ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tipoid
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tipoid
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid di jumpai secara luas di
berbagi negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan
subtropis. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia
dengan insiden 600.000 kasus kematian tiap tahun (Riyanto, 2011).
Hingga saat ini penyakit demam tifoid masih merupakan masalah
kesehatan di negara-negara tropis termasuk indonesia. Kejadian demam
tifoid di dunia sekitar 16 juta kasus setiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di
asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000 kejadian demam tifoid di
indonesia sekitar 760-810 kasus per 100.000 pertahun, dengan angka
kematian 3,1-10,4% (Nasronudin, 2007).
Data Rekam Medik RSUD Banyudono angka kejadian demam tifoid
bulan Oktober sampai Desember 2014 sebanyak 24 kasus, dan pada bulan
Januari sampai Maret 2015 terdapat 36 kasus. Dari uraian kasus diatas
jumlah penderita Demam tifoid meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk memahami penyakit Demam
Tifoid sehingga penulis mengambil karya tulis dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada An. R dengan Demam Tifoid di ruang Mawar RSUD
Banyudono”.
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam
tentang proses pelaksanaan Asuhan Keperawatan Demam Tifoid.
2. Tujuan Khusus
Pada tujuan khusus ini penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian secara langsung pada pasien demam tifoid.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000).
Demam typoid dan demam paratypoid adalah infeksi akut usus halus
(Juwono, 1996).
Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada
fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer,
2001) Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonela typhosa ditandai dengan demam satu minggu.
B. Etiologi
Etiologi Penyebab demam thypoid adalah Salmonella thyposa, hasil
gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai
sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H
(flagella), Vi, dan protein membran hialin (Mansjoer, Arief, 2000).
2.Predisposisi Menurut Sarwono (1996) penyebaran thypoid tidak
bergantung pada iklim, tetapi banyak di jumlah di negara yang beriklim
tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan
dan kebersihan individu dan lingkungan.
C. Patofisiologi
Kuman Salmonella typosa masuk melalui mulut, setelah melewati
aliran selanjutnya akan kedinding usus halus melalui aliran limfa ke
kelenjar mesentrium mengadakan multipikasi (bakteremia). Biasanya
pasien belum tampak adanya gejala klinik (asimtomatik) seperti mual,
muntah, tak enak badan, nafsu makan menurun, pusing karena segera
diserbu sel sistem retikulo endotetial. Tetapi kuman masih hidup,
selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran darah
mengalami bakteremia sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan
sel pirogen akibatnya terjadi lekositopenia.
Sel pirogen inilah yang mempengaruhi pusat termoregulasi di
hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi
tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai
tingkat. Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-organ
tersebut (hati, limfa, empedu), sehingga timbul peradangan yang
menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada
folikel limfosial dan apabila kuman tersebut dihancurkan oleh sel-sel
tersebut maka penyakit berangangsur-angsur mengalami perbaikan dan
apabila tidak dihancurkan akan menyebar keseluruh organ sehingga timbul
komplikasi dapat memperburuk kondisi pasien.
D. Manifestasi klinis
Gejala dapat timbul secara tiba-tiba / berangsur-angsur yaitu antara
10 sampai 14 hari. Mulainya samar-samar bersama nyeri kepala, malaise,
anoreksia dan demam, rasa tidak enak di perut dan nyeri di seluruh badan.
Minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, konstipasi /diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan
epistaksis. Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas yaitu :
demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung
merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan
mental.
E. Penatalaksanaan
Penalaksanaan thypoid terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Perawatan Penderita thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk
isolasi, observasi dan pengobatan. Penderita harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari. Besar demam / kurang lebih selama 14 hari.
Maksud tirah baring adalah untuk mencegah komplikasi perdarahan /
perforasi usus. Penderita dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya
harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia hipostaltik dan dekubitus.
2. Diet Dimasa lalu penderita tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur
kasar dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan penderita.
Pemberian bubur saring ini dimaksudkan untuk menghindari
komplikasi perdarahan usus, karena ada pendapat bahwa ulkus-ulkus
perlu diistirahatkan. Banyak penderita tidak menyukai bubur saring
karena tidak sesuai dengan selera mereka. Karena mereka hanya
makan sedikit dan ini berakibat keadaan umum dan gizi penderita
semakin mundur dan masa penyembuhan menjadi lama. Makanan
padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang
sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada
penderita tifoid.
3. Obat Obat –obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:
a. Kloramfenikol Belum ada obat anti mikroba yang dapat
menurunkan demam lebih cepat dibandingkan dengan
kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4x.500 mg sehari oral
atau intravena sampai 7 hari bebas demam. Dengan penggunan
kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5
hari.
b. Tiamfenikol Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid
sama dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada
penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol.
Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah rata-
rata 5-6 hari.
c. Ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol) Dosis itu orang
dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas
demam (1 tablet mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg
sulfametoksazol). Dengan kontrimoksazol demam pada demam
tifoid turun rata-rata setelah 5-6 hari.
d. Ampicillin dan Amoksilin Indikasi mutlak pengunaannya adalah
pasien demam thypid dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan
berkisar antara 75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan
sampai 7 hari bebas demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin
demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 7-9 hari.
e. Sefalosforin generasi ketiga Beberapa uji klinis menunjukan
sefalosporin generasi ketiga amtara lain sefiperazon, seftriakson
dan cefotaksim efektif untuk demam thypoid, tatapi dan lama
pemberian yang oktimal belum diketahui dengan pasti.
f. Fluorokinolon Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid,
tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui
dengan pasti.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Kaji biodata pasien, seperti : nama, umur, status, alamat, dan lain-lain.
Keadaan umum : apa keluhan yang dirasakan pasien hingga masuk ke
RS
TTV
Tekanan darah normal 120/80
Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50°C)
Nadi Normal : 60-100x/menit, Takikardia >100x/menit,
Bradikardia <60x/menit
Pernapasan normal : 16-24x /menit, Takipnea >24, bradipnea
<16
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata
atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera
peraba ; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2
jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan
bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan
konsistensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising
usus.
2. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan,
adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala,
warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut. Normal:
simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-
tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur
rambut. Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan,
rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
b. Wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan
kesimetrisan. Normal: warna sama dengan bagian tubuh
lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
c. Mata
Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata,
kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva
dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa
kontak, dan respon terhadap cahaya. Normal: simetris mata
kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan
sclera berwarna putih
d. Telinga
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,
integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar. Normal:
bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu dengar.
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
e. Hidung
Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna,
kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan,
pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2
infeksi). Normal: simetris kika, warna sama dengan warna
kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan
dan tanda-tanda infeksi.
Palpasi : frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan
septum deviasi). Normal: tidak ada bengkak dan nyeri
tekan.
f. Mulut
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut
dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis. Normal: warna
mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis.
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi
lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi,
kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi
berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau
radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan
tidak ada tanda infeksi
g. Leher
Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris. Normal:
warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk
simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus,
pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan
pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri,
pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba).
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada
nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
h. Thorax
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna
kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan. Normal:
simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda
distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit
lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema
Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,
tractile fremitus. Normal: integritas kulit baik, tidak ada
nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi
simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih
teraba jelas.
Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan
bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang
sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)
Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru.
(dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang paru
kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,
tracheal.
i. abdomen
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi,
scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus, dan gerakan dinding perut. Normal: simetris
kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak
terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus.
Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua
kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara
pembuluh darah.Normal: suara peristaltic terdengar setiap
5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka
dan aorta.
Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas
bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa
nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.Perkusi hepar:
Batas. Perkusi Limfa: ukuran dan batas. Perkusi ginjal:
nyeri. Normal: timpani, bila hepar dan limfa
membesar=redup dan apabila banyak cairan
= hipertimpani.
Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan
kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri
irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu. Normal: tidak
teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
dan penumpukan cairan.
j. Eksremitas
Inspeksi struktur muskuloskletal atas : simetris dan
pergerakan, Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,
kekuatan otot penuh.
Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. Radialis. Normal:
teraba jelas
Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif
Inspeksi struktur muskuloskletal bawah : simetris dan
pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM,
kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika, integritas
kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis:
denyutan.Normal: teraba jelas
Tes reflex :tendon patella dan archilles.Normal: reflex
patella dan archiles positif
3. Riwayat kesehatan klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
Stadium awal biasanya ditandai dengan gangguan
keadaan umum berupa malaise,penurunan berat badan, rasa
capek,sedikit panas, dan anemia.gejala local yang terjadi
berupa pembengkakan, nyeri, dan gangguan gerak pada
sendi metacarpalpofalageal. Perlu dikaji kapan gangguan
sensorik muncul.gejala awal terjadi pada sendi.persendian
yang paling sering kena adalah sendi tangan ,pergelangan
tangan ,sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi
bahu, serta sendi penggul, dan biasanya bersifat bilateral/
simetris.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ,ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya atritis rheumatoid .
penyebab tertentu seperti penyakit diabetes menghambat
proses penyembuhan rheumatoid atritis.masalah ini perlu di
tanyakan adalah apakah klien perna dirawat dengan
masalah yang sama .sering klien menggunakan obat
antiuretik jangka panjang sehingga perlu dikaji jenis obat
yang digunakan (NSAID,antibiotic,dan analgesic)
c. Riwayat penyakit keluarga
Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terlebih
dahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien.
B. Diagnosa keperawatan
N Diagnosa NOC NIC Implementasi
o
1. Hipertermia Dalam 2x24 monitor memonitor
jam pasien suhu
b.d penyakit. suhu setiap
dapat setiap 2
Ditandai oleh mengontrol jam, 2 jam sesuai
suhu tubuh sesuai
kulit terasa kebutuhan
dengan kebutuh
hangat karakteristik an memonitor
(00007,11,6)
: monitor
1. tingkat tekanan
tekanan
pernapasa darah, darah, nadi,
Batasan n nadi dan
karakteristik: 2. hiperterm dan respirasi
respirasi
Apnea ia sesuai sesuai
Bayi tidak kebutuh
dapat kebutuha
an tubuh
mempertaha instruksi tubuh
nkan pasien
menyusu mengintruks
bagaima
Gelisah na ikan pasien
Hipotensi mencega
Kejang bagaimana
h
Koma keluarny mencegah
Kulit a panas
kemerahan keluarnya
dan
Kulit terasa serangan panas dan
hangat panas
Letargi serangan
informas
Postur ikan panas
abnormal pasien
Stupor menginform
mengena
Takikardia i asikan
Takipnea indikasi
Vasolidatasi pasien
adanya
kelelaha mengenai
Faktor yang n akibat
berhubungan: indikasi
panas
Agens dan adanya
farmaseutik penanga
al nan kelelahan
Aktivitas emergen
akibat panas
berlebihan si yang
Dehidrasi tepat, dan
Iskemia sesuai
penanganan
Pakaian kebutuh
yang tidak an emergensi
sesuai berikan
yang tepat
Peningkatan medikasi
laju yang sesuai
metabolisme tepat
kebutuhan
Penurunan untuk
perspirasi mencega memberikan
Penyakit h atau
Sepsis medikasi
mengont
Suhu rol yang tepat
lingkungan menggig
tinggi untuk
il
Trauma mencegah
atau
mengontrol
menggigil
2. Ansietas b.d Dalam 1x24 gunakan menggunaka
hubungan jam pasien pendekat
interpersonal. dapat n
an yang
Ditandai oleh mengontrol tenang pendekatan
gelisah kecemasan dan
(00146,9,2) dengan yang tenang
meyakin
karakteristik kan dan
Batasan : jelaskan
karakteristik: 1. perasaan meyakinkan
semua
Perilaku gelisah prosedur menjelaskan
Agitasi (5) termasu
Gelisah 2. kesulitan semua
k sensasi
Gerakan dalam yang prosedur
ekstra belajar/m akan
Insomnia emahami termasuk
dirasaka
Kontak sesuatu n yang sensasi yang
mata yang (5) mungkin
buruk 3. rasa akan
akan
Melihat cemas dialami dirasakan
sepintas yang klien
Mengekspre disampaik selama yang
sikan an secara prosedur
mungkin
kekhawatira lisan (5) [dilakuk
n karena an] akan dialami
perubahan berikan
klien selama
dalam informas
peristiwa i faktual prosedur
hidup terkait
Penurunan memberikan
diagnosi
produktivita s, indormasi
s perawata
Perilaku faktual
n dan
mengintai prognosi terkait
Tampak s
diagnosis
waspada dorong
keluarga perawatan
Afektif untuk
Berfokus dan
mendam
pada diri pingi prognosis
sendiri klien
Distres mendorng
dengan
Gelisah cara keluarga
Gugup yang
Kesedihan untuk
tepat
yang bantu mendampin
mendalam klien
Ketakutan gi klien
mengide
Menggemer ntifikasi dengan cara
utukkan gigi situasi
Menyesal yang tepat
yang
Peka memicu membantu
Perasaan kecemas
tidak klien
an
adekuat instruksi mengidentif
Putus asa kan
Ragu kasi situasi
klien
Sangat untuk yang
khawatir menggu
Senang memicu
nakan
berlebuhan teknik kecemasan
relaksasi
Fisiologis mengintruks
Gemetar ikan klien
Peningkatan
keringat untuk
Peningkatan
menggunaka
ketegangan
Suara n teknik
bergetar
relaksasi
Tremor
Tremor
tangan
Wajah
tegang
Simpatis
Anoreksia
Diare
Dilatasi
pupil
Eksitasi
kardiovasku
ler
Gangguan
pernapasan
Jantung
berdebar-
debar
Kedutan
otot
Lemah
Mulut
kering
Peningkatan
denyut nadi
Peningkatan
frekuensi
pernapasan
Peningkatan
refleks
Peningkatan
tekanan
darah
Vasokontrik
si superfisial
Wajah
memerah
Parasimpatis
Anyang-
anyangan
Diare
Dorongan
segera
berkemih
Gangguan
pola tidur
Kesemutan
pada
ekstremitas
Letih
Mual
Nyeri
abdomen
Penurunan
denyut nadi
Penurunan
tekanan
darah
Pusing
Sering
berkemih
Kognitif
Bloking
pikiran
Cenderung
menyalahka
n orang lain
Gangguan
konsentrasi
Gangguan
perhatian
Konfusi
Lupa
Melamun
Menyadari
gejala
fisiologis
Penurunan
kemampuan
untuk
belajar
Penurunan
kemampuan
untuk
mencegah
masalah
Penurunan
lapang
persepsi
Preokupasi
Faktor yang
berhubungan:
Ancaman
kematian
Ancaman
pada status
terkini
Hereditas
Hubungan
interpersona
l
Kebutuhan
yang tidak
dipenuhi
Konflik
nilai
Konflik
tentang
tujuan hidup
Krisis
maturasi
Krisis
situasi
Pajanan
pada toksin
Penularan
interpersona
l
Penyalahgu
naan zat
Perubahan
besar (mis.,
status
ekonomi,
status
lingkungan,
status
kesehatan,fu
ngsi peran,
status peran)
Riwayat
keluarga
tentang
ansietas
Stresor
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Kasus
Di Jl. Patiandjala terdapat keluarga Tn. N berumur 35 tahun yang tinggal bersama
istrinya bernama Ny. M berumur 30 tahun dan memiliki 1 orang anak bernama
An. A yang berusia 9 tahun. Ny. M mengatakan anaknya demam sejak 2 hari
yang lalu, badan terasa lemas dan nyeri kepala, Ny. M mengatakan nafsu makan
anaknya juga menurun. Keluarga Tn. N dan NY. M mengatakan tidak paham
tentang penyakit yang diderita anak ini. Suhu klien : 39˚C, Nadi : 80x/i, RR :
20x/i.
A. DATA UMUM
2. Usia : 35 tahun
5. Pendidikan : SMP
9
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
8. Tipe Keluarga
9. Budaya
d. Tabungan / Auransi
C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
a. Status Rumah
Kamar
tidur Kamar tidur Dapur
c. Keadaan Rumah
h. Kondisi Air
3. Struktur Peran
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya jawa yaitu fungsi
suami adalah sebagai pencari nafkah dan istri dirumah mengurus anak.
Nilai yang dianut keluarga adalah saling menghormati antar anggota
keluarga dan menyayangi serta memberi kebebasan pada An.A tetapi
harus ingat tugasnya sebagai anak.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosial
a. Mengenal Masalah
b. Mengambil Keputusan
4. Fungsi Reproduksi
5. Fungsi Ekonomi
F. Pemeriksaan fisik
2. BB 60 kg 58 kg 19 kg
14. Abdomen Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan pada tekan, tidak tekan, tidak ada
abdomen. teraba massa. weezing.
G. Harapan Keluarga
DO:
1. An.A masih lemas
2. Nadi: 92x/menit,
RR: 25x/menit,
BB sebelum sakit: 19
kg,
BB sesudah sakit: 17 kg
3. Bibir kering.
DO:
1. Rumah terlihat kotor
dan kurang teratur
penempatan perabotan
rumahnya.
I. Skoring
Ada masalah
tetapi tidak perlu
ditangani : 1
Masalah tidak
dirasakan : 0
Total
4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 :
masalah .
Masalah berat
harus ditangani
segera : 2
Ada masalah
tetapi tidak perlu
ditangani : 1
Masalah tidak
dirasakan : 0
Total 3 1/3
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama KK : Tn. N
Alamat : Tuban
Menyebutka
n minimal 2 1. Kaji
dari pengetah
makanan uan
yang makanan
dianjurkan yang
yaitu dianjurka
makanan n untuk
halus dan penderita
tidak pedas thypoit
2. Beri
reinfenco
ment
kepada
keluarga
untuk
menanya
kan hal-
hal yang
kurang
jelas
3. Tanyaka
n
kembali
hal-hal
yang
telah
dilakuka
n
Menyebutka 1. Kaji
n minimal 2 pengetah
Resp dari 3 uan
on komplikasi keluarga
verba dari penyakit tentang
l thypoit komplik
1. Perdarah asi
an usus thipoit
2. Perforasi 2. Diskusi
usus kan
3. Peritoniti dengan
s keluarga
tentang
komplik
asi
thypoit
3. Beri
reinfenc
oment
kepada
keluarga
untuk
menany
akan
hal-hal
yang
kurang
jelas
4. Tanyaka
n
kembali
hal-hal
yang
telah di
diskusik
an
5. Beri
reinfoce
ment
positif
pada
keluarga
1. Kaji
pengeta
huan
tentang
merawa
t
anggota
keluarg
a yang
Menyebutka Resp Menyebu sakit
n cara on tkan 4 thypoit
merawat verba dari 6 2. Diskusi
anggota l cara kan
keluarga merawat dengan
yang anggota keluarg
menderita keluarga a
thypoit yang tentang
mengala cara
mi merawa
thypoit t
1. Alat anggota
amakan keluarg
atau a yang
minum sakit
dipisahka thypoit
n 3. Beri
2. Banyak reinferc
istirahat oment
3. Makanan kepada
diberi keluarg
yang a untuk
halus dan menyak
mudah an hal-
dicernah hal
4. Anjurkan yang
banyak kurang
minum jelas
5. Berikan 4. Tanyak
kompres an
hangat kembali
untuk hal-hal
menurun yang
kan telah di
panas diskusik
6. Berikan an
obat 5. Beri
antibiotik reinforc
yang ement
sesuai positif
dengan
atvis
dokter
IMPLEMENTASI