KEPERAWATAN KRITIS
OLEH :
MEILA WATI
057STYC16
MATARAM
2020
Penelitian ini mengeksplorasi tingkat kebutuhan dan kecemasan kerabat yang
dihadapkan dengan tekanan rawat inap perawatan kritis anggota keluarga sehubungan
dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis hubungan kekerabatan dengan
pasien dan dalam kaitannya dengan karakteristik keluarga. masuk dan kondisi pasien.
Metode: Partisipan adalah 200 kerabat dari 120 pasien perawatan kritis yang berbeda.
Kebutuhan keluarga diukur dengan Critical Care Family Needs Inventory. Kecemasan
diukur dengan menggunakan State State of Trait Anxiety Inventory. Hasil dan
kesimpulan: Kebutuhan kerabat dan tingkat kecemasan ditemukan berhubungan
signifikan dengan variabel demografis dan jenis hubungan kekerabatan dengan pasien.
Implikasi untuk praktik klinis dibahas.
Rawat inap di unit perawatan intensif terjadi karena kondisi akut, serius, dan kritis.
Biasanya, penerimaan tidak terduga dan kondisi pasien tidak stabil (Freichels, 1991;
Daly, 1994). Kerabat pasien menganggap penerimaan di unit perawatan intensif sebagai
peristiwa yang sangat menegangkan, yang meningkatkan perasaan takut dan ancaman
(Daley, 1984; Engli, 1993; Kleiber, 1994; Koller, 1991). Cara kebiasaan mengatasi
kerabat adalah metode yang tidak memadai bersama dengan situasi kompleks, dan
mereka menunjukkan perilaku krisis. Ini telah disebut sebagai situasi krisis insidentil
(Keirse, 1980). Jika situasi ini berlanjut, kerabat menemukan diri mereka dalam kondisi
kelelahan dan disorientasi fisik dan psikologis (Forrester, 1988), mengalami perasaan
tidak berdaya dan putus asa (Forrester, 1988; Schlump-Urquhart, 1990).
Perasaan cemas dan tidak aman ini dapat meningkat dengan keadaan penuh tekanan
yang melekat pada unit perawatan intensif (Rukholm, 1991): peralatan medis dan
teknologi, pemantauan pasien secara konstan, sinyal alarm (Keirse, 1980). Selanjutnya,
persepsi kerabat bahwa mereka tidak memiliki cengkeraman pada situasi (Quinn, 1996),
persepsi yang juga tergantung pada upaya dokter dan perawat (feelingofdependence),
menambah perasaan perasaan kecemasan dan kekamanan (Keirse, 1980). Selain itu,
organisasi unit perawatan intensif biasanya tidak memasukkan banyak waktu untuk
kerabat karena pembatasan jam kunjungan dan pergantian staf perawat. Selama hari
pertama dari rawat inap di rumah sakit perhatian dan komunikasi dengan kerabat
memiliki prioritas yang lebih rendah untuk dokter dan perawat (Freichel, 1991; O'Neill,
1986). Dalam periode ini, perasaan cemas kerabat oleh kerabat dapat menjadi sumber
stres bagi tim multidisiplin (Bouman, 1984) dan untuk pasien (Doerr, 1097)
Namun, karena kondisi pasien biasanya kritis, sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan kerabat (Daly, 1994; Kleinpell, 1992). Dalam intervensi standar yang
memadai, diperlukan evaluasi yang akurat atas kebutuhan tersebut. Membantu kerabat
untuk mengatasi situasi krisis ini dapat memiliki pengaruh positif pada pemulihan dan
hasil pasien, dan pada fungsi sistem keluarga (Olsen, 1980; Roberts, 1976; Bouman,
1984; Leske, 1986).