Anda di halaman 1dari 5

JENIS KORUPSI DAN MODUS OPERANDI

KORUPSI YANG DILAKUKAN

A. Pelaku Dan Jenis Korupsi Yang Dilakukan


Modus/Motif Operandi Korupsi Dengan Motif Suap oleh Wali Kota Batu bernama Eddy
Rumpoko :
1. Menyuap pegawai pemerintah atau pejabat public
2. Memberi hadiah kepada pejabat publik karena jabatannya
3. Pegawai pemerintah yang menerima suap
4. Menyuap hakim
5. Menyuap advokat (pengacara), hakim, dan advokat yang menerima suap

B. Modus Operandi/Proses dan Kronologisnya


1. Tanggal 16 September 2017
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan Wali Kota Batu, Malang,
Jawa Timur, Eddy Rumpoko. Penangkapan tersebut, bermula dari pertemuan seorang
pengusaha Filipus Djap dengan Kepala Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah Kota (pemkot) Batu Edi Setyawan.
2. Tanggal 17 September 2017
a. KPK mengamankan ketiga tersangka bersama Y sopir Wali Kota Batu beserta uang
Rp200 juta.Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, KPK menerbangkan Eddy Rumpoko,
Filipus, dan Edi untuk menjalani pemeriksaan lanjutan di Gedung KPK.
b. Untuk kepentingan penyidikan, KPK juga menyegel sejumlah ruangan di beberapa
lokasi, yakni ruang kerja wali kota Batu, ruang ULP, ruang kepala BKD, dan beberapa
ruangan di kantor milik Filipus.
c. Sekitar pukul 15.00 WIB, KPK mengadakan gelar perkara penyelidikan perkara Eddy
Rumpoko
3. Tanggal 18 September 2017
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah ruang kerja Wali Kota
Batu Eddy Rumpoko yang ada di lantai 5 Balai Kota Among Tani, Kota Batu sekitar
pukul 11.45 WIB.
4. Senin 13 November 2017
Sidang perdana praperadilan Eddy Rumpoko
5. Selasa 14 November 2017
Eddy Rumpoko dan Edi Setyawan menjadi tersangka terkait suap pengadaan barang
dan jasa di Pemerintah Kota Batu, yakni pada proyek belanja modal dan mesin pengadaan
meubelair di Pemkot Batu tahun 2017, dengan nilai proyek Rp 5,26 miliar. Filipus
menjadi tersangka karena selaku pihak pemberi suap kepada keduanya.

C. Pasal-pasal Terkait
Adapun Pasal yang dikenakan sebagai pihak yang diduga memberi FHL disangkakan
melakukan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf (a) atau Pasal 5 ayat 1 huruf (b) atau Pasal 13
UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Sebagai Pihak yang diduga menerima yakni ERP dan EDS disangkakan melanggar Pasal
12hruf (a) atau (b) atau Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55
ayat 1 ke 1 KUHP”
D. Hukuman Yang Ditetapkan
1. Mantan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko (ER) dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun
dan denda Rp 300 juta subsidair tiga bulan kurungan oleh majelis hakim dalam sidang
yang digelar di Pengadilan Tipikor Surabaya.
2. Barang-barang yang di sita yaitu :
a) 1 (satu) rangkap asli STNK Nomor 06226206 dengan nomor registrasi N 507 BZ atas
nama Pemilik Duta Perkasa Unggul
b) 1 (satu) buah kunci mobil berwarna hitam dan silver dengan logo Toyota dan Tulisan
Alphard No.34863/SDPP/2014 2344
c) 3 (tiga) buah kunci warna silver dengan tulisan Albion
d) 2 (dua) buah kunci warna silver dengan rician, sebagai berikut: 1 (satu) buah kunci
dengan tulisan Carmen, 1 (satu) buah kunci dengan tulisan For Yale, 1 (satu)
perangkat elektronik jenis HP, merk Apple, warna Space Grey, model A1687,
SN=C39QQLGOGRX*, IMEI=353283079562042, Kapasitas 128G, yang didalamnya
terdapat SIM card provider Telkomsel.
3. Tersangka yang ditahan itu yakni Wali Kota Batu Eddy Rumpoko, Kepala Bagian
Unit Layanan Pengadaan Pemkot Batu Edi Setyawan dan pengusaha bernama Filipus
Djap. Eddy Rumpoko ditahan di Rutan Klas I Cipinang Jakarta Timur, Edi Setyawan
ditahan di Pomdam Jaya Guntur, Filipus di Mapolres Metro Jakarta Pusat.
E. Kronologi Kejadian
Dalam kasus ini, Wali Kota Batu ERP diduga menerima suap Rp 500 juta dari FHL
Pengusaha. FHL adalah Direktur PT Dailbana Prima yang memenangkan proyek belanja
modal dan mesin pengadaan meubelair di kantor Pemkot Batu tahun anggaran 2017 dengan
nilai proyek Rp5,26 miliar sebelum pajak.EDS Kepala Bagian ULP Pemerintah Kota Batu,
yang juga tersangka kasus suap ini menerima Rp 100 juta dari FHL. Pemberian untuk
EDSdiduga fee untuk panitia pengadaan pada proyek tersebut.
Awal kasus ini dinyatakan oleh Wakil Ketua KPK Laode M Syarif bahwa suap untuk
Wali Kota Batu ERP, Walikota Batu terungkap dari laporan masyarakat yang menyebut akan
terjadinya transaksi korupsi. KPK kemudian menindaklanjuti laporan itu dengan melakukan
pengecekan, sehingga akhirnya dapat melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap
Eddy dan sejumlah pihak, di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (16/9/2017). KPK
telah menerima informasi jika akan terjadi kasus korupsi, penyelidikan dengan bukti
penyadapan telepon seluler berserta rekaman video.
Tanggal 17 September 2017, OTT yang dilakukan oleh KPK mengamankan 5 orang,
yaitu ERP Walikota Batu, EDS Kepala Bagian ULP Pemerintah Kota Batu, FHL Pengusaha
dan ZE Kepala BKAD Kota Batu, dan Y Supir Walikota Batu.
Sabtu siang sekitar Pukul 12.00 WIB, FHL yang berprofesi sebagai Pengusaha bertemu
dengan EDS Kabag ULP Pemkot Batu disebuah restoran di Hotel milik FHL, keduanya
kemudian menuju parkiran, dan saat itu diduga terjadi penyerahan uang sejumlah Rp.
100.000.000,- (Seratus juta rupiah) dari FHL kepada EDS, sekitar 30 menit kemudian FHL
diduga bergerak menuju Rumah Dinas Walikota Batu untuk menyerahkan uang sebesar Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dalam pecahan lima puluh ribu yang dibungkus kertas
Koran, dalam tas kertas atau paper bag.
Tim KPK kemudian mengamankan keduanya bersama Y supir Walikota, beserta uang dua
ratus juta kemudian ketiganya di bawa ke Mapolda Jatim untuk menjalani pemeriksaan
awal. Tim lainnya mengikuti EDS dan mengamankan EDS sekitar Pukul 16.00 WIB
disebuah jalan di daerah Batu, dari tangan EDS diamankan uang seratus juta dibungkus
kertas Koran dan dalam tas kertas atau paper bag, mirip atau sama dengan yang diserahkan
kepada Walikota, Pada tempat yang terpisah Tim KPK juga mengamankan ZE dirumahnya
sekitar Pukul 16.00 WIB, TIM kemudian membawa ZE ke Pemkot Batu untuk dilakukan
Pemeriksaan awal. Sekitar 01.00 Dini hari Tim kPK bersama tiga orang yang diamankan
yaitu ERP, FHL dan EDS diterbangkan ke Jakarta untuk pemeriksaan lanjutan digedung
KPK.
Untuk kepentiangan penyidikan Tim juga menyegel ruangan dibeberapa lokasi
diantaranya, ruang kerja walikota batu, ruang kerja ULP, ruang Kepala BKAD dan ruangan
lainnya di Pemkot Batu, dan beberapa ruangan di kantor milik FHL. Diduga pemberian uang
terkait fee 10% untuk Walikota dari Proyek Belanja modal dan mesin pengadaan meubleair
di Pemkot Batu Tahun Anggaran 2017 yang dimenangkan oleh PT.
DP dengan nilai proyek sebesar 5,26 milyar sebelum Pajak dengan perincian sebagai
berikut :
- Diduga diperuntukan pada walikota uang tunai dua ratus juta dari total fee Rp. 5.000.000,-
dari yang disepakati sebelumnya. Mengapa yang diberikan hanya dua ratus juta karena
tiga ratus juta sudah diberikan sebelumnya untuk melunasi pembayaran mobil Alphard
milik Walikota, sedangkan yang seratus juta diduga diberikan oleh FHL kepada EDS
sebagai fee untuk panitia Pengadaan, karena dia kepala ULP.
- Setelah melakukan pemeriksaan satu kali dua puluh empat jam dilanjutkan gelar perkara
yang baru saja selesai KPK menyimpulkan bahwa tindak pidana korupsi penerimaan
hadiah atau janji oleh Walikota batu terkait dengan fee proyek pengadaan Pemkot Batu
tahun 2017 dan meningkatkan status penanganan perkara kepenyidikan serta menetapkan
tiga orang sebagai tersangka. Ketiga orang tersangka tersebut adalah ERP Walikota Batu,
EDS Kabag ULP Pemkot Batu dan diduga sebagai pemberi FHL sebagai pengusaha.

Anda mungkin juga menyukai