PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Arundati Sinta. Penguatan Pendidikan PRO-Lingkungan Hidup Disekolah Untuk
Meningkatkan Kepedulian Generasi Muda Pada Lingkungan Hidup. ( Yogyakarta: Best Publhiser,
2019) Hlm. 72
1
sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah model dengan melibatkan perguruan tinggi
dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan lingkungan hidup.2
Sekolah merupakan lembaga atau institusi yang membantu menumbuh
kembangkan ilmu, potensi dasar dari siswa / peserta didik. tidak hanya dalam
aspek ilmu / intelektual, akan tetapi juga dalam aspek kepribadian, tingkah laku,
tata krama, budi pekerti dan tentang lingkungan juga diajarkan disekolah.
Sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana lingkungan sekolah yang
kondusif untuk mewujudkan nilai nilai budaya sekolah adiwiyata dalam tindakan
sehari-hari disekolah. Kepala sekolah, Guru, dan staf administrasi mampu menjadi
contoh kepada siswa dan warga sekolah. Pembiasaan untuk hidup bersih harus
diberikan sejak dini kepada anak-anak kita. Tidak hanya di rumah, tapi juga di
sekolah. Untuk menciptakan suasana hidup bersih dan sehat sekolah juga mesti
menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhannya sehingga
pengaplikasiannya berjalan dengan baik.
Sekolah Adiwiyata merupakan sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan. Kepedulian terhadap pelestarian lingkungan yang bersih, sehat, hijau.
Mewujudkan sekolah adiwiyata bukanlah sesuatu yang mudah, perlu penyadaran
warga sekolah untuk turut bertanggungjawab dalam upaya menciptakan sekolah
yang kondusif sebagai tempat pembelajaran. Apalagi upaya mewujudkan sekolah
adiwiyata harus dimulai dengan membuat dan melaksanakan program atau
kegiatan pengelolaan hidup di sekolah dengan sungguh-sungguh, termasuk upaya
meningkatkan kepedulian dan partisipasi seluruh warga sekolah terhadap
pengelolaan sekolah. Dalam program adiwiyata ini diharapkan setiap warga
sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat.
Perjalanan menuju Sekolah Adiwiyata secara ideal kemungkinan
membutuhkan waktu relatif panjang, sehingga butuh kepeloporan dan
perencanaan matang serta kesinambungan upaya kerja keras segenap warga
sekolah. Langkah awal ke arah ini ialah penataan komponen program-program
yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah Adiwiyata dan perlunya
dibangun rasa kepedulian warga sekolah untuk menyelamatkan lingkungan
2
Tim Adiwiyata Tingkat Nasional. Panduan Adiwiyata : Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan. Jakarta: Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2011), hlm. 2
2
sekolah dengan menciptakan perilaku warga sekolah yang berbudaya terhadap
lingkungan dan ikut partisipatif dalam pelestarian lingkungan hidup.
Program Sekolah Adiwiyata akan terintegrasi kedalam program
pengembangan sekolah. Dengan demikian, warga sekolah perlu memahami
bersama budaya yang baik untuk pengembangan sekolah berwawasan lingkungan.
Sekolah diharapkan turut serta mengambil peran dalam pengelolaan lingkungan
agar mampu menanamkan kesadaran terhadap lingkungan kepada generasi muda
sejak dini.
Budaya adalah suatu kebiasaan yang ada didalam suatu kelompok atau
organisasi. Menurut matsumoto budaya adalah seperangkat sikap, nilai,m
kepercayaan, dan tingkah laku yang di bagi kepada sekelompok orang, tetapi
berbeda tiap individu yang disebarkan dari generasi kepada generasi berikutnya.
Warga sekolah perlu memiliki perilaku yang peduli dalam pengelolaan
lingkungan, sadar dan komitmen dalam mewujudkan sekolah berbudaya
lingkungan. Hal demikian itu merupakan unsur dalam budaya sekolah. Menurut
Anwar Hasnun budaya sekolah adalah karakter atau pandangan hidup yang
merefleksikan keyakinan, nilai, norma, simbol dan kebiasaan yang telah dibentuk
dan disepakati bersama oleh warga sekolah. Dengan demikian, keberhasilan
sekolah mencapai penghargaan sekolah adiwiyata tentu di dukung oleh budaya
sekolah yang positif atau yang mendukung program adiwiyata. Program tersebut
merupakan kegiatan bersama warga sekolah yang dilakukan dan bekerja bersama-
sama menghasilkan kemajuan sekolah baik secara profesional maupun personal
dalam upaya mewujudkan sekolah adiwiyata.
MAN Asahan, Kabupaten Asahan merupakan Madrasah Aliyah Negeri di
wilayah Kabupaten Asahan yang memiliki tekad untuk menjadi sekolah
3
Sumarmi. Sekolah Hijau Sebagai Alternatif Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan
Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 15 Nomor 1 Halaman 19-25.
Malang: LPTK (Lembanga Pendidikan Dan Tenaga Pendidikan) Dan ISPI (Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia,2008). Hlm. 19
3
berwawasan lingkungan, sehingga pada tahun 2013 mendapat penghargaan
sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri. Hal ini menjadi penting untuk dikaji lebih
mendalam di lihat dari budaya sekolah, karena mewujudkan sekolah adiwiyata
sangat diperlukan dukungan dari warga sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dikatakan bahwa budaya sekolah
adiwiyata MAN Asahan Kabupaten Asahan sangat diperlukan dalam
meningkatkan masyarakat sekolah yang peduli serta juga berbudaya dalam
lingkungan. Atas dasar tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Implementasi Budaya Sekolah Adiwiyata di MAN Asahan
Kabupaten Asahan”.
B. Fokus Penelitian
Agar tidak mengarah pada pembahasan yang terlalu luas, maka penulis perlu
untuk memberikan fokus penelitian secara konkrit. Maka dalam penelitian ini
dengan melihat dari latar belakang yang telah terurai di awal penulis hanya
berfokus kepada masalah tentang Implementasi Budaya Sekolah Adiwiyata di
MAN Asahan Kabupaten Asahan
C. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana budaya Sekolah Adiwiyata di MAN Asahan Kabupaten
Asahan?
2. Bagaimana implementasi budaya Sekolah Adiwiyata di MAN Asahan
Kabupaten Asahan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana budaya Sekolah Adiwiyata di MAN Asahan
Kabupaten Asahan
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi budaya Sekolah Adiwiyata di
MAN Asahan Kabupaten Asahan.
4
E. Kegunaan dan Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini mempunyai beberapa kedunaan dan manfaat,
antara lain:
1. Bagi organisasi Dinas Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang
kepersonaliaan, terutama yang dapat meningkatkan masyarakat sekolah
peduli serta juga berbudaya dalam lingkungan dan menjadikan lingkungan
sekolah yang sehat.
2. Bagi pihak lain
Dapat menambah khasanah pustaka yang bermanfaat serta sebagai
acuan untuk melakukan penelitian lanjutan di masa yang akan datang.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
4
Pendi Susanto. Produktifitas Sekolah : Teori Untuk Praktik Di Tingkat Satuan
Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2016), Hlm. 91-92
5
Rahayu Puji Suci. Esensi Manajemen Strategi. (Malang: Zifatama Publisher, 2015),
Hlm. 91
6
menyatakan bahwa “budaya menggambarkan cara kita melakukan segala
sesuatu, jadi budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat dan
berkenaan dengan cara manusia hidup, belajar berfikir, merasa dan
mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.6
Budaya merupakan perwujudan dari tingkah laku para pelaku dalam
berorganisasi budaya sekolah mengacu kepada suatu system yang dianut oleh
para anggotan organisasi yang membedakan organisasi itu dengan yang
lainnya. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu
kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau
bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam member kontribusi bagi
efektifitas organisasi secara keseluruhan.7
Ndraha mengemukakan bahwa budaya merupakan identitas dan citra
suatu masyarakat. Identitas ini dibentuk oleh beberapa faktor seperti sejarah,
kondisi dan sisi geografis, sistem-sistem sosial politik dan ekonomi.
Menurut Schein budaya itu dapat dilihat dari tiga jenjang (levels, aras)
yaitu jenjang atas, dan jenjang bawah. Jenjang atas ialah „artifacts and
creations‟, yaitu benda-benda atau barang-barang hasil ciptaan manusia,
jenjang tengah ialah “values‟ (nilai-nilai); dan jenjang bawah ialah “as-
sumptions‟ (asumsi-asumsi).8
Sikap hidup yang dalam berbuat atau bekerja bukan karena adanya
pengawasan yang eksternal, tetapi karena adanya prinsip dalam keyakinan
hidup memberikan dorongan yang kuat pada para siswa untuk memiliki
kebiasaan-kebiasaan (budaya) hidup yang teratur dan terprogram yang pada
akhirnya dapat membuat siswa mandiri dan meningkatkan kualitas diri dan
kualitas hidupnya. Kaitan dengan budaya dapat diperhatikan Qs. Al-
Baqarah/2 : 148, diantaranya:
6
Eva Maryamah. Pengembangan Budaya Sekolah. Tarbawi: Jurnal Keilmuan
Manajemen Pendidikan Volume 2. No. 02, Juli –Desember 2016. Hlm. 88
7
H.M. Adlin Damanik. Perilaku Organisasi. (Medan: FITK UINSU, 2018/2019), Hlm.
98
8
Arifin Tahir. Buku Ajar Perilaku Organisasi. (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm.
111
7
ٍِّ ْ ْنٍّ َماٍّت َ ُكونُواٍٍّّيَأ
ٍَّ ٍّتٍّبِ ُك ٍُّم
ٍَّ ٱّللٍُّ َج ِميعًاٍٍّّۚ ِإ
ٍّن ٍِّ َو ِل ُكلٍٍّّ ِوجْ َهةٍٍّّ ُه ٍَّوٍّ ُم َو ِلي َهاٍٍّّۖفَٱ ْستَبِقُواٍٍّّ ْٱل َخي َٰ َْر
ٍَّ تٍٍّّۚأَي
ٍَّىءٍٍّّقَدِير
ْ لٍّش ٍَّٰ َعل
ٍِّ ىٍّ ُك ٍَّ
َ ٍَّٱّلل
9
Rahmad Hidayat dan Chandra Wijaya. Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen
Pendidikan Islam. (Medan: LPPPI, 2017), hlm. 71
8
Berdasarkan konsep budaya organisasi seperti yang dikemukakan oleh
Robbins apabila di telaah lebih rinci ada beberapa unsur yang terkandung
dalam budaya organisasi antara lain:
a. Adanya aturan penyeimbang yang tidak tertulis
b. Mempunyai bahasa sendiri dalam menjembatani komunikasi
c. Standardisasi aspek kerja yang berlaku
d. Standar yang berlaku didalam etika dan tingkah laku
e. Penentuan kebiasaan membina hubungan seorang anggota dengan
teman sebayanya, bahawan, atasan dan pihak yang disesuaikan dengan
kebiasaan pada umumnya.
10
Ibid. Pendi Susanto. Hlm. 101
9
tidak disadari merupakan penyokong tiga level budaya tersebut
pertama di atas.11
11
Ibid. Mukhtar Dan Iskandar. Hlm. 301
12
Ibid. Pendi Susanto. Hlm. 109
13
Ahmad Susanto. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru : Konsep, Strategi, Dan
Implementasinya. (Jakarta : Kencana, 2016) Hlm. 195
10
Kemudian menurut pandangan Robbins fungsi budaya organisasi sebagai
berikut:
a. Budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan
yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas dari pada kepentingan diri individual seseorang
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk
dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.14
14
Ibid. H.M. Adlin Damanik. Hlm.99
11
c. Arah, yaitu sejauhmana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas
sasaran dan harapan mengenai prestasi.
d. Integrasi, yaitu tingkat sejauhmana unit-unit dalam organisasi
didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
e. Dukungan Manajemen, yaitu tingkat sejauhmana para manajer
memberi komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap
bawahan mereka.
f. Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang
digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
g. Identitas, yaitu tingkat sejauhmana para anggota mengidentifikasi
dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan
kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesional.
h. Sistem imbalan, yaitu tingkat sejauhmana alokasi imbalan (kenaikan
gaji, promosi) didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai
kebalikan dari senioritas, pilih kasih, dan sebagainya.
i. Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauhmana para pegawai
didorong untuk mengemukakan konflik kritik secara terbuka.
j. Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauhmana komunikasi
organisasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.
Apabila 10 faktor utama di atas terintergrasi dalam kerja-kerja organisasi
maka tidak bisa dipungkri organisasi tersebut memiliki kualitas budaya yang
cukup handal dan kemungkinan saja bisa menaikkan pamor organisasi itu
sendiri.
Kemudian menurut O’Reillyet al terdapat delapan faktor yang
menunjukkan ciri budaya organisasi yang sehat, yaitu:
1) Inovasi Yaitu tingkat sejauh mana organisasi mendukung
pengambilan resio eksperimentasi, dan mengabaikan kehati-hatian,
kemantapan, atau keamanan.
2) Perhatian yang detail yaitu tingkat sejauh mana organisasi berorientasi
pada karyawan melakukan analisis, perhatian ke detail dan
kecermatan.
12
3) Orientasi hasil yaitu tingkat sejauh mana organisasi berorientasi pada
kinerja, menurut hasil dan mendukung harapan yang tinggi.
4) Keagresifan yaitu tingkat sejauh mana organisasi menekankan pada
keagresifan, kompetisi, dan memanfatkan kesempatan.
5) Dukungan yaitu tingkat sejauh mana organisasi mendorong,
mendukung penyebaran informasi, dan menghargai kinerja yang baik.
6) Orientasi tim yaitu tingkat sejauh mana organisasi berorientasi tim dan
mendukung kolaborasi.
7) Ketegasan yaitu tingkat sejauh mana organisasi mempunya ketegasan
nilai, dapat diperkirakan dan rendah akan konflik.
15
Ismail Nurdin. Budaya Organisasi : Konsep, Teori Dan Implementasi. (Malang : UB
Press, 2012), Hlm. 7
13
sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk
dapat menerima nilai nilai baru dalam sekolah/organisasi.16
Nilai, moral, sikap dan perilaku siswa tumbuh berkembang selama waktu
disekolah, dan perkembangan mereka tidak dapat dihindarkan dipengaruhi oleh
struktur dan budaya sekolah, serta oleh interaksi mereka dengan aspek-aspek
dan komponen yang ada disekolah, guru, materi pelajaran, dan antar siswa
sendiri.
Untuk menciptakan perubahan budaya menuju sekolah produktif, tahap-
tahap yang harus dilalui, mencakup: a) ada kebersamaan perhatian diantara
warga sekolah, b) mempererat kebersamaan diantara warga sekolah, c)
mengkaji problem dalam perubahan, d) mencari soludi atas problem, e)
mengkaji lebih mendalam alternative solusi yang ada dan mencobanya, f)
memperluas pelaksanaan uji coba solusi dalam scope yang lebih luas, dan g)
memulai proses pembaharuan.17
Pembentukan budaya melalui pola peragaan (learning Proces) bermula
dari dalam diri pelaku budaya, dari suatu kebenaran, keyakinan, anggapan
dasar atau kepercayaan dasar yang dipegang teguh sebagai pendirian, dan
diakuarisasikan menjadi kenyataan atau meraga melalui sikap dan perilaku.
Budaya yang terbentuk kemudian oleh pelaku budaya diaktualisasikan
kedalam dan keluar menurut dua cara, aktualisasi berlangsung dengan cara
covert dan overt. Aktualisasi budaya dengan cara covert adalah aktualisasi
yang berbeda antara aktualisasi kedalam dengan aktualisais keluar. Aktualisasi
budaya yang berlangsung secara overt adalah aktualisasi budaya yang tidak
menunjukkan perbedaan antara aktualisasi kedalam dan aktualisasi keluar.18
16
Ibid. H.M. Adlin Damanik. Hlm. 101
17
Ibid. Pendi Susanto. Hlm. 108
18
Ibid. Ismail Nurdin. Hlm. 11
14
saat itu memanfaatkan waktu senggang dengan mengisinya dengan kegiatan
olahraga atau berdiskusi tentanhg segala macam masalah kehidupan. Kegiatan
tersebut yang ada pada awalnya sekedar mengisi waktu senggang namun pada
perkembangan selanjutnya dilakukan secara terusmenerus dan dijadwalkan
terutama diskusi atau debat sehingga bangsa romawi menggunakan kata
sechola sebagai tempat berdiskusi untuk mempelajari berbagai lapngan
kehidupan. 19
Sekolah harus bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak
sehingga bisa betah untuk berlama-lama belajar disekolah.20 Sekolah sebagai
suatu system memiliki tiga aspek pokok sangat berkaitan dengan mutu sekolah,
yakni proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah serta
kultur budaya. Sekolah adalah lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi
yang memiliki struktur organisasi tertentu.
Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan sosok manusia yang
berpendidikan tanpa melihat latar belakang siswa yang terlibat di dalamnya,
baik dari segi budaya , sosial, maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu
organisasi yang dirancang untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya
peningkatan kualitas hidup masyarakat luas. Dalam hal ini, sekolah harus dapat
dikelola dan diberdayakan agar mampu mewujudkan predikat sebagi sekolah
yang berkualitas yang mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya
akan menghasilkan produk (output) secara optimal. Dengan demikian konsep
efektifitas sekolah perlu dicermati sebagai suatu ukuran pencapaikan tujuan-
tujuan pendidikan di sekolah. Efektifitas yang diinginkan suatu sekolah yaitu
dalam menghasilkan out put pendidikan, suatu sekolah berkemampuan secara
maksimal merealisasikan semua cita-cita yang digariskan sekolah.21
2. Adiwiyata
Sekolah peduli dan berbudaya juga dinamanakan sebagai Sekolah
Adiwiyata. Kata ”Peduli’’ berarti niali dasar dan sikap memperhat ikan dan
bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan disekitar seseorang.
19
Ibid. Pendi Susanto. Hlm. 80
20
Heru Kurniawan. Sekolah Kreatif : Sekolah Kehidupan Yang Menyenangkan Untuk
Anak. (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016) Hlm. 22
21
Mukhtar Dan Iskandar . Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. (Jakarta: Referensi,
2013), Hlm. 294
15
Berbudaya lingkungan bermakna sebagai sistem berfikir, gagasan, nilai, norma,
dan tindakan manusia dalam menjaga, memelihara, dan melestarikan
lingkungan melalui aktifitas dan proses pembelajaran dan pembiasaan.
Secara umum, agama-agama samawi memiliki pandangan yang sama
mengenai perlindungan terhadap alam semesta. Agama-agama samawi
menyatakan bahwa bumi dan segala sesuatu yang tersimpan didalamnya
diciptakan Tuhan untuk manusia. Dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 29
misalnya, Allah Berfirman:
ٍٍٍّّّۚس َٰ َم َٰ َوت
َ ٍّس ْب ٍَّع ٍَّ س َو َٰى ُه
َ ٍّن َ َس َما ٍِّءٍّف ٍَّٰ ضٍّ َج ِميعًاٍّث ُ ٍَّمٍّٱ ْست ََو
َ ىٍّإِلَىٍّٱل ٍَّ َُه ٍَّوٍّٱلَذِىٍّ َخل
ٍّ ِ قٍّلَ ُكمٍّ َماٍّفِىٍّ ْٱْل َ ْر
ٍّع ِليم
َ ٍٍَّّىء ٍِّ َو ُه ٍَّوٍّبِ ُك
ْ لٍّش
Artinya: Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk
kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menyebut alam lingkungan sebagai
nikmat besar yang diberikan-Nya untuk manusia agar dapat dimanfaatkan
dalam kehidupannya secara benar.22
Kata Adiwiyata Diambil dari kata dalam bahasa Sangsekerta dan memiliki
makna:
a. Adi, yang berarti besar, baik, agung, ideal, dan sempurna.
b. Wiyata, yang berarti tempat yang baik dan ideal untuk memeroleh
segala ilmu pengetahuan, norma, dan etika dalam kehidupan sosial.
c. Adiwiyata, yang berarti tempat yang baik dan ideal untuk memeroleh
ilmu pengetahuan, norma, dan etika yang menjadi dasar manusia
menuju terciptanya kesejahteraan hidup menuju kepada cita-cita.23
22
Nadjamuddin Ramly. Membangun Lingkungan Hidup yang Harmoni dan
Berperadaban. (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), hlm. 4
23
Endang Haris, Dkk. Sekolah Adiwiyata: Panduan Implementasi Adiwiyata Mandiri Di
Sekolah. (Jakarta: Esensi, 2018), Hlm. 6
16
etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan
hidup kita dan menuju kepada cita‐cita pembangunan berkelanjutan.24
24
Susi J. Silaban. Implementasi Program Adiwiyata (Studi Pada Smp Negeri 20
Pekanbaru). Jom FISIP Volume 4 No. 2 Oktober 2017, Hlm. 1
25
Indah Kusuma Pradini, Dkk. Implementasi Program Sekolah Adiwiyata Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tanah Tinggi 3 Kota Tangerang. DOI: Jurnal Green
Growth Dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No. 2 Desember 2018, Hlm. 124
17
3. Sekolah Adiwiyata
Mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan (adiwiyata) merupakan
komitmen sekolah dalam menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam
seluruh aktifitas kegiatan sekolah. Tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis
sehingga menjadi sarana yang efektif bagi berlangsungnya pembelajaran
peserta didik. Lingkungan sekolah yang kondusif sangat diperlukan agar
tercipta proses pembelajaran yang bermutu.26
Sekolah peduli lingkungan dan berbudaya lingkungan (sekolah
adiwiyata) adalah institusi pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah yang dilandasi kesadaran dan pemahaman atas kondisi
lingkungan sekolah dan sekitarnya dalam rangka mengembangkan cipta, rasa,
rasa dan karsa untuk memlihara, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup kini dan nanti. Sekolah Adiwiyata merupakan sekolah
berwawasan lingkungan (adiwiyata).27
Berwawasan Lingkungan artinya merupakan dasar dalam menciptakan
suasana keindahan dan kenyamanan lingkungan, terutama dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal.28
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah adiwiyata
adalah sekolah yang peduli dan budaya lingkungan yang sehat, bersih, baik dan
ideal di mana dapat diperoleh secara ilmu pengetahuan dan berbagai norma
serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan
hidup kita menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan serta
lingkungan yang indah.
26
Euis Karwati Dan Donni Juni Priansa. Manajemen Kelas. (Bandung : Alfabeta, 2015),
Hlm. 278
27
Ibid. Euis Karwati dan Donni Juni Priansa. Hlm. 288
28
Ibid. Nadjamuddin Ramly. Hlm. 104
18
a) Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,
b) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH),
c) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Dasar,
d) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah,
e) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan pusat dan daerah,
f) Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kegiatan
Kesiswaan.
g) Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler,
h) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Adiwiyata dan,
i) Kesempatan bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup
dengan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
03/MENLH/02/2010 dan Nomor 01/11/KB/2010 tentang
Program Sekolah Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata).29
2) Kebijakan
Pengelolaan Sekolah diatur oleh Permendiknas Nomor 19 tahun
2007 mengenai Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Permendiknas Tersebut memberikan landasan
perumusan visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai dengan mengacu
pada pendidikan nasional dan standar kompetensi lulusan. Salah satu hal
yang ditekankan dalam Permendiknas tersebut merupakan pendidikan
lingkungan hidup (PLH).
29
Ibid. Endang Haris. Hlm. 4-5
19
a) Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Adiwiyata
Penyusunan visi, misi dan tujuan Sekolah Adiwiyata
merupakan syarat yang harus disepakati oleh seluruh warga
sekolah. Hal ini menghasilkan komitmen yang diwujudkan melalui
penetapan kebijakan sekolah yang memuat perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang dituangkan dalam kurikulum
yang dipergunakan di sekolah.
Sesuai permendiknas Nomor 19 Tahunn 2007, pihak sekolah
wajib mensosialisasikan visi, misi dan tujuan Sekolah Adiwiyata
secara berkala dan serentak kepada seluruh warga sekolah dan
segenap pihak yang berkepentingan.30
Di dalam Alquran ditemukan beberapa ayat yang dapat
dijadikan kerangka dasar sebagai pedoman operasional dalam
penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka tersebut adalah
tauhid, yang menjadi kurikulum inti (intra culiculer) pendidikan
Islam, dan harus dimantapkan sebagai unsur pokok yang tak dapat
dirubah. Dalam Alquran Allah Swt. menyatakan tentang sifat
Tauhid sebagai berikut :
Q.S. al-Ikhlâsh/112: 1-4 yang berbunyi:\
30
Ibid. Endang Haris. Hlm. 33
31
Ibid. Rahmad Hidayat dan Chandra Wijaya. Hlm. 91
20
3) Kebijakan Struktur Kurikulum Sekolah Adiwiyata
Kebijakan struktur kurikulum sekolah adiwiyata dikembangkan
melalui kebijakan sekolah secara bertahap untuk memuat materi PPLH di
dalam tiap mata pelajaran.
32
Ibid. Endang Haris. 35-37
21
dan cara-cara melakukan rencana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
para manajer di setiap level manajemen.33
Dalam proses perencanaan terhadap program pendidikan yang akan
dilaksanakan, khususnya dalam lembaga pendidikan Islam, maka prinsip
perencanaan harus mencerminkan terhadap nilai-nilai Islami yang
bersumberkan pada Alquran dan al-Hadits. Dalam hal perencanaan ini
Alquran mengajarkan kepada manusia, sebagai berikut:
33
Chandra Wijaya dan Muhammad Rifa’i. Dasar-Dasar Manajemen. (Medan: Perdana
Publishing, 2016), hlm. 28
34
Ibid. Rahmad Hidayat dan Chandra Wijaya. Hlm. 23
22
1) Pendekatan Kontekstual
2) Pendekatan Ilmiah
2) Model dan Metode Pembelajaran Sekolah Adiwiyata
Proses kegiatan belajar mengajar Sekolah Adiwiyata dapat
dilakukan dalam berbagai model dan metode pembelajaran. Proses
pembelajaran juga dapat dilakukan melalui kegiatan eksposisi, berfikir
reflektif, diskusi, simulasi dan lain-lain.
3) Indikator Pembelajaran
Berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun
2009, setidaknya ada tiga jenis indikator pembelajaran yang dapat
dikembangkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan sekolah yaitu upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup,
pengendalian pencemaran, dan pemulihan kerusakan lingkungan.
4) Instrumen Penilaian dan RPP Pembelajaran Lingkungan Hidup
Instrumen Penilaian Pembelajaran PPLH mengacu pada
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang
a) Penilaian kompetensi sikap meliputi observasi, penilaian diri,
penelian antarmurid, dan jurnal tentang informasi hasil
pengamatan sikap dan perilaku murid.
b) Penilaian kompetensi pengetahuan meliputi tes tulis, tes lisan,
dan tugas-tugas murid.
c) Penilaian kompetensi keterampilan meliputi tes praktik, proyek,
dan protofolio murid.35
35
Ibid. Endang Haris. Hlm. 46
36
Ibid. Nadjamuddin Ramly. Hlm. 6
23
a. Pemeliharaan Lingkungan Sekolah
Kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan
perwujudan sekolah adiwiyata. Keterlibatan warga sekolah dapat
dikembangkan melaui dua bentuk kegiatan aksi lingkungan. Kegiatan aksi
lingkungan yang pertama adalah kegiatan pengelolaan lingkungan
disekolah. Contohnya adalah menjaga kebersihan dilingkungan kelas dan
sekolah, memanfaatkan fasilitas sekolah sesuai dengan fungsinya secara
bertanggung jawab, mengembangkan aksi lingkungan dalam setiap kegiatan
ekstrakurikuler, berkreasi, dan berinovasi dan berinovasi dengan
berlandaskan budaya peduli lingkungan, dan mengikuti aksi lingkungan
hidup disekitar lingkungan sekolah. Kegiatan aksi lingkungan yang kedua
adalah menjalin kerja sama dengan lembaga lain diluar sekolah untuk
mengembangkan kegiatan PPLH. Contohnya menjalin kerja sama dengan
orang tua, alumni, lembaga sosial masyarakat, media pers, instansi
pemerintah, 37
37
Ibid. Endang Haris. Hlm. 70
24
yang menggunakan katun atau serat alami. Pilihlah produk pembersih
(seperti deterjen, pewangi, sabun) yang biodegradable, tidak toksik. Dll
2) Mengurangi Pemanasan Global
Mengurangi pemanasan global mungkin tampak seperti tugas yang
menakutkan, tapi jika setiap dari kita membuat komitmen untuk
mengambil langkah-langkah menghilangkan kebiasaan membuat jejak
karbon dimuka bumi mulai sekarang, kita dapat mengurangi terjadinya
pemanasan global.
3) Menghemat energi
Salah satu cara yang dapat anda lakukan untuk melindungi
lingkungan adalah buatlah komitmen setiap hari yang memungkinkan
anda menggunakan energy lebih sedikit. Contohnya tidak memasukkan
makanan dan minuman panas ke dalam kulkas, mematikan peralatan
listrik jika tidak digunakan.38
38
Daryanto dan Agung Supratin. Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup. (Yogyakarta:
Gava Media, 2013), hlm. 36
39
Syukri Hamzah. Pendidikan Lingkungan : Sekelumit Wawasan Pengantar. (Bandung:
Refika Aditama, 2013), hlm. 41-42
25
alumni, media, wirausahawan, pemerintah, LSM atau lembaga perguruan
tinggi. Hal ini juga mendorong dukungan masyarakat terhadap berbagai
pengembangan program pembelajaran lingkungan hidup disekolah yang
terdiri dari pelatihan, pembinaan, dan pengadaan sarana ramah
lingkungan.40
40
Ibid. Endang Haris. 101
26
memperbaiki iklim mikro dan penahan penyebaran polusi udara
dari kendaraan.
3) Pemanfaatan Pavin Block dan Rumput
Penggunaan pavin block dan rumput di lingkungan sekolah
seperti area halaman sekolah, area taman, ruas jalan antar kelas,
dan sekitar lapangan olahraga merupakan salah satu alternative
pengelolaan lahan disekolah.
4) Fasilitas Pengelolaan Lingkungan Sekolah
Pengelolaan sekolah dapat membuat pemberlakuan kebijakan dan
tata tertib lingkungan Sekolah Adiwiyata antara lain:
a) Daftar tata tertib pemeliharaan lingkungan
b) Piket, pengawas, dan penanggung jawab
c) Penghematan sumber daya
d) Meningkatkan pelayanan kantin sehat
1) Makanan dan minuman bebas bahan pengawet
2) Makanan dan minuman bebas pencemaran
3) Manakan dan minuman berkemasan ramah lingkungan
(68) ون
ٍَّ ش ٍِّ نٍّ ْٱل ِجبَا
ٍَّ لٍّبُيُوتًاٍّ َو ِم
َ نٍّٱل
ُ ش َج ٍِّرٍّ َو ِم َماٍّيَ ْع ِر ٍِّ َ لٍّأ
ٍَّ نٍّٱت َ ِخذِىٍّ ِم ٍِّ ُّْكٍّ ِإلَىٍّٱلنَح ٍَّٰ َوأ َ ْو َح
ٍَّ ىٍّ َرب
ُ ُجٍّ ِمنٍٍّّب
ٍّطونِ َهاٍّش ََرابٍٍّّ ُّم ْخت َ ِلف ٍّ ً ُكٍّذُل
ٍُّ لٍٍّّۚيَ ْخ ُر ٍِّ لٍّ َر ِب ٍَّ ُسب ُ ٍّتٍّفَٱ ْسلُ ِكى ٍِّ لٍّٱلث َ َم َٰ َر
ٍِّ ث ُ ٍَّمٍّ ُك ِلىٍّ ِمنٍّ ُك
(69) ون ٍَّ كٍّ َل َءا َي ٍّةًٍّ ِلقَ ْومٍٍّّيَتَفَ َك ُر ٍَّ نٍّفِىٍّ َٰذَ ِل ٍّ ِ ٍَّأ َ ْل َٰ َونُ ۥهٍُّفِي ٍِّهٍّ ِشفَاءٍٍّّ ِللن
ٍَّ اسٍٍّّۗ ِإ
27
dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut
lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkan.
Ayat di atas menerangkan bahwa lebah bisa menjadi media atau alat
bagi orang-orang yang berpikir untuk mengenal kebesaran Allah yang pada
gilirannya akan meningkatkan keimanan dan kedekatan (taqarrub) seorang
hamba kepada Allah Swt. Nabi Muhammad saw. dalam mendidik para
sahabatnya juga selalu menggunakan alat atau media, baik berupa benda
maupun non-benda. Salah satu alat yang digunakan Rasulullah dalam
memberikan pemahaman kepada para sahabatnya adalah dengan
menggunakan gambar.41
Artinya: Disana pertolongan itu hanya dari allah yang hak. Dia adalah
sebaik-baik pemberi pahala dan sebaik-baik pemberi siksa (Q.S. Al-
Kahfi:44).
41
Ibid. Rahmat Hidayat dan Chandra Wijaya. Hlm.. 137
42
Ibid. Endang Haris. Hlm. 132
28
Artinya: Karna itu allah memberikan kepada mereka pahala di dunia
dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebaikan. (Q.S. Ali Imran: 148).
43
Azizah Hanum OK. Filsafat Pendidikan Islam. (Medan: Rayyan Press, 2017), hlm.
148-149
29
d) Membangun kebanggaan dan gairah.44
30
3) Sekolah Adiwiyata Nasional. Penghargaan yang diberikan berupa
piagam dan piala oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan tim evaluasi dari pihak
Nasional.
4) Sekolah Adiwiyata Mandiri. Penghargaan yang diberikan berupa
piagam dan piala oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan tim evaluasi dari pihak
Nasional.46
46
Ibid. Tim Adiwiyata Tingkat Nasional. Hlm. 30
31
g) Sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten/kota dapat diusulkan
untuk ikut dalam seleksi penerimaan penghargaan Sekolah
Adiwiyata tingkat Propinsi.
2) Sekolah Adiwiyata Propinsi
a) Tim Propinsi menetapkan jenjang dan jumlah sekolah yang akan
dilakukan Observasi lapangan berdasarkan usulan dari
Kabupaten/Kota .
b) Calon Sekolah Adiwiyata tingkat Propinsi yang terpilih,
dilakukan observasi lapangan.
c) Berdasarkan matrik rekapitulasi evaluasi hasil pelaksanaan
program Adiwiyata, Tim Propinsi menetapkan nilai pencapaian
sekolah.
d) Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah
Adiwiyata tingkat Propinsi apabila mencapai mencapai nilai
minimal 64, yaitu 80 % dari total nilai maksimal (80).
e) Sekolah Adiwiyata tingkat Propinsi dapat diusulkan untuk ikut
dalam seleksi penerimaan penghargaan Sekolah Adiwiyata
tingkat Nasional.
3) Sekolah Adiwiyata Nasional
a) Tim Nasional menetapkan jenjang dan jumlah sekolah yang
akan dilakukan Observasi lapangan berdasarkan usulan dari
Propinsi.
b) Calon Sekolah Adiwiyata Nasional yang terpilih, dilakukan
observasi lapangan.
c) Berdasarkan matrik rekapitulasi evaluasi hasil pelaksanaan
program Adiwiyata, Tim Adiwiyata Nasional menetapkan nilai
pencapaian sekolah.
d) Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah
Adiwiyata Nasional apabila mencapai mencapai nilai minimal
72, yaitu 90 % dari total nilai maksimal (80).
32
4) Adiwiyata Mandiri
a) Tim Nasional menetapkan sekolah yang akan dilakukan
Observasi lapangan berdasarkan laporan daro sekolah Adiwiyata
Nasional.
b) Calon Sekolah Adiwiyata Mandiri yang terpilih, dilakukan
observasi lapangan.
c) Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah
Adiwiyata Mandiri apabila telah melakukan pembinaan terhadap
sekolah lain, sehingga menghasilkan minimal 10 sekolah
Adiwiyata kabupaten/kota.
d) Sekolah Adiwiyata Mandiri dapat diusulkan untuk ikut dalam
seleksi penerimaan penghargaan tingkat Asean Eco School.47
47
Ibid. Tim Adiwiyata Tingkat Nasional. Hlm. 31-32
48
Hendro Widodo. Budaya Sekolah Adiwiyata (Studi Kasus di SD Muhammadiyah Bodon
Bantul Yogyakarta). Jurnal Administrasi Publik, Volume VII, No. 1, (1 Januari, 2017).
33
2. Penelitian oleh Bayu Indra Permana, Nurul Ulfatin. di dalam jurnal ini
penelitiannya menggunakan metode pendekatan kualitatif. Penelitian
dilaksanakan di dua sekolah yaitu SMK Negeri 1 Turen dan SMK Negeri 1
Malang. Sumber data yaitu kepala sekolah, guru, koordinator adiwiyata,
dan siswa. Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis
data dalam situs dan analisis data lintas situs. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti hanya melihat bagaimana budaya sekolah
berwawasan lingkungan pada sekolah adiwiyata mandiri, yaitu kegiatan
budaya sekolah berwawasan lingkungan dan pengorganisasian budaya
sekolah berwawasan lingkungannya, kemudian peneliti mengidentifikasi
nilai-nilai yang terkandung dalam budaya sekolah berwawasan lingkungan
pada sekolah adiwiyata mandiri; dan juga peneliti mendeskripsikan upaya
pelestarian budaya sekolah berwawasan lingkungan pada sekolah
adiwiyata mandiri.49
3. Penelitian oleh Yeni Isnaeni. di dalam jurnal ini penelitiannya
menggunakan metode pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif.
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah semua yang dapat
memberikan informasi atau data untuk keperluan penelitian ini. Adapun
informan dalam penelitian ini adalah, Kepala sekolah (kode,WKS) ketua
tim Adiwiyata (WKA), dan bapak ibu guru (WGU). Teknik pengumpulan
datanya menggunakan, wawancara yang sesuai dengan pendapat Sonhaji
bahwa tujuan penelitian adalah untuk memperoleh konstruksi yang terjadi
sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, perasaan, motivasi, serta
dokumentasi yaitu pemerolehan data melalui kegiatan yang variabel
berupa catatan, transkrip, prasasti, notulen rapat legger, agenda, catatan
peristiwa yang sudah berlalu, di SMP Negeri 3 Gresik. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya melihat sejauhmana
implementasi kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di SMP
49
Bayu Indra Permana dan Nurul Ulfatin. Budaya Sekolah Berwawasan Lingkungan
Pada Sekolah Adiwiyata Mandiri. Jurnal Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, Volume 3,
Nomor 1, (Juni, 2018)
34
Negeri 3 Gresik yang sudah ditetapkan dalam mewujudkan dalam
pelaksanaan dan pengembangan metode PLH di sekolah.50
50
Yeni Isnaeni. Implementasi Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan di
SMP Negeri 3 Gresik. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Volume 1, Nomor 2,
(Juli, 2013).
35
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian kualitatif disebut informan yang
dijadikan teman bahkan konsultan untuk menggali informasi yang dibutuhkan
peneliti. Dalam hal ini Spradley menjelaskan bahwa:
51
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
(Bandung: Alfabeta,2010), hlm. 15.
52
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta,2013), hlm.1.
36
Informan yang harus dipilih haruslah seseorang yang benar-benar
memahami situasi yang ingin diteliti untuk memberikan informasi kepada
peneliti. Pada umumnya informan haruslah paling sedikit mempunyai
keterlibatan penuh selama 3-4 tahun. Bahwa keterlibatan informan
hendaklah terlibat dalam situasi yang dikaji kalau tidak akan berbicara
dalam bahasa khusus berhubungan dengan situasi.53
53
Salim dan Syahrum. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Ciptapustaka Media,
2015) hlm. 142-143.
54
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 220.
55
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 84-85.
37
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku. Dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan
untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan dilapangan agar
peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang
diteliti.56
Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung
keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas dan
mendapatkan data tentang implementasi budaya sekolah adiwiyata di MAN
Asahan.
2. Wawancara
Metode pengumpulan data melalui wawancara dalam penelitian kualitatif
umumnya dimaksudkan untuk mendalami dan lebih dalam suatu kejadian dan
atau kegiatan suatu subjek penelitian.57
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewer) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.
Maksud diadakannya wawan cara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba
antara lain: mengontruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekontruksi kebulatan-
kebulatan harapan pada masa yang akan mendatang; memverivikasi, mengubah
dan memperluas informasi dari orang lain baik manusia maupun bukan
manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas
konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.58
Dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui
dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri
subjek penelitian. Apa yang ditanyakan pada informan bisa mencakup hal-hal
yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini, dan
56
Basrowi. Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 93-94
57
Uhar Suharsaputro. Metodologi Penelitian Kualitatif, kuantitatif, dan Tindakan kelas.
(Bandung: Refika Aditama, 2014), hlm. 213.
58
Ibid. Basrowi. Hlm. 127
38
masa mendatang. Wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif,
artinya peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan
leluasa, tetapi terikat oleh suatu suasana pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.59
Teknik wawancara baik terstruktur maupun tidak ini untuk memperoleh
data tentang implementasi budaya sekolah adiwiyata di MAN Asahan. Yaitu
wawancara dengan kepala sekolah, Tim adiwiyata, Guru, Siswa dan Komite
Sekolah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumentas
seseorang.60 Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatancatatan penting yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan
berdasarkan perkiraan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
sudah tersedia dalam catatan dokumen. Dalam penelitian sosial, fungsi data
yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung
dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara mendalam.61
D. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari,
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.62
59
Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 176.
60
Ibid. Sugiono. Hlm. 329
61
Ibid. Basrawi. Hlm. 159
62
Ibid. Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, hal. 9.
39
Analisis data yang dilakukan menggunakan teknik yang dinyatakan oleh
Miles dan Huberman yaitu: reduksi data, penyajian data, dan membuat
kesimpulan/verifikasi. Reduksi data dilakukan sebelum, selama dan sesudah
penelitian, penyajian data dibuat pada saat dan setelah penelitian, sedangkan
penarikan kesimpulan/verifikasi dilakukan selama dan setelah penelitian.63
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data yaitu
proses mengorganisasikan dengan mengurutkan data ke dalam kategori dan satuan
uraian dasar. Sehingga, dapat ditemukan tema dan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Setelah data yang diperlukan terkumpul dengan
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, selanjutnya peneliti melakukan
pengolahan atau analisis data.
Setelah data dikumpulkan dari lokasi penelitian melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi maka dilakukan pengelompokkan dan pengurangan
yang tidak penting. Setelah dilakukan analisis penguraian dan penarikan
kesimpulan. Data yang telah diorganisasikan ke dalam suatu pola dan membuat
kategorinya, maka data diperoleh dengan menggunakan analisis data model Miles
dan Hberman yaitu:
1. Reduksi Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan reduksi data yang diperoleh
dari wawancara dan observasi yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan,
dan mereduksi data yang dianggap tidak perlu, kemudian dilakukan
pengkodean.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan pengumpulan informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan data yang dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, dan struktur
yang menggambungkan informasi yang disu sun dalam suatu bentuk sehingga
dapat dengan mudah peneliti mengetahuai apa saja yang terjadi untuk
menarik kesimpulan.
3. Menarik Kesimpulan
63
Ibid. sugiyono. Hlm. 336-345
40
Menarik kesimpulan adalah proses terpenting dan terakhir dilakukan
dalam analisis data kualitatif. Kesimpulan yang diambil dapat diuji
kebenarannya dan kecocokannya sehingga menunjukkan keadaan yang
sebenarnya.64
64
Effi Aswita Lubis, (2012), Metode Penelitian Pendidikan, Medan: Perdana Mulya
Sarana, hal. 139-140.
65
Sugiyono, (2015), Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kauntitatif, kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, hal. 364.
66
Sugiyono, (2015), Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kauntitatif, kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, hal. 369.
67
Sugiyono, (2015), Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kauntitatif, kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, hal. 371.
41
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan
meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan deskripsi data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
c. Trianggulasi
Menurut Willien Wiersma, trianggulasi diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu.68
Triangulasi sumber penelitian dilakukan dengan pengecekan data
yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu melakukan pengecekan kembali
terhadap sumber penelitian ini, yakni terhadap kepala sekolah, tim
adiwiyata, guru, siswa, dan komite sekolah di MAN Asahan. Triangulasi
teknik, peneliti lakukan dengan mengecek kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda, yakni dengan mengecek data yang diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.
Triangulasi waktu peneliti lakukan dengan melakukan pengecekan
dengan wawancara dan observasi pada waktu dan situasi yang berbeda.
2. Transferability (keteralihan)
Transferability (keteralihan) adalah melakukan uraian rinci dari data ke
teori, atau dari kasus ke kasus lain, sehingga pembaca dapat menerapkannya
dalam konteks yang hampir sama.69
Peneliti membuat laporan dengan memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas
atas penelitian ini dan dapat mengaplikasikan hasil penelitian di tempat lain.
3. Dependability (kebergantungan)
Dalam penelitian kualitatif, dependability disebut juga reliabilitas. Suatu
penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat
68
Sugiyono, (2015), Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kauntitatif, kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, hal. 372.
69
Salim dan Syahrum, (2015), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Ciptapustaka
Media, hal. 168.
42
mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dependability dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.70
Dependability ini peneliti lakukan dengan berkonsultasi kepada dosen
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian.
4. Confirmability
Confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses
yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
confirmability.71 Confirmability ini dilakukan saat peneliti sidang munaqasyah.
70
Sugiyono, (2015), Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kauntitatif, kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, hal. 377.
71
Sugiyono, (2015), Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kauntitatif, kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, hal. 378.
43