Co Kasus PK
Co Kasus PK
Berbeda dengan kloset duduk pada umumnya, produk-produk kloset duduk keluaran TOTO
memiliki kelebihan dan teknologi yang dapat membuat toilet selalu bersih dan higienis. Tak
hanya dilengkapi sensor otomatis dengan buka tutup, kloset TOTO juga memiliki sensor lain
yang bisa membuat permukaan tempat duduknya terasa hangat. Dengan teknologi ini,
kuman enggan bersarang di dudukan toilet.
Selain itu, kloset duduk TOTO juga mampu mengatur air pembilas untuk disemprotkan ke
mangkuk kloset sehingga kotoran akan sulit menempel, memiliki teknologi eWater+ yang
secara otomatis menyalurkan air dan menjaga mangkuk dan nozzle toilet tetap bersih. Serta,
adanya filter udara yang berguna untuk membersihkan udara di sekitar dudukan kloset.
Dengan rangkaian teknologi ini, kebersihan kulit penggunanya akan tetap terjaga.
Tidak hanya higienis, kloset duduk TOTO juga sangat ramah lingkungan. Pasalnya, dengan
teknologi EWater+, washlet kloset duduk TOTO dapat mengubah air biasa menjadi Ewater+
yang memiliki kandungan asam pH yang ramah lingkungan.
Baginya pengalaman belanja yang dipersonalisasi akan diperkuat dengan data dan kecerdasan buatan
(AI). Shopee memperdalam penggunaan AI dan Big Data untuk mengatur perjalanan belanja yang
lebih personal bagi pengguna.
Pada tahun 2019, misalnya, Shopee memanfaatkan pembelajaran mendalam pada mesin
rekomendasinya untuk memberikan saran belanja yang dapat disesuaikan bagi pengguna
berdasarkan data pembelian dan penelusuran.
Salah satu tren lainnya adalah pemanfaatan gamification dalam bentuk in-app games. “Di Indonesia,
Shopee meluncurkan game dalam aplikasi terbarunya, Shopee Tanam, yang memungkinkan
pengguna memenangkan hadiah menarik setelah mereka berhasil menanam buah-buahan pilihan dan
menyirami secara teratur sampai buah siap dipanen,” jelas Chris.
Inovasi yang akan dilakukan oleh Shopee adalah interaksi yang lebih ramah pada Shopee Feed.
Shopee Feed menawarkan berbagai fungsi sosial bagi pengguna untuk membuat konten dan
berinteraksi dengan teman, sesama pembeli dan penjual di Shopee.
“Saya percaya belanja online harus membawa kesenangan dan kegembiraan bagi seluruh orang.
Setiap orang di Shopee telah bekerja keras untuk membuat belanja menjadi menarik, sosial, dan
dipersonalisasi. Kami sangat senang dengan apa yang akan terjadi pada tahun 2020. Kami berharap
tahun ini akan lebih membanggakan lagi,” tutup Chris.
Guna mengenal lebih jauh perilaku wisatawan Indonesia, berikut ini Marketeers merangkum
tiga anxiety and desire wisatawan Indonesia berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Travelport.
Apa saja?
Yang perlu diperhatikan, ada sejumlah cara yang dilakukan para wisatawan untuk memperoleh nilai
lebih. 24% wisatawan mengaku, rela memberikan lebih banyak informasi pribadi kepada maskapai
guna menerima penawaran yang dipersonalisasi.
Cropped tourist woman
in summer casual
clothes holding bundle
of dollars money,
passport isolated on
yellow orange
background. Female
traveling abroad travel
on weekends getaway.
Air flight concept
“Ini merupakan peluang yang masif untuk para travel agent di Indonesia. Mereka bisa memberikan
berbagai opsi yang lebih relevan kepada para wisatawan,” terang Direktur Regional Wilayah Operator
APAC Travelport, Gary Harford di Jakarta, Kamis (30/01/2020).
Saat memilih maskapai, 91% wisatawan memilih maskapai yang dapat dipercaya; 88% rute dan
jadwal yang ideal dan layanan pelanggan yang baik; serta 86% pengalaman yang menyenangkan
selama penerbangan.
“Potret ini menunjukkan, rata-rata wisatawan Indonesia saat ini lebih memilih nilai lebih
dibandingkan dengan harga,” ujar Gary.
Para wisatawan menilai, pengalaman Augmented Reality (AR) maupun Virtual Reality (VR) akan
membantu mereka dalam merencanakan perjalanan wisata. Bahkan, bukan hanya di antara generasi
X dan Y, tren ini juga muncul di antara Baby Boomers.
Portrait of mature
bearded man
wearing VR headset
sitting in armchair
immersed in game
and looking around,
copy space
Hal ini juga berlaku dalam urusan memilih maskapai. 86% wisatawan Indonesia menganggap,
pengalaman digital merupakan faktor penting dalam memilih maskapai.
Sementara, dalam perjalanan, 67% wisatawan merasa frustasi jika tidak dapat mengakses informasi
pemesanan melalui smartphone atau smartwatch. Rasa frustrasi ini paling banyak dirasakan oleh
wisatawan Gen X (73%) dan Gen Y (67%).
Namun, bukan berarti ekspektasi tinggi soal pengalaman digital menghapuskan keinginan
akan human touch. Survei ini menunjukkan, teknologi tidak selalu menjadi jawaban yang diinginkan
para wisatawan.
Setengah wisatawan di Indonesia (52%) dan dua per lima bagian wisatawan global (42%)
menganggap, tidak dapat berbicara kepada sesama dapat menyebabkan mereka menjadi frustasi.
Persentase ini meningkat dibandingkan 2018 (38%).
Pasalnya, ketika berusaha mempersonalisasi pengalaman, 61% wisatawan merasa frustrasi lantaran
tidak dapat memahami apa saja yang termasuk dalam penawaran standar. Persentase ini meningkat
tajam mencapai 40% jika dibandingkan dengan 2018. Tak hanya itu, 63% wisatawan turut merasa
kecewa ketika tidak mengetahui apa saja penawaran ekstra yang tersedia.
Dari deretan anxiety and desire yang ditemukan Travelport, Presiden Direktur Galileo
Indonesia Raymond Setokusumo meyakini, outlook bisnis pariwisata Indonesia tetap akan positif.
“Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dan sektor pariwisata merupakan salah satu
kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Hal ini terlihat dari pertumbuhan sektor
pariwisata di negara-negara berkembang yang lebih tinggi dibandingkan negara lain. Ekosistem
perjalanan dinamis dan inovatif. Masih banyak kesempatan untuk bertumbuh,” tutup Raymond.