Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENGGEMUKAN SAPI BALI

CONTOH PROPOSAL DARI BPK,


Nama : SUDIRMAN. ST
Tempat/Tgl lahir : BIMA 10 September 1978
Agama : Islam
Alamat : Desa : Dena Kec : Mada pangga RT13/05 No.23 BIMA NTB
Pekerjaan : Wiraswasta
Telpon : 087760911117 / 081330911117

Email :
dirman7811@yahoo.co.id

SDN 1 Dena
SMP MUHAMMADYAH DENA
Riwayat Pendidikan: SPP/ SPMA NEGERI KOTA BIMA NTB
UNIVERSITAS SATYA NEGATA INDONESIA JAKARTA

Kelompok binaan : PUTRA MANDIRI SEJAHTERA


Mulai membina : 2011 – sekarang
Pendamping kelompok ternak membantu dan sebagai
fasilitator dalam hal sebagai berikut :
1. Pemilihan bibit sapi yang baik.
2. Pemilihan jenis pakan dan cara pemberian pakan yang
sehat.
3. Kandang yang sehat.
4. Kesehatan ternak.
Perananan 5. Ikut mengurus pembayaran dari pembeli bila mengalami
Pendampingan : kesulitan/manajemen pemasaran.
6. Membantu anggota kelompok tani dalam hal bernegosiasi
dengan pembeli dan penjual ternak.
7. Membantu anggota kelompok ternak dalam pengenalan
dan penerapan teknologi dan inovasi dalam beternak.
8. Bersama penyuluh dan dinas terkait memberikan
pendidikan dan pelatihan teknis manajemen beternak.
POTENSI USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
DI MANGGARAI BARAT

DESA SIRU, KECAMATAN LEMBOR, KABUPATEN MANGGARAI BARAT


NUSA TENGGARA TIMUR
2012
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini impor daging dan sapi bakalan sangat besar, sekitar 30 persen dari kebutuhan daging
nasional. Bahkan ada kecenderungan volume impor terus meningkat yang secara otomatis akan
menguras devisa negara sangat besar. Bila kondisi ini tidak diwaspadai, hal ini dapat menyebabkan
kemandirian dan kedaulatan pangan hewani khususnya daging sapi semakin jauh dari harapan, yang
pada gilirannya berpotensi masuk dalam food trap negara eksportir.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak yang berbasis sumberdaya domestik,
pemerintah kembali mencanangkan program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi Tahun
2014 (PPSDS-2014). Keberhasilan program swasembada daging sapi 2014 akan sangat tergantung
kepada partisipasi penuh stakeholders peternakan, sehingga bagaimanapun baiknya program yang
disusun tidak akan berhasil tanpa partisipasi masyarakat peternak dan para pelaku peternakan sapi
potong lainnya
Usaha pengembangan ternak sapi potong cukup mampu memberi manfaat ekonomi bagi
peternak rakyat. Sapi biasanya diternakkan oleh para petani di desa-desa secara tradisional, seperti yang
dilakukan di Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat. Di desa Siru inilah letak
kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru berada. Seluruh masyarakat hidup dari lahan pertanian dan
sebagian penduduk yang bekerja di bidang pertanian memiliki ternak sapi atau kerbau yang dijadikan
sebagai penghasilan sampingan yang sangat menunjang kebutuhan ekonomi mereka. Setiap rumah
tangga biasanya dapat memelihara 2 (dua) sampai 5 (empat) ekor sapi dengan baik.
Peluang pasar ternak sapi potong di Manggarai Barat cukup tinggi. Walaupun demikian, petani
ternak sapi potong di Siru perlu memperoleh bantuan dalam meraih peluang pasar tersebut dengan
mengatasi beberapa kendala yang dihadapi. Salah satu kendala yang saat ini dialami adalah kurangnya
modal petani dalam rangka peningkatan jumlah skala usaha ternak melalui pengadaan bibit atau
bakalan. Belakangan ini harga bibit sapi sangat tinggi, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat petani
yang berpendapatan rendah. Kendala yang lain adalah ketidak pastian berat ternak yang menjadi dasar
penentuan harga, dan kepastian pembayaran ternak yang dijual.
Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk mengatasi
kendala kurangnya modal dari petani. Dengan demikian dapat membantu peternak dalam rangka
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan dan ketahanan pangan secara nasional- pun dapat tercapai.

B. TUJUAN
Tujuan pengembangan usaha peternakan adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan usaha peternakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan kuantitas sapi.
2. Meningkatkan sistem pemeliharaan ternak sapi secara profesional.
3. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok ternak dalam mengembangkan teknologi pengelolaan
ternak secara terpadu, untuk mendapatkan nilai tambah keunggulan daya saing.
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok ternak.
5. Meningkatnya populasi ternak sapi di Kecamatan Lembor.
6. Menciptakan lapangan kerja baru bagi anggota kelompok ternak dan keluarganya.
7. Meningkatkan kerjasama antara anggota untuk kemanfaatan bersama.
8. Diberikannya bantuan modal usaha untuk pengadaan bibit sapi kepada anggota kelompok ternak Harapan
Sejahtera-Siru.
C. SASARAN

1. Mengurangi ketergantungan petani ternak hanya pada usaha pertanian lahan.


2. Memanfaatkan limbah tanaman untuk makanan ternak dan penanaman pakan ternak dengan cara
tumpang sari pada lahan-lahan pertanian yang ada.
3. Meningkatkan produksi daging sapi yang berkualitas.
4. Dapat memproduksi hasil ikutan lainnya, seperti pupuk kompos, daging olahan, dan lain-lain.
5. Meningkatkan harga jual sapi.
6. Meningkatkan daya beli masyarakat.
POTENSI WILAYAH
DAN FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN USAHA

Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat merupakan daerah yang cukup ideal
untuk pengembangan Agribisnis Sapi Bali karena didukung oleh beberapa faktor antara lain:

A. Daya dukung wilayah


Total luas wilayah Kecamatan Lembor adalah 53.065 hektar, keadaan iklim basah, dengan total
curah hujan rata-rata 2.292 mm/tahun. Secara umum wilayah desa Siru kecamatan Lembor tergolong
wilayah dataran rendah (100-500 dpl). Tingkat kelerengan lahan berkisar antara 2-15%, dan sebagian
besar (40,21%) wilayahnya belum dimanfaatkan. Sementara itu sumber air yang ada dapat mencukupi
kebutuhan air masyarakat sepanjang tahun. Agro-ekosistem didominasi oleh padang penggembalaan
yang dapat mencukupi kebutuhan.
Usaha pertanian padi sawah merupakan pekerjaan pokok penduduk desa Siru. Selain itu, untuk
menambah pendapatan rumah tangganya, petani juga memelihara ternak sapi dan kerbau. Dinamika
kehidupan bermasyarakat berjalan baik dengan sangat mengedepankan prinsip kekeluargaan, gotong
royong dan saling menghargai sesama. Dapat juga dikemukakan bahwa etos kerja petani di Desa Siru
cukup tinggi sehingga berpotensi untuk terus dimotivasi agar produktivitas usaha taninya terus
mengalami peningkatan.

B. Daya dukung sumberdaya ternak


Dalam perjalanan waktu hampir satu abad sapi Bali tetap eksist di Bumi NTT. Hal ini
menunjukkan bahwa sapi Bali sudah sesuai atau cocok (adaptif) dengan kondisi agro ekosistem di
NTT. Data BPS Manggarai Barat 2010, populasi ternak sapi di Kecamatan Lembor tahun 2010 berjumlah
2.300 ekor, sedangkan kerbau mencapai 2.899 ekor. Dalam rangka pengadaan bibit dan bakalan selama
ini tidak kesulitan oleh karena ketersediaan bibit di Kecamatan Lembor maupun wilayah sekitarnya
terbilang mudah dan mencukupi.

C. Daya dukung sumber daya manusia


Secara tradisional ternak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem usaha tani yang
tidak terpisahkan dengan kehidupan petani. Perilaku seperti ini tidak lepas dari tujuan petani memelihara
sapi yaitu sebagai tabungan (yang paling utama), sebagai tenaga kerja pengolahan lahan, sebagai
sumber penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, untuk biaya naik haji dan sebagai sumber penghasilan
setengah tahunan (penggemukan) serta alasan-alasan lain. Sebagian besar petani di desa Siru
memelihara ternak sapi dan atau kerbau dengan baik dan kepemilikan rata-rata berkisar 2-5 ekor.

D. Daya dukung ketersediaan pakan


Beberapa potensi sumberdaya yang terdapat di Kecamatan Lembor salah satunya dapat dilihat
dari ketersediaan pakan hijauan dari padang penggembalaan dan rumput sekitar areal pertanian serta
limbah pertanian (jerami) yang cukup tinggi. Menurut data-data yang diolah, analisis Curring
capacity yang dilakukan, menunjukkan bahwa ketersediaan hijauan dan jerami padi per-tahun di
Kecamatan Lembor dapat mencukupi kebutuhan 13.000 unit ternak, sementara populasi ternak besar
(sapi dan kerbau) di Kecamatan Lembor menurut BPS Manggarai Barat tahun 2010 hanya berjumlah
5.199 ekor. Selain itu potensi hasil sampingan (ikutan) dari tanaman pangan lainnya sebagai sumber
pakan, jerami jagung, dan bungkil kacang juga tersedia sepanjang tahun.
Pakan penguat seperti dedak padi, ampas tahu dan jagung mudah diperoleh melalui
penggilingan padi dan pabrik-pabrik tahu yang ada, atau dapat dibeli di pasar. Konsentrat hasil dari
pabrikpun mudah dibeli dari toko pakan ternak yang ada dan apabila pembelian dalam partai besar
tentunya kan memperoleh harga yang lebih murah dan atau secara manual peternak membuat sendiri
dengan bahan baku yang ada.

E. Dukungan ketersediaan teknologi


Teknologi untuk mendukung pengembangan agribisnis sapi Bali cukup tersedia, baik untuk
pembibitan maupun penggemukan, baik berupa paket teknologi maupun komponen teknologi.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin merambah wilayah perdesaan di tanah air
memudahkan petani untuk mengakses teknologi dan inovas-inovasi yang memberikan manfaat bagi
usaha tani.

F. Permintaan pasar
Pasar untuk sapi sangat baik, permintaan dari konsumen lokal maupun antar pulau terus
meningkat. Pemotongan ternak yang tercatat selama dua tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Data
BPS 2009 menunjukkan total pengeluaran ternak sapi tahun 2008 meningkat 48% dari tahun 2007 yang
mencapai 231 ekor. Sedangkan total pemotongan resmi ternak sapi tahun 2008 mencapai 118
ekor. Sebagian besar ternak sapi dan kerbau dijual ke daerah NTB dan Sulawesi.

G. Faktor pendukung lainnya.


 Keamanan Ternak
Pemeliharaan ternak selama di desa dilakukan oleh peternak dengan membuat kandang secara
kelompok yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Selama dalam kurun waktu lebih dari 5 (lima)
tahun di desa Siru tidak pernah ada masyarakat yang kehilangan ternak sapi.
 Dukungan Dinas Terkait
Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit ternak, peran bimbingan dan pengawasan
berkala dari Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Barat, termasuk kemudahan untuk memperoleh
bahan vaksin dan obat-obatan ternak selalu ada.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan teknik beternak secara berkala secara rutin bekerja sama
dengan pendamping kelompok tani dan juga pendampingan dari Dinas Peternakan Kabupaten
Manggarai Barat dan Dinas lain yang terkait.
RENCANA PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK

A. RENCANA USAHA KELOMPOK (RUK)


Usaha penggemukan sapi potong oleh kelompok ternak “Harapan Sejahtera-Siru”
merencanakan untuk memelihara 100 ekor sapi dengan lama masa penggemukan adalah 6 bulan yang
berlokasi di Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Adapun
rencana anggaran biaya penggemukan sapi Bali 100 ekor selama 6 bulan disajikan pada tabel berikut:

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENGGEMUKAN SAPI BALI


100 EKOR SELAMA 6 BULAN

Harga Biaya
No Uraian Jml Satuan Total Rp
Satuan Pertahun
Rehab
1 1 Unit 20.000.000,-
Kandang
Timbangan
2 1 Paket 21.000.000,-
Sapi
Instalasi air
3
:
- Mesin Air 1 1.000.000,- 1.000.000,-
- Pipa 35 Batang 20.000,- 700.000,-
- Selang 3 roll 100.000,- 300.000,-
Bangunan
4 pengolahan 1 Unit 5.000.000,-
pupuk
Peralatan
5 1 Paket 2.000.000,-
Kantor
Jumlah Investasi/Biaya Tetap 50.000.000;-
Bakalan
6 100 Ekor 5.050.000,- 505.000.000,-
Sapi
Konsentrat
dan
7 100 Ekor 4.767,- 85.806.000,-
hijauan/6
bulan
9 Kesehatan 1 Paket 9.000.000,-
Pengolahan
pupuk
10 1 Kg 394,- 63.828.000,-
kandang
162 ton
Tenaga
11
Kerja :
1
- Manager Bulan 1.800.000,- 21.600.000,- 21.600.000,-
org
- 1 Bulan 700.000,- 8.400.000,- 8.400.000,-
Administras org
i keuangan
- Penjaga 2
Bulan 400.000,- 9.600.000,- 9.600.000,-
malam org
Jumlah Biaya Variabel 703.234.000,-
JUMLAH TOTAL BIAYA 753.234.000,-
Dapat ditampilkan bahwa dengan teknik dan dukungan yang ada, perkiraan biaya produksi dapat
diketengahkan pada tabel berikut :

Perkiraan biaya penggemukan sapi potong selama 180 Hari

1 PROSES PENGGEMUKAN SAPI POTONG


* Lama penggemukan 180 hari efektif
* Berat sapi awal penggemukan 200 kg
* Rencana kenaikan berat badan (ADG) rata-rata 0,70 kg per hari

2 PERHITUNGAN BERAT BADAN SETELAH PENGGEMUKAN


Berat awal penggemukan 200 kg
Susut dari port ke farm 2% X 200 kg 4 kg
Berat sapi masuk kandang 200 kg - 4 kg 196 kg
Kenaikan setelah penggemukan 180 hr. X 0,70 kg 126 kg
Berat setelah penggemukan 196 kg +126 kg. 322 kg
Berat rata-rata (200+322)/2 261

Harga sapi bakalan 200 kg X @Rp. 25,000,- Rp. 5,000,000


Biaya handling dll. Rp. 50.000,-- Rp. 50,000

Harga sapi bakalan s/d kandang (Rp) Rp. 5.000.000 + Rp. 50000,- 5,050,000.00
Harga sapi di kandang hidup per kg. (Rp) Rp. 5.050.000,-/194 kg. 26,030.93

3 PENAMBAHAN BERAT BADAN/EKOR SELAMA 180 HARI


Waktu efektif untuk penggemukan sapi potong 180 hari dengan target
kenaikan berat badan (ADG) rata-rata 0,70 kg. per hari, sbb.:
* Masa penyesuaian di kandang (Kg) 30 hr. X 0,60 kg 18
*Penggemukan efektif (Kg) 150 hr. X 0,70 kg. 105
Jumlah penambahan berat badan 180 hr. (Kg) 18 kg + 120kg. 223

4 PERHITUNGAN KEBUTUHAN RANSUM PER EKOR PER HARI


Berat Kering (BK) (Kg) 2,5% X 260 kg. 6.53
TDN dibutuhkan (Kg) 70% X 6.53 kg 4.57

5 KOMPOSISI PAKAN DIBUTUHKAN PER EKOR PER HARI


BK Jumlah
N TDN TDN
Jenis Bahan BK 6,53 kg Bahan Bahan
o. Bahan % 4.57 kg.
% Kg.
1 2 3 4 5=3X4 6 7=3/6
Rumput (pakan hijauan) 40%
a. BK 2.61 51% 1.33 22.40% 11.65
b. Singkong 10% BK 0.65 79% 0.51 32.30% 2.01
c. Konsentrat 50% BK 3.27 84% 2.73 90.00% 2.94
Jumlah 6.53 4.57 16.6

6 HARGA SATUAN RANSUM (PAKAN) PER EKOR PER HARI


Harga Harga
N Jumlah Jumlah
Jenis Bahan Satuan( Rata-rata
o. (kg) Harga (Rp)
Rp) (Rp)

a. Konsentrat 2.94 1000 2,940 2,675


b. Rumput pakan hijauan 11.65 100 1,165 1,060
c. Singkong 10% 2.01 400 804 732
d. Air minum & garam 0.03 m3 1,200.00 36 33
e. Starbio 0.05 9,000.00 450 410
f. Premix/Mineral 0.02 6,000.00 120 108
Jumlah biaya ransum/ekor/hari 5,504 5018

7 HARGA RANSUM RATA-RATA PER EKOR PER HARI


Ransum penyesuaian kandang (Rp) 30 hari, 70%XRp. 5.018,-- 105,378
Ransum penggemukan (Rp) 150 hari, 100%XRp.5.018,-- 752,700
Jumlah biaya ransum per 180 hari 858,078
Biaya ransum penggemukan per ekor per hari = Rp.858.078/180 4,767

8 BIAYA LAIN-LAIN PER EKOR PER HARI


a. Biaya kesehatan hewan, obat-obatan, Dokter hewan dll. 500
b. Biaya pemeliharaan per ekor per hari 1,000
Jumlah biaya pemeliharaan & kesehatan 1,500

9 ANALISA BIAYA PENUNJANG UNTUK 100 EKOR SAPI POTONG PER TAHUN
a. BANGUNAN KANDANG
25,000,0
Rehabilitasi kandang anggota (Rp) 1 unit kandang bersama 00
21,000,0
Timbangan hewan (Rp) 1 unit X Rp. 21,000,000,- 00

2,000,00
Peralaan bantu (Rp) 50 unit X Rp.40.000,- 0

2,000,00
Instalasi listrik dan air (Rp) 0
50,000,0
00
b. PENYUSUTAN PER TAHUN
2,500,00
Kandang kelompok 10% X Rp.25.000.000,- 0
2,100,00
Peralatan timbangan 10% X Rp. 21,000,000,- 0
1,000,00
Peralatan bantu 50% X Rp.2,000,000,- 0
Instalasi listrik dan air 10% X Rp.2.000,000,- 200,000
5,800,00
Jumlah nilai penyusutan 0
Beban penyusutan per ekor per tahun Rp. 5,800,000,-/90 64,444
Biaya penyusutan per ekor per hari Rp. 64,444,--/365 176

10 PERHITUNGAN HARGA SAPI SETELAH PENGGEMUKAN 180 HARI PER EKOR


a. Biaya ransum 180 hari X Rp. 4,767,- 858,060
b. Biaya pemeliharaan 180 hari X Rp. 2100,- 378,000
c. Biaya penyusutan 180 hari X Rp. 176,- 31,680
1,267,74
Biaya penggemukan per ekor 100 hari 0
5,050,00
d. Harga sapi awal penggemukan 1 ekorXRp.5,050,000,- 0
6,317,74
Biaya sapi setelah penggemukan Rp. 1,267,740,-+Rp.5,050,000,-
0
e. Berat sapi setelah penggemukan (Kg) 196 kg. + 126 kg. 322
Harga pokok sapi setelah penggemukan 6,317,740/322 19,620
Harga jual setelah penggemukan 130%X Rp. 19,620,- 25,505
Dibulatkan 25,500
11 ANALISA PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI
MENJADI PUPUK KOMPOS (PUPUK ORGANIK)
Tenaga bongkar Limbah kotoran sapi 1 ton X Rp.50.000,- 50,000
Serbuk gergaji 50 kg. X Rp. 75,- 3,750
Abu sekam/kayu 100 kg. X Rp. 180,- 18,000
Kapur 30 kg. X Rp. 600,- 18,000
Stardec 2,50 kg. X Rp. 10.000,- 25,000
Karung plastik & Inner 25 zak X Rp. 3.000,- 150,000
Alat mesin jahit karung 1 losin X Rp. 3.000,- 3,000
Tenaga kerja pengolah 3 HOK X Rp. 15,000,-x2 90,000
357,750
Biaya tak terduga 10% X Rp. 357,750,- 35,775
Total biaya proses kompos 393,525
12 Biaya produksi pupuk per kg. Rp. 393.525,-/1,000 kg. 394
Harga jual pupuk kompos per kg. 600
Keuntungan per kg. pupuk 206

B. POLA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN

Berdasarkan program kerja, Pengembangan Usaha Ternak Sapi akan dilaksanakan secepatnya
setelah mendapatkan dana dari pihak pendana. Pertimbangan lain yang menjadi prioritas adalah
mempercepat realisasi pengembangan usaha kelompok tani melalui proses pengadaan bibit sapi,
penggemukan sapi dan prasarana pendukungnya. Dengan terealisasinya dana diharapkan kelompok
ternak Harapan Sejahtera-Siru dapat mengembangkan usahanya untuk meningkatkan pendapatan
organisasi kelompok ternak serta memenuhi kesejahteraan anggotanya.

C. KONSEP KEMITRAAN TERPADU

Pengembangan ternak sapi difasilistasi oleh pendamping kelompok tani Harapan Sejahtera-Siru
beserta stakeholder terkait yang berhubungan dengan proyek ini, dalam merealisasikan operasionalnya
di lapangan dengan menggunakan sistem kemitraan terpadu dengan anggota kelompok ternak dengan
mengutamakan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kenaikan berat badan (ADG) sapi.
Stakeholder terkait tersebut adalah :
a. Kelompok Ternak
b. Peternak sebagai anggota Kelompok Ternak
c. Mitra kerja Kelompok ternak sejenisnya
d. Pemerintah
e. Perbankan
f. Pedagang Sapi dan Pengusaha daging segar (RPH).

Pelaksanaan pola kemitraan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di kelompok ternak
Harapan Sejahtera-Siru adalah:
a. Pemeliharaan sapi potong dilakukan secara kelompok
b. Antar pedamping kelompok tani dan peternak memiliki kesamaan visi dan misi tujuan dalam
mengembangkan usaha peternakan ini dan saling menguntungkan semua pihak.
c. Dibuat perjanjian kerja sama antara kelompok ternak dan peternak yang akan memperoleh bantuan yang
berorientasi bisnis yang dijadikan pedoman bersama.
d. Koordinasi yang intensif dengan semua pihak yang berkaitan dengan proyek pengembangan usaha ternak
sapi potong pada kelompok ternah Harapan Sehajtera-Siru.

Untuk pola kemitraan ini dapat berhasil dengan baik diperlukan beberapa persyaratan sebagai
berikut:
 Masing-masing pihak pelaku usaha, bertindak sesuai kewajiban dan hak masing-masing dan diatur dalam
perjanjian kerjasama yang saling mengikat kedua belah pihak.
 Pengelolaan usaha dilakukan secara profesional yang berorientasi pada effisiensi biaya dan optimalisasi
usaha.
 Skala usaha minimal bagi peternak 5 ekor/peternak.

D. ASPEK PRODUKSI

Untuk mencapai tujuan kegiatan ini, maka pendamping kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru
akan bekerja sama dengan anggota dalam pola kemitraan dengan menerapkan pola produksi ternak sapi
potong secara intensif. Aspek produksi peternakan sapi potong yang hendak dibahas dalam bab ini terdiri
dari aspek-aspek sebagai berikut :
1. Teknik penggemukan.
2. Manajemen pakan.
3. Pemilihan sapi bakalan.
4. Umur penggemukan.
5. Pemeliharaan kesehatan
6. Keunggulan usaha penggemukan ternak sapi potong.

1. Teknik penggemukan
 Sistem Penggemukan
Penggemukan dengan sistem dry lot fattening merupakan salah satu cara yang mengutamakan
pemberian pakan biji-bijian seperti konsentrat, bekatul, singkong, ampas bio dan sebagainya, sedangkan
pakan hijauan diberikan dalam jumlah terbatas. Penggemukan dilaksanakan sapi berada di kandang
terus menerus tidak digembalakan atau dipekerjakan diberi pakan sesuai ketentuan dan mudah dikontrol
kondisi kesehatannya. Cara ini akan menghasilkan mutu daging yang berkualitas, biaya perawatan
murah, karena 1 orang mampu merawat sapi + 20 ekor, dan selain effsisien juga ramah lingkungan.
 Perkandangan
Dengan sistem dry lot fattening kandang dibuat untuk sapi secara kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
jumlah sapi + 4 – 6 ekor. Luasan kandang per ekor sapi memerlukan kandangan + 1,5 – 2 m2.

Konstruksi kandang dibuat permanen dengan lantai kandang diplester dengan posisi miring supaya
kotoran, air kencing tidak bercampur dengan tanah dan mudah untuk dibersihkan. Agar kandang tidak
becek maka alas kandang diberikan serbuk gergaji kayu, sehingga kotoran tidak menempel di badan
sapi.
 Kandang dibuat dengan ventilasi cukup, kandang di lengkapi tempat pakan kering, hijauan dan tempat air
minum.
 Kotoran sapi dibersihkan setiap 4 - 5 hari sekali, dan kotoran dikeluarkan ke tempat yang sudah disiapkan
untuk langsung diproses menjadi pupuk kompos.
 Kandang dibuat berdekatan dengan rumah peternak untuk memudahkan pengawasan, pemantauan
kesehatan, tata laksana, keamanan khususnya di malam hari.

2. Manajemen pakan
o Penyediaan
Pakan dapat diambil dari alam (ngarit). Selain itu dengan melakukan penanaman dengan menggunakan
teknologi Sistem Tiga Strata (3S) yaitu :
Strata I: dengan menanam rumput-rumputan ( Rumput Setaria, Rumput Raja, Rumput Gajah dan lain-
lain, dan legume merambat/legume herba (Arachis, Centro, Clitoria dan lain lain). Digunakan untuk
penyediaan pakan musim hujan (Desember – Mei).
Strata II : dengan menanam hijauan semak atau pohon kecil seperti Gamal, Lamtoro, Turi, Banten, Kelor
dan lain-lain. Digunakan untuk pakan di musim pertengahan (Juni – September).
Strata III: dengan menanam hijauan pohon seperti Nangka, Waru, Beringin dan lain-lain. Digunakan
pada puncak musim kemarau (Oktober-November).
Selain itu penyediaan pakan dapat memanfaatkan limbah pertanian (Jerami, berangkasan kulit kacang-
kacangan dll), limbah industri (dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa dan lain-lain), serta melalui
teknologi pengawetan dalam bentuk kering (Hay) dan bentuk segar (Silase).

Pakan penguat seperti dedak padi, ampas tahu dan jagung dapat diperoleh melalui penggilingan padi
dan pabrik-pabrik tahu yang ada, atau dapat dibeli di pasar.
o Kebutuhan
Kandungan Protein Kasar (PK) pada pakan untuk sapi yang digemukkan sekitar 10 % dari komposisi
pakan, dan Energi sekitar 50% dari Bahan Kering pakan. Pakan sapi yang intensif adalah pemberian
pakan penguat secara penuh. Setiap 45 kg berat sapi hidup diberikan pakan penguat 1 kg per hari.
Kebutuhan pakan/ransum terdiri dari bahan kering (BK) dan energi yang dapat dicerna (TDN) dengan
perhitungan sbb.:
 Bahan kering (BK) sebanyak 2,50% X berat badan
 TDN dibutuhkan 66% - 70% X bahan kering (BK).
Pakan tambahan berupa premix, mineral, vitamin, starch, masing-masing dengan dosis 0,5% - 1% dari
berat pakan penguat sehingga dengan komposisi pakan tersebut diatas diharapkan mempu menaikkan
berat badan sapi 100 kg – 150 kg dalam waktu 180 hari masa penggemukan atau sampai 6 bulan.
o Pemberian
Macamnya (rumput- rumputan, daunan, kacang-kacangan, konsentrat, pakan
tambahan/suplemen,probiotik )
Kandungan Protein pakan sekitar 10%, diperoleh dari Hijauan (Gamal,Rumput Gajah,dll), makanan
Penguat seperti dedak,ampas tahu,dan lain-lain.
Jumlahnya (Hijauan minimal 10 – 15 % dari Berat Badan (BB) + Pakan penguat 1-2% BB + Pakan
Tambahan/probiotik/UMB).
Pemberian pakan penguat/konsentrat (seperti Dedak padi, Ampas tahu, bungkil kelapa dan lain-lain)
sekitar 1 – 2 % dari BB kg/ekor/hari
Pemberian pakan pelengkap 0,5-1% dari BB (probiotik, sumber mineral/Urea Molases Blok/Urea Mineral
Molases Blok).
Frequensi pemberian, makin sering makin baik (2 – 3 kali sehari semalam). Hindari pemberian sekaligus
karena akan banyak tersisa/terbuang.

3. Pemilihan Sapi Bakalan


 Sapi bakalan penggemukan dipilih yang mudah beradaptasi terhadap lingkungan kandang, sapi yang
dipilih pada kondisi kurus dan sehat, jenis kelamin jantan dan tidak cacat.
 Untuk pilihan jenis sapi lokal seperti Sapi Bali mudah di peroleh di peternak rakyat di daerah Manggarai
Barat.
 Keseragaman sapi: sapi yang dipelihara sebaiknya seragam untuk memudahkan tata laksana, faktor
keseragaman harus menjadi pertimbangan dalam mempersiapkan bakalan sapi yang akan digemukkan.
 Untuk mengetahui umur sapi dapat menggunakan pendekatan pergantian gigi :
o Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 1 tahun
o Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 1-1,5 tahun
o Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 2-2,5 tahun
o Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 3-3,5 tahun
o Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 4 tahun
o Sapi yang memiliki gigi tetap sudah aus semua pada rahang bawah mempunyai usia diatas 4 tahun.

4. Umur Penggemukan
Sapi umur < 1 tahun waktu penggemukan 8 – 12 bulan.
Sapi umur > 1 th – 2 th. Waktu penggemukan 6 – 7 bulan.
Sapi umur > 2 th. – 2,5 th waktu penggemukan 3 – 4 bulan.

5. Pemeliharaan Kesehatan
o Diduga bahwa hampir semua bibit/bakalan yang diperoleh dari peternak tradisional sudah terserang
penyakit cacingan. Oleh karenanya pada awal penggemukan agar sapi bakalan diberikan obat cacing,
kemudian diulang kembali setiap 3 – 4 bulan.
o Pemberian vitamin setiap tiga bulan atau sesuai keperluan misalnya pada saat pergantian musim.
o Kandang dibersihkan setiap hari, tidak becek, tidak ada genangan air.
o Ternak dimandikan sambil badannya digosok-gosok.
o Mencegah lebih baik daripada mengobati

6. Keunggulan Usaha Penggemukan Sapi


o Investasi untuk usaha penggemukan sapi potong dilaksanakan dengan waktu singkat.
o Dengan sistem dry lot fattening memudahkan dalam monitor dan kontrol peternakan secara langsung.
Sehingga dapat diketahui berapa jumlah dan keberadaan sapi dikandang maupun cara pemeliharaan
sapi sesuai ketentuan yang telah disepakati.
o Kontrol kesehatan sapi yang teratur serta pemenuhan standar kelayakan usaha peternakan dalam
pengawasan team Pengendali Kelompok tani kerjasama dengan Dinas Peternakan, Kabupaten
Manggarai Barat.

E. ASPEK PEMASARAN

Usaha tani ternak sapi mempunyai peluang untuk memasarkan dua jenis produk:
1. Ternak sapi gemuk yang berat badannya sudah mencapai 322 kg.
2. Pupuk kompos, sebagai hasil tambahan.
Peluang pasar untuk ternak sapi cukup besar, karena permintaan ternak sapi sebenarnya
melebihi jumlah ternak sapi yang siap jual dengan harga yang cukup tinggi. Walaupun harga jual sapi
hidup siap potong tidak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok penggemukan sapi, tetapi
masih memberikan peluang kepada petani ternak sapi untuk memperoleh laba. Resiko kematian sapi di
daerah Siru relatif kecil, yaitu sekitar 1%, karena petani ternak sapi di Siru ini sudah mempunyai
keterampilan memelihara ternak sapi sejak jaman dulu. Disamping itu, peluang pasar untuk menjual
pupuk kompos juga cukup tinggi. Sebagian besar penduduk Siru dan daerah sekitarnya adalah petani
tanaman pangan, yaitu padi sawah, dan palawija, serta tanaman perkebunan yang sangat membutuhkan
pupuk organik.
Dilihat dari segi permintaan dan penawaran ternak sapi, peluang pasar sapi untuk desa Siru dan
kabupaten Manggarai Barat umumnya cukup tinggi. Dasamping tingkat konsumsi protein hewani asal
daging sapi yang semakin tinggi, hadirnya hotel-hotel berbintang di Labuan Bajo-Komodo sebagai daerah
pariwisata juga mengisyaratkan akan tingginya kebutuhan daging asal sapi untuk kebutuhan tamu-
tamunya.
Ternak sapi dari desa Siru biasanya dibeli oleh para blantik yang datang ke rumah-rumah warga
untuk menawar ternak mereka. Dari hal tersebut kita bisa melakukan kerjasama dengan para pedagang
lama untuk memasarkan ternak sapi kelompok ternak dengan perjanjian yang saling menguntungkan.
Biasanya para blantik tersebut menjual sapi kepada pembali yang lebih besar yang berasal dari Sulawesi
Selatan dan Bima (NTB), pembeli tersebut mengambil ternak-ternak dari para blantik. Selain itu peternak
juga bisa menjual sapinya ke pengusaha pemotongan sapi di Labuan Bajo, Ruteng, Borong serta daerah
daratan flores lainnya. Dari penjelasan tersebut tampak bahwa peluang pasar ternak sapi dari para petani
ternak cukup tinggi.
Dilihat dari segi harga pasar, peluang pasar ternak sapi potong juga tinggi. Harga per ekor ternak
sapi potong bakalan (sapi yang berumur sekitar 1 – 2 tahun) rata-rata Rp. 5.000.000,- dengan berat rata-
rata 200 kg. per ekor. Sedangkan harga per kg daging segar sapi potong, yaitu sapi dipotong setelah 180
hari masa penggemukan dengan berat sekitar 322 kg dan berat karkas 170 kg., adalah rata-rata Rp.
60.000,- per kg. Setelah dikurangi biaya penggemukan, maka setiap masa penggemukan peternak sapi
potong dapat meraih laba sekitar 30 % lebih.

Peluang Pasar Pupuk Kompos

Sebagian besar penduduk di Desa Siru hidup dan bekerja dari bekerja di sektor pertanian. Hal ini
sedikit banyak menunjukkan bahwa kebutuhan akan pupuk kompos cukup besar. Menurut data-data
yang diolah, harga jual pupuk organik dari peternak sapi sekitar rata-rata Rp. 600,- per kg., sedangkan
harga pokok produksi Rp. 394,- per kg. Setiap ekor sapi setiap hari dapat menghasilkan
(diperkirakan/rata-rata) sekitar 60% X 15 kg. pupuk kompos. Jadi untuk 100 ekor sapi akan dapat
dihasilkan 100 ekor X 180 hari X (60% X 15 kg.) = 162.000 kg. pupuk kompos.
Gabungan perkiraan penerimaan dan pengeluaran pendapatan usaha ternak sapi potong dan pupuk
kompos, maka akan terlihat pada tabel berikut :

Perkiraan Pengeluaran dan Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Bali


dan Pupuk Kompos Selama Satu Periode Penggemukan (180 hari)

F. PERKIRAAN LABA-RUGI
Dana bantuan yang diberikan oleh Pemerintah berupa 100 ekor ternak sapi potong akan di
distribusikan kepada 20 anggota Kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru. Jadi setiap anggota diserahi
5 ekor ternak sapi potong untuk dipelihara. Atas dasar analisa yang dikemukakan dalam aspek
Pemasaran dan Produksi, dapatlah dibuat perkiraan aliran kas dan rugi/laba usaha ternak sapi potong
bantuan pemerintah kepada Kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru.
Dari data-data yang diperoleh dan diolah, diperkirakan bahwa dengan memelihara 5 ekor sapi
potong, seorang peternak rata-rata akan memperoleh laba sebesar Rp. 1.145.493,- per bulan. Laba ini
diperoleh dari penjualan 5 ekor sapi yang beratnya 322 kg. hidup, dengan harga berat hidup Rp. 25.000,-
per kg. Disamping itu peternak juga berkesempatan menjual pupuk kompos 8 ton setiap 6 bulan, atau
satu kali masa penggemukan. Rata-rata keuntungan yang diperoleh dari penjualan pupuk kompos adalah
Rp. 278.100/,- per bulan.
Perkiraan laba/rugi dari usaha ternak sapi dapat ditampilkan dalam tabel berikut :
PERKIRAAN RUGI/LABA USAHA KELOMPOK
100 EKOR SAPI UNTUK 20 ORANG ANGGOTA DAN SEORANG ANGGOTA @ 5 EKOR
PER TAHUN, PER MASA PENGGEMUKAN, DAN PER BULAN

Dalam Pertelaan Rugi/Laba di atas Saldo Awal Laba dinyatakan = 0 (nol), karena laba tersebut
langsung dikonsumsi oleh anggota. Asumsi-asumsi pembuatan Pertelaan Rugi/Laba di sampaikan pada
bab-bab Pemasaran dan Produksi.

ANALISA KELAYAKAN DAN MANAJEMEN CASH FLOW


USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
A. ANALISA KELAYAKAN USAHA
Suatu jenis usaha dalam hal ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan
kepada beberapa kriteria tertentu yang ada. Layak bagi suatu usaha artinya menguntungkan dari
berbagai aspek yaitu kelayakan dari aspek pasar, ekonomi dan financial, teknis, budaya dan mentalitas,
dan aspek yuridis.
 Aspek pasar
Dilihat dari segi permintaan dan penawaran ternak sapi, peluang pasar sapi untuk desa Siru dan
kabupaten Manggarai Barat umumnya cukup tinggi. Dasamping tingkat konsumsi protein hewani asal
daging sapi yang semakin tinggi, hadirnya hotel-hotel berbintang di Labuan Bajo-Komodo sebagai daerah
pariwisata juga mengisyaratkan akan tingginya kebutuhan daging asal sapi untuk kebutuhan tamu-
tamunya.
 Aspek teknis
Kemampuan peternak di desa Siru dalam memelihara ternak sapi dinilai cukup baik dengan pengalaman
beternak yang sudaha turun temurun dengan penguasaan teknologi yang potensial untuk diberdayakan.
Ketersediaan teknologi penunjang usaha beternak mudah diperoleh melalui media informasi dan
pelatihan teknis yang sering diberikan oleh pemerintah daerah, LSM maupun kelompok peternak maju.
 Aspek budaya dan mentalitas
Faktor adat dan kebiasaan yang telah lama berlaku di desa siru yakni budaya gotong royong, saling
menghargai, motivasi petani yang cukup tinggi untuk lebih berkembang, serta memiliki etos kerja yang
tinggi.
 Aspek yurudis
Dukungan UPTD Peternakan Kecamatan Lembor khususnya dan pemerintah Kabupaten Manggarai
Barat dalam membantu meningkatkan produktivitas usaha peternakan sangat baik, dengan intensifnya
program penyuluhan, serta sangat menghendaki usaha beternak dengan intensif.
 Aspek ekonomi dan financial
Analisis kelayakan usaha penting dilakukan oleh kelompok ternak guna menghindari kerugian dan untuk
pengembangan serta kelangsungan usaha. Secara finansial kelayakan usaha dapat dianalisis dengan
menggunakan beberapa indikator pendekatan atau alat analisis, seperti menggunakan Titik Pulang
Pokok (Break Event Point/ BEP), Revenue-Cost ratio (R/C ratio), Benefit-Cost ratio (B/C ratio), Payback
Period, Retur of Investment, dll.
Pada usaha skala kecil (mikro) disarankan paling tidak menggunakan BEP dan R/C ratio atau B/C ratio
sebagai alat analisis kelayakan agribisnis. Berikut ini disajikan analisis financial usaha penggemukan sapi
potong pada kelompok ternah Harapan Sejahtera-Siru :

Analisis Kelayakan Finansial pada Usaha Penggemukan Sapi 100 ekor selama 6 bulan periode
Penggemukan
Dari analisis tabel diatas dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan sapi di kelompok ternak
Harapan Sejahtera-Siru, layak secara financial dengan R/C = 1,27 (> 1), B/C = 1,27 (> 1).

B. ALIRAN KAS

Arus kas akan menyediakan informasi selama periode penggemukan. Seperti satu bulan, satu
musim tanam, satu tahun Aliran Kas ini disebut sebagai bayangan, karena dana kas yang sebenarnya
dipegang oleh 20 anggota, bukan ada di kelompok ternak Harapan Sejahtera-Siru. Perbedaan antara
aliran kas dengan rugi/laba adalah bahwa dalam pertelaan aliran kas, hanya penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukan secara tunai saja yang direkam. Biaya penyusutan dan Biaya Resiko
Kematian 1% tidak pasti keluar dari kantong (kasir). Oleh karena itu tidak terekam dalam pertelaan aliran
kas. Pertelaan Aliran Kas Bayangan dimaksud dapat disampaikan pada tabel berikut :

Perkiraan aliran kas


Dari perkiraan arus kas tabel diatas dapat memberikan gambaran bahwa sisa kas yang diperoleh selama
empat periode penggemukan (2 tahun) mencapai Rp. 1,071,765,800,-.Dengan demikian, adanya
bantuan modal usaha melalui program Sarjana Membangun Desa ini sangat mampu memberikan
kemandirian bagi kelompok untuk terus mengembangkan usahanya. Selain itu dengan bagian
keuntungan yang diperoleh kelompok, sangat memungkinkan untuk lebih cepat bergulir ke
anggota/kelompok lain s

Anda mungkin juga menyukai