Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran geografis dan musim : Kasus-kasus demam typhoid terdapat

hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim

maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan

lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.

Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak

ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit

itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala

yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri.Persentase penderita

dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawahini. Usia

persentase: 12 – 29 tahun 70 – 80 %, 30 – 39 tahun 10 – 20 %, > 40 tahun 5 – 10

%.

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan

pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam typoid dan

demam paratypoid adalah infeksi akut usus halus. Demam thypoid adalah infeksi

demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan

tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001) Berdasarkan berbagai definisi tersebut

1
dapat disimpulkan bahwa thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan

oleh kuman Salmonela typhosa ditandai dengan demam satu minggu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa konsep medis demam thypoid?

2. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan teori demam thypoid?

3. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan kasus demam thypoid?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep medis demam thypoid?

2. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk asuhan keperawatan teori demam

thypoid?

3. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk asuhan keperawatan kasus demam

thypoid?

2
BAB II

TINJAUAN DEMAM TIFOID

A. Definisi

Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infelsi

salmonella thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella

(Brunner Suddart, 2001).

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada

pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam typoid dan

demam paratypoid adalah infeksi akut usus halus. Demam thypoid adalah infeksi

demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan

tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001) Berdasarkan berbagai definisi tersebut

dapat disimpulkan bahwa thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan

oleh kuman Salmonela typhosa ditandai dengan demam satu minggu.

B. Etiologi

Etiologi Penyebab demam thypoid adalah Salmonella thyposa, basil gram

negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-

kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan

protein membran hialin (Mansjoer, Arief, 2000). Predisposisi Menurut Sarwono

3
(1996) penyebaran thypoid tidak bergantung pada iklim, tetapi banyak di jumlah

di negara yang beriklim tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih,

sanitasi lingkungan dan kebersihan individu dan lingkungan.

C. Patofisiologi

Kuman Salmonella typosa masuk melalui mulut, setelah melewati aliran

selanjutnya akan kedinding usus halus melalui aliran limfa ke kelenjar mesentrium

mengadakan multipikasi (bakteremia). Biasanya pasien belum tampak adanya

gejala klinik (asimtomatik) seperti mual, muntah, tak enak badan, nafsu makan

menurun, pusing karena segera diserbu sel sistem retikulo endotetial. Tetapi

kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam

peredaran darah mengalami bakteremia sehingga tubuh merangsang untuk

mengeluarkan sel pirogen akibatnya terjadi lekositopenia.

Sel pirogen inilah yang mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus

sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi

maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari

peredaran darah, kuman menuju ke organ-organ tersebut (hati, limfa, empedu),

sehingga timbul peradangan yang menyebabkan membesarnya organ tersebut dan

nyeri tekan, terutama pada folikel limfosial dan apabila kuman tersebut

dihancurkan oleh sel-sel tersebut maka penyakit berangangsur-angsur mengalami

perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar keseluruh organ sehingga

timbul komplikasi dapat memperburuk kondisi pasien.

4
D. Manifestasi klinis

Gejala dapat timbul secara tiba-tiba / berangsur-angsur yaitu antara 10 sampai

14 hari. Mulainya samar-samar bersama nyeri kepala, malaise, anoreksia dan

demam, rasa tidak enak di perut dan nyeri di seluruh badan. Minggu pertama

keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu :

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,

konstipasi/diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaksis. Pada

minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas yaitu : demam, bradikardi relatif,

lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,

splenomegali, meteorismus, gangguan mental.

E. Penatalaksanaan

Penalaksanaan thypoid terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Perawatan Penderita thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,

observasi dan pengobatan. Penderita harus tirah baring absolut sampai

minimal 7 hari. Besar demam / kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah

baring adalah untuk mencegah komplikasi perdarahan / perforasi usus.

Penderita dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada

waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostaltik dan

dekubitus.

2. Diet Dimasa lalu penderita tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar

dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan penderita. Pemberian bubur

saring ini dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus,

karena ada pendapat bahwa ulkus-ulkus perlu diistirahatkan. Banyak penderita

5
tidak menyukai bubur saring karena tidak sesuai dengan selera mereka.

Karena mereka hanya makan sedikit dan ini berakibat keadaan umum dan gizi

penderita semakin mundur dan masa penyembuhan menjadi lama. Makanan

padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran

dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita tifoid.

3. Obat Obat –obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:

a. Kloramfenikol Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan

demam lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk

orang dewasa 4x.500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas

demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam pada demam tifoid

turun rata-rata setelah 5 hari.

b. Tiamfenikol Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama

dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunan

tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfemikol

demam pada demam tifoid turun setelah rata-rata 5-6 hari.

c. Ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol) Dosis itu orang dewasa, 2

kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet

mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg sulfametoksazol). Dengan

kontrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5-6 hari.

d. Ampicillin dan Amoksilin Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien

demam thypid dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara

75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam.

Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam tifoid turun rata-

rata setelah 7-9 hari.

6
e. Sefalosforin generasi ketiga Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin

generasi ketiga amtara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif

untuk demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum

diketahui dengan pasti.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan thypoid adalah pemeriksaan

laboratorium, yang terdiri dari:

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relative tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai.Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal, bahkan kadang-kadang

terdapat leukosit walaupun tidak berguna untuk dignosa demam thypoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam thypoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya thypoid.

3. Biarkan darah

Bila biarkan darah positif hal itu menandakan demam thypoid, tetapi bila

biarkan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam

thypoid. Hal ini dikarenakan hasil biarkan darah tergantung dari beberapa

faktor:

7
a. Teknik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,

hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biarkan yang

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam

tinggi yaitu pada saat bacteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biarkan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.Pada waktu

kambuh biarkan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam thypoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibody dalam darah klien, antibody ini dapat menekan

bacteremia sehingga biarkan darah negative.

d. Pengobatan dengan obat anti narkoba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biarkan penghambatan dan

hasil biarkan mungkin negative.

4. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody

(aglutinin).Agglutinin yang spesifim terhadap salmonella thypi terdapat dalam

serum klien dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasi.Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.Tujuan dari uji

8
widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum klien yang

disangka menderita thypoid.

G. Komplikasi

1. Komplikasi intestinal

a. Perdarahan usus

b. Perporasi usus

c. Ilius paaralitik

2. Komplikasi ekstra intestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, thrombosis, tromboplebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndrome uremia

hemolitik

c. Komplikasi paru : pneumonia empyema dan pleuritis

d. Komplikasi pada hepar : hepatitis dan kolesistisis

e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonephritis dan perinefritis

f. Komplikasi pada tulang : osteomyelitis, osteoporosis

g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis dan

sindroma katatonia.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DEMAM TIFOID

A. Pengkajian

1. Data Umum

Identitas klien meliputi nama, umur, alamat, agama, tanggal amsuk RS/RB,

No. Rekam medis, Diagnosis medis dan bangsal.

2. Pengkajian 13 Domain Nanda

a. Health Promotion

1) Keadaan umum (Alasan masuk Rumah Sakit, TTV)

2) Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :

3) Riwayat pengobatan

4) Kemampuan mengontrol kesehatan (Yang dilakukan bila sakit, Pola

hidup

5) Faktor Sosial Ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) :

6) Pengobatan sekarang :

b. Nutrition

1) A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK,LD,LILA,IMT)

2) B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :

3) C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa

bibir, konjungtiva anemis/tidak :

10
4) D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan

selama di rumah sakit :

5) E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selama di

rumah sakit :

6) F (Faktor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,

mengunyah, dll) :

7) Penilaian Status Gizi :

8) Pola Asupan Cairan :

9) Cairan masuk :

10) Cairan Keluar :

11) Penilaian Status Cairan (balance cairan) :

12) Pemeriksaan Abdomen (IPPA)

c. Elimination

1) Sistem Urinary (Pola pembuangan urine,Riwayat kelainan kandung

kemih, Pola urine, retensi urine)

2) Sistem Gastrointestinal (Pola eliminasi, Konstipasi dan faktor

penyebab konstipasi)

3) Sistem Integument (Kulit)

d. Activity/Rest

1) Istirahat/tidur (Jam tidur, Insomnia, Pertolongan untuk merangsang

tidur

2) Aktivitas (Pekerjaan, Kebiasaan olahraga, ADL, Kekuatan otot,

ROM, Resiko untuk cidera)

11
3) Cardio respons (Penyakit jantung, Edema ekstremitas, Tekanan

darah dan nadi, Tekanan vena jugularis, Pemeriksaan jantung

(IPPA))

4) Pulmonary respon (Penyakit sistem nafas, Penggunaan O2,

Kemampuan bernapas, Gangguan pernapasan, Pemeriksaan paru-

paru (IPPA))

e. Perception/Cognition

1) Orientasi/kognisi (Tingkat pendidikan,Kurang

pengetahuan,Pengetahuan tentang penyakit, Orientasi)

2) Sensasi/persepsi (Riwayat penyakit jantung, Sakit kepala ,

Penggunaan alat bantu, Penginderaan)

3) Communication (Bahasa yang digunakan, Kesulitan berkomunikasi)

f. Selfperception

Self-concept/self-estrem (Perasaan cemas/takut, Perasaan putus

asa/kehilangan, Keinginan untuk mencederai, Adanya luka/cacat)

g. Role Relationship

Peranan hubungan (Status hubungan, Orang terdekat, Perubahan

konflik/peran, Perubahan gaya hidup, Interaksi dengan orang lain).

h. Sexuality

Identitas seksual (Masalah/disfungsi seksual, Periode menstruasi, KB,

Pemeriksaan SADARI, Pemeriksaan papsmear)

i. Coping/Stress Tolerance

Coping respon(Rasa sedih/takut/cemas, Kemampuan untuk mengatasi,

Perilaku yang menampakkan cemas)

12
j. Life Principles

Nilai kepercayaan (Kegiatan keagamaan yang diikuti, Kemampuan

untuk berpartisipasi, Kegiatan kebudayaan, Kemampuan memecahkan

masalah)

k. Safety/Protection

Alergi (Penyakit autoimune, Tanda infeksi, Gangguan thermoregulasi,

Gangguan/resiko)

l. Comfort

1) Kenyamanan/Nyeri (PQRST)

2) Rasa tidak nyaman lainnya

3) Gejala yang menyertai

m. Growth/Development (Pertumbuhan dan perkembangan )

3. Pemeriksaan GCS

GCS/AVPU

Menurut (Heriana, 2014, hal. 63-65) ada tiga hal yang dinilai dalam penilaian

kuantitatif kesadaran yang menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale);

a. Respon membuka mata (eyes)

Nilai
Mata membuka spontan, misalnya sesudah disentuh
4:

Nilai Dapat membuka mata jika diajak bicara, dipanggil

3: nama atau diperintahkan untuk membuka mata

13
Nilai
Mata membuka hanya kalau dirangsang kuat/ nyeri
2:

Nilai Tidak membuka mata walaupun diberikan rangsang

1: nyeri

b. Respon bicara (verbal)

Pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara.

Nilai Orientasi waktu, tempat, orang, siapa dirinya, berada di

5: mana, tanggal dan hari

Nilai
Pasien konfusi atau tidak orientasi penuh
4:

Bisa bicara, kata-kata yang diucapkan jelas dan baik,

Nilai tetapi tidak menyambung dengan apa yang sedang

3: dibicarakan

Mampu bersuara namun tidak dapat ditangkap secara

Nilai jelas apa artinya/ “ngrenyem”, suara tidak mampu

2: dikenali makna katanya

Nilai
Tidak bersuara apapun walau diberi rangsangan nyeri
1:

14
c. Respon motorik

Dapat menirukan perintah sederhana yang telah

pemeriksa anjurkan seperti: mengangkat tangan, dapat

Nilai menunjuk jumlah jari-jari, serta mampu melepaskan

6: genggaman.

Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang

Nilai diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada

5: muskulus trapizius

Gerakan fleksi menjauhi dari rangsangan nyeri yang

diberikan, tetapi tidak mampu menunjuk dengan tangan

Nilai dimana lokasi atau tempat rangsang nyeri yang

4: diberikan

Bila diberi rangsangan nyeri bahu mengalami fleksi

abnormal, bahu mengalami abduksi, fleksi dan pronasi

Nilai lengan bawah, fleksi pada pergelangan tangan dan

3: mengepal

Bila diberi rangsang nyeri bahu mengalami ekstensi

abnormal. Bahu abduksi dan rotasi interna, ekstensi

Nilai lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan tinju

2: mengepal,

Nilai
Sama sekali tidak ada respons
1:

15
d. Skor penilaian GCS :

1) GCS 14-15: Compos Mentis

2) GCS 12-13: Apatis

3) GCS 11-10: Delirium

4) GCS 7-9: Somnolen

5) GCS 8-10: Stupor

6) GCS <5: Koma

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DO : Pengaruh Hipertermia

e. Suhu 39°C endotoksin pada

f. Nadi 120 x/ menit hipothalamus

g. Turgor sedang intake yang kurang

DS :

1. Pasien

mengatakanbadanny

a terasa panas

2. Pasien rnengeluh

pusing

DO: Peradangan usus halus Nyeri Akut

1. Pasien tampak

meringis kesakitan

16
jikaperutnya ditekan

2. Ekspresi wajah

pasien tegang

3. Skala nyeri 3

4. Leukosit = 12.200

uI

DS:

1. Pasien rnengeluh

nyeri epigastrium

2. Pasien mengatakan

mual

DO: Intake yang kurang Ketidakseimbangan

1. Pasien makan hanya nutrisi kurang dari

habis ¼ porsi kebutuhan tubuh

2. Muntah 3 x

3. Lidah kotor

4. Pasien tampak lemah

5. BB turun:

6. Sebelum sakit = 26

kg

7. Setelah sakit = 24 kg

DS :

17
1. Pasien mengatakan

nafsu makannya

berkurang

2. Pasien mengatakan

mual

3. Pasien.

Mengatakanlidahnya

terasa pahit

C. Diagnosa

1. Hipertermiab.d penyakit. Ditandai oleh kulit terasa hangat (11,6,00007)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis: infeksi,

iskemia, nioplasma) (12,1,00132)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang. (2,1,00002)

Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Rasional
NOC
(NIC)

1. Hipertermiab. Dalam 2x24 jam 1. monitor suhu 1. Suhu 380 C

d penyakit. pasien dapat setiap 2 jam, sampai 41,10

Ditandai oleh mengontrol suhu sesuai kebutuhan menunjukkan

kulit terasa tubuh dengan 2. monitor tekanan proses

18
hangat karakteristik: darah, nadi dan peningkatan

(00007,11,6) 1. tingkat respirasi sesuai infeksius

pernapasan kebutuhan tubuh akut

2. hipertermia 3. instruksi pasien 2. Untuk

bagaimana memantau

mencegah dan

keluarnya panas mengontrol

dan serangan demam

panas pasien sesuai

4. informasikan kebutuhan

pasien mengenai tubuh

indikasi adanya 3. Untuk

kelelahan akibat mengurangi

panas dan demam

penanganan dengan aksi

emergensi yang sentralnya

tepat, sesuai hipotalamus

kebutuhan 4. Memberikan

5. berikan medikasi informasi

yang tepat untuk mengenai

mencegah atau tanda yang

mengontrol memungkink

menggigil an gejala

19
muncul

kembali

2. Nyeri Akut Setelah 1. Kaji keluhan 1. Nyeri

berhubungan dilakukan nyeri, lokasi, merupakan

dengan agens asuhan lamanya pengalaman

cedera keperawatan serangan, faktor subyektif

biologis (mis: selama 2x 24 pencetus / yang dan harus

infeksi, jam memperberat. dijelaskan

iskemia, 1. Pasiensering 2. Pertahankan tirah oleh pasien.

nioplasma) menunjukkan baring, posisi Identifikasi

(12,1,00132) atau semi fowler karakteristi

mengenali dengan tulang k nyeri dan

kapan nyeri spinal, pinggang faktor yang

terjadi dan lutut dalam berhubunga

2. Pasien keadaan fleksi, n

kadang- posisi telentang merupakan

kadang 3. Batasi aktifitas suatu hal

menunjukkan selama fase akut yang amat

atau sesuai dengan penting

mengenali kebutuhan untuk

apa yang 4. Berikan relaksan memilih

terkait otot yang intervensi

dengan diresepkan, yang cocok

20
gejalah nyeri analgesik, dan dan untuk

agen mengevalua

antiinflamasi dan si

evaluasi keefektifan

keefektifan dari terapi

yang

diberikan

2. Pertahanka

n tirah

baring,

posisi semi

fowler

dengan

tulang

spinal,

pinggang

dan lutut

dalam

keadaan

fleksi,

posisi

telentang

3. Untuk

21
menghindar

i adanya

cidera

4. Agen-agen

ini secara

sistematik

menghasilk

an relaksasi

umum dan

menurunka

n inflamasi.

3. Ketidakseimb Setelah 1. Kaji nutrisi pasien 1. mengetahui

angan nutrisi dilakukan 2. Jelaskan pada langkah

kurang dari perawatan 2 x pasien dan pemenuhan

kebutuhan 24 jam keluarga tentang nutrisi

tubuh 1. Nafsu makan manfaat 2. untuk

berhubungan bertambah makan/nutrisi meningkatk

dengan intake 2. menunjukkan 3. Timbang berat an

yang kurang. berat badan badan klien stiap pengetahua

(2,1,00002) stabil/ideal 2 hari. n klien

3. nilai bising 4. Beri nutrisi tentang

usus/peristalt dengan diet nutrisi

ik usus lembek, tidak sehingga

22
normal (6-12 mengandung motivasu

kali per banyak serat, makan

menit) nilai tidak merangsang meningkat

laboratorium maupun 3. untuk

normal menimbulkan mengetahui

4. konjungtiva banyak gas dan peningkata

dan dihidangkan saat n dan

membran masih hangat penurunan

mukosa bibir 5. Beri makan dalam berat

tidak pucat. porsi kecil dan badan.

frekuensi sering 4. untuk

meningkatk

an asupan

makanan

karena

mudah

ditelan

5. untuk

menghindar

i mual dan

muntah.

23
D. Implementasi

No. Dx Implementasi Evaluasi

1 1. Mengukur tanda – tanda S: ibu klien

(11,6,00007) vital mengatakananaknya sudah

2. Memantau aktifitas tidak panas

kejang O: klien masih tampak

3. Menganjurkan keluarga lemas,klien sudah tdak

untuk memberikan sedikit muntah

minum tapi sering Suhu: 36C

4. memberikan kompres Nadi: 90x/ menit

hangat RR: 20x/ menit

5. memberikan terapi sesuai A: masalah teratasi sebagian

program P: pertahankan intervensi

2 1. Monitor KU / TTV S: ibu Pasien mengatakan,anak

(12,1,00132) 2. Mengkaji skala nyeri nya sudah tidak nyeri

3. Memberikan posisi yang perut

nyaman. O: pasien nampak rileks

4. Mengajarkan teknik A: Masalah teratasi

relaksasi P: pertahankan intervensi

5. Memberikan motivasi Motivasi pasien untuk tetap

untuk kompres air hangat melakukan teknik relaksasi

pada bagian yang sakit distraksi (nafas dalam) bila

24
6. Memberikan terapi obat nyeri timbul

analgesik Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesik

3 1. Mengkaji pola dan S: ibu klien mengatakan ,klien

(2,1,00002) kebiasaan makan setiap habis makan sudah

2. Mengobservasi adanya berkurang muntah nya.

muntah O: klien masih muntah 1x

3. Menganjurkan keluarga BB : 11kg

untuk memberi makanan Porsi makan dari RS hanya

dalam porsi kecil tapi dimakan ¼ porsi

sering dan tidak A: masalah teratasi

merangsang produksi P: pertahankan intervensi

asam (biskuit)

4. Memberikan terapi

pemberian cairan dan

nutrisi sesuai program

5. Memberikan terapi

pemberian anti emetik

sesuai program

25
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATANKASUS DEMAM TIFOID

Kasus

Pada tanggal 10 mei 2019 pukul 19.45 WIB An. T 9 th, di bawa ke IGD PKU

Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang

lalu,pusing,mual,lemas.Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin

2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1).Tanda

tanda vital,TD: 110/70, Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 21

Kg. Pasien dibawa ke bangsal Inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan

Kondisi klien tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan, tanda

tanda vital; TD: 110/70 mmHg, S: 380C, N: 100x/m, R:20x/m.

A. Pengkajian Keperawatan

Nama Mahasiswa : Selviana

Semester/Tingkat : VI/III

Tempat Praktik :

Tanggal Pengkajian :

1. Data Umum

a. Nama Insial Klien : An. T

26
b. Umur :9 th

c. Alamat :Wonorejo, karanganyar

d. Agama : Islam

e. Tanggal masuk RS/RB : 10 Mei

f. Nomor Rekam Medis :

g. Diagnosis Medis : Demam Tifoid

h. Bangsal :Inayah

2. Pengkajian 13 Domain Nanda

a. Health Promotion

1) Keadaan umum

a) Alasan masuk Rumah Sakit :

Demam tinggi sejak 5 hari yang lalu,pusing,mual,lemas

b) Tekanan darah : 110/70 mmHg

c) Nadi :110 x/mnt

d) Suhu :40º C

e) Respirasi :16x/mnt.

2. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :

Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang

mengharuskan dirawat di RS, Ibu klien mengatakan anaknya tidak

mempunyai riwayat alergi demikian juga dengan keluarga, tidak ada

yang mempunyai riwayat alergi, Ibu klien mengatakan anaknya

sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

27
3. Riwayat pengobatan

Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengonsumsi

obat/jamu sebelumnya.

Nama obat/jamu Dosis Keterangan


No
1. - - -

2.

4. Kemampuan mengontrol kesehatan

a) Yang dilakukan bila sakit :Apabila klien sakit ibu klien

membawa ke bidan atau dokter.

b) Pola hidup (konsumsi /alkohol/olahraga/dll)

Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar,ibu klien

mengatakan klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya

hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok

makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan

hanya 1-3 sendok. Ibu klien mengatakan anaknya muntah.

5. Faktor Sosial Ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) :

Saat ini pasien bergantung pada orang tua, dan penghasilan yang di

dapat berasal dari orang tua pasien.Asuransi kesehatan yang

digunakan berupa BPJS kesehatan.

28
6. Pengobatan sekarang :

No Nama Obat Dosis Keterangan Manfaat


1. Paracetamol 250 3x1 Obat oral Menurunkan
mg demam
2. Curliv 2x1 Obat oral

b. Nutrition

1) A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK,LD,LILA,IMT)

a) BB biasanya : 24 kg dan BB sekarang :21 kg

b) Tinggi badan : 119 cm

c) Lingkar perut :56 cm

d) Lingkar kepala : 49 cm

e) Lingkar dada : 60 cm

f) Lingkar lengan atas : 18 cm

g) IMT : 14,8

2) B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20

SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l

SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l

Leokosit 12.61 4.80-10.80

Eritrosit 4.52 4.20- 5.40

Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl

29
Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl

MCV 77.2 79-99

MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0

Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0

Gol. Darah O -

3) C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa

bibir, konjungtiva anemis/tidak :

a) Kulit :Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan

bersih, turgor kulit menurun

b) Kepala :Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir

rapi dan bersih.

c) Mata :Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.

d) Mulut :Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies

(-),Lidah kotor/ putih

4) D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan

selama di rumah sakit :

Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan

klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi

dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji

ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien

mengatakan anaknya muntah.

5) E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selama di

rumah sakit :

30
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat

bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien

hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu

oleh ibunya dan perawat.

6) F (Faktor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,

mengunyah, dll) :

Ibu klien mengatakan tidak ada masalah nutrisi pada anaknya,

kemampuan mengunyah dan menelan baik.

7) Penilaian Status Gizi : An. T tampak kurus, BB menurun 3 kg, dari

24 kg menjadi 21 kg.

8) Pola Asupan Cairan :Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas

perhari, selama sakit klien minum susu 1 gelas dan kadang minum

air putih

9) Cairan masuk :

Pasien mendapatkan terapi cairan IV RL, klien minum susu 1 gelas

dan kadang minum air putih.

10) Cairan Keluar :

Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari

Pada saat dikaji klien BAB 1xkonsistensi padat dan BAK 3-4x/hari

11) Penilaian Status Cairan (balance cairan) :6-7 cc/kgBB/hari

12) Pemeriksaan Abdomen (sistem elimination juga) :

Inspeksi :terlihat membesar

Auskultasi :bunyi bising usus 10x/m

Palpasi :perut kembung, agak keras

31
Perkusi :bunyi thimpany

c. Elimination

1) Sistem Urinary

a) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)

Sebelum sakit klien biasanya BAK: 4-6x/hari

Pada saat dikaji klien BAK 3-4x/hari

b) Riwayat kelainan kandung kemih : tidak ada kelainan kandung

kemih

c) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau) : pola urine normal

d) Distensi kandung kemih/retensi urine

2) Sistem Gastrointestinal

a) Pola eliminasi

Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari

Pada saat dikaji klien BAB 1xkonsistensi padat

b) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik dan muntah

3) Sistem Integument

a) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu)

Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan

bersih, turgor kulit menurun

d. Activity/Rest

1) Istirahat/tidur

a) Jam tidur :Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30

s.d 05.00, tidur siang 2x dengankonsistensi 1 jam , pada saat

32
sakit klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur

siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.

b) Insomnia : pasien tidak memiliki masalah tidur

c) Pertolongan untuk merangsang tidur : tidak ada pertolongan

untuk merangsang tidur.

2) Aktivitas

a) Pekerjaan :

Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat

bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang

klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya,

ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.

b) Kebiasaan olahraga : pasien belum memiliki kebiasaan olah

raga

c) ADL

- Makan : baik

- Toileting :baik

- Kebersihan :baik

- Berpakaian :baik

d) Bantuan ADL : tidak ada bantuan ADL

e) Kekuatan otot : lemah

f) ROM : normal, dapat melakukan gerakan yang

diperintahkan.

g) Resiko untuk cidera : resiko terjadinya cedera rendah

33
3) Cardio respons

a) Penyakit jantung:S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-)


b) Edema ekstremitas: tidak ada

c) Tekanan darah dan nadi

- Berbaring : 100/60 mmHg

- Duduk : 110/70 mmHg

d) Tekanan vena jugularis : normal < 8 cmH2O

e) Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

- Palpasi : tidak aad nyeri tekan

- Perkusi : normal

- Auskultasi : BJ normal

4) Pulmonary respon

a) Penyakit sistem nafas : pasien tidak memiliki penyakit system

pernapasan

b) Penggunaan O2 : tidak ada penggunaan O2

c) Kemampuan bernapas : baik

d) Gangguan pernapasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) : tidak

ada gangguan pernapasan

e) Pemeriksaan paru-paru

- Inspeksi :Simetris, tidak ada retraksi dinding

dada

- Palpasi :tidak ada nyeri tekan

- Perkusi :sonor

34
- Auskultasi :vesikuler

e. Perception/Cognition

1) Orientasi/kognisi

kemampuan kognitifnya baik

a) Tingkat pendidikan : saat ini pasien masih kelas 3 SD

b) Kurang pengetahuan : ibu pasien mengatakan tidak tahu tentang

tanda dan gejala penyakit anaknya

c) Pengetahuan tentang penyakit : pasien dan keluarga tidak

memiliki pengetahuan terkait penyakit.

d) Orientasi (waktu, tempat, orang)

2) Sensasi/persepsi

a) Riwayat penyakit jantung : tidak ada riwayat penyakit

jantung

b) Sakit kepala : ada

c) Penggunaan alat bantu : tidak ada penggunaan alat bantu

d) Penginderaan :Tidak ada keluhan tentang

penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan

3) Communication

a) Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia

b) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada kesulitan dalam

berkomunikasi

35
f. Selfperception

1) Self-concept/self-estrem

a) Perasaan cemas/takut : Ibu klien mengatakan pingin anaknya

cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya sakit.

b) Perasaan putus asa/kehilangan : tidak ada perasaan putus

asa, hanya saja ibunya ingin agar anaknya cepat sembuh karena

tidak tega melihat anaknya sakit

c) Keinginan untuk mencederai : tidak ada keinginan

untuk mencederai

d) Adanya luka/cacat : tidak ada luka/cacat

g. Role Relationship

1) Peranan hubungan

a) Status hubungan :An. T merupakan anak ke 2 dari

2 bersaudara

b) Orang terdekat :Hubungan dengan orang tua

baik, dengan orang lain dan perawat baik.

c) Perubahan konflik/peran : tidak ada perubahan konflik

d) Perubahan gaya hidup : tidak ada perubahan gaya hidup

e) Interaksi dengan orang lain : baik

h. Sexuality

1) Identitas seksual :

a) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada masalah seksual

b) Periode menstruasi : pasien belum mengalami

periode menstruasi karena pasien masih berusia 9 tahun

36
c) Metode KB yang digunakan : pasien belum menggunakan alat

kontrasepsi KB, karena masih berusia 9 tahun

d) Pemeriksaan SADARI : pasien belum mengetahui cara

melakukan pemeriksaan SADARI

e) Pemeriksaan papsmear : pasien belum mengetahui apa

itu pemeriksaan papsmear

i. Coping/Stress Tolerance

1) Coping respon

a) Rasa sedih/takut/cemas :pasien tidak terlihat sedih

ataupun cemas, hanya saja terlihat bahwa ibu klien merasa

cemas karena tidak tega melihat anaknya sakit

b) Kemampuan untuk mengatasi : ibu pasien terlihat

mencoba mengibur dan bermain bersama anaknya

c) Perilaku yang menampakkan cemas : tidak ada perilaku pasien

yang menampakkan cemas

j. Life Principles

1) Nilai kepercayaan

Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.


a) Kegiatan keagamaan yang diikuti : pasien belum terlalu

mengerti tentang kegiatan-kegiatan keagamaan, tapi ibu pasien

mengatakan bahwa ia mengajarkan anaknya untuk sholat

b) Kemampuan untuk berpartisipasi : belum ada kemampuan

untuk berpartisipasi

37
c) Kegiatan kebudayaan : pasien belum tahu

tentang kegiatan kebudayaan

d) Kemampuan memecahkan masalah : pasien belum mampu

memecahkan suatu permasalahan dan hanya dibantu oleh orang

tuanya.

k. Safety/Protection

1) Alergi

a) Penyakit autoimune : ibu pasien mengatakan anaknya tidak

memiliki penyakit autoimun

b) Tanda infeksi : tidak ada tanda infeksi

c) Gangguan thermoregulasi : pasien demam tinggi dengan

S:40OC

d) Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi,

disfungsi neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi,

pendarahan, hipoglikemia, sindrome disuse, gaya hidup yang

tetap) : tidak ada gangguan

l. Comfort

1) Kenyamanan/Nyeri

a) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : ibu pasien mengatakan

anak nya nyeri bila untuk beraktifitas/bergerak hilang apabila

saat beristirahat.

b) Quality (bagaimana kualitasnya): ibu pasien mengatakan nyeri

anak nya seperti ditusuk-tusuk

38
c) Regio (dimana letaknya) : ibu Pasien mengatakan nyeri anak

nya pada perut bagian kanan atas.

d) Scala (berapa skalanya) : Skala nyeri 4

e) Time (waktu) :nyeri timbul hingga 5 menit

2) Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada

3) Gejala yang menyertai : tidak ada gejala yang menyertai

m. Growth/Development

Pertumbuhan dan perkembangan :

Selama pasien dirawat di RS, ada perkembangan mengenai status

kesehatan pasien menjadi lebih baik.

3. Catatan Perkembangan

Keadaan umum

JAM 19.45 07.00 14.00 21.00 07.00 14.00

TD 110/70 110/70 110/70 110/70 110/70 110/70

mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

Nadi 110 100 100 100 100 100


TTV
x/m x/m x/m x/m x/m x/m

RR 16 x/m 18 x/m 18 x/m 20 x/m 20 x/m 20 x/m

Suhu 40 oC 38 oC 38 oC 38 oC 37 oC 36oC

Eye 4 4 4 4 4 4

GCS Motorik 5 5 6 6 6 6

Verbal 4 5 5 5 5 5

39
B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DO : Pengaruh Hipertermia

a. Suhu 39°C endotoksin pada

b. Nadi 120 x/ menit hipothalamus

c. Turgor sedang intake yang kurang

DS :

3. Pasien

mengatakanbadanny

a terasa panas

4. Pasien rnengeluh

pusing

DO: Peradangan usus halus Nyeri Akut

5. Pasien tampak

meringis kesakitan

jikaperutnya ditekan

6. Ekspresi wajah

pasien tegang

7. Skala nyeri 3

8. Leukosit = 12.200

uI

DS:

3. Pasien rnengeluh

40
nyeri epigastrium

4. Pasien mengatakan

mual

DO: Intake yang kurang Ketidakseimbangan

1. Pasien makan hanya nutrisi kurang dari

habis ¼ porsi kebutuhan tubuh

2. Muntah 3 x

3. Lidah kotor

4. Pasien tampak lemah

5. BB turun:

6. Sebelum sakit = 26

kg

7. Setelah sakit = 24 kg

DS :

1. Pasien mengatakan

nafsu makannya

berkurang

2. Pasien mengatakan

mual

3. Pasien.

Mengatakanlidahnya

terasa pahit

41
C. Diagnosa

1. Hipertermiab.d penyakit. Ditandai oleh kulit terasa hangat (11,6,00007)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis: infeksi,

iskemia, nioplasma) (12,1,00132)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang. (2,1,00002)

Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Rasional
NOC
(NIC)

1. Hipertermiab. Dalam 2x24 jam 1. monitor suhu 1. Suhu 380 C

d penyakit. pasien dapat setiap 2 jam, sampai

Ditandai oleh mengontrol suhu sesuai kebutuhan 41,10

kulit terasa tubuh dengan 2. monitor tekanan menunjukk

hangat karakteristik: darah, nadi dan an proses

(00007,11,6) 1. tingkat respirasi sesuai peningkata

pernapasan kebutuhan tubuh n infeksius

2. hipertermia 3. instruksi pasien akut

bagaimana 2. Untuk

mencegah memantau

keluarnya panas dan

dan serangan mengontrol

panas demam

42
4. informasikan pasien

pasien mengenai sesuai

indikasi adanya kebutuhan

kelelahan akibat tubuh

panas dan 3. Untuk

penanganan mengurangi

emergensi yang demam

tepat, sesuai dengan aksi

kebutuhan sentralnya

5. berikan medikasi hipotalamu

yang tepat untuk s

mencegah atau 4. Memberika

mengontrol n informasi

menggigil mengenai

tanda yang

memungkin

kan gejala

muncul

kembali

2. Nyeri Akut Setelah 1. Kaji keluhan 1. Nyeri

berhubungan dilakukan nyeri, lokasi, merupakan

dengan agens asuhan lamanya pengalaman

cedera keperawatan serangan, faktor subyektif

43
biologis (mis: selama 2x 24 pencetus / yang dan harus

infeksi, jam memperberat. dijelaskan

iskemia, 3. Pasiensering 2. Pertahankan tirah oleh pasien.

nioplasma) menunjukkan baring, posisi Identifikasi

(12,1,00132) atau semi fowler karakteristi

mengenali dengan tulang k nyeri dan

kapan nyeri spinal, pinggang faktor yang

terjadi dan lutut dalam berhubunga

4. Pasien keadaan fleksi, n

kadang- posisi telentang merupakan

kadang 3. Batasi aktifitas suatu hal

menunjukkan selama fase akut yang amat

atau sesuai dengan penting

mengenali kebutuhan untuk

apa yang 4. Berikan relaksan memilih

terkait otot yang intervensi

dengan diresepkan, yang cocok

gejalah nyeri analgesik, dan dan untuk

agen mengevalua

antiinflamasi dan si

evaluasi keefektifan

keefektifan dari terapi

yang

44
diberikan

2. Pertahanka

n tirah

baring,

posisi semi

fowler

dengan

tulang

spinal,

pinggang

dan lutut

dalam

keadaan

fleksi,

posisi

telentang

3. Untuk

menghindar

i adanya

cidera

4. Agen-agen

ini secara

sistematik

45
menghasilk

an relaksasi

umum dan

menurunka

n inflamasi.

3. Ketidakseimb Setelah 1. Kaji nutrisi 1. mengetahui

angan nutrisi dilakukan pasien langkah

kurang dari perawatan 2 x 2. Jelaskan pada pemenuhan

kebutuhan 24 jam pasien dan nutrisi

tubuh 5. Nafsu makan keluarga tentang 2. untuk

berhubungan bertambah manfaat meningkatk

dengan intake 6. menunjukkan makan/nutrisi an

yang kurang. berat badan 3. Timbang berat pengetahua

(2,1,00002) stabil/ideal badan klien stiap n klien

7. nilai bising 2 hari. tentang

usus/peristalt 4. Beri nutrisi nutrisi

ik usus dengan diet sehingga

normal (6-12 lembek, tidak motivasu

kali per mengandung makan

menit) nilai banyak serat, meningkat

laboratorium tidak merangsang 3. untuk

normal maupun mengetahui

8. konjungtiva menimbulkan peningkata

46
dan banyak gas dan n dan

membran dihidangkan saat penurunan

mukosa bibir masih hangat berat

tidak pucat. 5. Beri makan badan.

dalam porsi kecil 4. untuk

dan frekuensi meningkatk

sering an asupan

makanan

karena

mudah

ditelan

5. untuk

menghindar

i mual dan

muntah.

D. Implementasi

No. Dx Implementasi Evaluasi

1 1. Mengukur tanda – tanda S: ibu klien

(11,6,00007) vital mengatakananaknya sudah

2. Memantau aktifitas tidak panas

47
kejang O: klien masih tampak

3. Menganjurkan keluarga lemas,klien sudah tdak

untuk memberikan sedikit muntah

minum tapi sering Suhu: 36C

4. memberikan kompres Nadi: 90x/ menit

hangat RR: 20x/ menit

5. memberikan terapi sesuai A: masalah teratasi sebagian

program P: pertahankan intervensi

2 1. Monitor KU / TTV S: ibu Pasien mengatakan,anak

(12,1,00132) 2. Mengkaji skala nyeri nya sudah tidak nyeri

3. Memberikan posisi yang perut

nyaman. O: pasien nampak rileks

4. Mengajarkan teknik A: Masalah teratasi

relaksasi P: pertahankan intervensi

5. Memberikan motivasi Motivasi pasien untuk tetap

untuk kompres air hangat melakukan teknik relaksasi

pada bagian yang sakit distraksi (nafas dalam) bila

6. Memberikan terapi obat nyeri timbul

analgesik Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesik

3 1. Mengkaji pola dan S: ibu klien mengatakan ,klien

48
(2,1,00002) kebiasaan makan setiap habis makan sudah

2. Mengobservasi adanya berkurang muntah nya.

muntah O: klien masih muntah 1x

3. Menganjurkan keluarga BB : 11kg

untuk memberi makanan Porsi makan dari RS hanya

dalam porsi kecil tapi dimakan ¼ porsi

sering dan tidak A: masalah teratasi

merangsang produksi P: pertahankan intervensi

asam (biskuit)

4. Memberikan terapi

pemberian cairan dan

nutrisi sesuai program

5. Memberikan terapi

pemberian anti emetik

sesuai program

49
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan

pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam typoid dan

demam paratypoid adalah infeksi akut usus halus. Berdasarkan berbagai definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa thypoid adalah penyakit infeksi akut yang

disebabkan oleh kuman Salmonela typhosa ditandai dengan demam satu

minggu.

Dari kasus yang saya angkat, diagnose yang muncul yaitu:

1. Hipertermiab.d penyakit. Ditandai oleh kulit terasa hangat (11,6,00007)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis: infeksi,

iskemia, nioplasma) (12,1,00132)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang. (2,1,00002)

B. Saran

50
Diharapkan agar makalah ini dapat membantu dalam penyusunan berbagai

asuhan keperawatan terkait demam thypoid dan dapat bermanfaat bagi semua.

51
DAFTAR PUSTAKA

Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi III,
EGC, Jakarta.

Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Nursalam, (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika,


Jakarta.

Sudoyo, Aru W., (2006), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid III, FKUI,
Jakarta.

Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,


Salemba Medika, Jakarta.

52

Anda mungkin juga menyukai