Anda di halaman 1dari 9

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka
Infark
Penyakit Miokard
Hemolitik Perioperatif
pada Bayi Baru Lahir

Suparto*,
Martina Rentauli Cindy E. Boom**
Sihombing, Dominica Pita Sari

StafKardiovaskuler,
*Fellow Anestesi Pengajar BagianRSJPN
Patologi Klinik Kita, Jakarta
Harapan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
** Konsultan Anestesi Kardiovaskuler, RSJPN Harapan Kita, Jakarta
Alamat Korespondensi: dominica.sari@ukrida.ac.id

Abstrak
Abstrak
Kejadian infark miokard
Penyakit hemolitik perioperatif/perioperative
pada bayi baru lahir adalah sindrom myocardial infarct (PMI)
anemia hemolitik seringyang
dan ikterus dijumpai
terjadi
pada
akibatpasien dengan
destruksi faktor
eritrosit resiko
yang sudah jantung
dilapisiyang
olehmenjalani tindakan operasi.
antibodi. Patofisiologi Pencegahan
pada penyakit PMI
ini adalah
karena adanya
menjadi sangatproses
pentingimun yangmemberikan
untuk dimulai saat hasil
terjadiyang
sensitisasi padasuatu
baik dari kehamilan pertama
operasi. Pada saat darah
dasarnya
janin yang memasuki
patofisiologi terjadinyasirkulasi
PMI dapatibu. Adanya ketidakcocokan
berupa suatu ruptur plakgolongan darah ketidakseimbangan
atau akibat atau rhesus tersebut
memicu proses
pasokan imun ibu membentuk
dan kebutuhan antibodiuntuk
oksigen. Terapi sehingga
PMImenyebabkan penghancuran
ditujukan pada eritrosit
stabilisasi plak bayi.
dan
Hal ini dapat disebabkan oleh adanya ketidakcocokan golongan darah
menjaga keseimbangan oksigen tersebut. Mendiagnosa suatu PMI memerlukan monitoring ABO, rhesus, atau golongan
darah lainnya. Perbedaan golongan darah antara ibu dan bayi terjadi saat ada faktor golongan darah
jantung, baik melalui perubahan EKG, transesophageal echocardiography (TEE) maupun
janin yang diwariskan dari ayahnya tidak dimiliki oleh ibu. Gejala yang timbul antara lain
biomarker. Tinjauananemia,
hiperbilirubinemia, pustakahepatosplenomegali,
ini berisi tentang dan mekanisme,
lainnya. diagnosis,
Pemeriksaanpilihan terapi serta
laboratorium yang
tatalaksana dalam penanganan
berfungsi sebagai pemeriksaaninfark miokardadalah:
penyaring perioperatif.
Uji Rossete, uji Kleihauer-Betke (KB),
flowsitometri dan tes antiglobulin indirek. Pemeriksaan rutin lainnya adalah pemeriksaan darah rutin,
Kata
kadarkunci: Infark
bilirubin, miokard
golongan perioperatif,
darah dan rhesus.terapi, monitoring,
Penatalaksanaan pencegahan
saat kehamilan dapat berupa transfusi
intrauterin atau imunomodulasi, sementara penatalaksanaan paska kelahiran dapat dengan transfusi
Abstract
tukar, fototerapi atau pemberian imunoglobulin
Perioperative myocardial infarct (PMI) is a common event in patients with cardiac risk
Kata kunci
factors : Penyakit hemolitik
undergoing surgery. pada bayi baru of
Prevention lahir,
a sensitisasi,
PMI is antibodi, imunoglobulin
very important in improving
postoperative outcome. Basically, there are two mechanisms of PMI, due to plaque rupture
or oxygen supply-demand imbalance. Management of PMI is to address these two causes,
Hemolytic Disease of The Newborn
which are plaque stabilization and maintaining the balance of oxygen supply-demand.
Diagnosis
Abstract
of PMI however, needs a careful monitoring, either from recognizing the ECG
changes,
HemolyticTEE or from
Disease of thethe cardiacis biomarkers.
Newborn a syndrome of These reportanemia
hemolytic will discuss the mechanism,
and jaundice due to the
diagnosis, therapeutic options and management of perioperative myocardial infarct.
destruction of erythrocytes. This condition is due to the blood type incompatibility of the mother and
the baby, such as incompatibility of ABO blood groups, rhesus, or other blood groups. During the
Key
first words: Perioperative
pregnancy, when fetal myocardial
blood enters infarct, therapy,
the maternal monitoring,
circulation, prevention
sensitization occurs triggering an
immune process. Antibodies are formed and coat erythrocytes, causing destruction of the baby's
erythrocytes. The difference in blood type between mother and baby occurs when there is a factor of
fetal blood type inherited from his father that not owned by the mother.
permasalahan Symptoms
kardiak that ariseoperasi,
yang menjalani include
Pendahuluan
hyperbilirubinemia, anemia, hepatosplenomegaly, and others. Laboratory screening
sehingga infark miokard perioperatif juga tests are
conducted by Rossete test, Kleihauer-Betke
Terdapat lebih dari 230 juta tindakan operasi test (KB), flowcytometry and indirect antiglobulin
diprediksi akan meningkat. Komplikasi test.
Other routine tests are routine blood tests,
mayor yang dilakukan diseluruh dunia setiap bilirubin levels,
kardiak blood type and rhesus
merupakan penyebabtests.paling
Management
sering
during pregnancy can be either by intrauterine
tahun dan jumlah ini terus bertambah setiap transfusion
terjadinya mortalitas dan morbiditaspostnatal
or immunomodulation, while paska
management
tahunnya. 1 can consits
Dari jumlahoftindakan
exchangetersebut,
transfusions, phototherapy or immunoglobulin
bedah.3 Kejadian administration.
mortalitas ini dipengaruhi
diperkirakan kejadian infark miokard oleh kecepatan diagnosis dimana angka
Keywords: Hemolytic
perioperatif Disease
sekitar 1-4%. 2 of the Newborn, sensitization, antibodies,
mortalitas pada immunoglobuline
diagnosis infark miokard
Angka harapan hidup yang bertambah perioperatif yang terlambat mencapai 30-
membuat populasi pasien dengan usia lanjut 70%.1
semakin bertambah. Hal ini berdampak Insiden PMI pada pasien resiko rendah
dengan lebih banyaknya pasien dengan tanpa adanya riwayat penyakit jantung koroner

J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018 73


Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir

Pendahuluan Klasifikasi : 4

Hemolytic Disease of the Newborn (HDN), a. HDN akibat ketidakcocokan rhesus (Rh):
adalah sindrom anemia hemolitik dan ikterus merupakan kasus yang paling sering
yang terjadi akibat destruksi eritrosit yang sudah ditemukan dan umumnya lebih parah
dilapisi oleh antibodi tersensitisasi pada bayi. dibandingkan dengan jenis golongan
HDN juga dikenal juga dengan eritroblastosis darah lain. Antibodi terhadap rhesus yang
fetalis. HDN diperkirakan terjadi 3-80 kasus per dapat menyebabkan ketidakcocokan
100.000 kelahiran per tahun di Amerika adalah anti –c, anti-E, anti-C, anti-e dan
Serikat.1,2 terutama anti-D yang paling sering
Ibu membentuk antibodi akibat perdarahan menyebabkan HDN berat.
transplasental terhadap sel-sel janin yang b. Hemolytic Disease of the Newborn
inkompatibel. Antibodi ini tidak berbahaya bagi (HDN) akibat ketidakcocokan golongan
sel ibu, tetapi menembus plasenta untuk masuk ke darah ABO: terjadi sekitar 3% dari semua
dalam sirkulasi janin dan menyerang antigen yang kasus HDN. Ibu memiliki golongan darah
ada di eritrosit janin.1,3 O sedangkan bayi bergolongan darah A
Eritroblastosis fetalis ditemukan tahun 1609 atau B. HDN akibat ketidakcocokan
saat wanita Perancis melahirkan bayi kembar golongan darah ABO biasanya tidak
dengan salah satu bayi edema dan meninggal saat separah inkompatibilitas rhesus namun
dilahirkan, dan bayi lainnya mengalami ikterus dapat lebih sering dan lebih parah pada
dan meninggal beberapa hari kemudian. Pada neonatus Afrika-Amerika.
tahun 1950-an setelah ditemukan penyebab utama c. Hemolytic Disease of the Newborn
kematian adalah akibat diserangnya eritrosit bayi (HDN) akibat ketidakcocokan golongan
akibat adanya antibodi dari ibu yang dibentuk darah lainnya: merupakan kasus HDN
akibat ketidakcocokan golongan darah ibu dan yang paling jarang terjadi (sekitar 0,5%).
janin selama di dalam rahim maka dimulai Antibodi yang terbentuk dapat dari
pencegahan melalui antenatal care yang golongan darah Kell, Kidd, Duffy atau
mengurangi mortalitas.2,3 MNS.

Etiologi Patofisiologi

Hemolytic Disease of the Newborn Proses imun pada HDN dimulai saat
(HDN) disebabkan oleh adanya perdarahan terjadi sensitisasi pada kehamilan pertama saat
fetomaternal dengan ketidakcocokan golongan darah janin yang memasuki sirkulasi ibu.
darah antara ibu dan bayi yang memicu proses Inkompatibilitas rhesus umumnya saat
imun untuk penghancuran eritrosit bayi dan persalinan terjadi perdarahan transplasenta
menimbulkan gejala bervariasi hingga timbul anak pertama dengan Rh-D positif pada ibu
komplikasi. Perbedaan golongan darah antara dengan Rh-D negatif, yang lebih sering pada
ibu dan bayi terjadi saat ada faktor golongan komplikasi persalinan atau kala memanjang.
darah janin yang diwariskan dari ayahnya Sensitisasi juga dapat terjadi saat dilakukan
tidak dimiliki oleh ibu.1,3 prosedur klinik seperti terminasi kehamilan,
Pertahanan tubuh bayi pada saat baru amniosentesis, kordosentesis atau saat
dilahirkan hanya sistem imun primer dan pengambilan sampel villi chorialis. Adanya
dibantu oleh adanya antibodi ibu. Selama ketidakcocokan golongan darah memicu ibu
kehamilan ada antibodi ibu yang melewati membentuk antibodi.3-5,7
plasenta dan memasuki sirkulasi janin. Risiko sensitisasi terhadap antigen Rh-D
Antibodi ibu ini menjadikan eritrosit janin akan berkurang bila bayi ada ketidakcocokan
sebagai target untuk dihancurkan bila golongan darah ABO. Setiap sel bayi yang
sebelumnya sudah tersensitisasi. 1,3 lolos ke dalam sirkulasi ibu akan dihancurkan
cepat oleh anti-A atau anti-B sehingga
mengurangi kemungkinan terpaparnya antigen
Rh-D.4,8
Awalnya anti-D ibu yang terbentuk pada
saat tersensitisasi adalah Imunoglobulin (Ig) M
yang tidak dapat melalui plasenta. Stimulasi

74 J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018


Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir

produksi IgG secara cepat akan terjadi pada kehamilan berikutnya saat antigen Rh-D
terdeteksi lagi (Gambar 1). IgG dapat melalui hepar bayi belum matur dan tidak mampu
plasenta dan memasuki sirkulasi bayi untuk memetabolisme bilirubin yang menumpuk.
berikatan dengan Rh-D pada eritrosit bayi dan Bilirubin dapat masuk ke dalam otak
dihancurkan (hemolisis).3-6,8 (kernikterus) bila kadar tetap meningkat dan
Kecepatan penghancuran eritrosit bersifat toksik terhadap sel-sel saraf sehinggga
menentukan tingkat keparahan HDN menjadi menimbulkan komplikasi kerusakan saraf
ringan, sedang atau berat. HDN ringan terjadi permanen bila bayi tetap hidup.4,6,8
hemolisis dalam jumlah kecil yang masih Hemolisis yang terjadi sangat cepat dan
dapat ditoleransi oleh bayi dan menjadi lama akan menyebabkan anemia berat pada
anemia ringan saat dilahirkan.4,8 bayi. Hepar, limpa dan organ lain
Hemolisis dalam jumlah yang besar mengkompensasi kebutuhan dengan cara
akan meningkatkan bilirubin sebagai produk meningkatkan produksi eritrosit. Hal ini
pemecahan, namun kadar bilirubin dalam mengakibatkan hepatospleno-megali sampai
darah bayi akan tetap rendah selama gagal hati. Eritrosit imatur (eritroblast) akan
kehamilan karena kemampuan plasenta untuk dikeluarkan ke sirkulasi sehingga disebut
mengangkut bilirubin dari sirkulasi janin. sebagai eritroblastosis fetalis.3,4,8
Setelah 24 jam pasca dilahirkan, kadar
bilirubin akan sangat cepat meningkat karena

Gambar 1. Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) Akibat Inkompatibilitas Rhesus8

Tidak seperti Inkompatibilitas Rh, anak antigen golongan darah ABO dibanding
pertama dapat mengalami HDN akibat dewasa. Selain itu antigen golongan darah
inkompatibilitas ABO karena IgG anti-A dan ABO diekspresikan dari berbagai jaringan
anti B normal ada didalam golongan darah O sehingga sedikit kemungkinan berikatannya
dewasa sehingga eritrosit bayi menjadi target anti-A dan anti-B terhadap antigen target pada
antigen diserang oleh 2 jenis antibodi. HDN eritrosit bayi. Angka kejadian yang rendah
akibat inkompatibilitas ABO biasanya tidak pada HDN inkompatibilitas ABO juga dapat
separah inkompatibilitas Rh karena eritrosit diakibatkan tipe antibodi pada anti-A dan anti-
janin lebih mengekspresikan lebih sedikit

J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018 75


Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir

B sebagian besar adalah IgM yang tidak dapat Hidrops fetalis dikaitkan dengan
melalui plasenta.3,4 hematopoiesis ekstramedulla yang ditandai di
Angka kejadian dan keparahan hati, limpa, ginjal, dan kelenjar adrenalin,
hiperbilirubinemia pada HDN akibat hipertensi portal dan pada vena umbilikalis,
inkompatibilitas ABO dimungkinkan oleh serta hipoproteinemia.7,8,9
adanya variasi promotor gen Uridin difosfat Gagal jantung menyebabkan
glukoniltransferase. Anemia berat disertai peningkatan tekanan jantung kanan sehingga
hidrops fetalis jarang ditemukan.4 menimbulkan edema dan asites. Kegagalan
Hemolytic Disease of the Newborn memulai pernapasan spontan dapat terjadi
(HDN) akibat inkompatibilitas Kell umumnya antara lain karena hipoplasi pulmonal,
dipicu oleh transfusi darah yang umum pada defisiensi surfaktan, edema paru atau efusi
wanita ras Kaukasia. Patogenesis HDN akibat pleura bilateral. Hal ini dapat menyebabkan
asfiksia hingga gangguan pernapasan berat.7,8,9
Kell berbeda dengan rhesus dan tingkat Petekie, purpura, dan trombositopenia
keparahan lebih sulit diprediksi dibandingkan juga dapat ditemukan pada kasus yang parah
dengan inkompatibilitas rhesus. Ikatan eritrosit akibat penurunan produksi trombosit atau
terhadap anti-K dianggap dapat menghambat adanya bersamaan dengan diseminasi
aktivitas enzimatik glikoprotein Kell dan koagulasi intravaskular.8,9
menekan hematopoiesis. Anti-K Ikterus mungkin tidak timbul pada
menghancurkan progenitor eritroid awal pada saat lahir, tetapi dapat muncul dalam beberapa
hepar bayi melalui proses imunologik. Dugaan hari atau beberapa jam setelah lahir jika
ini timbul karena hemolisis pada terdapat hemolisis berat. Pada penyakit ringan,
inkompatibilitas Kell lebih sedikit, dan jarang bilirubin akan memuncak pada hari ke 4 atau 5
ditemukan hiperbilirubinemia pasca setelah lahir dan menurun secara perlahan
kelahiran.4 kemudian.Pada kasus yang berat, pigmen
bilirubin akan menyebabkan cairan ketuban,
Gejala Klinik tali pusat, dan verniks kaseosa akan berwarna
kuning. Ikterus umumnya timbul pada hari
Gejala klinis gangguan hemolitik yang pertama kehidupan bayi karena sistem
terjadi tergantung pada tingkat kepekaan konjugasi dan ekskresi bilirubin tidak dapat
respon imun. Anemia, ikterus, dan mengatasi beban yang dihasilkan dari adanya
hepatosplenomegali pada bayi baru lahir hemolisis yang masif. Bilirubin indirek yang
adalah temuan utama pada penyakit hemolitik. terakumulasi dapat mencapai kadar yang
Tingkat keparahan penyakit dapat berkisar dari tinggi dan menyebabkan ensefalopati.7,9
hanya berupa hemolisis ringan (15% kasus) Ensefalopati bilirubin akut pada
hingga anemia berat dengan kompensasi awalnya ditandai dengan bayi tampak lesu,
hiperplasia jaringan eritropoesis yang bayi tidak mau menyusu, dan hipotonia. Jika
menyebabkan pembesaran hati dan limpa yang tidak tertangani, maka dapat menjadi tangisan
masif.7,9 nyaring, demam, hipertonia, opisthotonus, dan
Saat kapasitas kompensasi sistem pernafasan tidak teratur. Ensefalopati yang
hematopoesis terlampaui, maka anemia berat berat dapat menyebabkan defek neurologis
dapat terjadi (tampak pucat), tanda-tanda (misalnya, serebral palsy koreoatetoid,
dekompensasi jantung (kardiomegali, gangguan pendengaran sensorineural, dll).7
gangguan pernapasan), edema anasarka, dan Pada kasus yang lebih ringan,
kolapsnya sistem sirkulasi. Gambaran klinis hemolisis berlanjut sampai sel darah merah
dari berlebihnya cairan abnormal pada 2 atau yang tidak kompatibel atau sampai IgG yang
lebih kompartemen janin (pada kulit, pleura, bertanggung jawab terhadap respon imun
perikardium, plasenta, peritoneum, cairan menghilang(waktu paruh IgG adalah 3
ketuban), disebut hidrops fetalis, sering minggu).7
menyebabkan kematian pada bayi dalam
kandungan atau tak lama setelah lahir.8 Pemeriksaan Laboratorium
Tingkat keparahan hidrops fetalis
berkaitan dengan tingkat anemia dan tingkat Tes Penyaring
penurunan serum albumin (tekanan onkotik), Menggunakan sampel darah ibu maka dapat
yang merupakan akibat dari disfungsi hati. dilakukan :

76 J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018


Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir

1. Uji Rossete: merupakan uji kualitatif dengan eritrosit yang Rh-D positif, bila
sebagai bukti telah terjadi perdarahan ada anti-D dalam serum ibu maka akan
transplasenta sel D-positif. Apabila sel D- berikatan. Sel-sel yang tidak berikatan
positif bayi menembus plasenta dan masuk akan dibuang saat pencucian.
ke sirkulasi ibu, maka sampel darah yang Ditambahkan anti-Ig kemudian, maka
diambil dari ibu dengan D-negatif akan akan terjadi aglutinasi terhadap eritrosit
mengandung sel D-positif. Apabila yang telah berikatan dengan antibodi ibu.
1,4,5
ditambahkan reagen anti-D ke dalam
spesimen darah akan tampak aglutinasi
mikroskopik, dan ditambahkan sel-sel D- Tes Diagnostik
positif untuk memperkuat pemeriksaan
akan tampak sebagai rossete sel-sel 1. Pemeriksaan darah rutin dan pewarnaan
aglutinasi secara mikroskopik. Jika uji darah tepi bayi. Kadar Hb yang rendah
rosette positif maka harus dilakukan tergantung derajat keparahan hemolisis
konfirmasi dengan uji Kleihauer-Betke.1,4-6 yang terjadi. Darah tepi menunjukkan
2. Uji Kleihauer-Betke (KB): merupakan uji banyak eritrosit polikrom, makrosit dan
untuk mengevaluasi perdarahan eritroblast, serta peningkatan jumlah
transplasenta besar dan juga untuk retikulosit. Kadang ditemukan neutropenia
menghitung dosis RhIg yang diperlukan. dan trombositopenia. Pada
Prinsip tes adalah hemoglobin bayi lebih Inkompatibilitas ABO lebih sering
resisten terhadap pH asam daripada ditemukan sferositosis.4,8-10
dewasa. Sampel darah ibu yang 2. Tes Antiglobulin Direk (Coombs Test):
mengalami perdarahan transplasental akan merupakan tes untuk mendiagnosis adanya
terdapat sejumlah kecil sel janin, HDN. Pertama eritrosit bayi dicuci untuk
dimasukkan ke dalam larutan asam dan membuang semua antibodi yang tidak
dibuat sediaan hapus yang diwarnai maka terikat. Ketika ditambahkan anti-Ig akan
sel-sel janin akan tetap memperlihatkan terjadi aglutinasi pada darah bayi yang
pewarnaan hemoglobin sedangkan sel-sel sudah terikat dengan antibodi maternal.4,9
dewasa akan tampak sebagai bayangan.
Dilakukan penentuan persentase relatif sel Tes Follow Up Terapi
terwarnai dan tidak terwarnai dan
dikalikan dengan faktor koreksi untuk 1. Pemeriksaan kadar bilirubin. Kadar
volume darah ibu. 1,4,5 bilirubin indirek yang meningkat
3. Flowsitometri: merupakan tes kuantitatif tergantung tingkat keparahan hemolisis,
sel fetus pada sirkulasi maternal, dapat pada kemiketerus umumnya kadar
menggunakan antibodi anti-fetal bilirubin total menjadi lebih dari 20
hemoglobulin (anti HbF), antibodi anti-D, mg/dL.1,10,11
kombinasi anti HbF dan antibodi anti D, 2. Pemeriksaan darah rutin, (terutama kadar
dan kombinasi anti HbF dan antibodi hemoglobin dan hematokrit) untuk
karbonik anhidrase. Flowsitometri mengetahui adanya anemia lanjut dan
menggunakan antibodi monoklonal pengawasan pasca transfusi. Pemeriksaan
terhadap HbF lebih baik dibandingkan ini dapat dilakukan tiap 4-6 jam sekali.
dengan tes KB karena dapat membedakan Interval pemeriksaan dapat menjadi
secara akurat sel janin dan dewasa, secara semakin panjang seiring adanya
cepat dan akurat menganalisis sel dalam perbaikan gejala dan hasil
jumlah besar, serta bersifat otomatik. Tes pemeriksaan.1,10,11
flowsitometri merupakan tes yang cocok 3. Pemeriksaan analisa gas darah.
digunakan sebagai tes konfirmasi adanya Pemeriksaan ini diperlukan karena pada
perdarahan transplasenta.1,4,5 bayi yang menjalani transfusi tukar
4. Tes Antiglobulin Indirek (Coombs Test): cenderung mengalami asidosis dan
merupakan tes penyaring untuk hipoksia.1,10,11
pencegahan terjadinya HDN dengan 4. Pemeriksaan kadar gula darah. Dapat
mendeteksi antibodi anti-D di dalam tejadi penurunan kadar gula darah
serum ibu sebelum menyerang eritrosit sebelum/pada saat transfusi atau setelah
bayi. Pertama serum ibu diinkubasi transfusi.1,10,11

J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018 77


Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir

Diagnosis dilakukan pada usia kehamilan 24 hingga 28


minggu. Jika skrining antibodi negatif, maka
Diagnosis ditegakkan berdasarkan diberikan 300 μg imunoglobulin anti-D dan
anamnesis, manifestasi klinis, pemeriksaan sekali lagi dalam 72 jam setelah melahirkan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang jika neonatus positif Rh-D.12
lainnya. Riwayat maternal, riwayat kehamilan, Setelah pemberian profilaksis, anti D
riwayat persalinan dan kesehatan ibu, dapat dideteksi oleh tes antiglobulin indirek.
pemeriksaan paternal secara lengkap perlu Kekebalan anti D menjadi terdeteksi sekitar
dianamnesis dengan baik untuk menegakkan empat minggu setelah terpapar sel D positif
diagnosis.8,9 dan mencapai puncaknya setelah enam hingga
delapan minggu. Bila ibu sudah pernah
Diagnosis Banding7 tersensitisasi, tentukan apakah bayi beresiko
dan lakukan pengawasan. Setelah
a. Isoimunisasi terkonfirmasi adanya anti-D maternal maka
b. Gangguan Enzim Eritrosit (Contoh: tentukan golongan darah Rh bayi dengan
G6PD, Defisiensi Piruvat Kinase) mengambil sampel melalui cairan amnion atau
c. Gangguan sintesis eritrosis (Contoh: tali pusat.12,13
talasemia)
d. Abnormalitas membran eritrosit: Penatalaksanaan
sferositosis herediter, eliptosis Saat kehamilan :
e. Hemangioma (Sindrom Kasabach Merrit)
f. Kondisi lain yang didapat seperti sepsis, Setelah kehamilan diidentifikasi
infeksi TORCH, infeksi Parvovirus B19 berisiko karena tes antiglobulin indirek positif
(anemia aplastik), dan hemolisis sekunder atau meningkat, maka harus di lakukan USG
akibat obat Doppler MCA (middle cerebral arterial)
secara serial untuk memantau adanya anemia
Pencegahan pada janin. Jika terdeteksi anemia ringan,
maka pemantauan dengan ultrasonografi
Pencegahan dimulai pada kunjungan secara serial harus tetap dilanjutkan sampai
prenatal pertama. Anamnesis yang cermat paru janin cukup matang atau cukup waktu
meliputi setiap masalah yang terkait dengan kehamilan.7,8,11,15
kehamilan atau persalinan sebelumnya, Jika diduga anemia berat, maka dapat
transfusi darah sebelumnya, atau kelainan dilakukan kordosentesis untuk
darah. Pada awal pemeriksaan laboratorium mengkonfirmasi hal tersebut (hematokrit <
harus mencakup pemeriksaan golongan darah 30% atau hemoglobin < 10 g/dL). Jika terjadi
ABO, status Rh D dan skrining antibodi. anemia berat, maka transfusi intrauterin dapat
Untuk skrining antibodi, tes antiglobulin mencegah bayi mengalami hidrops yang berat.
indirek menggunakan reagen sel darah merah Penurunan kadar hematokrit pada pasien
yang tersuspensi dalam salin, karena reagen ini hemolitik berat sangat cepat sehingga
paling cocok untuk mendeteksi antibodi yang dibutuhkan transfusi kedua dalam waktu 7-14
signifikan. Jika skrining antibodi Rh-D positif, hari setelahnya. Target transfusi adalah sampai
maka tes antibodi dan titer antibodi harus hematokrit mencapai 40-45%.7,8,11
diulang dan penentuan untuk memastikan Transfusi darah yang digunakan
apakah ada antibodi lain yang dapat haruslah sel darah merah yang segar, tidak
menyebabkan penyakit hemolitik.12,13 mengandung sitomegalovirus, sedikit
Jika antibodi Rh D positif, maka leukosit, dan diiradiasi untuk mencegah reaksi
pasien harus ditanyai tentang injeksi imun. Penggunaan darah antigen- Kell negatif
imunoglobulin anti-D sebelumnya karena hal akan lebih baik jika tersedia.7,8,14
ini bisa menjadi penyebab titer antibodi Neonatus yang telah menerima
positif. Imunoglobulin anti-D adalah transfusi intrauterin berulang untuk
imunoglobulin pasif yang bila diberikan pengobatan hemolisis dapat mengalami
kepada wanita negatif Rh-D akan mencegah perubahan dalam dirinya. Efek transfusi
sebagian besar kasus hemolitik. Setelah intrauterin salah satunya pada hemoglobin
skrining awal pada kunjungan prenatal janin, hemoglobin menjadi berumur pendek
pertama, skrining antibodi Rh-D berikutnya karena adanya residu sel darah merah janin

78 J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018


Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir

yang dilapisi antibodi. Hemopesis janin tulang atau kebutuhan transfusi sel darah
biasanya tertekan sehingga bayi yang baru merah.8,16,18
lahir yang menerima transfusi hingga dekat Setelah dilahirkan, bayi dapat
masa kelahiran mengalami ikterus neonatal mengalami hiperbilirubinemia akibat
ringan, yang mungkin tidak memerlukan peningkatan bilirubin tak terkonjugasi.
fototerapi dan tidak ada anemia Fototerapi dengan panjang gelombang 460
neonatal.7,8,11,15 hingga 490 nm digunakan untuk mengubah
Pada beberapa kasus yang tidak bilirubin tak terkonjugasi menjadi isomer,
memungkinkan dilakukannya transfusi intra yang lebih sedikit lipofilik dan kurang toksik
uterin, maka pemberian imunoglobulin bagi otak dan dapat dikeluarkan tanpa melalui
intravena (IGIV) pada ibu telah diusulkan konjugasi hepatik. Fototerapi perlu segera
sebagai terapi alternatif sampai transfusi dilakukan pada pasien dengan hemolisis
intravaskular dimungkinkan. Mekanisme kerja sedang atau berat atau dengan peningkatan
berupa penghambatan umpan balik dari bilirubin yang cepet (> 0,5 mg/dL/jam).8,16,19
sintesis antibodi ibu, blokade reseptor Dosis yang relatif tinggi diberikan
retikuloendotelial, atau blokade transpor dengan menggunakan dua tepi lampu untuk
antibodi plasenta. Pemberian IGIV dapat mengelilingi tubuh bayi. Pada bayi dengan
mengurangi hemolisis sekunder sehingga hemolisis ringan hingga sedang atau riwayat
mengurangi kebutuhan untuk transfusi tukar, transfusi intrauterin, fototerapi umumnya
lebih efektif dan non invasif dibandingkan cukup.8,16
dengan transfusi tukar. Kombinasi Immunoglobulin intravena (IGIV)
plasmapheresis dan pemberian IGIV telah semakin sering digunakan mengobati
dilaporkan berhasil dalam pengobatan, hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang
meskipun biaya pengobatannya tinggi.7,8,12 mengalami HDN. IGIV bersaing dengan
antibodi ibu pada reseptor makrofag di limpa
Pasca Kelahiran bayi untuk mengurangi jumlah hemolisis.8,16
Transfusi tukar adalah penggunaan
Bayi yang terkena HDN harus diamati darah lengkap untuk menggantikan darah
secara intensif dengan pemantauan dalam sirkulasi bayi. Transfusi tukar dilakukan
laboratorium hemoglobin dan bilirubin untuk dalam waktu 9-12 jam setelah lahir. Transfusi
menentukan apakah fototerapi, transfusi tukar tukar harus segera dilakukan pada bayi bila
atau pemberian imunoglobulin intravena ditemukan tanda-tanda ensefalopati bilirubin
(IGIV) diperlukan. Meskipun transfusi tukar walaupun dalam pemeriksaan kadar
adalah terapi kritis untuk pencegahan bilirubinnya turun.8,16,17
kernikterus pada bayi dengan bilirubin tinggi, Transfusi tukar digunakan terutama
tapi hal ini memiliki komplikasi tersendiri. untuk menghilangkan bilirubin tak
Pemberian IGIV telah terbukti mengurangi terkonjugasi yang tinggi dan untuk mencegah
kebutuhan untuk transfusi pertukaran dalam kernikterus. Bayi prematur lebih mungkin
beberapa penelitian.8,16,17 memerlukan transfusi tukar dibandingkan bayi
Anemia pada bayi dapat menetap aterm karena fungsi hati yang belum
tergantung waktu paruh oleh antibodi yang sempurna sehingga kurang mampu untuk
berada dalam tubuh. Anemia juga dapat mengkonjugasikan bilirubin. Keuntungan lain
menetap akibat adanya penekanan dari transfusi tukar adalah untuk
eritropoiesis. Antibodi yang diturunkan oleh membersihkan sirkulasi bayi dari antibodi ibu
ibu pada bayi yang menjalani transfusi yang bersirkulasi, sel darah merah yang
intrauterin atau transfusi tukar dapat bertahan tersensitisasi, dan penggantian sel darah merah
lebih lama dari yang diperkirakan, karena yang tidak kompatibel dengan sel darah merah
kurangnya sel darah merah antigen positif yang kompatibel. Pemeriksaan yang
untuk mengikat antibodi. Jika bayi tidak mau diperlukan setelah transfusi dilakukan antara
menyusu dan cenderung tidur, maka hal ini lain pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,
bisa menjadi tanda anemia hipoproliferatif morfologi sel darah, kadar bilirubin total atau
yang menetap. Pemeriksaan hematokrit dan indirek dan retikulosit.8,17-19 Terapi
retikulosit juga harus dilakukan secara teratur farmakologi dapat mempertimbangkan
untuk memantau adanya pemulihan sumsum pemberian phenobarbital intravena.20

J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018 79


Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir

Prognosis intrauterina, namun bila ada hidrop fetalis


maka kemampuan bertahan hidup pasien
Penurunan mortalitas pada HDN terjadi hanya sekitar 26%. Bayi prematur dan berat
sejak adanya perkembangan penanganan. badan lahir rendah cenderung rentan terhadap
Kemampuan bertahan hidup pasien HDN kerusakan otak akibat hiperbilirubinemia.7
akibat inkompatibilitas Rh tanpa edema
meningkat 90% dengan pemberian transfusi

Tabel 1. Perbandingan antara Inkompabilitas Rhesus dan ABO8

Karakteristik Rhesus ABO


Golongan darah
Ibu Negatif O
Janin Positif A atau B
Tipe antibodi IgG1 dan/atau IgG3 IgG2
Aspek Klinis
Angka Kejadian pada Anak 5% 40-50%
Pertama
Prediksi Tingkat keparahan Umum Jarang
pada kehamilan berikut
Abortus dan/atau Hidrops Sering Jarang
Anemia berat Sering Jarang
Derajat Ikterus +++ +
Hepatosplenomegali +++ +
Pemeriksaan Lab
Antibodi Maternal Selalu ada Belum jelas
DAT (janin) + +
Sferosit - +
Penatalaksanaan
Pemeriksaan antenatal Ya Tidak
Transfusi tukar Sering Jarang
Tipe donor Rh (-), spesifik grup bila perlu Gol.darah O
Kejadian Anemia laten Sering Jarang

Penutup gejala klinik, pemeriksaan laboratorium dan


pemeriksaan penunjang lain. Gejala klinik
Hemolytic Disease of the Newborn yang ditemukan adalah pucat akibat anemia,
(HDN) merupakan sindrom anemia hemolitik ikterus, edema, gangguan pernapasan,
yang terjadi akibat proses imun yang timbul hepatosplenomegali dan purpura.
saat antibodi dari sirkulasi ibu yang berikatan Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dengan eritrosit bayi dan dihancurkan karena dilakukan adalah uji rossete. Uji Kleihauer-
ketidakcocokan/inkompabilitas golongan Betke, Direct and Indirect Coombs Test,
darah baik Rhesus, ABO maupun golongan pemeriksaan darah rutin dan darah tepi, serta
darah lainnya. Inkompatibilitas Rh terjadi pada pemeriksaan kadar bilirubin. Penatalaksanaan
ibu Rh-negatif dan anak Rh-positif dan yang dapat diberikan adalah transfusi
umumnya bukan pada anak pertama. intrauterin, transfusi tukar, fototerapi dan
Inkompatibilitas ABO terjadi pada ibu pemberian imunoglobulin IV dosis tinggi.
bergolongan darah 0 dan anak A atau B, Prognosis kemampuan hidup pasien
dengan tingkat keparahan lebih ringan meningkat bila ditangani dengan baik, namun
dibandingkan Rh pada umumnya. rendah bila pasien sudah mengalami hidrops
Inkompatibilitas golongan darah lain jarang, fetalis.
namun yang lebih sering adalah golongan
darah Kell (Tabel 1).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis termasuk riwayat kehamilan ibu,

80 J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018


Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir

Daftar Pustaka 20th Ed.Chapter 103. New York: Elsevier


Publisher; 2016.
1. Sacher, Ronald A. Tinjauan klinis 12. Martin JR, Fanaroff AA, Walsh CM.
pemeriksaan laboratorium. 2009. EGC : Fanaroff and Martin’s neonatal-perinatal
Jakarta. Hal 271-76. medicine. 10th Ed Chapter 24.
2. Kumar A, Patel MK, Chavda B, Ranjan A, Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015;
Ahmad F. Hemolytic disease of the p.327-34.
newborn: a study of 50 cases. International 13. Basu S, Kaur R, Kaur G. Hemolytic
Journal of Scientific Study, 2013; 01:13. disease of the fetus and newborn: current
3. Dean L. Hemolytic disease of the trends and perspectives. Asian Journal
newborn. blood groups and red cell Transfusion Science, 2011;5:3–7.
antigens chapter 4. National Center for 14. Murray NA, Roberts IAG. Haemolytic
Biotechnology Information (US); 2005. disease of the newborn. Arch Dis Child
4. Porwits A, McCullough J, Erber W. Blood Fetal Neonatal Ed. 2007; 92: F83-F88.
and bone marrow pathology 2nd Ed. 15. Ross ME, Waldron PE, Cashore WL, de
Toronto: Churchill Livingstone; 2011; p. Alarcon PA. Hemolytic disease of the
599-05. fetus and newborn. In: de Alarcon PA,
5. Kim YA, Makar RS. Detection of Werner EJ, Christensen RD editors.
fetomaternal hemorrhage. American Neonatal hematology. 2nd ed. Cambridge
Journal of Hematology, 2012; 87: 417- UK: Cambridge University Press; 2013.
423. p. 65–90.
6. Krywko DM, Shunkwiler SM. Kleihauer 16. Miqdad AM, Abdelbasit OB, Shaheed M,
Betke test. [Updated 2019 Jan 27]. In: Seidahmed AM, Abomelha AM, et al.
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Intravenous immunoglobulin G (IVIG)
StatPearls Publishing; 2019 March 7. therapy for significant hyperbilirubinemia
7. Lanzkowsky P. Manual of Pediatric in ABO hemolytic disease of the newborn.
hematology and oncology. 6th Ed. The Journal of Maternal-Fetal and
California: Elsevier Academic Press; Neonatal Medicine, 2004;16:163-6.
2016; p. 51-68. 17. Delaney M, Matthews DC. Hemolytic
8. Lichtman M, Beutler E, Selighson U, disease of the fetus and newborn:
Kaushansky K, Kipss T, et al. Williams managing the mother, fetus, and
Hematology. 9th Ed Chapter 25. California: newborn. Hematology Am Soc Hematol
Mc Graw-Hills Medical; 2015. Educ Program. 2015; (1):146-5.
9. Gielezynska A, Stachurska A, Fabijanska- 18. Kennedy MS, Krugh D. Hemolytic disease
Mitek J, Debska M, Muzyka K, of the newborn and fetus. In: Harmening
Kraszewska E. Quantitative fetomaternal DM, editor. Modern blood banking and
hemorrhage assessment with the use of transfusion practices. 5th ed. Philadelphia
five laboratory tests. International Journal : FA Davis Company; 2008. pp. 385–95.
of Laboratory Hematology, 19. Roberts IA. The changing face of
2016;38(4):419–25. haemolytic disease of the newborn. Early
10. Watchko JF. Common hematologic Human Development, 2008;84:515–23.
problems in the newborn 20. Ullah S, Rahman K, Hedayati M.
nursery. Pediatrics Clinic of North Hyperbilirubinemia in neonates: types,
America, 2015;62: 509–24. causes, clinical examinations, preventive
11. Kliegman RM, Behrman RE, Jensen HB, measures and treatments: a narrative
Stanton B. Nellson Textbook of pediatrics. review article. Iran Journal Public
Health, 2016; 45(5):558–68

J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68, Okt-Des 2018 81

Anda mungkin juga menyukai