DISUSUN OLEH :
CHESSA VIERANDA
12 RPL.
PELANGGARAN HAM BIDANG AGAMA
Jakarta - Persekusi muslim suku Uighur di Xinjiang oleh pemerintah China tengah
menjadi sorotan dunia internasional. Seiring dengan pembahasan itu, muncul foto-foto
viral di media sosial tentang pembakaran Al Qur'an di Xinjiang. Ternyata cuma satu foto
yang benar dari Xinjiang, namun ini memicu salah paham.
Pengecekan fakta ini dilakukan AFP Indonesia dan AFP Hong Kong, dilansir Senin
(20/1/2020). Tiga foto dibagikan ribuan kali di Facebook, disertai klaim bahwa Al Qur;an
telah dibakar di Xinjiang.
"Hanya satu dari foto-foto ini yang diambil dari Xinjiang selama pemusnahan barang-
barang sitaan keagamaan 'ilegal' tahun 2014. Dua foto lainnya sebenarnya
menunjukkan tumpukan Al Qur'an-Al Qur'an rusak oleh Kedutaan Arab Saudi di
Maroko tahun 2016," demikian tulis kantor berita asal Prancis ini.
PELANGGARAN HAM BIDANG SOSIAL
Banyuwangi -
Pembunuh dan pembakar Rosidah telah tertangkap. Pelaku merupakan seorang pramusaji di sebuah
warung yang tak lain rekan kerja korban.
Dia Ali Heri Sanjaya (28) warga Lingkungan Brak, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.
Ia telah menghabisi nyawa Rosidah (17), warga Lingkungan Papring, Kelurahan/Kecamatan Kalipuro. Ia
memukul dan mencekik Rosidah. Kemudian mayatnya dibakar di ladang kelapa di Dusun Kedawung,
Desa Pondoknongko, Kecamatan Kabat, Banyuwangi.
Korban sebelumnya sering mengolok-ngolok pelaku. Pelaku yang bekerja 3 bulan itu merasa sakit hati
diejek anak yang usianya lebih muda dan baru saja masuk selama 3 minggu. Akhirnya, dirinya
merencanakan pembunuhan itu.
Jumat (24/1) pukul 17.00 WIB, pelaku meminta untuk diantarkan ke rumahnya. Tapi, saat itu pelaku
malah mengajak korban pergi ke Kecamatan Rogojampi. Keduanya berboncengan dengan
menggunakan motor Honda BeAt milik korban. Awalnya pelaku yang membonceng korban. Namun
setelah dekat dengan TKP, pelaku meminta korban yang membonceng.
Tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 18.00 WIB. Saat itu pelaku turun terlebih dahulu dari sepeda motor.
Saat akan turun korban langsung dipukul di bagian leher. Korban pun tersungkur. Untuk memastikan
korban meninggal dunia, pelaku mencekik leher korban.
Satu jam berselang, pelaku ingin menghilangkan jejak, pelaku kemudian menyiramkan bensin yang
sudah ia beli ke tubuh korban. Korban dibakar dengan potongan bambu yang di tumpuk secara berlapis
pada tubuh korban (mirip ngaben).
TKP pembakaran berjarak sekitar 300 meter dari tempat pembunuhan. Pelaku menggendong korban
melewati jalan setapak dan semak-semak, untuk kemudian dibakar di bawah pohon kelapa di sekitar
lahan tanaman warga.
PELANGGARAN HAM BIDANG SOSIAL
Surabaya -
Polisi menangkap pelaku pembunuhan perempuan yang bersimbah darah di tangga
rumah kos, Petemon Barat No 3. Polisi menangkap pelaku tak lebih dari 24 jam usai
kejadian, Kamis (30/1).
"Iya, sudah tertangkap," kata Kanit Reskrim Polsek Sawahan Iptu Ristitanto saat
dikonfirmasi detikcom melalui sambungan telepon, Jumat (31/1/2020).
Menurut Ristanto, pelaku ditangkap Kamis malam oleh tim gabungan dari Polsek
Sawahan dan Sat Reskrim Polrestabes Surabaya. Usai ditangkap, rencananya pelaku
akan dirilis siang ini.
"Ditangkap oleh tim gabungan Polsek dan Reskrim Polrestabes. Nanti saja dirilis,"
bebernya.
Paman korban, Heri mengatakan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Sebelum
peristiwa pembunuhan, antara korban dan pelaku sempat terjadi keributan dan teriakan
minta tolong dari korban.
PELANGGARAN HAM BIDANG AGAMA
Kepastian itu dikemukakan Kasubbag Humas Polres Bogor, AKP Ita Puspita Lena,
pada Selasa (02/07).
"Dia dikenakan Pasal 156a," kata Ita kepada wartawan BBC News Indonesia, Jerome
Wirawan, merujuk pasal penodaan/penistaan agama.
Dugaan penodaan agama Rocky Gerung: 'Berdebatlah, jangan dipidanakan'
Caleg gagal: Dari yang gangguan jiwa sampai yang tidak kapok
Vlog masak babi kurma: Mencari batas antara lelucon dan penistaan agama
Banding Meiliana, yang keluhkan volume suara azan, ditolak Mahkamah Agung
"Kondisi saat ini masih berada di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati. Sedang diperiksa,"
kata Ita.
"Sudah final, kenapa? Karena ada riwayat sebelumnya dan bahkan dokter ada yang
saya masukan ini merawat yang bersangkutan."
"Selain itu rekam medik yang disampaikan ini dalam kondisi saat ini dari psikiater
simpulkan yang bersangkutan ada gangguan kesehatan skizofrenia tipe paranoid dan
skizoafektif, (kemarin saat kejadian) barangkali itu skizoafektif ya. Jadi perasaan dia
tidak suka, dia khawatir, dan sebagainya," papar Musyafak kepada wartawan,
sebagaimana dikutip Detik.com
Musyafak juga menerangkan SM sudah mengidap gangguan jiwa sejak 2013 dan
terakhir kali berobat sekitar dua minggu lalu.
"Rencana kami seperti pasien lain karena yang bersangkutan menderita gangguan jiwa,
kami berupaya memeriksa, mengobati, dan merawat. Nanti penyidik dan mungkin saja
bisa dirujuk ke RSJ," ujarnya.
PELANGGARAN HAM BIDANG SOSIAL
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Daerah Papua merespons tiga kasus dugaan pelanggaran hak
asasi manusia yang berpotensi bisa dibawa ke ranah pengadilan.
Respons kepolisian tersebut merupakan bentuk tanggapan terhadap rekomendasi yang diajukan oleh
Tim Peduli Pelanggaran HAM Papua.
Ketiga kasus dugaan pelanggaran HAM yang direkomendasikan itu adalah peristiwa yang terjadi di
Wasior (2001), Wamena (2003), dan Paniai (2014).
"Walaupun sudah merekomendasi ketiga kasus namun tim hingga kini masih melengkapi data karena
tidak tertutup kemungkinan kasus tersebut akan ditindaklanjuti hingga ke pengadilan," kata Kapolda
Papua Irjen Pol Waterpauw, Senin (25/4).
direkomendasikan lantaran tim menilai sudah ada data awal yang cukup untuk ditindaklanjuti. Komnas
HAM pun dalam hal ini sudah membentuk tim ad hoc yang memprioritaskan penyelidikan atas tiga
peristiwa yang terjadi di Papua tersebut.
Paulus menegaskan pihaknya siap menghadapi hasil temuan sekiranya didapati ada anggotanya yang
diduga terlibat dalam kasus pelanggaran HAM.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Pol. Patridge Renwarin saat dikonfirmasi
menyatakan tim yang dipimpin oleh Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua saat ini berada di Jakarta
untuk melengkapi data-data penunjang.
Sementara itu Ketua Tim Peduli Pelanggaran HAM Papua Frits Ramanday secara terpisah menyatakan
dari data yang dikumpulkan tercatat 21 kasus dugaan pelanggaran HAM yang terbagi atas 15 kasus
situasi politik dan enam kasus terkait ekonomi sosial budaya.
Namun dari 21 kasus, hanya tiga kasus di antaranya yang direkomendasikan untuk ditindak lanjutin
hingga ke pengadilan.
Selain merekomendasikan tiga kasus, Tim Peduli Pelanggaran HAM Papua berharap adanya Keputusan
Presiden (Keppres) tentang pembentukan tim penyelesaian kasus kasus pelanggaran HAM di
Papua. (Antara/gil)
PELANGGARAN HAM BIDANG IDEOLOGI
"Harus diakui bahwa capaian tersebut ada yang sudah dapat diselesaikan
dan ada juga yang belum. Namun ada hal-hal yang memerlukan proses
berkelanjutan dan berkesinambungan untuk mencapai standar atau kualitas
yang lebih baik dari sebelumnya," jelasnya.
PELANGGARAN HAM BIDANG AGAMA
Kemanusiaan bukanlah kalimat baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak
banyak negara-negara di Asia melupakan hal tersebut karena ambisi kekuasaan dan
mungkin ideologi keagamaan. Pelanggaran kemanusiaan seolah-olah dianggap hal wajar
terjadi pada setiap konflik di berbagi negara, padahal sejatinya kemanusiaan menjadi
filosofi gerakan keutuhan dan kemajuan.
Fanatisme kegamaan di Asia, khususnya Asia Tenggara, cukup tinggi. Terlihat dengan
maraknya konflik yang berujung perang saudara, seperti di Thailand Selatan-Pattani
diperkirakan sudah menewaskan sekitar 6.500 orang, baik di kalangan aparat keamanan
Thailand maupun warga sipil (bbc.id); Filipina terhitung sejak 1970, total serangan
teror mencapai 4.860 kasus (tirto.id) ditambah 58 tentara tewas dan 20 warga sipil, dan
ratusan militan tewas dalam pertempuran di Marawi 2017 (kompas.com); Rohingnya-
Myanmar korban tewas mencapai 1000 lebih (kbk.online).
Fenomena di atas menjadi populer di kalangan umat beragama. Bagaimana tidak, agama
yang seyogyanya menjadi pedoman hidup damai, kini dijadikan alat penguat kekuasaan
walau hal tersebut ditutupi atas dasar pelanggaran hukum dan sparatisme kelompok
tertentu.
Keragaman dalam beragama adalah fitrah peradaban manusia yang hidup melintas zaman
dan perubahan. Keberadaannya tidak usah dipertentangkan apalagi dikotori dengan
rekayasa politik yang memecah belah persaudaraan.
Hidup dalam perbedaan merupakan kemuliaan setiap manusia dan ajaran setiap agama.
Tidak ada pemilik kebenaran selain Tuhan, dan manusia hanya berikhtiar, bukan saling
menebar kebenciaan. Maka amatlah penting kemanusiaan diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari, dengan cara menebar perilaku baik, menegakkan hukum secara
adil, memberikan ruang kebebasan dan kemerdekaan individu ataupun kelompok.
Juga perlu diingat bahwasanya kerusakan kemanusiaan dapat dihindari dengan toleransi
dan kasih sayang, melepas segala kasta sosial, politik, agama maupun ekonomi,
menciptakan perdamaian, persatuan dan tolerasi, bukan kerakusaan dan fanatisme.
Untuk itu, sebagai pemuda yang peduli kemanusiaan berharap konflik tersebut dapat
diselesaikan secara adil dan terbuka. Ini tanggung jawab kita semua sebagai warga Asia.
Kita mengecam segala bentuk ketidakadilan dan kejahatan kemanusiaan yang
ditumbuhkan.***