Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UJIAN KHUSUS

IKGM 2

BONUS DEMOGRAFI

Di susun oleh:
Aini Angela
2013-11-005

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
2019
PEMBAHASAN

Sektor sumber daya manusia (SDM), selalu menjadi kunci utama sekaligus

memegang peranan penting dalam proses pembangunan bangsa. Dimana tingkat

keberhasilan pembangunan suatu bangsa, salah satunya ditentukan oleh kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki bangsa tersebut.

Demikian pula dengan bangsa kita. Pada masa pembangunan seperti

sekarang ini, Negara Indonesia sangat membutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan terampil. Berkaitan dengan hal ini, ada suatu hal yang perlu anda

ketahui. Indonesia sekarang sedang berada pada suatu tahapan yang saat krusial

dan menentukan. Terutamanya sebagai sebuah bangsa yang masih dalam masa

pembangunan.

Oleh sebagian besar ahli ilmu sosial, tahapan krusial ini disebut sebagai

era bonus demografi. Dimana era tersebut sebenarnya sudah dimulai dan

diperkirakan akan mencapai puncaknya pada rentang waktu tahun 2025-2030.

Sayangnya, ada yang mengungkapkan bahwa bonus demografi hanya akan

dialami Indonesia sekali seumur hidup. Oleh karena itu, menjadi penting baik kita

semua, baik pelajar, mahasiswa, guru, dosen, akademisi, masyarakat umum,

maupun pihak lainnya untuk memahami seluk beluk bonus demografi.

1.1 Pengertian Bonus Demografi

Bonus demografi adalah suatu keadaan dimana jumlah penduduk usia

produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif.

Sering juga disebut demografic dividend/demografik gift. Kondisi demikian,

1
memiliki nilai positif dan keuntungan besar bila dikelola secara profesional.

Dikaitkan dengan munculnya suatu kesempatan yang harus dimanfaatkan untuk

menaikkan kesejahteraan masyarakat (The Window of Opportunity).

Kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan

usia non produktif mengandung arti bahwa potensi beban ketergantungan

penduduk akan berkurang apabila kelebihan dari potensi bonus demografi dikelola

dan dimanfaatkan dengan baik.

Banyak negara lain yang telah terbukti sukses memaksimalkan peluang bonus

demografi di negaranya, seperti Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan negara-

negara lainnya.

Meskipun demikian, tetap saja masih ada negara yang gagal

memaksimalkan keadaan bonus demografi yang dimiliki negaranya. khususnya

negara-negara yang ada di Benua Afrika, seperti Ethiopia dan lain sebagainya.

Era bonus demografi ditandai dengan dominasi jumlah penduduk usia produktif

atas jumlah penduduk tidak produktif. Sekedar informasi, penduduk usia

produktif adalah penduduk yang berada pada rentang umur 15-64 tahun.

Salah satu indikator yang bisa digunakan untuk melihat adanya potensi

bonus demografi pada suatu negara adalah dengan melihat jumlah angka rasio

ketergantungan penduduk yang rendah. Rasio ketergantungan adalah

perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah

penduduk usia produktif.

Untungnya, berdasarkan grafik tren rasio ketergantungan (depency

ratio) penduduk Indonesia selam kurun waktu 1971-2016 yang dimiliki Badan

2
Pusat Statistik (BPS). Rasio ketergantungan penduduk Indonesia menunjukkan

tren data semakin menurun hingga sebesar 48.4 % pada tahun 2016.

1.2 Persiapan Pemerintah dari Keuntungan Bonus Demografi

Kondisi suatu negara yang memperoleh bonus demografi sebenarnya

merupakan suatu anugerah dan berkah yang membawa keuntungnga bagi bangsa

dan negara. Namun, bonus demografi harus dimanfaatkan dengan baik, keloka

secara profesional. Sebab banyak pula dari pengalaman negara lain, mereka

mempunyai kesempatan emas dari adanya bonus demografi di negara. Namun

mereka gagal memanfatkannya secara maksimal, sehingga bonus demografi justru

berubah menjadi kerugian negara.

Berikut syarat-syarat yang harus dilakukan oleh suatu negara berkembang,

agar bonus demografi penduduk bisa berubah menjadi keuntungan negara.

Mulai dari peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas dan

kuantitas pendidikan, pengendalian jumlah penduduk, hingga kebijakan ekonomi

yang mendukung terciptanya fleksibilitas tenaga kerja dan pasar serta keterbukaan

perdagangan dan saving nasional.

1. Kualitas Penduduk Indonesia

Secara kuantitas, jumlah penduduk Indonesia saat mengalami bonus demografi

tidak perlu diragukan lagi seberapa besar jumlahnya. Bahkan merupakan negara

dengan jumlah terbesar di ASEAN (negara-negara kawasan Asia Tenggara).

Namun ketika segi kuantitas tinggi tanpa disertai dengan tingkat kualitas yang

tinggi, justru akan berdampak buruk dan menimbulkan polemik. Oleh karena itu,

3
indikator bonus demografi sudah seharusnya juga diikuti dengan tingkat

pendidikan yang baik.

2. Tersedianya Lowongan Kerja Baru

Terbukanya lapangan kerja baru merupakan salah satu langkah penting yang harus

dilakukan oleh pemerintah dalam menyambut bonus demografi Indonesia.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam keputusan kebijakan pemerintah

Indonesia terkait penyediakan lapangan pekerjaan baru bagi warga negaranya.

Pemerintah bisa mendorong peningkatan investasi di dalam negeri dengan

mengundang investor asing dari negara maju atau dengan mendorong dan

memfasilitasi masyarakat untuk menjadi enterpreneur (pengusaha) baru.

Program keluarga berencanmerupakan salah satu program andalan utama

BKKBN. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional salah

satu fungsi keluarga adalah melaksanakan program keluarga berencana.

Fungsi program keluarga berencana adalah untuk menekan jumlah pertumbuhan

keluarga agar tidak melonjak secara drastis dan mudah dikontrol.

Sebab dampak pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol justru bisa

menyebabkan berbagai masalah sosial, seperti miningkatnya angka pengangguran

dan meningkatnya angka tingkat kriminalitas.

1.3 Bonus Demografi Menjadi Kesempatan Emas bagi Indonesia

Indonesia segera menyongsong fase bonus demografi beberapa tahun ke

4
depan. Ini menjadi tantangan apakah kita siap lepas landas menuju negara maju

atau justru sebaliknya, tertimpa bencana demografi.

Bonus demografi merupakan kondisi di mana populasi usia produktif lebih

banyak dari usia nonproduktif. Indonesia sendiri diprediksi akan mengalami

puncak bonus demografi pada 2030 mendatang. Membludaknya tenaga

kerja produktif adalah peluang emas Indonesia untuk menggenjot roda ekonomi.

Idealnya, pertumbuhan ekonomi terpacu, sektor riil terdongkrak, dan daya saing

meningkat.

Secara normatif, bonus demografi seyogianya membawa sebuah negara

menuju arah lebih baik, khususnya membawa kesejahteraan untuk segenap

tumpah darahnya. Ambil contoh, Jepang. Negeri Sakura itu mengalami

pertumbuhan penduduk akibat baby boom pada masa setelah perang dunia kedua.

Kondisi itu membuat Jepang memiliki jumlah sumber daya manusia yang

signifikan dan pemerintah setempat pun tak menyia-nyiakan hal tersebut.

Mereka segera menggenjot industrialisasi dan mulailah inovasi-inovasi unggul

mencuat ke panggung dunia. Jepang pun lepas landas menjadi jajaran negara maju

dunia. Hasilnya dapat dinikmati hingga kini.

Meski terdengar menyenangkan, meraih momentum bonus demografi

bukanlah perjuangan mudah. Terdapat sejumlah syarat agar bonus tidak berubah

menjadi bencana demografi, yaitu penduduk harus berkualitas, tersedia lapangan

kerja, tabungan rumah tangga memadai, dan sejumlah syarat lainnya. Di negara

kaya, saat rasio ketergantungan rendah, penduduk usia muda menjadi penggerak

pertumbuhan melalui produktivitas kerja, konsumsi, dan tabungan yang mereka

5
miliki.

Untuk meraih manfaat terbesar, sumber daya manusia harus memenuhi

kebutuhan pasar kerja. Menjadi penting bagi Indonesia menentukan kiblat

perekonomiannya untuk sepuluh atau dua puluh tahun lagi.

Sudah selayaknya, Indonesia dapat mengandalkan industri jasa serta manufaktur

untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Bisa juga, menggairahkan agrobisnis dan sektor kemaritiman. Seperti kita

tahu, kedua sektor itu adalah anugerah lahiriah bagi Indonesia, kekuatan alami

negara terbesar keempat di dunia ini. Lantas, bagaimana Indonesia mewujudkan

generasi emas tersebut? Dalam mencapainya, tentu tidak mudah. Masih ada

sejumlah tantangan yang perlu dihadapi.

1.4 Persiapan yang Harus Pemerintah Penuhi untuk Bonus Demografi

Bonus demografi bukan hanya bicara soal jumlah yang besar, yakni

jumlah penduduk usia produktif yang mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk.

Apa artinya kalau sumber daya manusia (SDM) melimpah tanpa diimbangi

dengan kualitas? Sementara itu, pada ranah yang lebih besar, keberhasilan

pembangunan sebuah bangsa, salah satunya, ditentukan oleh kualitas SDM yang

dimiliki oleh bangsa tersebut.

Karea faktor SDM jadi salah satu faktor yang paling menentukan,

sehingga harus disiapkan. Yang perlu diperhatikan sejak awal adalah aspek

kesehatan dan pendidikan sebagai prasyarat dari produktivitas. Setiap anak berhak

atas perlindungan, tempat bertumbuh kembang tanpa kekerasan, serta akses

kesehatan dan pendidikan sehingga mereka bisa berkembang dengan baik. Setelah

6
itu, yang tidak kalah penting adalah tersedianya lapangan kerja.

a. Ekonomi

Bonus demografi seperti pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah jika

kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lainnya berarti musibah jika

kualitas manusia Indonesia tidak dipersiapkan dengan baik. Presiden Jokowi pun

mengatakan “Bisa jadi masalah jika kalau tidak disiapkan kualitas SDM-nya, ada

kesempatan kerja tapi tidak bisa masuk sehingga nganggur, kalau 1-2 orang tidak

masalah, kalau banyak jadi masalah besar.” Kesadaran akan kompetisi global pun

harus dimiliki karena perkembangan di berbagai bidang berlangsung cepat sekali.

Terkait dengan proses penyelenggaraan negara, melimpahnya jumlah

SDM usia produktif bisa menjadi hal positif yang membantu pertumbuhan

ekonomi. Tapi, jumlah usia produktif yang banyak itu juga berpotensi untuk

meningkatkan jumlah pengangguran dan permasalahan lain yang mengikuti.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang digunakan untuk

mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja.

TPT pada Agustus 2016 sebesar 5,61%, dan sebanyak 69,02 juta orang (57,03%)

penduduk bekerja di kegiatan informal. Tapi itu bisa diatasi, jika semua pihak

mempersiapkannya dengan baik.

Seperti diungkapkan oleh mantan Kepala BKKPN Sugiri Syarief, “Kalau

jumlah penduduknya bertambah maka akan berdampak pada kebutuhan pangan

yang besar.” Jadi apa yang perlu dilakukan? Secara umum, solusi strategisnya bisa

7
dimulai dari pemerintah. Hal utama yang perlu dilakukan pemerintah antara lain;

meningkatkan fasilitas kesehatan masyarakat, membuka lapangan kerja untuk

angkatan kerja baru, investasi di bidang pendidikan dengan kompetensi yang

meningkatkan kualitas tenaga kerja, melindungi penduduk yang sudah bekerja

untuk dapat terus bekerja, memfasiliasi penduduk yang sudah bekerja untuk

memiliki produktivitas yang tinggi, menyiapkan angkata kerja baru agar

kompetitif dan sesuai kebutuhan pasar, fokus pada kebijakan ekonomi prosedur

investasi yang sederhana dan meningkatkan jumlah produksi yang lebih besar

daripada tingkat konsumsi.

b. Sosial

Berdasarkan paparan Surya Chandra, anggota DPR Komisi IX, dalam

Seminar masalah kependudukan di Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia bahwa jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan

mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak

produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya,

penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara nonproduktif hanya

60 juta.

Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi.

Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat

penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-

anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.

8
Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan

dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus

turun sampai 2020.

Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk

usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu

pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah

meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

c. Pendidikan

Agar bonus demografi menjadi keuntungan tersendiri untuk pembangunan

bangsa, tentu tidak bisa hanya mengandalkan kuantitas SDM. Pengetahuan dan

keterampilan yang ada pada SDM kita menjadi modal utama untuk menghadapi

era bonus demografi. Institusi pendidikanlah yang berperan penting membangun

manusia-manusia yang berkualitas, dan mendukung adaptasi generasi muda dalam

menghadapi tantangan di masa depan.

Jika berpikir lebih jauh ke depan, dalam 30 tahun mendatang, menurut

UNESCO, akan lebih banyak siswa lulus sekolah daripada jumlah siswa yang

telah lulus sepanjang sejarah. Seperti diungkapkan oleh Sir Ken Robinson pada

TED talks, hal itu disebabkan karena banyak faktor seperti loncatan populasi,

kemajuan teknologi, faktor demografis, dll. “Tiba-tiba saja, gelar tidak berarti

apa-apa. Dulu, kalau kita lulus perguruan tinggi maka kita akan mendapat

pekerjaan. Sekarang banyak anak yang telah lulus S1 lalu pulang ke rumah dan

melanjutkan bermain video game. Karena pekerjaan yang dulu membutuhkan

9
lulusan sarjana sekarang telah mensyaratkan pascasarjana, karena begitu

banyaknya lulusan strata satu dan dengan kualitas biasa-biasa saja.”

Menyikapi bonus demografi dengan segala plus minusnya, barangkali kita

tidak bisa berbuat banyak untuk sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. Tapi,

bukan berarti menghilangkan optimisme masing-masing individu. Yang pasti,

keluarga tetap berperan penting dalam membangun karakter dan mental positif

generasi muda. Sudah seharusnya setiap orangtua ikut berperan memperbarui

prinsip-prinsip dasar pendidikan anak-anak, agar mereka mampu menghadapi

masa depan yang penuh tantangan. Agar mereka dapat memperoleh dan

menciptakan manfaat di masa depan yang akan mereka lewati itu.

d. Lapangan Pekerjaan

Dalam menghadapi bonus demografi pada 2020 nanti, lanjut Menaker,

pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan 2 juta lapangan kerja baru per

tahun atau 10 juta lapangan kerja pada periode pemerintahan 2019. Tiap tahun,

target tersebut sudah terlampaui.

Karena itu, fokus berikutnya adalah meningkatkan kualitas pekerjaan. Hal

ini disebabkan 60 persen kompetensi tenaga kerja nasional adalah lulusan SD-

SMP. Kompetensi tenaga kerja yang hanya lulusan SD-SMP berkonsekuensi

tenaga kerja lebih banyak terserap di industri padat karya.

Untuk meningkatkan kualitas kerja, pemerintah berupaya meningkatkan

kompetensi atau skill pekerja. Hal ini dilakukan di antaranya dengan

meningkatkan pelatihan vokasi di Balai Latihan Kerja (BLK), baik di BLK

pemerintah maupun swasta, maupun melalui program pemagangan kerja. Selain

10
menciptakan lapangan kerja, pemerintah juga mendorong munculnya

wirausahawan baru, dengan cara memberikan program pelatihan kewirausahaan

dan pemberian bantuan sarana.

Hanif juga mengingatkan, peningkatan kompetensi pekerja dan

menciptakan wirausaha baru bukan semata tugas pemerintah sendiri. Seluruh

potensi masyarakat yang ada, diajak berperan aktif. "Karena bonus demografi,

jika tidak dihadapi secara bersama-sama, maka bisa menjadi bencana demografi,”

ujar Menaker. Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk

produktif atau angkatan kerja (usia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan

penduduk yang tidak produktif (di bawah 5 tahun dan di atas 64 tahun). Tahun

2020 -2030, Indonesia akan memasuki bonusi demografi. Pada rentang waktu

tersebut, diperkirakan penduduk usia produktif Indonesia akan mencapai 70

persen.

Bonus demografi akan mejadi berkah jika angkatan kerja produktif yang

mendominasi jumlah penduduk bisa terserap pada pasar kerja secara baik.

Sebaliknya, bonus demografi menjadi bencana demografi jika angkatan kerja

tidak terserap pasar kerja dengan baik.

e. Kesehatan

Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat justru akan menjadi bumerang

sekaligus merugikan negara karena potensi bonus dari demografi yang ada tidak

bisa dimaksimalkan. Tingkat perekonomian negara tidak bisa meningkat karena

masuarakat Indonesia tidak berperilaku sehat, seperti merokok, minum-minuman

keras, dan kebiasan perilaku buruk lainnya.

11
Sehingga perilaku tersebut berakibat pada penurunan angka angkatan

kerja. Sebab banyak orang usia produktif yang berubah menajadi usia tidak

produktif, baik karena sakit-sakitan, terserang penyakit berbahaya, dan lain

sebagainya.

Kualitas manusia, khususnya dari aspek kesehatan, ditentukan oleh

kepedulian pemerintah yang tercermin dalam anggaran negara. Anggaran publik

untuk kesehatan di Indonesia, menurut data Bank Dunia, termasuk yang paling

rendah di Asia, bukan cuma Asean. Anggaran yang rendah tercermin dalam

cakupan dan kualitas layanan kesehatan. Indonesia memiliki rasio

dokter/penduduk yang paling rendah di Asean, hanya lebih baik dari Laos.

Sebagian besar dokter pun lebih banyak terkonsentrasi di Jawa dan Indonesia

bagian barat. Penyebaran sangat tidak merata.

Kurangnya tenaga kesehatan setingkat dokter membuat banyak persalinan

dilakukan oleh bidan desa, yang tingkat pengetahuannya kurang bagus. Itu

tercermin dalam tingginya angka kematian ibu dan bayi. Tingginya angka

kematian bayi dan balita di Indonesia juga mencerminkan lemahnya layanan

kesehatan. Termasuk di dalamnya layanan penyuluh kesehatan, seperti tercermin

dalam prosentase balita kurang gizi. Demikian pula dengan tingkat kematian

tinggi akibat malaria dan tuberculosis.

"Permasalahan kita masih banyak, seperti pada tahun 2030 kita akan

mencapai bonus demografi, artinya jumlah manusia yang produktif sama

jumlahnya dengan manusia yang sudah tidak produktif seperti manula dan anak

kecil," terang Dr dr Nila Farid Moelok, Sp.M(K).

12
Jika penyakit, baik menular atau tidak menular menjangkiti usia produktif,

maka bonus demografi yang diharapkan tidak akan tercapai. Untuk itu Nila

mengingatkan bonus demografi harus diperhatikan dengan baik. Jika tidak

mendapat perhatian dan penanganan, bonus demografi justru bisa menjadi

'disaster' bagi negara.

Dalam rangka menjaga kesehatan masyarakat demi mendapatkan manusia-

manusia yang benar-benar produktif di bonus demografi 2030, puskesmas yang

merupakan ujung tombak kesehatan suatu negara harus mendapatkan perhatian.

Tak cuma itu, pendekatan terhadap keluarga juga merupakan kunci penting.

"Tugas kita harus mengetahui di luar puskesmas ada masyarakat yang

memerlukan akses air bersih dan prasarana menuju puskesmas," imbuh Menkes.

13
KESIMPULAN

1. Bonus demografi adalah suatu keadaan dimana jumlah penduduk usia produktif

lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif. Sering

juga disebut demografic dividend/demografik gift.

2. Agar bonus demografi penduduk bisa berubah menjadi keuntungan negara.

Pemerintah harus meningkatkan dari segi peningkatan pelayanan kesehatan

masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, pengendalian jumlah

penduduk, hingga kebijakan ekonomi yang mendukung terciptanya fleksibilitas

tenaga kerja dan pasar serta keterbukaan perdagangan dan saving nasional.

14

Anda mungkin juga menyukai