DISUSUN OLEH:
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat,
Hidayah dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini, saya akan membahas mengenai sistem tangga darurat bencana
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pak Masribut ST, selaku dosen mata kuliah Sistem
tanggap darurat yang telah yang telah memberikan tugas ini. Saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saran serta kritik yang dapat membangun
dari pembaca sangat saya harapkan guna penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi Bencana 4
2.2 Proses Penanggulangan Bencana di Indonesia 6
2.3 Pola Penyelenggaraan Manajemen Logistik 10
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Letak geografis Indonesia di daerah Khatulistiwa dengan morfologi yang beragam dari dataran sampai
pegunungan tinggi menyebabkan Indonesia termasuk negara yang paling rawan terhadap bencana.
Berdasarkan data Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko
Bencana (UN-ISDR), Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah
longsor, dan letusan gunung berapi.
Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri, diperlukan upaya manajemen risiko bencana.
Manajemen risiko bencana adalah upaya sistematis dan komprehensif untuk menanggulangi semua
kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk menekan korban dan kerugian yang
ditimmbulkannya (Ramli, 2011).
Dalam upaya penanganan risiko bencana harus disesuaikan dengan kondisi desa setempat. Terdapat
unsur-unsur penting dan pertimbangan-pertimbangan dasar yang harus diperhatikan. Unsur-unsur
tersebut manajemen risiko yang terdiri dariproses identifikasi, pengukuran risiko, analisa hasil
pengukuran, mitigasi dan pengendalian risiko, monitoring dan reporting risiko.
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca bencana (post event)
berupa emergency response dan recovery daripada kegiatan sebelum bencana berupa disaster
reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian
terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian (damages)
yang mungkin timbul ketika bencana.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan peningkatan
kesadaran bencana (disaster awareness), latihan penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan
teknologi tahan bencana (disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan
perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies).
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu:
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan pada tahap
pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal
dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun
swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam
menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan
pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun
masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian
dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan
yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana,
dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu
diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi
kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu
diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah pada tahapan
sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari
atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI BENCANA
Pengertian bencana atau disaster menurut Wikipedia : disaster is the impact of a natural or man-made
hazards that negatively effects society or environment (bencana adalah pengaruh alam atauancaman
yang dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dikenal pengertian dan
beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan
wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat
dan teror. Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat
kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat
atau wilayah yang terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tergantung pada
cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal
menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta
menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).
Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu :
Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-kejadian
alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah,
serangga dan lainnya.
Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan
manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara,
sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana
terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena
akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan
lainnya.
Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas
dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado
dan lainnya.
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu :
Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan
dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan masyarakat.
Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana manusia
sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase impact ini terus berlanjut hingga tejadi
kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas normal.
Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap respons fisiologi mulai
dari penolakan (denial), marah (angry), tawar-menawar (bargaing), depresi (depression) hingga
penerimaan (acceptance).
Peralatan
Dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi di negeri ini tentunya akan
membutuhkan berbagai peralatan logistik, berikut ini beberapa kebutuhan logistik yang
dibutuhkan dan siap pakai saat bencana terjadi:
Alat transportasi baik darat, laut, dan udara
Alat-alat berat
Tenda yang berukuran besar maupun kecil
Peralatan medis dan obat-obatan
Makanan instant
Alat penyedia air bersih
dll
Peralatan diatas merupakan suatu yang vital karena tanpa adanya peralatan-peralatan
tersebut, penanggulangan bencana akan sangat sulit dilakukan.
Logistik
Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi delapan tahapan terdiri
dari:
Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal untuk mengetahui apa yang dibutuhkan,
siapa yang membutuhkan, di mana, kapan dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.
Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta kemampuan untuk mengetahui secara
pasti kondisi korban bencana yang akan ditanggulangi.
Contoh formulir Inventarisasi pada Lampiran memberikan gambaran langkah-langkah apa saja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan proses ini.
Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk penanggulangan bencana dilaksanakan
oleh penyelenggara penanggulangan bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat. Pencatatan
dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam lampiran.
Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari berbagai sumber.
Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan peralatan yang ada.
Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas kebutuhan.
Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana dilaksanakan secara terencana
dengan memperhatikan jenis dan jumlah kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui pelelangan,
pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan berdasarkan peraturan dan perundangan
yang berlaku dengan memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.
Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data penerimaan logistik dan peralatan yang
diserahkan kepada unit pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita acara penerimaan dan
bukti penerimaan logistik dan peralatan pada waktu itu.
Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang logistik dan peralatan apa saja yang
dimasukkan ke dalam gudang, berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang menyerahkan,
siapa yang menerima, cara penyimpanan menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu
dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan atau menggunakan metode last-in first-out.
Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan tempat, tipe gudang, kapasitas dan
fasilitas penyimpanan, system pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pendistribusian
Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah perencanaan pendistribusian logistik dan
peralatan dengan disertai data pendukung: yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan mendapatkan
persetujuan dari pejabat berwenang dalam penanggulangan bencana.
Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang akan menerima bantuan, prioritas bantuan
logistik dan peralatan yang diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian, alat
transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas penyampaian tersebut.
Pengangkutan
Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik dan peralatan yang diangkut, jumlah,
tujuan, siapa yang bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab keamanannya, siapa
yang bertanggungjawab menyampaikan kepada penerima.
Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan berita acara dan bukti penerimaan
logistik dan peralatan yang diangkut.
Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan dari gudang penyimpanan ke
tujuan penerima
Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan peralatan dari gudang ke
tujuan.
Mempercepat penyampaian.
Jenis Pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai, danau dan udara, baik secara komersial
maupun non komersial yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
Pertanggungjawaban
Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah dilaksanakan harus dibuat
pertanggung jawabannya.
Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun kinerja,
dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara paripurna untuk seluruh proses, dalam
bentuk laporan oleh setiap pemangku proses secara berjenjang dan berkala sesuai
dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.
Pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana menganut pola penyelenggaraan
suatu sistem yang melibatkan beberapa lembaga atau sistem kelembagaan dalam berbagai tingkatan
teritorial wilayah, mulai dari:
Tingkat Nasional,
Tingkat Provinsi,
Tingkat Kabupaten/Kota.
Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan terjadi termasuk di dalamnya
adalah sistem manajemen yang mengikuti fungsinya, sistem komando, sistem operasi, sistem
perencanaan, system administrasi dan keuangan, sistem komunikasi dan sistem transportasi.
Masing-masing tingkat kelembagaan dalam melaksanakan manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana menggunakan pedoman delapan tahapan manajemen logistik dan peralatan,
yang pada masingmasing tingkat lembaga penyelenggara memiliki ciri-ciri khusus sebagai konsekuensi
sesuai dengan tingkat kewenangannya.
Tingkat Nasional
Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam menjalankan peran tersebut BNPB mempunyai kemudahan
akses dan koordinasi dengan organisasi yang dapat membantu system manajemen logistik dan
peralatan untuk bencana. Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Nasional
adalah:
Tingkat Provinsi
Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Provinsi adalah :
Tingkat Kabupaten/Kota
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bencana adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor), nonalam (gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi
dan wabah penyakit) dan bencana sosial (konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat
dan teror).
Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian
yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya
tahan mereka.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri
peradaban umat manusia.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan termasuk yang
paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus
direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dan juga terhambatnya laju perekonomian
daerah tersebut.
3.2 SARAN
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan
tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang
sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang
masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan demikian
diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan
terkoordinasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana.
http://id.scribd.com/doc/70339439/Definisi-Bencana#
http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-peralatan-dan-manajemen.html
http://www.bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-bencana
http://www.pmi.or..id