Anda di halaman 1dari 14

Makalah Bahasa Jerman

Dua Belas Orang Pemburu

Joop Joergen
XII MIA 6/173563

i
Kata Pengantar
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas


limpahan nikmat sehat- Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Jerman dengan judul “Dua Belas
Orang Pemburu”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada guru Bahasa dan Sastra Jerman saya Bapak Hidayat Tahang yang telah
membimbing saya dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Sungguminasa, 19 Januari 2020,

Hormat saya,
Joop Joergen

ii
Daftar Isi

Sampul.......................................................................................................................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................................................................................................ii
Daftar Isi ...................................................................................................................................................................................... iii
Bab 1 ........................................................................................................................................................................................... 1
Pendahuluan ................................................................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................................................. 1
BAB 2.......................................................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang Grimm Bersaudara .................................................................................................................................. 2
B. Alasan Grimm bersaudara membuat dongeng ............................................................................................................... 3
C. Dongeng Dua Belas Orang Pemburu Versi bahasa Indonesia ......................................................................................... 3
D. Dongeng Dua Belas Orang Pemburu Versi Bahasa Jerman ............................................................................................. 6
E. Pengertian Dongeng ........................................................................................................................................................ 7
a. Secara Umum .............................................................................................................................................................. 7
b. Pengertian Dongeng Menurut Para Ahli ..................................................................................................................... 8
F. Ciri-ciri Dongeng .............................................................................................................................................................. 8
G. Struktur Dongeng ............................................................................................................................................................ 9
H. Unsur-unsur Dongeng ..................................................................................................................................................... 9
a. Unsur Instrinsik ........................................................................................................................................................... 9
b. Unsur Ekstrinsik .......................................................................................................................................................... 9
I. Jenis-jenis Dongeng ....................................................................................................................................................... 10
BAB 3........................................................................................................................................................................................ 11
PENUTUP ................................................................................................................................................................................. 11
Daftar pustaka ....................................................................................................................................................................... 11

iii
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mengandung nilai. Itu terlihat dalam
suatu struktur karya sastra yang implisit yang terdapat dalam alur, latar, tema dan amanat.
Karya sastra merupakan refleksi dari persoalan kehidupan manusia. Sebagai karya
kemanusiaan, sastra selalu berusaha mengisahkan perjuangan manusia melawan kesia-
siaan, keresahan dan penderitaan. Salah satu karya sastra yang mengandu.ng sebuah nilai
di dalamnya adalah dongeng.

Dongeng memaparkan satu babak dalam kehidupan manusia.Dongeng biasanya


merefleksikan pesoalan kehidupan yang sedang terjadi pada masa dongeng tersebut
diceritakan.Dongeng dapat menjadi bahan untuk menyindir persoalan-persoalan kehidupan
manusia.

Dalam hal ini, peneliti akan meneliti sebuah dongeng yang berasal dari Jerman yang
terdapat pada buku kumpulan dongeng yang disusun oleh Brüder Grimm yaitu
AusgewählteKinder und Hausmärchen. Buku ini diterbitkan oleh Phillip Reclam Jun pada
tahun 1997. Dongeng yang akan diteliti adalah dongeng yang berjudul Zwölf Jäger.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Latar belakang Grimm bersaudara
2. Mengetahui Alasan Grimm bersaudara membuat dongeng
3. Mengetahui jalan cerita Dua Belas Orang Pemburu versi Bahasa Indonesia
4. Mengetahui jalan cerita Dua Belas Orang Pemburu versi Bahasa Jerman
5. Mengetahui pengertian dongeng
6. Mengetahui ciri-ciri dongeng
7. Mengetahui struktur dari sebuah dongeng
8. Mengetahui unsur-unsur dongeng
9. Mengetahui jenis-jenis dongeng

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A.Latar Belakang Grimm Bersaudara

Grimm Bersaudara (bahasa Jerman: Die Brüder Grimm) merupakan kakak-beradik Jakob dan Wilhelm
Carl Grimm ialah dua orang akademik berkebangsaan Jerman yang masyhur karena menerbitkan kumpulan cerita
rakyat dan dongeng serta hasil kerja mereka dalam bidang linguistik, berkaitan dengan bagaimana bunyi-bunyi
dalam kata-kata berubah dalam peralihan zaman (Hukum Grimm). Mereka kemungkinan sekali merupakan
pengarang novel paling masyhur dari Eropa, memungkinkan meluasnya pengetahuan kisah-kisah seperti Puteri
Salju, Rapunzel, Cinderella, Hansel dan Gretel, dan kisah lainnya

Grimm Bersaudara, Jacob (1785-1863) lahir pada 4 January 1785 dan Wilhelm Karl (1786-1859) lahir
pada 24 Februari 1786, kedua-duanya lahir di Hanau, salah satu kota di Jerman. Mereka anak dari pasangan
Philipp Wilhelm Grimm (ahli hukum) dan Dorothea Grimm (Putri seorang anggota dewan kota Kassel). Keduanya
mengambil kuliah hukum di University of Marburg. Pada tahun 1808, Jacob diberi gelar 'Court Librarian to the
King of Westphalia' dan tahun 1816 bekerja di perpustakaan di Kassel (salah satu kota di Jerman), di mana
Wilhelm juga bekerja. Mereka tetap tinggal di sana hingga 1830, sampai mereka mendapatkan posisi yang lebih
baik di 'University of Göttingen'. Grimm bersaudara mempublikasikan volume pertama dari cerita dongeng, Tales
of Children and the Home (Cerita tentang anak dan rumah), pada tahun 1812. Mereka mendapatkan cerita-cerita
tersebut dari para petani dan penduduk kampung. Dalam kerjasama mereka berdua, Jacob melakukan lebih banyak
riset dan penelitian sedangkan Wilhelm yang lebih lemah, menyusun kata-kata dan menyajikan cerita tersebut
dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Mereka juga tertarik pada cerita rakyat dan literatur
tua, dan antara tahun 1816 dan 1818 mereka mempublikasikan 2 volume dari legenda rakyat jerman dan juga
sebuah volume dari literatur sejarah. Pada akhir tahun-tahun kehidupan mereka digunakan dengan menulis kamus
bahasa Jerman yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1854 dan sampai sekarang masih dibawa oleh generasi
berikutnya.

2
B. Alasan Grimm bersaudara membuat dongeng

Ada beberapa sumber berbeda yang menyatakan alasan mengapa Brüder grimm begitu menyukai
dongeng. Sumber pertama menyatakan bahwa kecintaan Brüder grimm terhadap dongeng karena
kehidupannya begitu dekat dengan dunia pustaka. Sebelum menjadi penulis ternama, mereka bekerja
diperpustakaan kota Kassel, Jerman. Sebagai pustakawan, mereka dekat dengan buku sehingga kecintaan
mereka terhadap literature pun muncul disana.

Kemudian sumber kedua menyatakan bahwa semenjak kematian sang ayahlah pada tahun 1796 yang
mengubah segalanya, saat itu Jacob yang berusia sebelas dan Wilhelm yang sepuluh tahun sudah merasakan
kerasnya kehidupan gara-gara keluarga mereka jatuh miskin sepeninggalan ayahnya. Sampai disini belum ada
tanda-tanda bahwa mereka dilahirkan sebagai pendongeng. Baru ketika kuliah di Universitas Of Marburg,
dimana seorang sejarawan sekaligus ahli hukm Friendrich von Savigny memunculkan minat mereka dibidang
fisologi dan studi Jerman. Saat itu belum banyak orang mempelajari bidang tersebut, dan mereka bisa diangap
sebagai pelopor. Di waktu bersamaan, mereka mengembangkan sebuah dedikasi seumur hidup, yaitu
mengumpulkan cerita rakyat jerman,

Pada abad ke-19 kembali bangkit minat terhadap cerita rakyat tradisional. Inilah momen bagi Brüder
grimm dengan kecintaan terhadap cerita rakyat ditambah adanya kebangkitan minat terhadap cerita rakyat
memberikan ide bagi Brüder grimm untuk mengembangkan metodologi untuk mengumpukan dan mereka
cerita rakyat. Kelak metodologi ini dipakai dasar untuk study cerita rakyat.

C.Dongeng Dua Belas Orang Pemburu Versi bahasa Indonesia


12 Orang Pemburu

Pada zaman dulu, ada seorang putra raja yang bertunangan dengan seorang putri yang sangat dia cintai.
Suatu hari, saat mereka duduk berduaan, sang Putra Raja menerima kabar bahwa ayahnya sedang terbaring sakit.
Untuk itulah dia bergegas pulang ke istananya untuk menjenguk ayahnya sebelum ajalnya tiba.
Jadi sang Putra Raja itu berkata kepada kekasihnya, "Aku harus pergi dan meninggalkan kamu, tetapi ambillah
cincin ini dan pakailah untuk mengenangku, dan ketika aku menjadi raja, aku akan kembali ke sini dan
menjemputmu ke istanaku."

Lalu dia berkuda untuk pulang ke istana kerajaannya, dan ketika dia sampai, didapatinya ayahnya sedang
yang sakit keras dan sekarat hampir mendekati ajal.
Raja lalu berkata kepadanya, "Anakku tersayang, aku ingin melihat wajahmu sebelum aku meninggal. Berjanjilah
kepadaku, aku mohon, bahwa kamu akan menikah sesuai dengan keinginanku," dan dia kemudian menyebutkan
nama seorang putri dari kerajaan tetangga yang sangat menginginkan putra raja tersebut menjadi istrinya.
Karena sangat sedih, sang Pangeran itu tidak bisa memikirkan apa-apa lagi kecuali soal kesehatan ayahnya yang
semakin memburuk. Lalu dia pun menyanggupi permintaan ayahnya. "Ya, ya, Ayah. Apapun yang Ayah inginkan
dari aku, akan aku laksanakan."

3
Tak lama setelah mendengar kesanggupan putranya, sang Raja pun menutup matanya dan meninggal
dengan tenang. Tidak lama kemudian, setelah masa berkabung telah selesai dan sang Pangeran dilantik sebagai
raja, maka dia merasa harus memenuhi janji yang telah disepakatinya dengan mendiang ayahnya. Untuk itu dia
mengirimkan lamaran kepada putri raja dari kerajaan sebelah, yang langsung disetujui oleh raja dari kerajaan itu.
Saat kekasih pertamanya mendengar berita tersebut, dia menjadi sangat sedih. Setiap hari dia merindukan
kekasihnya hingga sakit dan hampir meninggal.
Ayah si Putri pun berkata kepadanya, "Anakku tersayang, mengapa kamu begitu sedih? Jika ada sesuatu yang
kamu inginkan, katakanlah dan aku akan mengabulkannya."
Si Putri yang bermuram durja itu merenung sejenak, dan kemudian berkata, "Ayah, aku menginginkan sebelas
gadis yang semirip mungkin denganku, baik tinggi badan, usia, dan penampilanku.", Raja kemudian berkata, "Jika
hal itu memungkinkan, keinginanmu akan aku penuhi!"

Dia pun memerintahkan untuk mencari dan mendapatkan sebelas gadis yang mirip dengan postur tubuh
maupun penampilan putrinya di seluruh penjuru kerajaannya. Kemudian sang Putri juga minta untuk dibuatkan
dua belas pakaian pemburu yang persis sama antara satu dengan yang lainnya, dan kesebelas gadis itu pun
memakai pakaian pemburu tersebut, dan sang Putri sendiri memakai pakaian yang kedua belas. Setelah itu, dia
pamit kepada ayahnya, dan melaju bersama sebelas gadis berpakaian pemburu menuju ke kerajaan kekasihnya.
Setibanya di kerajaan kekasihnya, dia pun menawarkan diri untuk menjadi pemburu kerajaan, dengan persyaratan
bahwa sang Raja harus menerima mereka semua secara bersamaan.

Raja yang melihat si Putri ini, tidak mengenalinya dalam pakaian dan samarannya sebagai pemburu. Sang
Raja hanya berpikir bahwa kedua belas pemburu ini semuanya masih muda dan terlihat gagah. Maka dia pun
berkata, "Ya, aku dengan senang hati menerima mereka semua."

Setelah itu, resmilah mereka semua menjadi dua belas pemburu kerajaan. Sekarang, sang Raja memiliki
singa yang luar biasa, karena singa tersebut bisa mengendus segala sesuatu yang tersembunyi atau bersifat rahasia.
Suatu malam sang Singa bertanya kepada sang Raja, "Jadi, Yang Mulia pikir, Yang Mulia telah mendapatkan dua
belas laki-laki pemburu?"
"Ya, tentu saja," jawab sang Raja, "mereka adalah dua belas laki-laki pemburu."
"Yang Mulia keliru," kata sang Singa, "mereka adalah dua belas orang gadis."
"Itu tidak mungkin," tegas sang Raja, "bagaimana kamu bisa membuktikan perkataanmu itu?"
"Taburkanlah sejumlah kacang polong di atas lantai di ruangan utama istana," kata sang Singa,
"dan Yang Mulia akan segera mendapatkan buktinya. Pria memiliki pijakan yang kuat, sehingga saat mereka
berjalan di atas kacang polong, mereka tidak akan tergelincir, tetapi semua gadis akan tergelincir akibat menginjak
kacang polong yang bulat."

4
Sang Raja menjadi senang dengan saran sang Singa, lalu memerintahkan pelayannya untuk menaburkan kacang
polong di ruang utama istana. Untungnya, salah satu pelayan sang Raja yang akrab dengan para pemburu,
mendengarkan pembicaraan bahwa para pemburu akan diuji. Maka dia bergegas pergi dan melaporkan hal itu
kepada dua belas pemburu. "Sang Singa mengatakan kepada sang Raja bahwa kalian adalah wanita," ungkap si
Pelayan tersebut, membeberkan semua rencana yang didengarnya dari sang Singa. Si Putri lalu mengucapkan
terima kasih atas petunjuk si Pelayan, dan setelah si Pelayan tersebut pergi, dia berkata kepada gadis pengikutnya,
"Nanti, melangkahlah dengan kuat di atas kacang polong itu."

Keesokan pagi, sang Raja memanggil kedua belas pemburu, dan pemburu tersebut berjalan di ruang utama
yang telah ditaburi dengan kacang polong. Mereka melangkah dengan kuat dan tegap, sehingga tidak satu pun
kacang polong berguling pindah dari tempatnya. Setelah mereka pergi, sang Raja berkata sang Singa, "LIhatlah,
sekarang kamu tidak berkata dengan benar. Nah, kamu melihat sendiri bagaimana mereka berjalan seperti
umumnya laki-laki."
"Karena mereka tahu mereka sedang diuji," elak sang Singa, "sehingga mereka berupaya agar tidak tergelincir.
Ujilah kembali mereka dengan menempatkan selusin alat tenun di ruang utama. Ketika mereka melewati alat tenun
tersebut, Yang Mulia akan melihat betapa senangnya mereka, berbeda dengan laki-laki."
Sang Raja pun senang dengan saran tersebut, dan memerintahkan pelayannya untuk menempatkan dua belas alat
tenun di ruang utama istana. Tetapi pelayan yang baik hati ini melaporkan kembali kepada para pemburu tentang
rencana sang Raja. Tidak lama kemudian, setelah sang Putri sendirian dan kembali bersama gadis pengikutnya, dia
berkata, "Sekarang, berupayalah lebih keras, bahkan jangan pernah melirik ke alat tenun itu nanti."

Ketika Raja memanggil dua belas pemburu pada keesokan harinya, mereka berjalan melalui ruang utama
tanpa melirik ke alat tenun yang sengaja di tempatkan di sana. Sesaat setelah itu, sang Raja kembali berkata
kepada sang Singa, "Kamu telah membodohi aku lagi, mereka adalah laki-laki karena mereka tidak pernah melirik
ke alat tenun di sana.". Singa itu menjawab, "Mereka tahu bahwa mereka sedang diuji, dan mereka berupaya keras
menekan perasaan mereka."
Namun sang Raja menjadi tidak percaya lagi kepada sang Singa. Jadi dua belas pemburu ini tetap terus mengikuti
ke manapun sang Raja pergi, dan setiap hari sang Raja semakin senang dengan mereka.

Suatu hari, di saat mereka semua keluar untuk berburu, datanglah berita yang mengatakan bahwa calon
pengantin sang Raja sedang berada dalam perjalanan, dan akan tiba dalam waktu dekat di kerajaannya. Ketika
sang Putri yang menyamar menjadi pemburu mendengar hal ini, dia merasa sangat sakit hati dan seolah-olah ada
sebilah pisau yang menusuk hatinya. Dia pun terjatuh pingsan karenanya. Sang Raja yang merasa khawatir bahwa
sesuatu telah terjadi pada pemburu kesayangannya, berlari untuk membantu, dan mulai menarik sarung tangan
sang Pemburu agar terbuka. Saat itulah dia melihat cincin yang pernah diberikan kepada kekasihnya yang pertama.

5
Saat sang Raja menatap dengan jelas wajah sang Putri yang berada di balik kedok samarannya, maka dia langsung
mengenali wajah sang Putri.

Pada saat sang Putri membuka matanya, sang Raja berkata, "Aku adalah milikmu dan kamu adalah
milikku, dan tidak ada kekuatan di bumi yang bisa mengubah hal ini."
Untuk si Putri yang berada dalam perjalanan menuju kerajaannya, sang Raja mengirimkan utusan untuk memohon
agar dia kembali saja ke kerajaannya sendiri. "Karena aku telah menemukan istriku, dan siapapun yang telah
menemukan kunci lamanya, tidak memerlukan kunci yang baru lagi," demikian pesan yang dibawa oleh utusan
sang Raja kepada si Putri dari kerajaan sebelah.

Tidak lama kemudian, pernikahan antara sang Raja dan sang Putri yang dicintainya itu dirayakan dengan
meriah dan mewah. Sementara itu, sang Singa kembali menjadi hewan kesayangan sang Raja sebab semua yang
telah dikatakannya sesungguhnya adalah benar.

D. Dongeng Dua Belas Orang Pemburu Versi Bahasa Jerman


Die Zwölf Jäger

Es war einmal ein Königssohn, der hatte eine Braut und hatte sie sehr lieb. Als er nun bei ihr saß und ganz
vergnügt war, da kam die Nachricht, daß sein Vater todkrank läge und ihn noch vor seinem Ende zu sehen
verlangte. Da sprach er zu seiner Liebsten: "Ich muß nun fort und muß dich verlassen, da geb ich dir einen Ring zu
meinem Andenken. Wann ich König bin, komm ich wieder und hol dich heim." Da ritt er fort, und als er bei
seinem Vater anlangte, war dieser sterbens krank und dem Tode nah. Er sprach zu ihm: "Liebster Sohn, ich habe
dich vor meinem Ende noch einmal sehen wollen, versprich mir, nach meinem Willen dich zu verheiraten," und
nannte ihm eine gewisse Königstochter, die sollte seine Gemahlin werden. Der Sohn war so betrübt, daß er sich
gar nicht bedachte, sondern sprach: "Ja, lieber Vater, was Euer Wille ist, soll geschehen," und darauf schloß der
König die Augen und starb.

Als nun der Sohn zum König ausgerufen und die Trauerzeit verflossen war, mußte er das Versprechen
halten, das er seinem Vater gegeben hatte, und ließ um die Königstochter werben, und sie ward ihm auch zugesagt.
Das hörte seine erste Braut und grämte sich über die Untreue so sehr, daß sie fast verging. Da sprach ihr Vater zu
ihr: "Liebstes Kind, warum bist du so traurig? Was du dir wünschest, das sollst du haben." Sie bedachte sich einen
Augenblick, dann sprach sie: "Lieber Vater, ich wünsche mir elf Mädchen, von Angesicht, Gestalt und Wuchs mir
völlig gleich." Sprach der König: "Wenns möglich ist, soll dein Wunsch erfüllt werden," und ließ in seinem
ganzen Reich so lange suchen, bis elf Jungfrauen gefunden waren, seiner Tochter von Angesicht, Gestalt und
Wuchs völlig gleich.

Als sie zu der Königstochter kamen, ließ diese zwölf Jägerkleider machen, eins wie das andere, und die elf
Jungfrauen mußten die Jägerkleider anziehen, und sie selber zog das zwölfte an. Darauf nahm sie Abschied von
ihrem Vater und ritt mit ihnen fort und ritt an den Hof ihres ehemaligen Bräutigams, den sie so sehr liebte. Da
fragte sie an, ob er Jäger brauchte, und ob er sie nicht alle zusammen in seinen Dienst nehmen wollte. Der König
sah sie an und erkannte sie nicht; weil es aber so schöne Leute waren, sprach er ja, er wollte sie gerne nehmen; und
da waren sie die zwölf Jäger des Königs.

6
Der König aber hatte einen Löwen, das war ein wunderliches Tier, denn er wußte alles Verborgene und
Heimliche. Es trug sich zu, daß er eines Abends zum König sprach: "Du meinst, du hättest da zwölf Jäger?" - "Ja,"
sagte der König, "zwölf Jäger sinds." Sprach der Löwe weiter: "Du irrst dich, das sind zwölf Mädchen."
Antwortete der König: "Das ist nimmermehr wahr, wie willst du mir das beweisen?" - "O, laß nur Erbsen in dein
Vorzimmer streuen," antwortete der Löwe, "da wirst dus gleich sehen. Männer haben einen festen Tritt, wenn die
über Erbsen hingehen, regt sich keine, aber Mädchen, die trippeln und trappeln und schlurfeln, und die Erbsen
rollen." Dem König gefiel der Rat wohl, und er ließ die Erbsen streuen.

Es war aber ein Diener des Königs, der war den Jägern gut, und wie er hörte, daß sie sollten auf die Probe
gestellt werden, ging er hin und erzählte ihnen alles wieder und sprach: "Der Löwe will dem König weismachen,
ihr wärt Mädchen." Da dankte ihm die Königstochter und sprach hernach zu ihren Jungfrauen: "Tut euch Gewalt
an und tretet fest auf die Erbsen." Als nun der König am andern Morgen die zwölf Jäger zu sich rufen ließ, und sie
ins Vorzimmer kamen, wo die Erbsen lagen, so traten sie so fest darauf und hatten einen so sichern starken Gang,
daß auch nicht eine rollte oder sich bewegte. Da gingen sie wieder fort, und der König sprach zum Löwen: "Du
hast mich belogen, sie gehen ja wie Männer." Antwortete der Löwe: "Sie habens gewußt, daß sie sollten auf die
Probe gestellt werden, und haben sich Gewalt angetan. Laß nur einmal zwölf Spinnräder ins Vorzimmer bringen,
so werden sie herzukommen und werden sich daran freuen, und das tut kein Mann." Dem König gefiel der Rat,
und er ließ die Spinnräder ins Vorzimmer stellen.

Der Diener aber, ders redlich mit den Jägern meinte, ging hin und entdeckte ihnen den Anschlag. Da sprach
die Königstochter, als sie allein waren, zu ihren elf Mädchen: "Tut euch Gewalt an und blickt euch nicht um nach
den Spinnrädern." Wie nun der König am andern Morgen seine zwölf Jäger rufen ließ, so kamen sie durch das
Vorzimmer und sahen die Spinnräder gar nicht an. Da sprach der König wiederum zum Löwen: "Du hast mich
belogen, es sind Männer, denn sie haben die Spinnräder nicht angesehen." Der Löwe antwortete: "Sie habens
gewußt, daß sie sollten auf die Probe gestellt werden, und haben sich Gewalt angetan." Der König aber wollte dem
Löwen nicht mehr glauben.

Die zwölf Jäger folgten dem König beständig zur Jagd, und er hatte sie je länger je lieber. Nun geschah es,
daß, als sie einmal auf der Jagd waren, Nachricht kam, die Braut des Königs wäre im Anzug. Wie die rechte Braut
das hörte, tats ihr so weh, daß es ihr fast das Herz abstieß, und sie ohnmächtig auf die Erde fiel. Der König meinte,
seinem lieben Jäger sei etwas begegnet, lief hinzu und wollte ihm helfen, und zog ihm den Handschuh aus. Da
erblickte er den Ring, den er seiner ersten Braut gegeben, und als er ihr in das Gesicht sah, erkannte er sie. Da
ward sein Herz so gerührt, daß er sie küßte, und als sie die Augen aufschlug, sprach er: "Du bist mein und ich bin
dein, und kein Mensch auf der Welt kann das ändern." Zu der andern Braut aber schickte er einen Boten und ließ
sie bitten, in ihr Reich zurückzukehren, denn er habe schon eine Gemahlin, und wer einen alten Schlüssel
wiedergefunden habe, brauche den neuen nicht. Darauf ward die Hochzeit gefeiert, und der Löwe kam wieder in
Gnade, weil er doch die Wahrheit gesagt hatte.

E. Pengertian Dongeng
a. Secara Umum
Dongeng adalah suatu karya sastra lama yang berisi cerita luar biasa dan penuh khayalan (fiksi)
yang oleh masyarakat umum dianggap sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi.

Pendapat lain mengatakan, dongeng adalah cerita tradisional yang diceritakan secara turun-temurun
dari generasi ke generasi dimana tujuannya untuk menghibur dan mengajarkan nilai-nilai moral. Cerita
dongeng sering digunakan untuk membantu anak-anak belajar berimajinasi serta membentuk dan
membangun karakter mereka.

7
Meskipun bersifat fiksi, tidak jarang cerita dongeng terinspirasi dari peristiwa yang terjadi di dunia
nyata atau berdasarkan hal yang pernah terjadi. Dongeng umumnya mengandung ajaran moral, melukiskan
kebenaran, dan ada beberapa dongeng yang mengandung sindiran.

b. Pengertian Dongeng Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa itu dongeng maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli berikut ini:

1. James Danandjaja
Menurut James Danandjaja, pengertian dongeng adalah suatu cerita rakyat yang tidak dianggap
benar-benar terjadi oleh sih empunya cerita. Dongeng juga tidak terikat oleh suatu tempat ataupun waktu,
karena dongeng diceritakan untuk menghibur.

2. Agus Triyanto
Menurut Agus Triyanto, arti dongeng adalah suatu cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar
terjadi yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ajaran moral (mendidik) dan juga menghibur. Jadi,
dongeng adalah salah satu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar terjadi/fiktif.

3. Poerwadarminta
Menurut Poerwadarminta, pengertian dongeng adalah cerita tentang kejadian zaman dahulu yang
aneh-aneh atau cerita yang tidak terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak
juga melukiskan tentang kebenaran, berisikan pelajaran (moral), bahkan sindiran. Pengisahan dongeng
mengandung harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan nasihat baik yang tersirat maupun tersurat.

4. Liberatus Tengsoe
Menurut Liberatus Tengsoe, dongeng adalah cerita khayal yang kebenarannya sulit dipercaya
karena disajikan hal-hal ajaib, aneh dan tidak masuk akal.

5. Charles Perrault
Menurut Charles Perrault, pengertian dongeng adalah suatu cerita pendek mengenai petualangan
khayalan dengan situasi dan tokoh-tokoh yang gaib dan luar biasa.

F. Ciri-ciri Dongeng
Dongeng memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan jenis karya sastra lainnya.
Adapun ciri-ciri dongeng adalah sebagai berikut:

 Cerita dalam dongeng memiliki alur yang sangat sederhana.

 Cerita dongeng biasanya singkat dan bergerak cepat.

 Karakter tokoh dalam cerita dongeng biasanya tidak disampaikan secara rinci.

 Dongeng biasanya disampaikan secara lisan sebagai hiburan atau cerita pengantar tidur.

 Pada umumnya dongeng mengandung pesan moral kepada pendengar/ pembacanya.

8
G. Struktur Dongeng
Secara umum, cerita dongeng terdiri dari tiga bagian penting. Adapun struktur dongeng adalah sebagai
berikut:

1. Pendahuluan; yaitu bagian pengantar dalam cerita dongeng. Bagian ini biasanya dibuat untuk
menjelaskan secara ringkas isi cerita dongeng.

2. Isi (Peristiwa); yaitu bagian utama dan terpenting dari suatu dongeng dimana isinya menceritakan setiap
kejadian secara berurutan.

3. Penutup; yaitu bagian akhir dari cerita dongeng yang biasanya berisi pesan moral dan kata penutup.

H. Unsur-unsur Dongeng

a. Unsur Instrinsik
Dalam setiap cerita dongeng mengandung unsur-unsur intrinsik yang saling melengkapi satu
sama lainnya. Adapun unsur-unsur intrinsik dongeng adalah sebagai berikut:
1. Tema; yaitu gagasan atau ide utama yang mendasari suatu dongeng. Terdapat dua jenis tema yang ada
dalam sebuah cerita, yaitu tema tersurat dan tema tersirat.
2. Latar; yaitu keterangan mengenai ruang, waktu, dan suasana pada saat terjadinya peristiwa dalam sebuah
karya sastra.
3. Alur; yaitu urutan peristiwa dalam sebuah dongen yang saling berhubungan berdasarkan hubungan sebab-
akibat. Pemahaman alur akan memudahkan kita memahami peristiwa dalam sebuah cerita.
4. Tokoh; yaitu para pelaku di dalam dongeng yang mengalami berbagai peristiwa pada cerita.
5. Penokohan; yaitu cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-wataknya dalam cerita dongeng,
baik itu karakter, sifat, dan kondisi fisik para tokoh.
6. Sudut Pandang; yaitu cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita dongeng atau dari sudut
mana pengarang memandang ceritanya.
7. Majas; yaitu gaya bahasa yang digunakan dalam dongeng dengan tujuan untuk memberikan efek-efek
tertentu sehingga membuat cerita dongeng menjadi lebih hidup.
8. Amanat; yaitu pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis cerita dongeng kepada pembaca.
b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik merupakan semua faktor luar yang mempengaruhi penciptaan sebuah tulisan
ataupun karya sastra. Bisa dikatakan unsur ektrinsik adalah milik subjektif seorang penulis yang dapat
berupa agama, budaya, kondisi sosial, motivasi, yang mendorong sebuah karya sastra tercipta.

Unsur-unsur ekstrinsik pada cerita rakyat biasanya meliputi:

 Budaya serta nilai-bilai yang dianut.

 Tingkat pendidikan

 Kondisi sosial di masyarakat

9
 Agama dan keyakinan

 Kondisi politik, ekonomi, hukum dll.

I. Jenis-jenis Dongeng
Ada beberapa jenis dongeng yang dapat dikenali berdasarkan ciri khasnya isi ceritanya masing-masing.
Adapaun beberapa jenis dongeng adalah sebagai berikut:

1. Mite; mite atau mitos adalah jenis dongeng yang menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan mahluk
halus, seperti jin, setan, atau dewa-dewi. Beberapa contoh mitos: Nyi Roro Kidul, Joko Tarub, Laweyan,
dan lain-lain.

2. Sage; yaitu jenis dongeng yang ceritanya mengisahkan sejarah tokoh tertentu yang memiliki keberanian,
kepahlawanan, kesaktian, kebaikan. Contoh sage: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, dan lainnnya.

3. Fabel; yaitu jenis dongeng yang menceritakan mengenai kehidupan hewan dimana hewan-hewan tersebut
dapat berperilaku seperti manusia. Contoh fabel; Kancil dan Buaya, Semut dan Belalang, dan lain-lain.

4. Legenda; yaitu jenis dongeng yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi
tidak dianggap suci atau sakral. Contoh legenda: Lutung Kasarung, Danau Toba, Batu Menangis, dan lain-
lain.

5. Parabel: yaitu jenis dongeng yang ceritanya mengandung nilai-nilai pendidikan, baik pendidikan moral,
agama, atau pendidikan lainnya yang disampaikan secara tersirat. Contoh parabel: Malinkundang.

10
BAB 3
PENUTUP

Daftar pustaka

https://www.budayanusantara.web.id/2015/05/dongeng-dua-belas-orang-
pemburu.html

https://wahyudinmone.blogspot.com/p/blog-page.html

11

Anda mungkin juga menyukai