Rahmawati)
PATI TALAS (Colocasia Esculenta (L.) Schott) SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PATI
INDUSTRI
Abstrak
Kandungan pati dalam talas mencapai 13-29% dengan karakteristik yang baik. Penelitian ini
difokuskan pada ekstraksi pati dari umbi talas, tepung talas dan modifikasi pati dengan
hidrolisa asam. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh metode ekstraksi dan
modifikasi pati talas terhadap karakteristik produk serta sifat amilograf pati talas. Tahapan
penelitian yang dilakukan terdiri dari pembuatan pati dari umbi talas dan tepung talas,
modifikasi pati talas, analisis hasil pati dan karakterisasi pati. Karakterisasi pati meliputi
kadar air, kadar pati, kadar amilosa, kadar amilopektin dan karakterisasi fisik. Sedangkan
karakterisasi fisik yang dilakukan adalah bentuk dan ukuran granula pati (berdasarkan hasil
Scanning Electron Microscopy), serta sifat amilografi pati. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa yield pati yang diperoleh dari umbi talas lebih besar dari yield pati yang diperoleh dari
tepung talas yaitu sebesar 46,67%. Karakterisasi pati talas menunjukan bahwa kadar air pati
modifikasi menunjukkan nilai yang paling rendah yaitu 5.3%. Pati dari umbi talas memiliki
kadar pati dan amilopektin paling tinggi dibandingkan dengan pati hasil penelitian lainnya
dengan nilai kadar pati 80% dan kadar amilopektin 74,45%. Sedangkan kadar amilosa pati
hasil penelitian lebih rendah dibandingkan dengan kadar amilosa pati komersial lainnya.
Temperatur gelatinisasi paling tinggi terjadi pada pati dari umbi talas yaitu, 70 oC. Hasil SEM
pada pati talas menunjukan bahwa bentuk pati talas cenderung bulat dengan ukuran granula
mendekati pati jagung dan pati beras.
46 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal. 46-52 ISSN 0216-7395
elastis serta menghasilkan gel yang tidak talas dihancurkan/ digiling sehingga dihasilkan
diinginkan ketika didinginkan atau selama tepung talas. Tepung talas yang diperoleh
penyimpanan karena retrogradasi dan diekstrak patinya sesuai dengan metode
presipitasi (Abbas et al.. 2010, dan Sharma et pembuatan pati dari umbi talas.
al.., 2015). Sifat fungsional dari pati asli dapat
ditingkatkan dengan modifikasi melalui metode
fisika, kimia maupun enzimatis (Deka and Sit, Modifikasi Pati Talas
2016). Proses modifikasi pati dilakukan
Penelitian ini difokuskan pada ekstraksi berdasarkan metode yang digunakan oleh Thys
pati talas dari umbi talas, tepung talas dan et al.. (2013) dengan beberapa modifikasi.
modifikasi pati talas dengan proses hidrolisa Sejumlah 10 g/40 ml (b/v) pati talas yang
asam. Selama ini, penelitian tentang pengaruh diperoleh dari umbi talas ditambahkan larutan
metode ekstraksi pati talas dan modifikasi pati HCl 0.1 M dan dipanaskan dalam water bath
talas terhadap karakteristik produk serta sifat dengan temperatur 44 oC dengan pengadukan
amilograf pati talas belum pernah dilakukan. konstan 150 rpm selama 6 jam. Setelah 6 jam,
Selain itu, hasil pati talas yang diperoleh dari pH ditur menjadi 5.5 dengan penambahan
umbi talas maupun tepung talas serta pati secara lambat larutan NaOH 0.05 M. Slurry
modifikasi selanjutnya dikarakterisasi serta kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2000
dibandingkan dengan pati komersial yang ada rpm selama 10 menit dan dibilas dengan air
di pasaran. Hal inilah yang merupakan bersih sebanyak 40 ml dan dilanjutkan dengan
kebaruan dari penelitian yang dilakukan. sentrifugasi. Supernatan didekantasi dan
endapan dikeringkan dengan oven pada
METODE PENELITIAN temperatur pada temperatur 45 oC sampai
Pembuatan Pati dari umbi Talas beratnya konstan dan dihaluskan.
Pembuatan pati dari umbi talas dilakukan
berdasarkan metode dari Widowati dkk. (1997) Analisis
dengan modifikasi proses dari Omojola et Tepung talas dan pati talas yang
al.(2011). Umbi talas dicuci bersih dengan air, diperoleh dihitung yieldnya dengan perhitungan
dikupas dan dipotong-potong, kemudian yield pada persamaan (1), (2), (3).
direndam dalam larutan CaCO3 20% selama 12
jam. Selanjutnya umbi talas dibilas dengan air (1)
bersih dan diparut. Parutan umbi talas direndam
air selama 30 menit. Setelah perendaman,
campuran diperas dan disaring sehingga Yield pati yang diperoleh dari umbi talas dapat
menghasilkan suspensi, ampas dan air. Suspensi dihitung dengan persamaan:
ditambahkan NaOH 0,05 N dan didiamkan agar
mengendap selama 2 x 24 jam, selanjutnya (2)
supernatan didekantasi. Hasil endapan yang
diperoleh dibilas dengan air bersih selama 3 Sedangkan yield pati yang diperoleh dari
kali, dan diendapkan. Endapan pati talas yang tepung talas dapat dihitung dengan persamaan:
diperoleh dikeringkan dengan oven pada
temperatur 45 oC sampai beratnya konstan dan (3)
dihaluskan.
ditentukan berdasarkan temperatur dan waktu dengan nilai derajat putih minimal 85%
gelatinisasi. Penentuan waktu dan temperatur (Widowati, dkk., 1997). Namun demikian,
gelatinisasi dilakukan dengan metode yang kadar air pati yang diperoleh cukup baik karena
digunakan oleh Iwuoha and Kalu (1995). masih memenuhi standar mutu industri pati di
Karakteristik fisik berupa bentuk dan Indonesia yaitu kurang dari 14 %. Apabila
ukuran granula ditentukan dari hasil Scanning dibandingkan dengan data pati komersial
Electron Microscopy/ SEM (FEI Type Inspect- lainnya seperti pati jagung, pati singkong dan
S50). Ukuran granula diprediksi dari gambar pati beras, nilai kadar air yang diperoleh juga
yang diperoleh dari SEM menggunakan masih memenuhi standar pati industri.
software ImageJ. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa kadar
pati talas dari umbi talas dan pati dari tepung
HASIL DAN PEMBAHASAN talas masih memenuhi standar pati industri.
Yield dan Karakteristik Pati Kadar pati dari tepung talas mempunyai nilai
Yield pati yang diperoleh meliputi yield yang lebih kecil dibandingkan dengan pati yang
tepung talas, yield pati (dari umbi talas) dan diperoleh dari umbi talas. Hal ini dimungkinkan
yield pati (dari tepung talas) sebagaimana dapat karena proses ekstraksi pati yang berbeda. Pati
dilihat pada Tabel 1. dari umbi diperoleh dengan proses pemarutan
langsung dari umbi talas, sehingga akan
Tabel 1. Yield Pati Talas menghasilkan pati yang lebih murni. Proses
Nilai pemarutan berpengaruh pada tingginya kadar
Yield pati dari pati umbinya. Dengan proses
(%)
76 pemarutan, jumlah pati yang terlepas mencapai
Yield Tepung Talas
70 - 90 % karena adanya efek pemarutan atau
Yield Pati (dari Umbi Talas) 93
rasping effect (Pudjiono, 1998). Dengan
Yield pati (dari Tepung Talas) 81 demikian, pati yang dibuat melalui proses
pemarutan akan mempunyai kadar pati lebih
Tabel 1 menunjukkan bahwa yield pati tinggi daripada pembuatan tepung.
yang diperoleh untuk yield pati umbi talas lebih Namun, kadar pati pada pati modifikasi
besar dari yield pati tepung. Hal ini disebabkan mempunyai nilai di bawah standar pati industri.
dalam umbi talas kandungan pati lebih banyak. Kadar pati modifikasi yang rendah ini
Dalam pembuatan pati dari tepung talas,proses disebabkan adanya pengaruh pemanasan dalam
pembuatan pati melalui tahap penepungan proses yang menyebabkan penurunan
terlebih dahulu sehingga pati yang di dapat jauh kandungan kadar pati. Selain itu, penurunan
lebih sedikit. Karakteristik pati yang meliputi kadar juga disebabkan karena adanya degradasi
kadar air, kadar pati,kadar amilosa dan kadar yang terjadi selama proses hidrolisis dengan
amilopektin dapat dilihat pada Tabel 2. asam (Lawal, 2004).
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Selain itu Tabel 2 menunjukkan bahwa
kadar air pati yang dihasilkan dari umbi talas kadar amilosa pati hasil penelitian mempunyai
mempunyai nilai yang paling tinggi nilai yang cukup rendah dibandingkan dengan
dibandingkan dengan jenis pati yang lain. kadar amilosa pati komersial lainnya. Hal ini
Selain itu pati dari umbi talas mempunyai kadar disebabkan karena sifat hidrofillik dari amilosa
air yang lebih besar dibandingkan dengan kadar (mempunyai gugus hidroksil) sehingga
air pati dari tepung talas maupun pati mempunyai kemampuan untuk membentuk
modifikasi. Hal ini disebabkan karena dalam ikatan hidrogen dan bersifat larut dalam air.
pengambilan ekstrak pati dari umbi masih Kadar amilosa pati modifikasi
banyak memiliki kandungan air, sementara pati mempunyai nilai yang lebih rendah
dari tepung talas kandungan air yang dimiliki dibandingkan pati dari umbi talas. Penurunan
sedikit karena dalam proses penepungan telah kadar amilosa ini dapat disebabkan karena
mengalami pengeringan. Sedangkan nilai kadar disebabkan karena hidrolisis asam juga
air terkecil berasal dari pati modifikasi ini menyerang sebagian dari amilosa (Singh and
karena perlakuan pada modifikasi yang dapat Ali., 2000). Secara spesifik dijelaskan bahwa
mempengaruhi kandungan air yang dimiliki. hidrolisis terjadi pada bagian amorf dari granul
Standar mutu pati Industri di Indonesia pati, dimana amilosa terdapat pada bagian
adalah kadar air maksimum 14%, kadar abu amorf dari granul pati (Wang and Copeland,
maksimum 15%, kadar pati minimum 75% 2015).
48 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal. 46-52 ISSN 0216-7395
(a)
(a)
(b)
(b)
(c)
(c)
Gambar 1. Bentuk Granula Pati: a. Pati dari
Umbi Talas, b. Pati dari Tepung Talas, c. Pati Gambar 2 Bentuk Granula Pati Komersial : a.
Talas Modifikasi Pati Jagung (Ali et al., 2016), (b) Pati Singkong
(Waterschout et al., 2014), c. Pati Beras
Gambar 1 menunjukkan bentuk granula (Waterschoot et al., 2014)
pati talas hasil penelitian yang secara umum
berbentuk bulat, sehingga dapat dikatakan Berdasarkan Gambar 1 dilakukan analisa
bahwa perlakuan yang diberikan tidak terhadap bentuk dan diameter pati talas
berpengaruh terhadap bentuk granula. Pati talas sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.
yang berbentuk bulat ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Moorthy (2002). Tabel 4. Diameter rata-rata Pati Talas
Namun demikian hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa bentuk granula pati talas No. Jenis Pati Diameter granula
adalah polygon (Tattiyakul et al.., 2006) dan (m)
tidak beraturan (Zeng et al., 2014). Apabila 1. Pati dari tepung talas 8.3
dibandingkan dengan bentuk pati komersial 2. Pati dari umbi talas 8.7
pembanding (Gambar 2), bentuk granula pati
talas yang diperoleh lebih mendekati bentuk 3. Pati Talas Modifikasi 7.5
pati singkong dan pati beras yaitu berbentuk
bulat. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa
diameter rata- rata antara pati yang berasal dari
tepung talas dan umbi talas hampir mendekati.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang
dilakukan terhadap dua jenis pati itu tidak
berpengaruh pada ukuran granula. Sementara
itu, pati modifikasi memiliki diameter rata –
50 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal. 46-52 ISSN 0216-7395
rata terkecil. Hal ini disebabkan perlakuan secara kimia maupun fisik. Namun pengaruh
proses gelatinisasi atau pemanasan yang modifikasi pati dengan hidrolisa asam masih
dilakukan terhadap pati modifikasi berpengaruh memerlukan kajian lebih lanjut terutama
terhadap ukuran granula, meskipun pengaruhnya terhadap sifat amilograf pati.
pengaruhnya tidak signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 5 Diameter rata-rata dan bentuk
Abbas, K.A., Khalil, S. K.and Hussin, A. S. M.,
Granula Pati Komersial
Jenis Pati Bentuk Diameter 2010, Modified starches and their usages
Granula granula(m) inselected food products: a review study,
Pati Jagung* Bulat, 11.8-12 Journal of Agriculture and Science, 2, pp.
polygonal
90–100.
Pati Singkong** Bulat 3-32
Pati Beras** Polyhedral 3-8 Ahmed, A. and Khan, F., 2013, Extraction of
* (Ali et al.., 2016), ** (Waterschoot et al., 2014) Starch from Taro (Colocasia esculenta) and
Tabel 5 menunjukkan diameter rata – rata Evaluating it and Further using Taro Starch
dan bentuk granula pati komersial. Apabila as Disintegrating Agent in Tablet
dibandingkan dengan diameter pati komersial, Formulation with Over All Evaluation.
maka ukuran granula pati talas yang dihasilkan Inventi Rapid: Novel Excipients, (2), pp. 1-5.
lebih cenderung mendekati pati jagung dan pati
beras. Alam, F. and Hasnain, A., 2009, Studies on
swelling and solubility of modified starch
KESIMPULAN fromTaro (Colocasia esculenta): Effect of
Ekstraksi pati talas dari umbi dan pH and temperature, Agriculturae
tepung talas telah dilakukan. Yield pati tertinggi Conspectus Scientificus, 74, pp. 45–50.
dihasilkan pada ekstraksi dari umbi talas yaitu
sebesar 46.67%. Dari proses karakterisasi pada Ali, A., Wani, T.A., Wani, I. A. and Masoodi,
hasil pati talas diketahui bahwa,pati dari umbi F.A., 2016, Comparative study of the
talas memberikan hasil yang paling baik. Kadar physico-chemical properties of riceandcorn
air pati dari umbi talas memiliki nilai paling
starches grown in Indian temperate climate,
tinggi yaitu 13.18% namun masih memenuhi
standar mutu pati di Indonesia yaitu kadar air Journal of the Saudi Society of Agricultural
maksimum 14%. Kadar pati hasil ekstraksi dari Sciences, 15, pp. 75–82.
umbi talas, memberikan nilai tertinggi yaitu, Deka, D. and Sit, N., 2016, Dual modification
80%. Pati umbi talas memiliki kadar amilosa
of taro starch by microwave and other
dan amilopektin lebih tinggi dari pati hasil
penelitian lainnya yaitu, 5.55% dan 74.45%. heatmoisture treatments. International
Pati talas hasil penelitian dan pati komersial Journal of Biological Macromolecules, 92,
menunjukan temperatur gelatinisasi yang pp. 416–422.
hampir sama yaitu pada kisaran 50-70oC.
Sedangkan waktu gelatinisasi pati hasil Iwuoha, C. I.,and Kalu, F. A., 1995, Calsium
penelitian menunjukan nilai yang lebih rendah oxalate and physico-chemical properties of
dari pati komersial, dimana nilai terendah cocoyam (Colocasia esculenta and
didapatkan pada pati hasil modifikasi yaitu 66 Xanthosoma sagittifolium) tuber flours as
detik. Hasil SEM pada pati hasil penelitian affected by processing, Food Chemistry, 54,
menunjukan bahwa pati talas memiliki bentuk
pp. 61-66.
granula yang cenderung bulat. Ukuran granula
pati talas hasil penelitian telah mendekati Jane, J., Shen, L., Chen, J., Lim, S.,
ukuran granula pati komersial yaitu pati jagung Kasemsuwan, T. and Nip, W. K., 1992,
dan pati beras. Penelitian ini menunjukan Physical and Chemical Studies of Taro
bahwa ekstraksi pati akan lebih baik dilakukan
Starches and Flours, Cereal Chemistry,
dari umbi talas daripada tepung talas.
Karakteristik pati hasil penelitian juga telah 69(5), pp. 528-535.
mendekati karakteristik pati komersial baik
Karmakar, R., Ban, D. K.and Ghosh, U, 2014, in different regions of Thailand, Science
Comparative study of native and modified Asia, 32, pp. 279–284.
starches isolated from conventional and Thys, R. C. S., Aires, A. G., Marczak, L. D. F.
nonconventional sources, International and Noreña, C.P.Z., 2013, The effect of acid
Food Research Journal, 21(2), pp. 597-602. hydrolysis on the technological functional
Lawal, O. S. 2004, Composition, properties of pinhão (Araucaria brasiliensis)
Physicochemical Properties and starch, Food Science and Technology, 33
Retrogradation Characteristics of Native, (Supl. 1), pp. 89-94.
Oxidised, Asetilated Acid-Thinned New Wang, S. and Copeland, L., 2015, Effect of acid
Cocoyam (Xanthosoma Sagittifolium) hydrolysis on starch structure and
Starch. Food Chemistry,87, pp. 205-218. functionality: A review. Critical reviews in
Moorthy, S. N., 2002, Physicochemical and food science and nutrition, 55(8), pp. 1081-
functional properties of tropical tuber 1097.
starches: a review. Starch‐Stärke, 54(12), Waterschoot, J., Gomand, S. V., Fierens, E.and
pp. 559-592. Delcour, J. A., 2014, Production, structure,
Oladunmoye, O. O., Aworh, O. C., Maziya- physicochemical and functional properties
Dixo, B., Erukainure, O. L. and Elemo, G. of maize, cassava, wheat, potato and rice
N., 2014, Chemical and functional starches, Starch/Stärke, 66, pp. 1–16.
properties of cassava starch, durum wheat Widowati, S., Waha, M. G. dan Santosa,
semolina flour, and their blends, Food B.A.S., 1997, Ektraksi dan Karakterisasi
Science & Nutrition, 2(2), pp. 132– 138. Sifat Fisikokimia dan Fungsional Pati
Omojola M. O., Manu N.,and Thomas S. A., Beberapa Varitas Talas (Colocassia
2011, Effect of acid hydrolysis on the Esculenta L.Schott), Bali, Prosiding Seminar
physicochemical properties of cola starch, Nasional Teknologi Pangan.
African Journal of Pure and Applied Zeng, F. K., Liu, H. and Liu, G., 2014,
Chemistry, 5(9), pp. 307-315. Physicochemical properties of starch
Pudjiono, E., 1998. “Konsep Pengembangan extracted from Colocasia esculenta (L.)
Mesin untuk Menunjang Pengadaan Pati Schott (Bun‐long taro) grown in Hunan,
Garut”. Semiloka Agroindustri Kerakyatan. China. Starch‐Stärke, 66(1-2), pp. 142-148.
IAITP-BPPT, Jakarta
Sharma, M., Yadav, D. N., Singh, A. K.and
Tomar, S. K., 2015, Rheological and
functional properties of heat moisture treated
pearl millet starch, Journal of Food Science
and Technology, 52 (10), pp. 6502–6510.
Singh, V. and Ali, S. Z., 2000, Acid
degradation of starch. The effect of acid and
starch type. Carbohydrate polymers, 41(2),
pp.191-195.
Tattiyakul, J., Asavasaksakul, S. and
Pradipasena, P., 2006, Chemical and
physical properties of flour extracted from
taro Colocasia esculenta (L.), Schottgrown
52 e-ISSN 2406-9329