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa kadar
pati talas dari umbi talas dan pati dari tepung
HASIL DAN PEMBAHASAN talas masih memenuhi standar pati industri.
Yield dan Karakteristik Pati Kadar pati dari tepung talas mempunyai nilai
Yield pati yang diperoleh meliputi yield yang lebih kecil dibandingkan dengan pati yang
tepung talas, yield pati (dari umbi talas) dan diperoleh dari umbi talas. Hal ini dimungkinkan
yield pati (dari tepung talas) sebagaimana dapat karena proses ekstraksi pati yang berbeda. Pati
dilihat pada Tabel 1. dari umbi diperoleh dengan proses pemarutan
langsung dari umbi talas, sehingga akan
Tabel 1. Yield Pati Talas menghasilkan pati yang lebih murni. Proses
Nilai pemarutan berpengaruh pada tingginya kadar
Yield pati dari pati umbinya. Dengan proses
(%)
76 pemarutan, jumlah pati yang terlepas mencapai
Yield Tepung Talas
70 - 90 % karena adanya efek pemarutan atau
Yield Pati (dari Umbi Talas) 93
rasping effect (Pudjiono, 1998). Dengan
Yield pati (dari Tepung Talas) 81 demikian, pati yang dibuat melalui proses
pemarutan akan mempunyai kadar pati lebih
Tabel 1 menunjukkan bahwa yield pati tinggi daripada pembuatan tepung.
yang diperoleh untuk yield pati umbi talas lebih Namun, kadar pati pada pati modifikasi
besar dari yield pati tepung. Hal ini disebabkan mempunyai nilai di bawah standar pati industri.
dalam umbi talas kandungan pati lebih banyak. Kadar pati modifikasi yang rendah ini
Dalam pembuatan pati dari tepung talas,proses disebabkan adanya pengaruh pemanasan dalam
pembuatan pati melalui tahap penepungan proses yang menyebabkan penurunan
terlebih dahulu sehingga pati yang di dapat jauh kandungan kadar pati. Selain itu, penurunan
lebih sedikit. Karakteristik pati yang meliputi kadar juga disebabkan karena adanya degradasi
kadar air, kadar pati,kadar amilosa dan kadar yang terjadi selama proses hidrolisis dengan
amilopektin dapat dilihat pada Tabel 2. asam (Lawal, 2004).
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Selain itu Tabel 2 menunjukkan bahwa
kadar air pati yang dihasilkan dari umbi talas kadar amilosa pati hasil penelitian mempunyai
mempunyai nilai yang paling tinggi nilai yang cukup rendah dibandingkan dengan
dibandingkan dengan jenis pati yang lain. kadar amilosa pati komersial lainnya. Hal ini
Selain itu pati dari umbi talas mempunyai kadar disebabkan karena sifat hidrofillik dari amilosa
air yang lebih besar dibandingkan dengan kadar (mempunyai gugus hidroksil) sehingga
air pati dari tepung talas maupun pati mempunyai kemampuan untuk membentuk
modifikasi. Hal ini disebabkan karena dalam ikatan hidrogen dan bersifat larut dalam air.
pengambilan ekstrak pati dari umbi masih Kadar amilosa pati modifikasi
banyak memiliki kandungan air, sementara pati mempunyai nilai yang lebih rendah
dari tepung talas kandungan air yang dimiliki dibandingkan pati dari umbi talas. Penurunan
sedikit karena dalam proses penepungan telah kadar amilosa ini dapat disebabkan karena
mengalami pengeringan. Sedangkan nilai kadar disebabkan karena hidrolisis asam juga
air terkecil berasal dari pati modifikasi ini menyerang sebagian dari amilosa (Singh and
karena perlakuan pada modifikasi yang dapat Ali., 2000). Secara spesifik dijelaskan bahwa
mempengaruhi kandungan air yang dimiliki. hidrolisis terjadi pada bagian amorf dari granul
Standar mutu pati Industri di Indonesia pati, dimana amilosa terdapat pada bagian
adalah kadar air maksimum 14%, kadar abu amorf dari granul pati (Wang and Copeland,
maksimum 15%, kadar pati minimum 75% 2015).

48 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal. 46-52 ISSN 0216-7395

talas modifikasi menghasilkan pati dengan


Sifat Amilografi Pati temperatur gelatinisasi yang paling rendah
Sifat Amilografi yang meliputi waktu dan dibandingkan dengan pati yang lain dalam
temperature gelatinisasi pati serta pati penelitian ini.
lainnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa pati talas
modifikasi menghasilkan temperatur
Tabel 3. Sifat Amilografi Pati Talas, Pati gelatinisasi yang paling rendah
Talas Modifikasi, dan Berbagai Jenis Pati dibandingkan dengan pati yang lain dalam
Industri penelitian ini. Pati modifikasi menunjukkan
Jenis Pati Waktu Temperatur temperatur gelatinisasi yang lebih rendah
Gelatinisasi Gelatinisasi dibandingkan dengan pati non-modifikasi.
(detik) (0C) Hal ini dimungkinkan karena hidrolisis
Pati dari Umbi 194 70 dengan asam akan memperlebar transisi
Talas
temperatur yang disebabkan oleh
Pati dari 125 69
Tepung Talas heterogenitas kristalit yang dibentuk pada
Pati talas 66 50 wujud yang berbeda misalnya rantai
modifikasi samping kristalin amilopektin, retrograsi
Pati Jagung 402 62-72 amilosa dan komplek amilosa-lipid setelah
Pati Singkong 326 68-78 hidrolisis asam (Wang and Copeland, 2015).
Pati Beras 305 52-64 Selain itu, sifat gelatinisasi yang lebih
rendah dapat disebabkan karena pelemahan
Gelatinisasi merupakan pembengkakan ikatan hidrogen selama hidrolisis asam.
granula sehingga tidak dapat kembali ke Pembentukan gugus kimia baru dalam
bentuk semula. Dengan adanya gelatinisasi, granula pati dan depolimerisasi granula pati
terjadi juga perubahan viskositas pati. menghasilkan temperatur transisi gelatinisasi
Pemanasan yang semakin lama akan yang lebih rendah (Omojola et al., 2011).
menyebabkan viskositas semakin tinggi.
Pada saat larutan pati mencapai suhu Bentuk dan Ukuran Granula Pati
gelatinisasi maka granula pati akan pecah. Hasil Scanning Electron Microscope
Hal ini mengakibatkan air dapat masuk di (SEM) untuk pati dari umbi talas, pati
dalam granula pati. Waktu gelatinisasi tepung dan pati talas modifikasi dapat dilihat
adalah jumlah menit yang dibutuhkan untuk pada Gambar 1.
mencapai viskositas mulai terbentuk.
(Iwuoha and Kalu, 1995).
Temperatur gelatinisasi dari tepung talas
berkisar 72oC (Iwuoha and Kalu, 1995) dan
Tabel 3 menunjukkan temperatur
gelatinisasi pati dari tepung talas hasil
mempunyai nilai yang hampir mendekati.
Sedangkan temperatur gelatinisasi pati yang
diperoleh dari umbi talas adalah sekitar 72 -
78˚C (Ali et al., 2016). Selain itu,
temperatur gelatinisasi pati dari umbi talas
sedikit dibawah temperatur gelatinisasi pati
dari umbi talas dari data di literatur. Pati

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 49


Pati Talas (Colocasia Esculenta… (N. Aryanti*,Y. A. Kusumastuti, W. Rahmawati)

(a)

(a)

(b)
(b)

(c)
(c)
Gambar 1. Bentuk Granula Pati: a. Pati dari
Umbi Talas, b. Pati dari Tepung Talas, c. Pati Gambar 2 Bentuk Granula Pati Komersial : a.
Talas Modifikasi Pati Jagung (Ali et al., 2016), (b) Pati Singkong
(Waterschout et al., 2014), c. Pati Beras
Gambar 1 menunjukkan bentuk granula (Waterschoot et al., 2014)
pati talas hasil penelitian yang secara umum
berbentuk bulat, sehingga dapat dikatakan Berdasarkan Gambar 1 dilakukan analisa
bahwa perlakuan yang diberikan tidak terhadap bentuk dan diameter pati talas
berpengaruh terhadap bentuk granula. Pati talas sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.
yang berbentuk bulat ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Moorthy (2002). Tabel 4. Diameter rata-rata Pati Talas
Namun demikian hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa bentuk granula pati talas No. Jenis Pati Diameter granula
adalah polygon (Tattiyakul et al.., 2006) dan (m)
tidak beraturan (Zeng et al., 2014). Apabila 1. Pati dari tepung talas 8.3
dibandingkan dengan bentuk pati komersial 2. Pati dari umbi talas 8.7
pembanding (Gambar 2), bentuk granula pati
talas yang diperoleh lebih mendekati bentuk 3. Pati Talas Modifikasi 7.5
pati singkong dan pati beras yaitu berbentuk
bulat. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa
diameter rata- rata antara pati yang berasal dari
tepung talas dan umbi talas hampir mendekati.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang
dilakukan terhadap dua jenis pati itu tidak
berpengaruh pada ukuran granula. Sementara
itu, pati modifikasi memiliki diameter rata –

50 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal. 46-52 ISSN 0216-7395

rata terkecil. Hal ini disebabkan perlakuan secara kimia maupun fisik. Namun pengaruh
proses gelatinisasi atau pemanasan yang modifikasi pati dengan hidrolisa asam masih
dilakukan terhadap pati modifikasi berpengaruh memerlukan kajian lebih lanjut terutama
terhadap ukuran granula, meskipun pengaruhnya terhadap sifat amilograf pati.
pengaruhnya tidak signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 5 Diameter rata-rata dan bentuk
Abbas, K.A., Khalil, S. K.and Hussin, A. S. M.,
Granula Pati Komersial
Jenis Pati Bentuk Diameter 2010, Modified starches and their usages
Granula granula(m) inselected food products: a review study,
Pati Jagung* Bulat, 11.8-12 Journal of Agriculture and Science, 2, pp.
polygonal
90–100.
Pati Singkong** Bulat 3-32
Pati Beras** Polyhedral 3-8 Ahmed, A. and Khan, F., 2013, Extraction of
* (Ali et al.., 2016), ** (Waterschoot et al., 2014) Starch from Taro (Colocasia esculenta) and
Tabel 5 menunjukkan diameter rata – rata Evaluating it and Further using Taro Starch
dan bentuk granula pati komersial. Apabila as Disintegrating Agent in Tablet
dibandingkan dengan diameter pati komersial, Formulation with Over All Evaluation.
maka ukuran granula pati talas yang dihasilkan Inventi Rapid: Novel Excipients, (2), pp. 1-5.
lebih cenderung mendekati pati jagung dan pati
beras. Alam, F. and Hasnain, A., 2009, Studies on
swelling and solubility of modified starch
KESIMPULAN fromTaro (Colocasia esculenta): Effect of
Ekstraksi pati talas dari umbi dan pH and temperature, Agriculturae
tepung talas telah dilakukan. Yield pati tertinggi Conspectus Scientificus, 74, pp. 45–50.
dihasilkan pada ekstraksi dari umbi talas yaitu
sebesar 46.67%. Dari proses karakterisasi pada Ali, A., Wani, T.A., Wani, I. A. and Masoodi,
hasil pati talas diketahui bahwa,pati dari umbi F.A., 2016, Comparative study of the
talas memberikan hasil yang paling baik. Kadar physico-chemical properties of riceandcorn
air pati dari umbi talas memiliki nilai paling
starches grown in Indian temperate climate,
tinggi yaitu 13.18% namun masih memenuhi
standar mutu pati di Indonesia yaitu kadar air Journal of the Saudi Society of Agricultural
maksimum 14%. Kadar pati hasil ekstraksi dari Sciences, 15, pp. 75–82.
umbi talas, memberikan nilai tertinggi yaitu, Deka, D. and Sit, N., 2016, Dual modification
80%. Pati umbi talas memiliki kadar amilosa
of taro starch by microwave and other
dan amilopektin lebih tinggi dari pati hasil
penelitian lainnya yaitu, 5.55% dan 74.45%. heatmoisture treatments. International
Pati talas hasil penelitian dan pati komersial Journal of Biological Macromolecules, 92,
menunjukan temperatur gelatinisasi yang pp. 416–422.
hampir sama yaitu pada kisaran 50-70oC.
Sedangkan waktu gelatinisasi pati hasil Iwuoha, C. I.,and Kalu, F. A., 1995, Calsium
penelitian menunjukan nilai yang lebih rendah oxalate and physico-chemical properties of
dari pati komersial, dimana nilai terendah cocoyam (Colocasia esculenta and
didapatkan pada pati hasil modifikasi yaitu 66 Xanthosoma sagittifolium) tuber flours as
detik. Hasil SEM pada pati hasil penelitian affected by processing, Food Chemistry, 54,
menunjukan bahwa pati talas memiliki bentuk
pp. 61-66.
granula yang cenderung bulat. Ukuran granula
pati talas hasil penelitian telah mendekati Jane, J., Shen, L., Chen, J., Lim, S.,
ukuran granula pati komersial yaitu pati jagung Kasemsuwan, T. and Nip, W. K., 1992,
dan pati beras. Penelitian ini menunjukan Physical and Chemical Studies of Taro
bahwa ekstraksi pati akan lebih baik dilakukan
Starches and Flours, Cereal Chemistry,
dari umbi talas daripada tepung talas.
Karakteristik pati hasil penelitian juga telah 69(5), pp. 528-535.
mendekati karakteristik pati komersial baik

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 51


Pati Talas (Colocasia Esculenta… (N. Aryanti*,Y. A. Kusumastuti, W. Rahmawati)

Karmakar, R., Ban, D. K.and Ghosh, U, 2014, in different regions of Thailand, Science
Comparative study of native and modified Asia, 32, pp. 279–284.
starches isolated from conventional and Thys, R. C. S., Aires, A. G., Marczak, L. D. F.
nonconventional sources, International and Noreña, C.P.Z., 2013, The effect of acid
Food Research Journal, 21(2), pp. 597-602. hydrolysis on the technological functional
Lawal, O. S. 2004, Composition, properties of pinhão (Araucaria brasiliensis)
Physicochemical Properties and starch, Food Science and Technology, 33
Retrogradation Characteristics of Native, (Supl. 1), pp. 89-94.
Oxidised, Asetilated Acid-Thinned New Wang, S. and Copeland, L., 2015, Effect of acid
Cocoyam (Xanthosoma Sagittifolium) hydrolysis on starch structure and
Starch. Food Chemistry,87, pp. 205-218. functionality: A review. Critical reviews in
Moorthy, S. N., 2002, Physicochemical and food science and nutrition, 55(8), pp. 1081-
functional properties of tropical tuber 1097.
starches: a review. Starch‐Stärke, 54(12), Waterschoot, J., Gomand, S. V., Fierens, E.and
pp. 559-592. Delcour, J. A., 2014, Production, structure,
Oladunmoye, O. O., Aworh, O. C., Maziya- physicochemical and functional properties
Dixo, B., Erukainure, O. L. and Elemo, G. of maize, cassava, wheat, potato and rice
N., 2014, Chemical and functional starches, Starch/Stärke, 66, pp. 1–16.
properties of cassava starch, durum wheat Widowati, S., Waha, M. G. dan Santosa,
semolina flour, and their blends, Food B.A.S., 1997, Ektraksi dan Karakterisasi
Science & Nutrition, 2(2), pp. 132– 138. Sifat Fisikokimia dan Fungsional Pati
Omojola M. O., Manu N.,and Thomas S. A., Beberapa Varitas Talas (Colocassia
2011, Effect of acid hydrolysis on the Esculenta L.Schott), Bali, Prosiding Seminar
physicochemical properties of cola starch, Nasional Teknologi Pangan.
African Journal of Pure and Applied Zeng, F. K., Liu, H. and Liu, G., 2014,
Chemistry, 5(9), pp. 307-315. Physicochemical properties of starch
Pudjiono, E., 1998. “Konsep Pengembangan extracted from Colocasia esculenta (L.)
Mesin untuk Menunjang Pengadaan Pati Schott (Bun‐long taro) grown in Hunan,
Garut”. Semiloka Agroindustri Kerakyatan. China. Starch‐Stärke, 66(1-2), pp. 142-148.
IAITP-BPPT, Jakarta
Sharma, M., Yadav, D. N., Singh, A. K.and
Tomar, S. K., 2015, Rheological and
functional properties of heat moisture treated
pearl millet starch, Journal of Food Science
and Technology, 52 (10), pp. 6502–6510.
Singh, V. and Ali, S. Z., 2000, Acid
degradation of starch. The effect of acid and
starch type. Carbohydrate polymers, 41(2),
pp.191-195.
Tattiyakul, J., Asavasaksakul, S. and
Pradipasena, P., 2006, Chemical and
physical properties of flour extracted from
taro Colocasia esculenta (L.), Schottgrown

52 e-ISSN 2406-9329

Anda mungkin juga menyukai