Anda di halaman 1dari 5

CONSUMER GOODS

Dengan Teknologi,TOTO Jaga Higienitas


Toiletnya
ByMuhammad Perkasa Al Hafiz
Posted on January 16, 2020

Dengan kemajuan teknologi yang


ada saat ini, para produsen kloset
duduk sudah banyak melakukan
penelitian agar kloset menjadi
higienis dan nyaman digunakan.
Salah satunya seperti yang dilakukan
oleh TOTO, produsen toilet
dunia. Kloset duduk pun juga dinilai
lebih higienis. Yang dimaksud
higienis adalah: bersih, tidak berbau,
dan pinggirannya tidak basah.
Pinggiran kloset yang basah akan
menjadi sarang bakteri penyebab penyakit kulit dan kelamin. Dan, kloset jongkok cenderung
sulit memenuhi standar ini.

Berbeda dengan kloset duduk pada umumnya, produk-produk kloset duduk keluaran TOTO
memiliki kelebihan dan teknologi yang dapat membuat toilet selalu bersih dan higienis. Tak
hanya dilengkapi sensor otomatis dengan buka tutup, kloset TOTO juga memiliki sensor lain
yang bisa membuat permukaan tempat duduknya terasa hangat. Dengan teknologi ini,
kuman enggan bersarang di dudukan toilet.

Selain itu, kloset duduk TOTO juga mampu mengatur air pembilas untuk disemprotkan ke
mangkuk kloset sehingga kotoran akan sulit menempel, memiliki teknologi eWater+ yang
secara otomatis menyalurkan air dan menjaga mangkuk dan nozzle toilet tetap bersih. Serta,
adanya filter udara yang berguna untuk membersihkan udara di sekitar dudukan kloset.
Dengan rangkaian teknologi ini, kebersihan kulit penggunanya akan tetap terjaga.

Tidak hanya higienis, kloset duduk TOTO juga sangat ramah lingkungan. Pasalnya, dengan
teknologi EWater+, washlet kloset duduk TOTO dapat mengubah air biasa menjadi Ewater+
yang memiliki kandungan asam pH yang ramah lingkungan.

Editor: Sigit Kurniawan


CONSUMER GOODS

CEO Shopee: Belanja Online Akan Makin


Personal dan Sosial
ByRamadhan Triwijanarko
Posted on January 27, 2020

Industri e-commerce masih menjadi


industri yang paling panas secara
lanskap kompetisi. Banyak pemain di
industri ini yang bersaing ketat
memenangkan hati konsumen. Salah
satu caranya adalah menghadirkan
beragam inovasi terbaru.
Shopee menilai pada tahun 2020 akan
terjadi beragam tren baru di e-commerce. Chris Feng selaku CEO Shopee melihat tren
belanja online menjadi lebih personal, menarik, dan sosial. Sejalan dengan visi ini, bagi Chris Shopee
akan memperkenalkan inovasi platform baru untuk menghadirkan pengalaman belanja yang baru.

Baginya pengalaman belanja yang dipersonalisasi akan diperkuat dengan data dan kecerdasan buatan
(AI). Shopee memperdalam penggunaan AI dan Big Data untuk mengatur perjalanan belanja yang
lebih personal bagi pengguna.
Pada tahun 2019, misalnya, Shopee memanfaatkan pembelajaran mendalam pada mesin
rekomendasinya untuk memberikan saran belanja yang dapat disesuaikan bagi pengguna
berdasarkan data pembelian dan penelusuran.

Salah satu tren lainnya adalah pemanfaatan gamification dalam bentuk in-app games. “Di Indonesia,
Shopee meluncurkan game dalam aplikasi terbarunya, Shopee Tanam, yang memungkinkan
pengguna memenangkan hadiah menarik setelah mereka berhasil menanam buah-buahan pilihan dan
menyirami secara teratur sampai buah siap dipanen,” jelas Chris.

Inovasi yang akan dilakukan oleh Shopee adalah interaksi yang lebih ramah pada Shopee Feed.
Shopee Feed menawarkan berbagai fungsi sosial bagi pengguna untuk membuat konten dan
berinteraksi dengan teman, sesama pembeli dan penjual di Shopee.

“Saya percaya belanja online harus membawa kesenangan dan kegembiraan bagi seluruh orang.
Setiap orang di Shopee telah bekerja keras untuk membuat belanja menjadi menarik, sosial, dan
dipersonalisasi. Kami sangat senang dengan apa yang akan terjadi pada tahun 2020. Kami berharap
tahun ini akan lebih membanggakan lagi,” tutup Chris.

Editor: Sigit Kurniawan


LIFESTYLE & ENTERTAINMENT

Mengenal Tiga Anxiety and Desire


Wisatawan Indonesia
ByAnnisa Bella
Posted on February 2, 2020

Pariwisata menjadi sektor potensial


yang diandalkan pemerintah
Indonesia untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pasalnya,
sektor ini mampu
memberikan multiplier effect bagi
perekonomian Indonesia. Namun,
perubahan pada sektor ini bergerak
dengan cepat. Antara lain,
dipengaruhi oleh perilaku para wisatawan. Para pemain pun dituntut sigap dalam memahami dan
menjawab perubahan tersebut dengan tepat.

Guna mengenal lebih jauh perilaku wisatawan Indonesia, berikut ini Marketeers merangkum
tiga anxiety and desire wisatawan Indonesia berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Travelport.
Apa saja?

Harga Urusan Kedua, WIisatawan Indonesia Utamakan Nilai Lebih


Dalam survei yang dilakukan Travelport terhadap lebih dari 23 ribu wisatawan di 20 negara
(termasuk Indonesia) dalam 12 bulan terakhir ditemukan, 88% wisatawan Indonesia memilih value
for money sebagai prioritas utama. Hanya 6% wisatawan yang memesan rencana perjalanan dengan
hanya mempertimbangkan harga.

Yang perlu diperhatikan, ada sejumlah cara yang dilakukan para wisatawan untuk memperoleh nilai
lebih. 24% wisatawan mengaku, rela memberikan lebih banyak informasi pribadi kepada maskapai
guna menerima penawaran yang dipersonalisasi.
Cropped tourist woman
in summer casual
clothes holding bundle
of dollars money,
passport isolated on
yellow orange
background. Female
traveling abroad travel
on weekends getaway.
Air flight concept
“Ini merupakan peluang yang masif untuk para travel agent di Indonesia. Mereka bisa memberikan
berbagai opsi yang lebih relevan kepada para wisatawan,” terang Direktur Regional Wilayah Operator
APAC Travelport, Gary Harford di Jakarta, Kamis (30/01/2020).
Saat memilih maskapai, 91% wisatawan memilih maskapai yang dapat dipercaya; 88% rute dan
jadwal yang ideal dan layanan pelanggan yang baik; serta 86% pengalaman yang menyenangkan
selama penerbangan.

“Potret ini menunjukkan, rata-rata wisatawan Indonesia saat ini lebih memilih nilai lebih
dibandingkan dengan harga,” ujar Gary.

Wisatawan Indonesia Punya Ekspektasi Tinggi Soal Pengalaman Digital


Poin ini cukup penting untuk diperhatikan para pemain di sektor pariwisata. Fakta menunjukkan,
wisatawan Indonesia memiliki ekspektasi paling tinggi soal pengalaman digital (75%) dibandingkan
rata-rata wisawatan global (48%).

Para wisatawan menilai, pengalaman Augmented Reality (AR) maupun Virtual Reality (VR) akan
membantu mereka dalam merencanakan perjalanan wisata. Bahkan, bukan hanya di antara generasi
X dan Y, tren ini juga muncul di antara Baby Boomers.

Portrait of mature
bearded man
wearing VR headset
sitting in armchair
immersed in game
and looking around,
copy space

Hal ini juga berlaku dalam urusan memilih maskapai. 86% wisatawan Indonesia menganggap,
pengalaman digital merupakan faktor penting dalam memilih maskapai.

Sementara, dalam perjalanan, 67% wisatawan merasa frustasi jika tidak dapat mengakses informasi
pemesanan melalui smartphone atau smartwatch. Rasa frustrasi ini paling banyak dirasakan oleh
wisatawan Gen X (73%) dan Gen Y (67%).

Namun, bukan berarti ekspektasi tinggi soal pengalaman digital menghapuskan keinginan
akan human touch. Survei ini menunjukkan, teknologi tidak selalu menjadi jawaban yang diinginkan
para wisatawan.
Setengah wisatawan di Indonesia (52%) dan dua per lima bagian wisatawan global (42%)
menganggap, tidak dapat berbicara kepada sesama dapat menyebabkan mereka menjadi frustasi.
Persentase ini meningkat dibandingkan 2018 (38%).

Wisatawan Inginkan Kredibilitas dan Transparansi Perusahaan


Fakta menunjukkan, 59% wisatawan Indonesia merasa frustasi ketika mencari perusahaan yang
terpercaya. Persentase ini meningkat 21% dari 2018. 53% wisatawan kian frustasi lantaran tidak
mengetahui secara pasti apakah ulasan online yang ditampilan dapat dipercaya atau tidak.
Perusahaan perjalanan pun perlu memberikan informasi yang lengkap, terbuka, dan sejelas mungkin
kepada para wisatawan.

Asian little girls are


busy reading while
sitting in the
aircraft cabin

Pasalnya, ketika berusaha mempersonalisasi pengalaman, 61% wisatawan merasa frustrasi lantaran
tidak dapat memahami apa saja yang termasuk dalam penawaran standar. Persentase ini meningkat
tajam mencapai 40% jika dibandingkan dengan 2018. Tak hanya itu, 63% wisatawan turut merasa
kecewa ketika tidak mengetahui apa saja penawaran ekstra yang tersedia.

Dari deretan anxiety and desire yang ditemukan Travelport, Presiden Direktur Galileo
Indonesia Raymond Setokusumo meyakini, outlook bisnis pariwisata Indonesia tetap akan positif.

“Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dan sektor pariwisata merupakan salah satu
kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Hal ini terlihat dari pertumbuhan sektor
pariwisata di negara-negara berkembang yang lebih tinggi dibandingkan negara lain. Ekosistem
perjalanan dinamis dan inovatif. Masih banyak kesempatan untuk bertumbuh,” tutup Raymond.

Lantas, sudahkah Anda memahami anxiety and desire para wisatawan?

Anda mungkin juga menyukai